Optimisme dalam bayangan ekonomi gelembung Oleh Mutamimah
Setelah mengalami krisis finansial global selama 2008-2009, kondisi ekonomi 2010 membaik, dan diperkirakan akan terus memulih. Hal itu berimbas pada kondisi makroekonomi Indonesia yang ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, IHSG, dan inflasi. Pertumbuhan ekonomi naik menjadi sekitar 6%, lebih tinggi dari perkiraan semula 5,8%, nilai tukar rupiah terhadap dolar sebesar Rp. 9.093, sedangkan pada 2009 hanya Rp. 10.949 per dolar.
Keberhasilan Indonesia mengatasi krisis perekonomian global 2008 – 2009 telah meningkatkan kepercayaan investor. Hal ini tercermin pada kondisi pasar modal Indonesia pada 2010 yang sangat mempengaruhi nilai IHSG. Pada 2010 nilai IHSG menembus ke level 3.724 atau naik 46,98% dibandingkan dengan level akhir 2009. Kinerja IHSG ini merupakan salah satu yang tertinggi di pasar modal dunia.
Saat memasuki 2010, Indonesia sebenarnya memiliki modal yang cukup meyakinkan, yakni inflasi diperkirakan 2,8% pada 2009.
Tekanan yang relatif rendah ini sempat membuat semua pihak, seperti pengusaha, perbankan, dan pemerintah, optimis. Namun selama 2010, tekanan harga pangan yang bergejolak naik secara terus menerus karena kondisi cuaca yang tidak menentu juga banjir maupun erupsi gunung merapi menurunkan produksi dan mengganggu kelancaran distribusi. Peningkatan pertumbuhan kredit serta kenaikan tariff dasar listrik mendorong meningkatnya tingkat inflasi pada kisaran 6-6,5%.
Prestasi ekonomi Indonesia lainnya adalah pertumbuhan total asset perbankan syariah mencapai 33%. Sampai kahir Oktober 2010, total aset perbankan syariah mencapai Rp. 86 triliun. Secara kelembagaan, saat ini jumlah bank syariah telah mencapai 11 BUS, 23 UUS, dan 146 BPRS dengan jaringan 1.625 kantor pada 2010. Secara geografis, sebaran jaringan kantor ini telah menjangkau masyarakat lebih dai 89 kabupaten/kota di 33 provinsi.
Perkembangan ini diharapkan bisa memberdayakan sektor riil, sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat.
Yang perlu dicermati, peningkatan kinerja makroekonomitersebut ternyata bellum mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat, mengurangi kemiskinan dan pengangguran secara signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh data Badan Pusat Statistik, yakni pada 2010 jumlah warga miskin masih 31,02 juta orang, pengangguran mencapai 8,592 juta orang turun dari 9,259 juta orang.
Pertumbuhan ekonomi hanya menguntungkan kalangan menengah ke atas, tetapi tidak memicu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi masih menyisakan persoalan klasik, yaitu kemiskinan dan pengangguran. Hal ini karena
pertumbuhan disumbang oleh sector konsumsi dengan porsi yang lebih besar ketimbang sector investasi, sehingga sektor riil tidak bergerak maksimal.
Pada lima tahun terakhir perbankan nasional hanya mengucurkan 16% dari total kredit kepada sektor manufaktur, sedangkan kredit untuk konsumsi, property, dan sektor non tradeable lainnya mencapai 65%. Artinya kredit perbankan porsinya lebih besar untuk konsumsi disbanding untuk investasi. Konsekuensinya, PDB nasional sekitar 60% berasal dari sector konsumsi, sementara sector manufaktur hanya menyumbang sekitar 27%. Ini sangat tidak sehat. Selain itu, gempuran produk Cina dengan bermacam-macam jenis telah membanjiri Indonesia, dengan kualitas lebih bagus dan harga murah.
Fenomena ini menjadi ancaman bagi sector riil, jika pemerintah tidak memberi perlindungan dan dukungan untuk optimalisasi pertumbuhan sektor riil, terutama UMKM. Bahaya lain dari kemajuan pesat sektor finansial yang tidak diimbangi oleh geliat sektor riil adalah terciptanya ekonomi gelembung (buble economy) yang berujung pada krisis.
Prospek 2011
Berdasarkan capaian kinerja ekonomi 2010, pertumbuhan ekonomi 2011 optimis diperkirakan akan lebih baik, dengan tingkat pertumbuhan diperkirakan sekitar 6-6,5%. Hal itu diharapkan akan menyerap tenaga kerja baru yang diperkirakan masuk ke pasar tenaga kerja sebesar 1,8 juta jiwa.
Tingkat inflasi diperkirakan dapat dijaga pada kisaran 5% plus minus 1%. Selain itu, pemerintah menargetkan akan menurunkan tingkat kemiskinan menjadi antara 11,5 - 12 ,5% dari 13,3% pada 2010. Terlepas dari optimism itu, tahun 2010, masih menyisakan berbagai persoalan klasik yang belum terselesaikan, yaitu tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, serta turunnya ekspor.
Untuk mewujudkan optimism itu, dibutuhkan pendekatan holistic, yaitu melibatkan berbagai pihak pemerintah, perbankan, perguruan tinggi, UMKM, dan masyarakat. Pertama, akselerasi sector riil tidak cukup dilakukan dengan hanya memberi kemudahan untuk mendapatkan modal usaha.
Para pelaku sector riil, terutama UMKM harus mengubah pola pikirnya menjadi SDM yang berkualitas, bekerja keras, serta profesionalisme. Kedua, Bank Indonesia perlu menyempurnakan kebijakan dan aturan bagi pertumbuhan perbankan konvensional, perbankan syariah (termasuk BPRS), BMT serta lembaga keuangan lain agar saling bersinergi dan bersaing secara sehat.
Ketiga, harus ada sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat agar terlibat dengan perbankan syariah, karena system perbankan syariah identic untuk pemberdayaan sektor riil. Keempat, untuk optimalisasi, mekanisme implementasi program pengentasan kemiskinan dan pengangguran yang dilakukan oleh pemerintah (misalnya :
PNPM, Jamkesmas) maupun perusahaan (misalnya : CSR) perlu disempurnakan. Kelima, perlu aturan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, seperti perbaikan infrastruktur, birokrasi, dan mencegah ekonomi biaya tinggi, sehingga hasil produksi sektor riil bias bersaing dengan hasil produk Negara lain.