• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN MINI RISET OPTIMALISASI PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS: ANALISIS TERHADAP PENGARUH KURANGNYA SARANA PRASARANA, SISTEM PEMBELAJARAN KONVENSIONAL, DAN KURANGNYA KARAKTER SISWA-SISWI

N/A
N/A
PUTRI APRIANI PASARIBU

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN MINI RISET OPTIMALISASI PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS: ANALISIS TERHADAP PENGARUH KURANGNYA SARANA PRASARANA, SISTEM PEMBELAJARAN KONVENSIONAL, DAN KURANGNYA KARAKTER SISWA-SISWI "

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN MINI RISET

OPTIMALISASI PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS:

ANALISIS TERHADAP PENGARUH KURANGNYA SARANA PRASARANA, SISTEM PEMBELAJARAN KONVENSIONAL, DAN KURANGNYA KARAKTER

SISWA-SISWI

(Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Inovasi Pendidikan) Dosen Pengampu : Miza Nina Adlini, M.Pd.

DISUSUN OLEH : KELOMPOK IV

PUTRI APRIANI PASARIBU (0310201013)

RUSDIAH MURNI NASUTION (0310201037)

KHAIRUNNA ABDILLA (0310202084)

ANNISA (0310203090)

TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN 2023/2024

(2)

2

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas Rahmat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan rahmat serta karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Dan tidak lupa pula, shalawat beriringkan salam Kepada Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW, yang mana beliau telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yang disinari iman dan islam sehingga kita dapat merasakan indahnya islam seperti saat ini.

Terima kasih kami ucapkan kepada pengampu Mata Kuliah, Ibu Miza Nina Adlini M.Pd., dan teman-teman yang telah berkontribusi dalam penyusunan laporan ini. Besar harapan penulis, laporan ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang optimalisasi proses pembelajaran di sekolah menengah atas: analisis terhadap pengaruh kurangnya sarana prasarana, sistem pembelajaran konvensional, dan kurangnya karakter siswa-siswi di sekolah.

Penulis mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kesalahan, maka dari itu penulis tetap menantikan kritikan serta saran yang membangun untuk lebih baik kedepannya.

Akhirul Kalam, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, 1 Januari 2024

Kelompok IV

(3)

3 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………. 2

DAFTAR ISI……… 3

BAB I PENDAHULUAN……… 4

1.1 Latar Belakang………. 4

1.2 Rumusan Masalah……… 4

1.3 Tujuan……… 5

BAB II PEMBAHASAN………. 6

2.1 Pengaruh Kurangnya Sarana Prasarana………. 6

2.2 Pengaruh Sistem Pembelajaran Konvensional………. 6

2.3 Pengaruh Kurangnya Pengembangan Karakter……….. 6

2.4 Upaya optimalisasi proses pembelajaran dapat mengatasi tantangan yang muncul akibat kurangnya sarana prasarana, sistem pembelajaran konvensional, dan kurangnya pengembangan karakter siswa siswi………… 10

BAB III PENUTUP………. 14

3.1 Kesimpulan……… 14

3.2 Saran……….. 15

DAFTAR PUSTAKA……….. 16

LAMPIRAN LKPD……… 17

(4)

4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sarana prasarana yang memadai menjadi pondasi utama untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif.1 Di banyak sekolah menengah atas, terdapat kendala serius terkait infrastruktur pendidikan seperti ruang kelas yang sempit, kurangnya perpustakaan, dan fasilitas praktikum yang minim. Kondisi ini dapat berdampak negatif pada kualitas pembelajaran dan pengembangan keterampilan siswa.2

Model pembelajaran konvensional yang masih dominan dalam banyak sekolah menengah atas cenderung kurang responsif terhadap kebutuhan dan perkembangan peserta didik. Metode pengajaran yang terpusat pada guru dan minim penggunaan teknologi menyebabkan keterbatasan dalam mengaktifkan potensi kreatif dan kritis siswa. Pengembangan karakter yang kurang optimal pada siswa-siswi dapat mempengaruhi tidak hanya prestasi akademis, tetapi juga kesiapan mereka menghadapi tantangan kehidupan. Tidak adanya program yang fokus pada pembentukan nilai, etika, dan soft skills dapat menghambat pertumbuhan holistik siswa-siswi.

Pendidikan di tingkat sekolah menengah atas memiliki peran krusial dalam membentuk karakter dan kompetensi siswa-siswi. Meskipun demikian, terdapat beberapa hambatan dalam optimalisasi proses pembelajaran di tingkat ini, yang meliputi kurangnya sarana prasarana, penerapan sistem pembelajaran yang masih bersifat konvensional, dan kurangnya pengembangan karakter siswa-siswi.3 Keterbatasan sarana prasarana dapat membatasi aksesibilitas dan kualitas pembelajaran, sementara sistem pembelajaran konvensional dan kurangnya pengembangan karakter dapat menghambat pengembangan potensi siswa secara holistik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh kurangnya sarana prasarana terhadap proses pembelajaran di sekolah menengah atas?

1 Sudjana, N., & Rivai, A. (2015). Media Pengajaran. Sinar Baru Algensindo.

2 Soewarno, H. (2018). Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya.

3 Suherman, Dadang. (2018). Manajemen Pendidikan: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(5)

5

2. Sejauh mana sistem pembelajaran konvensional mempengaruhi efektivitas pembelajaran di tingkat sekolah menengah atas?

3. Bagaimana kurangnya pengembangan karakter siswa-siswi berdampak pada kualitas pendidikan di sekolah menengah atas?

4. Bagaimana upaya optimalisasi proses pembelajaran dapat mengatasi tantangan yang muncul akibat kurangnya sarana prasarana, sistem pembelajaran konvensional, dan kurangnya pengembangan karakter siswa-siswi di sekolah menengah atas?

1.3 Tujuan

1. Untuk dapat mengidentifikasi dampak kurangnya sarana prasarana yang ada di sekolah.

2. Untuk dapat mengukur pengaruh sistem pembelajaran konvensional yang dilaksanakna di dalam proses pembelajaran.

3. Untuk dapat menilai dan mengidentifikasi pengembangan karakter siswa-siswi terhadap kualitas pendidikan di sekolah.

4. Dapat merancang cara pengoptimalisasian proses pembelajaran.

(6)

6 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengaruh Kurangnya Sarana Prasarana

Kurangnya sarana prasarana dapat menghambat aksesibilitas siswa terhadap pendidikan dan juga mempengaruhi kualitas pembelajaran. Keterbatasan fasilitas seperti ruang kelas yang sesak, perpustakaan yang minim, dan kurangnya laboratorium dapat menghambat pengalaman belajar siswa. Dengan hal ini maka perlu adanya peningkatan fasilitas pembelajaran, selain itu banyaknya siswa dan sedikitnya ruangan kelas juga menyebabkan kurang efektifnya pembelajaran dikelas, perbaikan perpustakaan juga perlu dilakukan hal ini sangat berkesinambungan dengan minat baca setiap peserta didik serta investasi pada laboratorium yang dimana hal ini dapat meningkatkan aksesibilitas dan kualitas dalam pembelajaran terkhusus pembelajaran biologi yang sangat perlu diadakannya praktikum.4

2.2 Pengaruh Sistem Pembelajaran Konvensional

Sistem pembelajaran konvensional yang terpusat pada guru dan minim inovasi dapat menghambat pengembangan kreativitas dan keterampilan siswa. Pembelajaran yang bersifat pasif mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan siswa yang beragam.

Dalam hal ini dapat dioptimalkan dengan cara mengimplementasikan metode pembelajaran yang inovatif sesuai dengan perkembanga kurikulum, selain mengimpelentasikan metode sangat perlu menggunakan teknologi dalam Pendidikan hal ini akan menarik minat peserta didik dan meningkatkan pengetahuan dan mengikuti pelatihan untuk guru inovatif.

2.3 Pengaruh Kurangnya Pengembangan Karakter

Pendidikan di Indonesia dianggap sebagai suatu aset dan kebutuhan esensial yang diarahkan untuk membantu manusia dalam mengatasi ketidakberdayaan hidup dan mencapai tingkat kemanfaatan yang optimal. Fokus pendidikan adalah mencetak

4 Marzano, R. J. (2007). The Art and Science of Teaching: A Comprehensive Framework for Effective Instruction.

Association for Supervision and Curriculum Development.

(7)

7

individu berkualitas yang dapat memberikan kontribusi positif bagi kemajuan Indonesia sebagai bangsa yang memiliki martabat. Pendapat ini sejalan dengan pandangan Kompri, seperti yang diungkapkan dalam bukunya tentang manajemen pendidikan, bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam membimbing manusia menuju kehidupan yang lebih baik dan mencapai tujuan hidupnya dengan meningkatkan derajat kemanusiaan.5 Kurangnya pengembangan karakter dapat mempengaruhi tidak hanya aspek akademis, tetapi juga aspek sosial dan emosional siswa. Kualitas pendidikan holistik memerlukan perhatian terhadap pembentukan nilai, etika, dan soft skills. Hal ini dapat dioptimalkan dengan integrasi program pengembangan karakter dalam kurikulum, pelibatan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan dukungan konseling dapat membantu memperbaiki kurangnya pengembangan karakter.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem berupa penanaman nilai karakter terhadap peserta didik yang meliputi kemauan atau kesadaran, dan tindakan dalam mengimplementasikan nilai, budi pekerti, karakter, serta akhlak ke dalam diri peserta didik, yang bertujuan untuk membentuk kepribadian peserta didik dalam mengambil keputusan, jujur, menghormati orang lain, maupun berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari (Putra, M. A. H. 2019). Pendidikan karakter ini bisa di dapat melalui beberapa aspek seperti dalam hal agama, orang lain, dorongan diri kita sendiri, maupun lingkungan, terutama pada lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.

Pentingnya pendidikan karakter dalam membentuk individu dan memajukan masyarakat sangat tergambar melalui serangkaian alasan yang mendasar. Pendidikan karakter tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan akademis, melainkan juga pada pembentukan nilai-nilai dan perilaku yang positif. Beberapa aspek yang mendukung urgensi pendidikan karakter meliputi pembentukan nilai dan etika, pengembangan kepribadian positif, pembangunan keterampilan sosial, kontribusi positif bagi masyarakat, pengaruh terhadap keberhasilan hidup, kemampuan mengatasi tantangan global, pencegahan kenakalan remaja, serta penanaman kebiasaan positif.

Dengan demikian, pendidikan karakter memiliki peran krusial dalam mencetak individu yang tidak hanya berkualitas akademis, tetapi juga mampu berkontribusi positif untuk kemajuan masyarakat secara keseluruhan.

5 Suryadi, Bambang. (2020). Pendidikan dan Pembangunan Karakter Bangsa. Jakarta: PT Bumi Aksara.

(8)

8

Pengoptimalan dalam pendidikan akan membentuk kepribadian peserta didik yang baik dalam memilah dan memilih pergaulan, perbuatan, dan tindakan sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Hal tersebut memberikan dampak yang positif bagi generasi masa depan agar tidak mudah terpengaruh budaya luar maupun lingkungan sekitar yang kurang baik. Pelaksanaan tersebut diharapkan mampu mencetak generasi unggulan untuk Indonesia emas pada tahun 2045 yang merubah Indonesia menjadi maju dan bermartabat. Pengoptimalan pendidikan karakter tersebut, saat ini dikenal dengan sebutan revolusi mental, dimana Indonesia mengambil langkah perbaikan, tanpa harus berupaya untuk menghilangkan proses perubahan dalam pembentukan karakter yang telah ada, dalam menciptakan pembentukan karakter bangsa yang lebih baik.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem berupa penanaman nilai karakter terhadap peserta didik yang meliputi kemauan atau kesadaran, dan tindakan dalam mengimplementasikan nilai, budi pekerti, karakter, serta akhlak yang baik ke dalam diri peserta didik, yang bertujuan untuk membentuk kepribadian peserta didik dalam mengambil keputusan, jujur, menghormati orang lain, maupun berperilaku baik dalam kehidupan seharihari (Putra, M. A. H. 2019). Pendidikan karakter merupakan suatu upaya dalam mengembangkan perilaku yang baik dalam sehari-haru agar peserta didik dapat mencerminkan sebuah karekter yang baik pada dirinya (Uliana, P. 2013).

Penanaman nilai-nilai karakter dapat dibentuk melalui adanya pendidikan kan karakter dalam lingkungan keluarga, pergaulan dan lingkungan sekolah. Pendidikan karakter yang terdapat di lingkungan sekolah disesuaikan dengan tujuan pendidikan itu sendiri yang telah tercantum dalam UU No.23 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional yang terdapat pada pasal 3 yang menjelaskan bahwa pendidikan nasional memiliki fungsi dalam hal pengembangan kemampuan dan pembentukan watak atau karakter serta peradaban bangsa yang memiliki martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan anak bangsa, dan untuk perkembangan potensi siswa agar menjadi seseorang yang memiliki iman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, sehat, mandiri, kreatif dan menjadi seorang warga yang memiliki sifat demokratis juga bertanggung jawab. Oleh karena itu pendidikan karakter ini sangat di foskuskan di dalam lingkungan sekolah yang tersisipkan dalam pembelajaran oleh pendidik, demi mencetak anak bangsa yang memiliki akhlak serta budi pekerti yang baik di dalam dirinya.

(9)

9

Untuk mewujudkan pelaksanaan pendidikan karakter yang akan mencetak peserta didik untuk memiliki nilai, moral, serta budi pekerti baik, diperlukan kerjasama yang baik antara orang tua siswa dan guru dalam menanamkan pembelajaran- pembelajaran moral terhadap siswa. Karena penanaman nilai karakter disekolah dimulai dari pendidikan moral dan penanaman nilai-nilai yang diberikan oleh orang tuanya terlebih dahulu di rumah sehingga guru hanya perlu meningkatkan atau mengembangkannya lagi di dalam lingkungan sekolah. Dalam pendidikan karakter disekolah, guru lah yang meiliki peran besar dalam penanaman nila-nilai budi pekerti kepada siswa karena peran guru yang strategis, yaitu sebagai pendidik juga pemimpin dalam jalannnya pembelajaran dalam kelas, sehingga yang dapat melakukan penanaman nilai, moral serta budi pekerti secara langsung adalah guru karena gurulah yang sering melakukan interaksi dengan peserta didik dan menuangkan nilai moral serta budi pekerti ke dalam aktivitas pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas.

Permasalahan-permasalahan yang menyimpang dari nilai, norma dan moral di negara ini antara lain 1) permasalahan korupsi, kolusi dan nepotisme; 2) kejahatan atau kriminalitas yang tinggi; 3) pelecehan seksual; 4) perundungan atau bulliying; 5) kekerasan dalam rumah tangga; 6) pelecehan seksual; 7) kecanduan obat-obatan terlarang 8) hamil diluar nikah yang mengakibatkan tingginya pernikahan pada anak dibawah umur 9) kenakalan remaja, dan lainlain.

Melihat krisis nilai moral serta budi pekerti pada masa sekarang tentunya sangat memprihatinkan bagi kita sebagai warga negara Indonesia, karena kebanyakan penyimpangan ini terjadi kepada anak dengan usia sekolah, dimana generasi inilah yang kelak menjadi harapan bangsa dalam memimpin negara di masa yang akan datang.

Sehingga pemerintah lebih giat lagi di dalam pembangunan kembali pendidikan karakter yang ada di sekolah. Pendidikan karakter di sekolah ini bertujuan untuk menekan serta menghindari krisis moral pada peserta didik sehingga mereka sebagai penerus bagsa tahu betul bagaimana caranya bertidak sesuai dengan norma dan moral yang berlaku dalam masyarakat.

Dalam hal penyebab dari terjadinya pelanggaran-pelanggaran atau penyimpangan yang terjadi pada nilai dan norma ini dapat dikatakan karena beberapa faktor, yakni kondisi lingkungan, pergaulan, psikologis serta emosional yang aterjadi pada seorang anak lah yang menjadikan penyimpangan ini banyak terjadi dalam usia anak sekolah terutama pada usia remaja, dimana remaja memiliki emosi serta psikologis yang cendrung kurang stabil, hal ini dikarenakan dalam usia remaja mereka

(10)

10

masih dalam tahap pencarian jati diri dan belum menemukan siapa dan akan menjadi apa mereka. Sehingga kebanyakan anak pada usia sekolah lebih rantan terbawa akan emosi, tidak berfikir dulu debelum bertindak atau bersikap nekat, suka mencoba hal- hal baru dan kurang bisa memfilter apa yang baik dan yang buruk bagi diriya.

Selain beberapa faktor tersebut, faktor pembawaan karakter dan pisikologis yang didapat dari didikan orang tua di dalam rumah yang menjadi tempat dimana ia menghabiskan banyak wakju juga memiliki ambil besar dalam pembangunan serta penanaman nilai karrakter dari seorang anak. Dimana pendidikan karakter itu pertamakali didapatkan dari orang tuanya sampai ia menginjak usia sekolah pun orang tua tetap menjadi pendamping utama dalam penanaman nilai-nilai karakter serta moral pada anak. Dengan melihat betapa pentingnya pendidikan karakter inilah yang kemudian mendorong pemerintah untuk menjadikan pembentukan katakter menjadi salah satu tujuan di dalam pendidikan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3, yang mana hal ini kemudian dapat dilihatdalam pelaksanaan pembentukan karakter di sekolah dilakukan penanaman nilai-nilai budi pekerti dan moral melalaui beberapa sisipan dari aktivitas pembelajaran-pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.6

2.4 Upaya optimalisasi proses pembelajaran dapat mengatasi tantangan yang muncul akibat kurangnya sarana prasarana, sistem pembelajaran konvensional, dan kurangnya pengembangan karakter siswa-siswi

Tugas guru yaitu membimbing anak didik dalam masa perkembangannya untuk menjadi orang yang dewasa. Dewasa dalam konteks ini adalah orang yang mempunyai keimanan, keilmuan yang mapan, dan berakhlak mulia. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru tentu ada saja hambatan atau permasalahan yang akan dihadapi.

Namun, ditengah keterbatasan tersebut, tentunya sebagai seorang guru kita tidak patah semangat dan mengabaikan tugas sebagai seorang pendidik. Seorang guru harus memiliki sifat yang profesional, berkompeten serta dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, seorang guru yang profesional dituntut harus bisa kreatif ditengah adanya keterbatasan seperti kurangnya fasilitas atau sarana prasarana yang ada di suatu sekolah. Guru harus bisa memutar otak bagaimana caranya agar siswa dapat tetap belajar sesuai dengan perkembangan teknologi

6 Putra, M. A. H. (2019). Building Character Education Through The Civilization Nations Children. The Kalimantan Social Studies Journal, 1(1), 12-17

(11)

11

walaupun ditengah keterbatasan. Sehingga, setiap anak yang ada di Indonesia dapat tetap mengemban pendidikan sebagaimana semestinya. Kemampuan seorang guru untuk menciptakan model pembelajaran baru atau memunculkan kesan baru akan membedakan dirinya dengan guru yang lain. Guru yang mempunyai kreativitas tinggi dapat dikatakan sebagai guru kreatif. Guru kreatif tidak akan merana cukup hanya menyampaikan materi saja. la selalu memikirkan bagaimana caranya agar materi yang diajarkan dapat dipahami oleh peserta didik dan lebih lanjut mereka merasa senang ketika mempelajari materi tersebut. Ada beberapa alasan mengapa guru harus kreatif, di antaranya adalah: 1. Dengan semangat penuh kreativitas, peserta didik akan tertarik dengan apa yang diajarkan oleh guru 2. Pelajaran yang diajarkan oleh guru akan menjadi menarik 3. Peserta didik akan bersemangat belajar 4. Peserta didik akan menjadi lebih mandiri 5. Peserta didik akan lebih mudah memecahkan masalah 6. Guru mampu memberikan inpirasi yang beragam kepada peserta didik tentang berbagai persolan dan model pemecahannya.

Pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika dikelola dengan baik, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dapat dikatakan bahwa adanya hasil belajar siswa yang tinggi dan berkualitas, dihasilkan dari proses pembelajaran yang berkualitas. Untuk menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas pendidik membutuhkan kemampuan dalam menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam kelas, ketidaksesuaian metode pembelajaran yang diterapkan dapat menurunkan kualitas proses pembelajaran itu sendiri, dengan demikian maka perbaikan dan peningkatan hasil belajar siswa di sekolah dapat dilaksanakan dengan adanya penggunaan metode pembelajaran yang tepat oleh guru. Metode pembelajaran ini merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Maka metode pembelajaran tersebut sangat dibutuhkan bagi para pendidik di dalam kelas agar pembelajaran tersebut dapat maksimal. Pada saat pembelajaran akan dilaksanakan, hal pertama yang paling penting adalah guru sebagai tenaga pendidik yang profesional hendaknya memahami tujuan pembelajaran agar tidak salah dalam memilih strategi pembelajaran, perencanaan pembelajaran, pengelolaan kelas, pemilihan bahan ajar dan media ajar yang digunakan dan bagaimana pemanfaatannya, serta cara pengevaluasian pembelajaran yang dilakukan (Firdaus, 2022). Selain itu, guru juga harus memperhatikan serta mempelajari dan menguasai berbagai macam

(12)

12

metode pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. (V. J.

Caiozzo, F. Haddad, S. Lee, M. Baker et al., 2019) mengemukakan, guru adalah seseorang yang profesional dan memiliki ilmu pengetahuan, serta mengajarkan ilmunya kepada orang lain, sehingga orang tersebut mempunyai peningkatan dalam kualitas sumber daya manusianya. Namun pada kenyataanya, masih ada guru yang kurang profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai guru. Contoh yang bisa dilihat saat ini yaitu ketika kurang pahamnya guru. Sebagai guru, yang menjadi hal utama adalah harus memperhatikan kebutuhan peserta didik, bukan kebutuhan guru itu sendiri. Oleh karena itu, guru perlu mengenal, mempelajari, dan memahami berbagai macam metode pembelajaran dalam menerapakannya di kelas sesuai kebutuhan peserta didik. Tidak bisa jika guru hanya menerapkan satu model atau metode dalam proses pembelajaran.

Guru harus kreatif dan inovatif dalam menerapkan metode pembelajaran, agar dapat tercapainya tujuan pembelajaran itu sendiri. Model pembelajaran lain yang mungkin dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif. Model ini menekankan adanya kerjasama antar peserta didik dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran ini dikenal juga dengan pembelajaran secara berkelompok (Karlina, 2009). Menurut (Balaram Naik, P Karunakar, M Jayadev, 2013), dalam pembelajaran ini, peserta didik bukan hanya mempelajari materi saja, tetapi peserta didik harus mempelajari keterampilan-keteranpilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif yang dimana untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Pembelajaram Kooperatif ini memiliki berbagai jenis, contonya Jigsaw, STAD (Student Team Achievement Division, TGT (Team Game Tournament), GI (Group Investigation), NHT (Number head Together), TPS (Think Pair Share) dan lain-lain.

Guru harus dapat mengajarkan, mendidik, dan melatih peserta didik di Indonesia agar menjadi anak yang berkarakter seperti tuntutan pendidikan saat ini. Jenis karakter yang hendak ditanamkan pada siswa,sebagaimana anjuran kementrian diknas, adalah: pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan- Nya; kedua, kemandirian dan bertanggungjawab; ketiga, kejujuran/amanah, diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima, dermawan, suka tolongmenolong dan gotong-royong/kerjasama; keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati, dan;

kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan. (Jalil, 2012).Karakter mempunyai pengertian yaitu nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan

(13)

13

Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

(Ichsan & Bahrul, 2017). Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.(Saifurrohman, 2014). Sedangkan menurut Lickona pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.

(Lickona, 2006: 16). giatan pembelajaran nilai dan karakter melalui berbagai kegiatan yang diselenggarakan di sekolah yakni melalui proses pembelajaran di kelas, kebiasaan di lingkungan sekolah, dan hal lainnya. Kegiatan yang dilakukan guru meliputi: 1) Guru selalu memberikan senyuman dan salam ketika bertemu peserta didik baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. 2) Melakukan baris berbaris di depan kelas sebelum masuk kelas dan dipimpin oleh salah satu peserta didik, selalu mengucapkan salam dan berdoa ketika memulai dan mengakhiri pembelajaran, guru dapat menerapkan sikap tersenyum kepada peserta didik ketika sedang menjelaskan materi agar peserta didik nyaman dan tidak tertekan ketika pembelajaran berlangsung, terbuka kepada peserta didik ketika peserta didik ingin menanyakan materi yang belum ia pahami, menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan kreatif agar peserta didik dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran,dapat mengembangkan k arakter tanggungjawab, tolong-menolong,

(14)

14 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Kurangnya sarana prasarana dapat menghambat aksesibilitas siswa terhadap pendidikan dan juga mempengaruhi kualitas pembelajaran. Keterbatasan fasilitas seperti ruang kelas yang sesak, perpustakaan yang minim, dan kurangnya laboratorium dapat menghambat pengalaman belajar siswa. Dengan hal ini maka perlu adanya peningkatan fasilitas pembelajaran, selain itu banyaknya siswa dan sedikitnya ruangan kelas juga menyebabkan kurang efektifnya pembelajaran dikelas.

Sistem pembelajaran konvensional yang terpusat pada guru dan minim inovasi dapat menghambat pengembangan kreativitas dan keterampilan siswa. Pembelajaran yang bersifat pasif mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan siswa yang beragam. Dalam hal ini dapat dioptimalkan dengan cara mengimplementasikan metode pembelajaran yang inovatif sesuai dengan perkembanga kurikulum, selain mengimpelentasikan metode sangat perlu menggunakan teknologi dalam Pendidikan hal ini akan menarik minat peserta didik dan meningkatkan pengetahuan dan mengikuti pelatihan untuk guru inovatif.

Pengoptimalan dalam pendidikan akan membentuk kepribadian peserta didik yang baik dalam memilah dan memilih pergaulan, perbuatan, dan tindakan sesuai dengan norma- norma yang berlaku. Hal tersebut memberikan dampak yang positif bagi generasi masa depan agar tidak mudah terpengaruh budaya luar maupun lingkungan sekitar yang kurang baik. Pelaksanaan tersebut diharapkan mampu mencetak generasi unggulan untuk Indonesia emas pada tahun 2045 yang merubah Indonesia menjadi maju dan bermartabat.

Pengoptimalan pendidikan karakter tersebut, saat ini dikenal dengan sebutan revolusi mental, dimana Indonesia mengambil langkah perbaikan, tanpa harus berupaya untuk menghilangkan proses perubahan dalam pembentukan karakter yang telah ada, dalam menciptakan pembentukan karakter bangsa yang lebih baik.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem berupa penanaman nilai karakter terhadap peserta didik yang meliputi kemauan atau kesadaran, dan tindakan dalam mengimplementasikan nilai, budi pekerti, karakter, serta akhlak yang baik ke dalam diri peserta didik, yang bertujuan untuk membentuk kepribadian peserta didik dalam mengambil keputusan, jujur, menghormati orang lain, maupun berperilaku baik dalam kehidupan seharihari (Putra, M. A. H. 2019).

(15)

15 3.2 Saran

Penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu kepada sumber yang bisa di pertanggung jawabkan nantinya. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran yang bersifat membangun atau motivasi dari pembaca untuk dijadikan evaluasi untuk kedepannya agar lebih baik lagi.

(16)

16

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, E. W. (2013). Ersis Warmansyah Abbas. PENDIDIKAN KARAKTER, 19. Abbas, E.

W. (2019). Building Nation Character Through Education: Proceeding International Seminar on Character Education.

Afandi, R. (2011). Integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar.

PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 1(1), 85-98.

Amelia, R., Putro, H. P. N., & Permatasari, M. A. (2020). The Role of Caregivers as a Social Attitude Developer in The Children's Social Homes Budi Mulia Banjarbaru. The Kalimantan Social Studies Journal, 2(1), 56-61.

Dewi, N. L. L. A., Putrayasa, I. B., & Nurjaya, I. G. (2014). Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara dan Relevansinya terhadap Pengajaran Pendidikan Karakter Sekolah di Indonesia. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha, 2(1).

Diananda, A. (2019). Psikologi remaja dan permasalahannya. ISTIGHNA: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam, 1(1), 116-133. Dwiningrum, S. I. A., & Purbani, W. (2012).

Manusia berkarakter dalam perspektif guru dan siswa. Jurnal Kependidikan: Penelitian Inovasi Pembelajaran, 42(1).

Putra, M. A. H. (2019). Building Character Education Through The Civilization Nations Children. The Kalimantan Social Studies Journal, 1(1), 12-17.

(17)

1

(18)

1 Nilai karakter yang akan didiskusikan:

1. Disiplin 2. Kreatif 3. Mandiri 4. Jujur

5. Rasa ingin tahu

SISTEM PENCERNAAN

Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar pencernaan. Antara proses, organ-organ dan kelenjarnya merupakan kesatuan sistem pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan-bahan makanan menjadi sari-sari makanan yang siap diserap dalam tubuh. Makanan mengalami proses pencernaan sejak makanan berada di dalam mulut hingga proses pengeluaran sisa-sisa makanan hasil pencernaan. Tahukah kamu bagaimana jalannya proses pencernaan makanan yang kita konsumsi? Untuk lebih jelasnya mari kita lakukan pengamatan berikut :

PETUNJUK KERJA

1. Amati tayangan video yang ditampilkan guru.

2. Catatlah informasi penting yang ditayangkan dalam video tersebut.

3. Lengkapilah tabel 1, 2, dan 3 berdasarkan tayangan video kemudian carilah fungsi dari masing-masing organ.

4. Diskusikanlah bersama teman kelompokmu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKPD

5. Gunakanlah buku siswa, buku pendamping dan buku IPA lainnya yang relevan sebagai sumber study pustaka dalam proses pengamatan.

https://www.youtube.com/watch?v=1sPDTUWNXtY

(19)

2

Tabel 1. Pengamatan Struktur Organ Pencernaan Utama

No Nama Organ Fungsi Organ

A

B

C

D

E

F

(20)

3 G

H

(21)

4

Tabel 2. Pengamatan Proses Pencernaan Mekanik dan Kimiawi

Organ Tempat Pencernaan

Organ yang Berperan Hasil Pencernaan

Mulut

Lambung

(22)

5

Tabel 3. Pengamatan Struktur Organ Pencernaan Tambahan

Nama Organ Fungsi Organ

Hati

Kantung Empedu

Pankreas

(23)

6

PERTANYAAN DAN DISKUSI

1. Dari hasil pengamatan yang kalian lakukan, organ apa sajakah yang termasuk ke dalam organ pencernaan utama (saluran pencernaan) dan organ pencernaan tambahan?

Jawab :

2. Berdasarkan hasil pengamatan yang kalian lakukan, tuliskan urutan proses pencernaan dari awal sampai akhir!

Jawab :

3. Dari hasil pengamatan yang kalian lakukan, pada proses pencernaan terjadi 2 proses pencernaan. Sebutkan dan jelaskan !

Jawab:

(24)

7 EVALUASI

Soal Pilihan Ganda

Kerjakan soal pilihan dibawah ini secara mandiri dengan jujur

1. Percernaan mekanis dan kimiawi terjadi di ….

A. Lambung B. Usus halus C. Mulut D. Usus besar

2. Sisa pencernaan makanan akan dikeluarkan melalui ….

A. Usus halus B. Usus besar C. Anus

D. Kerongkongan

3. Makanan yang mengandung … akan membantu memperlancar buang air besar A. Berserat

B. Berminyak C. Berlemak D. Padat

4. Yang tidak termasuk organ pencernan manusia adalah…

A. Paru-paru B. Lambung C. Usus halus D. Usus besar

5. Sering terlambat makan dapat mengakibatkan penyakit ….

A. Diare B. Maag C. Jantung D. Stroke

6. Pencernaan kimiawi pada tubuh manusia paling banyak terjadi pada ….

A. Hati B. Usus besar C. Lambung D. Duodenum

(25)

8

7. Hasil proses pencernaan yang paling banyak diserap tubuh terjadi pada ….

A. Epitel pipih esofagus B. Dinding otot lambung C. Jonjot usus halus D. Dinding otot usus besar

8. Organ tubuh yang menghasilkan enzim pencerna protein, lemak, dan karbohidrat adalah ….

A. Kantong empedu B. Pankreas

C. Lambung D. Usus halus

9. Jenis vitamin yang paling banyak ditemukan pada buah jeruk adalah ….

A. A B. B C. C D. D

10. Kelompok makanan yang seharusnya paling banyak dibutuhkan tubuh adalah ….

A. Roti, sereal, nasi, dan pasta B. Buah-buahan

C. Sayur-sayuran

D. Telur, daging, tempe, dan tahu

Gambar

Tabel 1. Pengamatan Struktur Organ Pencernaan Utama
Tabel 2. Pengamatan Proses Pencernaan Mekanik dan Kimiawi
Tabel 3. Pengamatan Struktur Organ Pencernaan Tambahan

Referensi

Dokumen terkait