• Tidak ada hasil yang ditemukan

Orientasi Nilai Konsumen Berbelanja di Swalayan Syari'ah

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Orientasi Nilai Konsumen Berbelanja di Swalayan Syari'ah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Progress Conference Vol. 1, No. 1, Agustus 2018 | 351 Orientasi Nilai Konsumen Berbelanja di Swalayan Syari’ah

Eko Wicaksono, SE., M.Si.

STIE WIDYA GAMA LUMAJANG email : ekowicaksono333@gmail.com

Abstrak

Saat ini banyak lembaga-lembaga ekonomi yang beroperasional dengan memakai sistem syari’ah.

Pada saat terjadinya krisis banyak bank-bank konvensional kehilangan keseimbangan akibat inflasi, hanya bank yang memakai sistem syari’ah yang mampu bertahan pada saat itu. Indonesia yang mayoritas adalah Umat beragama Islam seharusnya menjadi lahan yang baik bagi perkembagan sistem syari’ah akan tetapi justru perkembangan sistem syari’ah di Indonesia jauh tertinggal oleh negara tetangga seperti Malaysia. Lembaga- lembaga ekonomi yang memakai sistem syari’ah diantaranya adalah bank, leasing, asuransi, perhotelan dan swalayan. Untuk yang terakhir ini swalayan 212 Syari’ah adalah satu-satunya swalayan tersebar di Indonesia yang memakai sistem syari’ah dalam operasionalisasinya. Kehadirannya di tengah-tengah menjamurnya swalayan konvensional serta alasan orang berbelanja di swalayan membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan permasalahan yang dibuat oleh peneliti adalah faktor-faktor apa yang melatar belakangi konsumen berbelanja di swalayan 212. Dalam penelitian ini penulis menggunakan kombinasi antara dua pendekatan penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif. Dengan memakai pendekatan studi deskriptif yaitu untuk menggambarkan apa yang peneliti temukan di lapangan.

Adapun alasan penulis memakai dua metode penelitian disini adalah untuk lebih dapat melihat lebih jauh gambaran tentang keberadaan swalayan syari’ah dan orientasi konsumen berbelanja di swalayan 212 syari’ah. Lokasi penelitian yaitu di swalayan 212 Syari’ah yang terletak di jalan Cokroaminoto Kota Probolinggo. Dengan unit analisis pengelola dari swalayan 212 Syari’ah dan juga para konsumen yang berbelanja di swalayan 212 Syari’ah. Dari hasil penelitian sementara di swalayan 212 Syari’ah diketahui bahwa swalayan ini didirikan bukan hanya karena sebagai salah satu strategi pemasaran akan tetapi merupakan kebangkitan ekonomi umat Islam dan bertujuan untuk mensejahterakan bagi umat Islam tersebut dengan usaha bersama melakukan rebranding kopeasi Syari’ah 212 di seluruh kota kabupaten Indoensia dan dengan namanya menjadi Swalayan 212 membuktikan keseriusan umat islam untuk menjalankan operasionalisasi swalayannya secara menyeluruh sesuai dengan ajaran Islam. Dimana mereka hanya menjual produk yang bersertifikasi halal dan yang mereka yakini bahwa produk itu adalah halal. Sedangkan bagi para konsumen yng memilih berbelanja di sini karena produk yang dijual halal, karena ajaran agama, karena sistem bagi hasil dan juga karena suasana Islami yang mampu dihadirkan oleh swalayan 212 Syari’ah ini.

Kata kunci : Swalayan Syariah, Strategi Pemasaran

Abstract

Currently, many economic institutions are operating by using sharia system. At the time of the crisis many conventional banks lost their balance due to inflation, only banks using the shari'a system were able to survive at the time. The majority of Indonesia is the Moslem should be a good land for the development of sharia system but the development of sharia system in Indonesia far behind by neighboring countries like Malaysia. Economic institutions that use sharia system include banks, leasing, insurance, hospitality and self-service. For the latter, self-service 212 Syari'ah is the only supermarket in Indonesia that uses sharia system in its operation. Its presence in the midst of the proliferation of conventional supermarkets and the reason people shop in supermarkets make writers interested in doing research and problems made by researchers are what factors the background of consumers shopping at self-service 212. In this study the authors use a combination of two research approaches that are qualitative and quantitative. Using a descriptive study approach that is to describe what researchers found in the field. The reason the authors use two research methods here is to be able to see more picture about the existence of self-service sharia and consumer orientation shopping in self-service 212 shari'ah. The location of research is in self-service 212 Syari'ah which is located in

(2)

Progress Conference Vol. 1, No. 1, Agustus 2018 | 352 Cokroaminoto street, Kota Probolinggo. With a unit of management analysis of self-service 212 Syari'ah and also consumers who shop at self-service 212 Shari'ah. From the results of research while in self-service 212 Shari'ah known that this supermarket was founded not only because as one of the marketing strategy but is the economic rise of Muslims and aims to prosper for Muslims with a joint effort to rebranding kopeasi Shari'ah 212 across districts of Indonesia and by its name became Self- Service 212 proves the seriousness of Muslims to carry out its comprehensive self-service operations in accordance with Islamic teachings. Where they only sell products that are halal certified and they believe that the product is halal. As for the consumers yng choose to shop here because the products are sold halal, because the teachings of religion, because the system for the results and also because of the Islamic atmosphere that can be presented by self-service this Shari'ah 212.

Keywords : Supermarkets Sharia, Marketing Strategy

PENDAHULUAN

Bagi masyarakat Indonesia jelas mayoritas penduduknya muslim sekitar 80 % dari 220 juta penduduk Indonesia, namun pemahaman akan ekonomi syari’ah belum tersosialisasi dengan baik.

Masyarakat lebih banyak mengenal bank syari’ah, pada hal tidak hanya kegiatan bisnis perbankan berbasis syari’ah tetapi ada sektor lain seperti reksadana, perhotelan, asuransi, multilevel marketing hingga penyiaran (broadcast). Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sektor perbankan paling dominan kegiatan ekonomi syari’ah.

Filosofi ekonomi syari’ah yaitu untuk mensejahterakan rakyat, tujuannya menggerakkan perekonomian rakyat, untuk membangun kemampuan umat, sebagai salah satu alat utama untuk menjalankan roda ekonomi berdasarkan syari’ah, ekonomi syari’ah tidak diperuntukkan hanya kepada umat islam namun berlaku umat lainnya secara universal sepanjang tidak melanggar koridor akidah islam, ekonomi syariah sebagai salah satu alat untuk memerangisegala bentuk riba seperti praktik pembungaan uang yang dibangun oleh perbankan konvensional.

Keadaan di posisi yang tanggung seringkali sulit untuk meraih keuntungan terutama di kalangan pengelola swalayan (mart). Dimana swalayan tersebut menyediakan barang kebutuhan rumah tangga termasuk sembilan bahan pokok ecereran dengan cara swalayan dengan menawarkan kenyamanan belanja, harga yang bersaing, serta produk beragam dengan kualitas yang relatif terjamin. Banyak masyarakat dari semua kalangan yang tertarik untuk berbelanja di tempat –tempat tersebut selain harga yang ditawarkan tidak terlalu berbeda dengan harga-harga di pasar tradisional,, sarana dan prasarana di tempat belanja jauh lebih lengkap dan bersih. Seiring perkembangan keberadaan pasar modern bahkan mampu menggeser keberadaan pasar tradisional. Di tahun 2000 banyak berdiri supermarket-supermarket seperti indomart dan alfa di tingkat kelurahan dan desa.

Mereka mendirikan bangunan di jalan-jalan utama desa /kelurahan, sekaramg pertumbuhan pasar tadisional hanya 24, 66% sementara pasar modern 75,34%, dibandingkan pada 10 tahun sebelumnya pasar tradisional lebih tinggi prosentasenya dibandingkan pasarn modern.

Banyak faktor penyebab terjadinya pergeseran peran pasar tradisional yaitu salah satunya perubahan gaya hidup konsumen. Konsumen bukan sekedar ingin membeli barang dan atau semua kebutuhan tapi juga ingin mendapatkan pelayanan dan kenyamanan saat berbelanja. Supermarket adalah pilihan bagi mereka yang ingin berbelanja dalam kenyamanan dan menentukan pilihan produk berdasarkan keinginan sendiri. Tapi harga sebuah produk yang sama pasti lebih mahal apabila dibeli di supermarket daripada di pasar tradisional. Hal lain terjadi karena hipermarket mulai bersaing dengan harga produk yang lebih murah daripada di pasar tradisional. Akibatnya segmentasi pengunjung pasar tradisional yang merupakan pencari harga sejati bergerak membanjiri hipermarket.

Saat ini ada begitu banyak supermarket yang berdiri, belum lagi dengan munculnya raksasa hipermart yang menawarkan suasana dan kenyamanan dalam berbelanja. Strategi baru dalam menghadapi persaingan dengan sesama peritel modern tidak bisa dielakkan, pengelola supermarket memang tidak memiliki pilihan lain kecuali harus mengatur strategi baru agar bisa bertahan. Pengelola swalayan tidak bisa lagi bertumpu pada strategi klasik, tetapi sudah saatnya meracik strategi marketing mix yang lebih jitu, mulai product, price, place, hingga promotion. Bila sekadar bertumpu pada daya tarik persaingan harga, maka tentunya swalayan akan kehilangan pelanggan. Dalam hal Pengelola swalayan harus mampu meningkatkan layanan dan berpromosi, serta juga menyediakan produk-produk yang eksklusif. Artinya, produk yang hanya tersedia di toko swalayan itu. Apalagi, saat ini konsumen cenderung semakin memilih belanja produk segar di pasar modern dibandingkan di pasar tradisional. Alasannya, pasar modern dirasakan ada jaminan kualitas keamanan makanan. Barangkali disinilah celah mendongkrak daya saing swalayan.

(3)

Progress Conference Vol. 1, No. 1, Agustus 2018 | 353 Swalayan syariah yang menawarkan konsep lain dalam berbelanja adalah swalayan syari’ah.

“Assalamu'alaikum.'' Itulah sapaan awal para pramuniaga kepada seluruh pengunjung 212 Mart yang berlokasi di Jl. Cokroaminoto Probolinggo. Dengan ramah, para pramuniaga pakai kopiah, akan menuntun dan menemani pengunjung berbelanja di swalayan dan berhawa sejuk. Musik berirama kasidah menemani setiap langkah pengunjung. Kekuatan nilai Islam semakin terasa ketika selesai melakukan transaksi. ''Kami jual ya, Pak..." ujar kasir, sebagai tanda akad yang diharuskan Islam dalam hal jual-beli. Keindahan dan ketenangan batin menyergap pengunjung.

Suasana itu terekam dan terpancar saat setiap pengunjung 212 Mart, sebuah perbelanjaan yang baru di Indonesia yang menawarkan konsep syari’ah.

Nilai merupakan sesuatu yang abstrak sehingga sulit untuk dirumuskan ke dalam suatu pengertian yang memuaskan. Beberapa ahli merumuskan pengertian nilai dari beberapa perspektif yakni perspektif antropologis, filsafat dan psikologis. Manusia menganggap sesuatu bernilai, karena ia merasa memerlukannya atau menghargainya. Dengan akal dan budinya manusia menilai dunia dan alam sekitarnya untuk memperoleh kepuasan diri baik dalam arti memperoleh apa yang diperlukannya, apa yang menguntungkannya, atau apa yang menimbulkan kepuasan batinnya.

Ketika seseorang telah memilih untuk menjalankan kehidupan dengan berlandaskan nilai-nilai dari agamanya dia akan merasa puas karena disini dia telah menganggap dirinya telah menjalankan apa yang diperintahkan oleh Tuhan. Orientasi nilai menunjuk kepada standar-standar normatif yang mempengaruhi dan mengendalikan pilihan-pilihan individu terhadap tujuan yang dicapai dan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan itu. Dengan berorientasinya seseorang berdasarkan nilai-nilai agama dapat mempengaruhi pikirannya dalam menentukan pilihan-pilihan yang sesuai dengan ajaran agama. Hadirnya swalayan Syari’ah seperti 212 mart yang membawa label syari’ah secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi pilihan-pilihan masyarakat agar menjalankan ajaran agamanya yang telah ditentukan.

Saat ini begitu banyak bentuk lembaga-lembaga syari’ah di Indonesia. Mulai dari bank, leasing, hotel, asuransi, sampai juga kepada bentuk swalayan. Akan tetapi umat Islam yang sangat mayoritas di negara ini masih sangat sedikit yang memilih model-model ekonomi yang berbentuk syari’ah ini.

Dimana sebenarnya mereka inilah yang menjadi target utama dalam kemunculan lembaga-lembaga ekonomi yang berbentuk syari’ah ini. Berawal dari kenyataan ada ketertarikan terhadap faktor apa yang mendorong orang untuk ikut dalam sistem ekonomi syari’ah khususnya konsumen yang berbelanja di 212 Mart yang merupakan model ekonomi syar’ah

KAJIAN PUSTAKA

Parsons mengembangkan kerangka A-G-I-L untuk menganalisa persyaratan fungsional dalam semua sistem sosial. Adapun kerangka A-G-I-L yaitu : A-Adaptation, menunjuk pada keharusan bagi sistem-sistem sosial untuk menghadapi lingkungannya. Lingkungan, seperti yang sudah kita ketahui, meliputi yang fisik dan sosial. Untuk suatu kelompok kecil, lingkungan sosial akan terdiri dari satuan institusional yang lebih besar dimana kelompok itu berada. Untuk sistem-sistem yang lebih besar, seperti misalnya masyarakat keseluruhan, lingkungan akan meliputi sistem-sistem sosial lainnya dan linkungan fisik; G-Goal attainment, merupakan persyaratan fungsional yang muncul dari pandangan bahwa tindakan itu diarahkan pada tujuan-tujuannya. Namun perhatian yang diutamakan disini bukanlah tujuan individu melainkan tujuan bersama dalam suatu sistem sosial. Dalam salah satu dari kedua hal itu, pencapaian tujuan merupakan sejenis kulminisasi tindakan yang secara intrinsik memuaskan, dengan mengikuti kegiatan-kegitan penyesuaian persiapan. Menurut skema alat tujuan pencapaian maksud ini adalah tujuannya sedangkan kegiatan penyesuaian yang sudah terjadi sebelumnya merupakan alat untuk merealisasi tujuan ini; I-integration, merupakan persyaratan yang berhubungan dengan interalasi antara para anggota dalam sistem sosial itu. Supaya sistem sosial itu berfungsi secara efektif sebagai satu satuan, harus ada paling kurang suatu tingkat solidaritas diantara individu yang termasuk didalamnya. Masalah integrasi menunjuk pada kebutuhan untuk menjamin bahwa ikatan emosional yang cukup yang menghasilkan solidaritas dan kerelaan untuk bekerjasama dikembangkan dan dipertahankan. Ikatan-ikatan emosional ini tidak boleh tergantung pada keuntungan yang diterima atau sumbagan yang diberikan untuk tercapainya tujuan inidividu atau kolektif; L-latent pattern maintenance. Konsep latensi menunjukan ada berhentinya interaksi. Para anggota dalam sistem sosial apa saja bisa letih dan jenuh serta tunduk pada sistem sosial lainnya dimana mungkin mereka terlibat. Karena itu, semua sistem sosial harus berjaga-jaga bilamana sistem itu sewaktu-waktu berantakan dan para anggotanya tidak lagi bertindak atau berinteraksi sebagai anggota sistem.

Orientasi motivasional menunjuk pada keinginan individu yang bertindak itu untuk memperbesar kepuasan dan mengurangi kekecewaan. Satu segi dari permasalahan ini adalah ikhtiar untuk menyeimbangkan kebutuhan-kebutuhan langsung yang memberikan kepuasan dengan

(4)

Progress Conference Vol. 1, No. 1, Agustus 2018 | 354 tujuan-tujuan jangka panjang. Orientasi nilai menunjuk pada standar-standar normatif yang mengendalikan pilihan-pilihan individu (alat dan tujuan) dan prioritas sehubungan dengan adanya kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan yang berbeda.

Dimensi-dimensi itu adalah sebagai berikut :

1. Orientasi motivasional yaitu dimensi kognitif, dimensi katektik dan dimensi evaluatif ;

a) Dimensi kognitif pada dasarnya menunjuk pada pengetahuan orang yang bertindak itu mengenai situasinya, khususnya kalau dihubungkan dengan kebutuhan dan tujuan-tujuan pribadi. Dimensi ini mencerminkan kemampuan dasar manusia untuk membedakan antara rangsangan- rangsangan yang berbeda dan membuat generalisasi dari satu rangsangan dengan rangsangan lainnya. b) Dimensi katetik dalam orientasi motivasional menunjuk pada reaksi afektif atau emosional dari orang yang bertindak itu terhadap situasi atau pelbagai aspek di dalamnya. Ini juga mencerminkan kebutuhan dan tujuan individu. Umumnya, orang memiliki suatu reaksi emosional positif terhadap elemen-elemen dalam lingkungan itu yang memberikan kepuasan atau dapat digunakan sebagai alat dalam mencapai tujuan; dan reaksi yang negatif terhadap aspek-aspek dalam lingkungan itu yang mengecewakan. c) Dimensi evaluatif dalam orientasi motivasional menunjuk pada dasar pilihan seseorang antara orientasi kognitif atau katektif secara alternatif.

2. Orientasi Nilai yaitu dimensi kognitif, dimensi apresiatif dan dimensi moral.

Ketiga dimensi yang terdapat dalam orientasi nilai tampaknya sama dengan ketiga dimensi dalam orientasi motivasional. Tetapi dimensi-dimensi itu bisa berdiri sendiri. Perbedaan yang prinsip adalah bahwa komponen-kompenen dalam orientasi nilai menunjuk pada standar normatif umum, bukan keputusan dengan orientasi tertentu. Jadi dimensi kognitif dalam orientasi nilai menunjuk pada standar-standar yang digunakan dalam menerima atau menolak perbagai interpretasi kognitif mengenai situasi, dimensi apresiatif menunjuk pada standar yang tercakup dalam pengungkapan perasaan atau keterlibatan afektif. Yang terakhir, dimensi moral dalam orientasi nilai menunjuk pada standar-standar abstrak yang digunakan untuk menilai tipe-tipe tindakan alternatif menurut implikasinya terhadap sistem itu secara keseluruhan (baik individu maupun sosial) dimana tindakan itu berakar. Orientasi nilai keseluruhan mempengaruhi dimensi evaluatif dalam orientasi motivasional. (Johnson, Paul Doyle, 1990 : 113-115)

Konsumsi dipandang dalam Sosiologi bukan sebagai sekedar pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisik dan biologis manusia tetapi berkait kepada aspek-aspek sosial budaya. Konsumsi berhubungan dengan masalah selera, identitas atau gaya hidup. Sosiologi memandang selera sebagai sesuatu yang dapat berubah, difokuskan pada kualitas simbolik dari barang, dan tergantung pada persepsi tentang selera dari orang lain.

Teori ini mengenai tindakan sosial menekankan orientasi subyektif yang mengendalikan pilihan- pilihan individu. Secara normatif diatur atau dikendalikan oleh nilai dan standar normatif bersama.

Prinsip-prinsip dasar ini menurut Parson bersifat universal dan mengendalikan semua tipe perilaku manusia, tanpa memandang konteks sosial budaya tertentu.

Menurut Spranger Kebudayaan (kultur) dipandang sebagai sistem nilai-nilai karena kebudayaan itu tidak lain adalah kumpulan nilai-nilai kebudayaan yang tersusun atau diatur menurut struktur tertentu. Kebudayaan sebagai sistem atau struktur nilai-nilai ini oleh Spranger digolong-golongkan menjadi enam lapangan nilai. Keenam lapangan hidup ini masih dikelompokkan lagi menjadi dua kelompok yaitu :

(a) Lapangan-lapangan yang bersangkutan dengan manusia sebagai individu, yang meliputi empat lapangan nilai yaitu : Lapangan pengetahuan (ilmu, teori); Lapangan ekonomi;

Lapangan kesenian; Lapangan keagamaan.

(b) Lapangan-lapangan nilai yang bersangkutan dengan manusia sebagai anggota masyarakat.

Lapangan ini menyangkut manusia dengan kekuatan cinta dan cinta akan kekuasaan.

Kelompok ini menyangkut dua nilai yaitu : Lapangan kemasyarakatan; Lapangan politik

Jadi menurut Spranger dalam kebudayaan itu terdapat adanya enam macam lapangan nilai, atau yang disebut juga bentuk-bentuk kehidupan. Tipe-tipe manusia menurut Spranger itu secara singkat dapat diikhtisarkan dalam tabel berikut ini :

Nilai kebudayaan yang dominan Tipe Tingkah laku dasar

Ilmu pengetahuan Manusia teori Berpikir

Ekonomi Manusia ekonomi Bekerja

Kesenian Manusia estetis Menikmati keindahan

Keagamaan Manusia agama Memuja

kemasyarakatan Manusia sosial berbakti

Politik Manusia kuasa Ingin berkuasa /memerintah

(5)

Progress Conference Vol. 1, No. 1, Agustus 2018 | 355 Spranger memberikan gambaran masing-masing tipe itu secara garis besar dikemukakan hal yang berikut ini. Seseorang itu corak sikap hidupnya ditentukan oleh nilai kebudayaan mana yang dominan, yaitu nilai kebudayaan mana yang olehnya dipandang sebagai nilai yang tertinggi. Ia akan memandang segala sesuatu, jadi juga nilai-nilai kebudayaan yang lain, dengan kacamata nilai yang dihargainya paling tinggi itu, yaitu dari kacamata nilai-nilai yang dominan itu. Sehingga nilai-nilai kebudayaan yang lain itu akan diwarnai juga oleh nilai yang dominan itu.

(1) Manusia teori

Seorang manusia teori adalah seorang intelektualis sejati, manusia ilmu. Cita- cita utamanya ialah mencapai kebenarannya dan hakikat daripada benda-benda. Banyak sekali motifnya mengusahakan ilmu pengetahuan itu hanya semata-mata untuk ilmu pengetahuan tersebut tanpa mempersoalkan faedah atau hasilnya. Tujuan yang dikejar manusia teori adalah pengetahuan yang objektif, sedangkan segi lain misalnya seperti soal-soal moral, keindahan dan sebagainya terdesak ke belakang. Ia adalah ahli pikir yang logis dan memiliki pengertian-pengertian yang jelas serta membenci segala bentuk kekaburan. Dalam kehidupan sehari-hari ia adalah seorang pecinta kebenaran dan konsekuen.

(2) Manusia ekonomi

Orang-orang yang termasuk golongan ini selalu kaya akan gagasan-gagasan yang praktis, kurang memperhatikan bentuk tindakan yang dilakukannya, sebab perhatiannya terutama tertuju kepada hasil daripada tindakan itu, hasilnya bagi dirinya sendiri. Manusia golongan ini akan menilai segala sesuatu hanya dari segi kegunaannya dan nilai ekonomisnya; dia bersikap egosentris, hidupnya dan kepentingannya sendirilah yang penting, dan orang-orang lain hanya menarik perhatiannya selama mereka masih berguna baginya, penilaian yang dikemukakannya terhadap orang lain, yang dikenakannya terhadap sesama manusia terutama didasarkan kepada kemampuan kerja dan prestasinya.

(3) Manusia estetis

Manusia estetis menghayati kehidupan seakan-akan tidak sebagai pemain, tetapi sebagai penonton, dia selalu sebagai seorang impresionis, yang menghayati kehidupan secara pasif, disamping itu dapat juga dia sebagai seorang ekspresionis, yang mewarnai segala kesan yang diterimanya dengan pandangan jiwa subjektifnya. Juga manusia estetis itu berkecenderungan ke arah individualisme; hubungan dengan orang-orang lain kurang kekal.

(4) Manusia agama

Menurut Spranger inti daripada hal keagamaan itu terletak dalam pencarian terhadap nilai tertinggi daripada keberadaan ini; siapa yang belum mantap akan hal ini belumlah mencapai apa yang seharusnya dikejarnya, dia belum mencapai dasar yang kuat dalam hidupnya. Sebaliknya siapa yang sudah mencapai titik tertinggi itu akan merasa bebas, tenteram dalam hidupnya. Bagi seorang yang termasuk golongan tipe ini segala sesuatu itu diukur dari segi artinya bagi kehidupan rohaniah kepribadian, yang ingin mencapai keselarasan antara pengalaman batin dengan arti daripada hidup ini.

(5) Manusia sosial

Sifat utama daripada manusia golongan tipe ini adalah besar kebutuhannya akan adanya resonansi dari sesama manusia, butuh hidup diantara manusia-manusia lain dan ingin mengabdi kepada kepentingan umum. Nilai yang dipandangnya sebagai nilai yang paling tinggi adalah “cinta terhadap sesama manusia“ baik yang tertuju kepada individu tertentu maupun yang tertuju kepada kelompok manusia.

(6) Manusia kuasa

Manusia kuasa bertujuan untuk mengejar kesenangan dan kesadaran akan kekuasaannya sendiri, dorongan pokoknya adalah ingin berkuasa, semua nilai-nilai yang lain diabdikan kepada nilai yang satu ini. Kalau manusia ekonomi mengejar akan penguasaan benda-benda, maka manusia kuasa mengejar penguasaan atas manusia. (Suryabrata, 1998 : 84-92)

METODE PENELITIAN

Metode dengan judul penelitian “Orientasi Nilai Konsumen Berbelanja di Swalayan Syari’ah”

adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuatittatif dan kualitatif. metode deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap pandangan- pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pengujung yang berbelanja 212 Mart yang berlokasi di jl. Cokroaminoto Kota Probolinggo. populasi yang akan diteliti tidak memilki sifat homogen, tetapi heterogen. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara insidential sampling. Teknik Analisis Data penelitian kami lakukan dengan dua cara yaitu dalam

(6)

Progress Conference Vol. 1, No. 1, Agustus 2018 | 356 bentuk kuantitatif dan kualitatif, sedangkan teknik analisis dalam bentuk kuatittatif yaitu peneliti menggunakan metode analisis deskriptif, dimana hanya menjabarkan hasil penelitian dan memberikan gambaran dari masalah yang diteliti. Peneliti sengaja menggambarkan dan meringkaskan berbagai kondisi dan situasi serta gejala yang timbul dalam penelitian dan tidak bertujan menghasilkan hipotesis. Metode analisis yang dimaksud yaitu menggunakan metode statistik deskriptif. Pengolahan data secara statistik deskriptif dapat dilakukan dengan distribusi frekuensi. Sedangkan teknik analisis dalam bentuk kualitatif yaitu dari data Data yang diperoleh terlebih dahulu dievaluasi untuk memastikan objektivitas (kesesuaian dengan keadaan sebenarnya) dan relevansi dengan masalah yang diteliti. Temuan dalam penelitian tersebut kemudian direduksi (diedit), diinterpretasikan atau ditafsirkan, dan diorganisasikan. Kemudian dianalisis secara sistematis untuk memperoleh data sesuai dengan objek permasalahan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Ekonomi syari’ah di masyarakat

Indonesia yang penduduknya mayoritas adalah umat beragama Islam belum banyak yang mengetahui atau memahami akan ekonomi syari’ah bahkan juga terjadi pada tingkatan orang yang bergerak di bidang agama. Ekonomi syari’ah adalah suatu sistem di dalam ekonomi Islam yang diterapkan kepada seluruh bangsa dan agama yang ada di dunia. Bahkan pada Akademisi perguruan tinggi masih banyak yang belum membuka program studi ekonomi syari’ah. Penduduk Indonesia yang mayoritas islam seharusnya menjadi pangsa pasar yang baik untuk menjalankan ekonomi islam, akan tapi masih banyak yag belum paham akan ekonomi syari’ah sehingga perkembangan sistem ekonomi syari’ah lambat.

2. Perkembangan Ekonomi Syari’ah

Dalam beberapa tahun terakhir sistem ekonomi syari’ah mulai menunjukkan pemulihan dan mengalami perkembang pesat sejalan dengan membaiknya perekonomian Indonesia. Fenomena kemunculan sistem ekonomi syari’ah ini pertama kali diterobos oleh bank Muamalat akan tetapi seiring perkembangannya sudah banyak bentuk-bentuk lembaga di sektor ekonomi yang memakai prinsip-prinsip syari’ah dalam operasionalnya, seperti

a. Asuransi syari’ah

b. Permodalan syari’ah ( FIF) c. Perhotelan syari’ah

d. Swalayan / supermarket syari’ah

Serta meningkatnya daya beli masyarakat dan penerapan otonomi daerah yang mendorong pertumbuhan ekonomi syari’ah dan membuka peluang bagi orang – orang muslim untuk melakukan ekspansi di sejumlah daerah yang potensial. Ditambah dengan kebijakan-kebijakan pemerintah tentang globalisasi di sektor ekonomi dan investor untuk melakukan investasi langsung, ikut mendorong pertumbuhan ekonomi disektor ekonomi khususnya pasar ritel modern / supermarket / swalayan dengan prinsip-prinsip syari’ah dalam operasionalnya. Membaiknya kondisi ekonomi makro juga berimbas terhadap perkembangan bisnis ritel di dalam negeri khususnya ritel modern (department store, pasar swalayan, mini market, hipermarket, dan pusat perkulakan). Bangkitnya bisnis ritel telah mendorong sejumlah pengusaha ritel modern baik lokal maupun asing untuk melakukan ekspansi dengan membuka sejumlah gerai baru di daerah- daerah potensial.

Kesediaan untuk berubah semakin dibutuhkan mengingat kecenderungan perubahan dalam situasi lingkungan bisnis meningkat sangat pesat. Perubahan di dalam lingkungan bisnis diantaranya dipengaruhi oleh kompetisi bisnis dan pasar yang semakin besar, mengindikasikan intensitas persaingan yang semakin cepat dan ketat. Perubahan dalam lingkungan bisnis ini membawa konsekuensi meningkatnya kebutuhan untuk perubahan menuju prestasi yang lebih tinggi (lebih produktif, lebih inovatif, dan pendekatan-pendekatan baru dalam pemasaran dan distribusi). Dalam situasi bisnis ini, terjadi persaingan sengit untuk merebut, mempertahankan dan menguasai customer. Masing-masing pelaku usaha membuat strategi bersaing yang tepat.

Charles Handy menyarankan perlunya pemikiran upside-down thinking (berfikir terbalik dari kelaziman) dalam menyikapi situasi bisnis yang berubah. Pada konsepnya, Kartajaya menyebutkan bahwa customer bahkan harus dianggap sebagai partner atau mitra kerja.

Company tidak bisa lagi berjualan pada mereka. Yang dapat dilakukan oleh sebuah company hanyalah berinteraksi dengan customer untuk kepentingan bersama. Pada titik inilah, sebuah company hanya dapat survive jika bisa mengusahakan suatu situasi win-win bersama customer.

(7)

Progress Conference Vol. 1, No. 1, Agustus 2018 | 357 Hal ini yang diyakini akan dapat diwujudkan dengan penerapan prinsip-prinsip syari’ah dalam operasional perusahaan. Keyakinan ini cukup beralasan, karena dalam sistem ini prinsip-prinsip seperti keadilan, kejujuran, transparancy, accountable ditegakkan, Sebagai contoh dalam dunia perbankan. Bank-bank yang menerapkan sistem syari’ah dalam perjalanannya mampu bertahan di tengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Lebih jauh lagi bahwa prinsip-prisip syari’ah tidak hanya diterapkan kepada customer tetapi juga kepada stakeholder karena proses produksi atau jasa secara langsung atau tidak langsung merupakan mata rantai yang tidak mungkin dipisahkan dari fungsi dan peran masing-masing stakeholder jika dalam rangkaian proses tersebut terdapat sesuatu yang mencederai nilai keadilan, kejujuran, transparansi, pertanggungjawaban maka dapat diyakini bahwa dalam mata rantai yang lainpun nilai-nilai tersebut akan sangat sulit direalisasikan. Kalau logika berfikirnya demikian maka yang memperoleh situasi win-win tidak hanya customer tetapi stakeholder secara keseluruhan. Dari pemikiran ini muncullah swalayan-swalayan syari’ah yang dalam operasionalisasinya memakai dan menggunakan prinsip-prinsip syari’ah.

3. Tujuan, kelebihan dan keunggulan swalayan syari’ah

Dalam ekonomi Islam, Keimanan memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian, perilaku, gaya hidup, selera, dan preferensi manusia, sikap-sikap terhadap manusia, sumberdaya dan lingkungan. Menurut Chapra (The Future of Economic) cara pandang ini akan sangat mempengaruhi sifat, kuantitas dan kualitas kebutuhan materi maupun kebutuhan psikologis dan metode pemenuhannya.

Keyakinan ini akan senantiasa meningkatkan keseimbangan antara dorongan materil dan spritual, meningkatkan solidaritas keluarga dan sosial, dan mencegah berkembangnya kondisi yang tidak memiliki standar moral. Keimanan akan memberikan saringan moral yang memberikan arti dan tujuan pada penggunaan sumber daya, dan juga memotivasi mekanisme yang diperlukan bagi operasi yang efektif. Saringan moral bertujuan menjaga kepentingan diri tetap berada dalam batas-batas kepentingan sosial preferensi individual sesuai dengan prioritas sosial dan menghilangkan atau meminimalisasi penggunaan sumber daya untuk tujuan yang akan menggagalkan visi sosial tersebut.

Melihat jumlah umat Islam yang begitu besar di Indonesia namun kenyataan yang ada justru umat Islam berada di posisi marginal dalam hal di bidang ekonomi menjadikan landasan untuk membentuk sebuah lembaga ekonomi yang dikelola dengan sistem syari’ah agar suatu hari umat Islam dapat bangkit dan tidak hanya jadi sekedar penonton dalam ruang lingkup ekonomi akan tetapi juga sebagai pelaku usaha.

Spranger membagi manusia ke dalam enam tipe yaitu salah satunya adalah tipe manusia agama. Menurutnya inti daripada hal keagaman itu terletak dalam pencarian terhadap nilai tertinggi daripada keberadaan ini, siapa yang belum memahami akan hal ini belumlah mencapai apa yang seharusnya dikejarnya, dia belum mencapai dasar yang kuat dalam hidupnya.

Sebaliknya siapa yang sudah mencapai mengerti dan memahmi akan merasa bebas, tenteram dalam hidupnya. Bagi seorang yang termasuk golongan tipe ini segala sesuatu itu diukur dari segi artinya bagi kehidupan rohaniah kepribadian, yang ingin mencapai keselarasan antara pengalaman batin dengan arti daripada hidup ini.

Sebagai sebuah swalayan yang tampil beda dengan mengusung prinsip syari’ah dalam operasionalisasinya, tentunya swalayan 212 kota probolinggo memiliki kelebihan dan keunggulan dibandingkan dengan swalayan umum lainnya atau swalayan konvensional. Kelebihan dari swalayan tersebut antara lain :

1) Lebih aman dan nyaman/tenang berbelanja di swalayan 212, konsumen akan merasa lebih aman dan nyaman karena keunggulan produk halal yang mengutamakan kebersihan dan kualitas produk. Pihak swalayan juga menjaga bahwa produk dan supplier yang memasukkan barang itu dengan sistem dan cara yang sesuai dengan aturan syari’ah;

2) Lebih efisien, khusus kalangan muslim, tidak perlu berburu lagi sewaktu berbelanja karena tersedianya musholla maka tidak akan “missed“ dengan kesediaan produk diffentiation.

3) Lebih untung dan berkah, dikelola dengan prinsip syari’ah, maka swalayan 212, berkomit untuk mengkontribusi 2,5 % zakat yang otomatis membuat pelanggan ikut beramal sewaktu berbelanja.

Sedangkan keunggulannya antara lain : 1) Hanya menjual produk yang halal.

2) Mengkontribusi sosial dengan 2,5 % zakat dari net profit.

3) Sistem transparan dan halal.

4) Pelayanan yang terbaik dari hati.

(8)

Progress Conference Vol. 1, No. 1, Agustus 2018 | 358 5) Produk khusus yang cocok dan syari’ah. Seperti makanan dan minuman yang tidak

mengandung alkohol, juga kosmetik yang telah teruji kehalalan dalam hal zat dan proses.

4. Orientasi nilai konsumen berbelanja di swalayan syari’ah

Konsumen yang berbelanja di swalayan syari’ah lebih di latarbelakangi oleh aspek Seni, keagamaan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan ekonomi yang terakhir. Dalam hal ini aspekseni keagamaan yang di latabelakangi oleh musik bernuasa islam, dekorasi dan busana muslim yang dipakai oleh karyawan dan lantunan ayat-ayat Al-Quran. Sedangkan aspek keagamaan yang menjadi isu dan orientasi konsumen yang berbelanja di swalayan 212 yaitu adanya jaminan kehalalan, kesempatan untuk berinfak dan menjalankan nilai-nilai keagamaannya. Dari aspek masyarakat dimana konsumen yang berbelanja dikarenakan aspek toleransi, menolong kaum lemah, rasa persaudaraaan atau kekeluargaan, sedangkan aspek ilmu pengetahuan yaitu dengan adanya jaminan kualitas keamanan produk, mengetahui cara kerja dan implementasi lembaga ekonomi syari’ah. Sedangkan yang terakhir orientasi nilai terakhir konsumen yang berbelanja dilatarbelakangi aspek ekonomi terkait dengan jarak, murah, diskon dan hadiah di setiap pembelanjaannya.

5. Faktor –faktor yang melatarbelakangi konsumen berbelanja di swalayan syari’ah

konsumen yang berbelanja ke swalayan 212 memiliki alasan tersendiri mengapa memilih berbelanja di swalayan 212. Dari data yang diperoleh bahwa para konsumen yang berbelanja di swalayan ini lebih tertarik berbelanja disini yaitu karena jarak yang dekat antara ruamah dengan lokasi tempat belanja; adanya informan dan harganya murah serta rasa persaudaraan sesama muslim.

Selain itu konsumen yang memilih belanja di swalayan ini, dikarenakan sebagai tempat belanja alternatif yang menawarkan suasana yang berbeda dibandingkan swalayan lainnya.

bahwa sebagian besar para konsumen lebih tertarik untuk berbelanja disini dikarenakan unsur- unsur kesenian yang ditampilkan oleh swalayan 212. Unsur seni itu diantaranya ukiran-ukiran kaligrafi yang mendekorasi dan memenuhi sudut-sudut ruangan, lantunan ayat-ayat suci Al- Quran dan atau musik bernuansa islam sehingga para konsumen merasakan sebuah suasana yang Islami yang tidak dijumpai di swalayan. Untuk aspek ilmu pengetahuan yaitu adanya kualitas dan jaminan keamanan produk. Beberapa konsumen yang memilih berbelanja di swalayan ini karena memang sangat fanatik dengan agama. Seperti untuk dapat berinfak dan menjalankan nilai agama. Selain itu ada juga yang memilih berbelanja di sini dengan alasan untuk membantu usaha orang beriman. Hal ini juga diperkuat oleh konsep A-G-I-L nya Parson khususnya tentang goal attainment atau pencapaian tujuan, dimana yang menjadi fokus konsumen berbelanja di sini lebih dilandasi oleh aspek keagamaan.

Setiap konsumen yang berbelanja di swalayan ini menyatakan bahwa mereka mendapatkan rasa kenyamanan dalam berbelanja. Kenyamanan yang dirasakan berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang merasa nyaman karena mendapatkan suasana yang Islami. Berbelanja juga membuat mereka merasa dalam suatu lingkungan yang homogen dan juga membantu untuk kepentingan muslim.

Dalam hal pelayanan swalayan ini berusaha dengan semaksimal mungkin menyenangkan hati para konsumen. Satu hal yang selalu menjadi motto yaitu kerja adalah ibadah juga pelayanan dengan sepenuh hati. Satu hal yang paling membedakan swalayan ini dengan swalayan lainnya adalah para pegawai di biasakan mengucapkan salam kepada setiap pengunjung dan juga mengucapkan akad jual beli pada saat melakukan transaksi yang dianjurkan dalam Islam. Senyum dan keramahan terpancar dari setiap perilaku karyawan.

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Perkembangan ekonomi syari’ah di Indonesia, salah satunya bentuk pasar modern yaitu swalayan dengan penerapan menggunkan prinsip-prinsip syari’ah dalam operasionalisasinya.

Melihat jumlah penduduk di Indonesia mayoritas adalah menganut agama islam, namun kenyataan yang ada umat islam berada di posisi marginal dalam hal dibidang ekonomi menjadikan landasan untuk membentuk sebuah lembaga ekonomi yang dikelola dengan sistem syari’ah sehingga umat islam dapat bangkit untuk menjadi pelaku usaha yang menggerakan roda perekonomian. Dengan adanya swalayan dengan prinsip syari’ah dalam operasionalisasinya tidak hanya berjualan akan tetapi juga menyiarkan ajaran – ajaran islam dalam usahanya. Selain itu keuntungan yang diterima oleh swalayan ini akan didistribusikan dengan 2,5% dalam bentuk

(9)

Progress Conference Vol. 1, No. 1, Agustus 2018 | 359 zakat untuk kesejahteraan masyarakat yang membutuhkan. Hal ini yang membedakan sistem ekonomi syari’ah dengan sistem ekonomi kapitalis.

Ada beberapa faktor yang menjadi orientasi konsumen memilih untuk berbelanja di swalayan ini, diantaranya jarak yang dekat dengan rumah, karena ingin membantu dan rasa persaudaraan sesama muslim, juga dikarenakan suasana Islami yang dirasakan ketika konsumen berbelanja di swalayan seperti adanya lantunan ayat suci Al- Quran, kaligrafi yang menghiasi ruangan, selain itu juga dikarenakan harga yang dijual di swalayan ini tidak jauh beda dengan harga yang ada di pasar tradisional. Dari hasil penelitian ternyata kecenderungan konsumen berbelanja di swalayan ini lebih dilatarbelakangi oleh aspek seni khususnya seni-seni yang berhubungan dengan Islam, Kualitas keamanan produk ditambah pula adanya dorongan untuk melaksanakan ajaran agama dengan bertransaksi secara syari’ah, dengan ciri khas yang dimiliki swalayan ini sangat membuka kesempatan untuk memperluas pemasaran produk-produk Islam agar dapat dijual di swalayan ini yang tentu saja produk itu harus memenuhi standar yang diberikan oleh MUI.

Sehingga para produsen produk-produk Islam dengan mudahnya untuk memasarkan produknya.

Melihat keberadaan swalayan ini yang bukan satu-satunya swalayan dengan penerapan syari’ah yang pertama di Indonesia dan juga dengan melihat mayoritas umat Islam yang ada di Indonesia akan sangat memungkinkan untuk diterapkannya prinsip ekonomi Islam yaitu sistem syariah dalam pergerakan roda perekonomian bangsa ini. Asalkan sosialisasi tentang ekonomi syariah ini terus menerus dilaksanakan sehingga pemahaman akan ekonomi syariah benar-benar dapat dipahami oleh masyarakat.

2. Saran

Sudah saatnya ekonomi berbasis syari’ah untuk segera mengembangkan dan membuka peluang bagi pelaku usaha berbasis syari’ah melakukan ekspansi ke daerah-daerah lain yang berpotensi untuk berkembang. Sebab, begitulah pola strategi yang benar untuk pertumbuhan perusahaan. Atau dengan menambah cabang dari swalayan ini dengan cara begitu perkembangan ekonomi syari’ah akan menjadi lebih cepat.

Perlunya peningkatan dan intensifikasi sosialisasi mengenai manfaat dan daya guna ekonomi syari’ah. Agar terbangun sebuah perekonomian umat yang solid yang mampu mencapai produktifitas sesuai tujuan serta dapat mensejahterakan masyarakat yang dirasakan sangat memerlukan dengan konsep pendistribusian keuntungan melalui prinsip infak dan zakat.

Walaupun di swalayan ini menjual buku-buku yang berhubungan dengan Islam dan yang berhubungan dengan cara menjaga hati, bersikap, dan menjadi seorang muslim yang sejati akan tetapi dalam segi kelengkapan buku-buku yang dijual dirasakan masih sangat kurang.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2001. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Jakarta : Pustaka Ilmu.

Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :PT. Rineka Cipta.

Bungin, Burhan (ed.). 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif : Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Umar. 2000. Islam dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta : Gema Insani Press.

Ilmi SM, Makhalum. 2002.Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, Yogyakarta: Tim UII Press.

Muflif, Muhammad. 2006. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Suprayitno Eko. 2003. Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial; Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Prenada Media.

Situs Internet :

Ekonomi Syariah Utamakan Rakyat Bawah ( http://www.waspada.co.id ) diakses pada tanggal 19 Juni 2018

Lembaga Kajian Persaingan dan Kebijakan Usaha ( http://www.indonesia.go.id ) diakses pada tanggal 02 agustus 2018.

Prinsip-prinsip Ekonomi Islam ( http://kuliahekonomiislam.blogspot.com ) diakses pada tanggal 02 agustus 2018.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT ( http://www.bnn.go.id ) diakses pada tanggal 02 agustus 2018

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa konsumen yang sudah berbelanja di Toko Tas Raja mereka banyak yang menyukai barang- barang yang dijual, banyak faktor juga itu karena kualitas import dengan harga