• Tidak ada hasil yang ditemukan

OTITIS EKSTERNA DI PUSKESMAS MACCINI SAWAH

N/A
N/A
Venty Perdanasari

Academic year: 2024

Membagikan "OTITIS EKSTERNA DI PUSKESMAS MACCINI SAWAH"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAGIAN THT-KL LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2024

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

OTITIS EKSTERNA DI PUSKESMAS MACCINI SAWAH

DISUSUN OLEH:

Venty Ayun Perdanasari 111 2018 2096

PEMBIMBING:

dr. Sugih Wibowo

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN THT-KL

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA FAKULTAS KEDOKTERAN

MAKASSAR

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini, saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Venty Ayun Perdanasari

NIM : 111 2018 2096

Judul : Otitis Eksterna

Telah menyelesaikan tugas Laporan Kasus yang berjudul “Otitis Eksterna” dan telah disetujui dan dibacakan dihadapan supervisor pembimbing dalam rangka kepaniteraan klinik pada Departemen THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Februari 2024

Dokter Pendidik Klinik Mahasiswa

dr. Sugih Wibowo Venty A. Perdanasari Stb. 111 2018 2096

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya serta salam dan shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus ini dengan judul “Otitis Eksterna”

sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian THT-KL.

Selama persiapan dan penyusunan laporan kasus ini rampung, penulis mengalami kesulitan dalam mencari referensi. Namun berkat bantuan, saran, dan kritik dari berbagai pihak akhirnya Laporan Kasus ini dapat terselesaikan serta tak lupa penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tulisan ini.

Semoga amal dan budi baik dari semua pihak mendapatkan pahala dan rahmat yang melimpah dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan refarat ini terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Saya berharap sekiranya makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Makassar, Februari 2024 Hormat Saya,

Penulis

(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II LAPORAN KASUS ... 3

2.1. Identitas Pasien ... 3

2.2. Anamnesis ... 3

2.2.1Keluhan Utama ... 3

2.2.2Riwayat Penyakit Sekarang ... 3

2.2.3Riwayat Penyakit Dahulu ... 3

2.2.4Riwayat Penyakit Keluarga ... 4

2.2.5Riwayat Pengobatan ... 4

2.2.6Riwayat Sosial Ekonomi ... 4

2.2.7Riwayat Kebiasaan ... 4

2.2.8Lingkungan ... 4

2.3. Pemeriksaan Fisis ... 5

2.3.1Keadaan Umum ... 5

2.3.2Tanda Vital ... 5

2.3.3Status Gizi ... 5

2.4. Pemeriksaan Penunjang ... 5

2.4.1Laboratorium ... 5

(5)

2.4.2Pemeriksaan Pencitraan ... 5

2.5. Diagnosis ... 5

2.6. Penatalaksanaan ... 5

2.6.1Edukasi ... 6

2.7. Karakteristik Demografi Keluarga ... 7

2.8. Diagnostik Holistik ... 8

2.8.1Aspek Personal ... 8

2.8.2Aspek Klinik ... 8

2.8.3Aspek Risiko Internal ... 8

2.8.4Aspek Risiko External ... 9

2.9. Fungsi Keluarga ... 9

2.10.Fungsi Fisiologis (Skor APGAR)...10

2.11.Fungsi Patologis (Skor SCREEM)...13

2.12.Struktur Keluarga ... 13

2.13.Pola Interaksi Keluarga ... 14

2.14.Keadaan Lingkungan Tempat Tinggal ... 14

2.15.Daftar Masalah ... 1 7 2.15.1Masalah Medis ... 1 7 2.15.2Masalah Non-Medis ... 1 7 2.16.Edukasi ... 1 7 BAB III KESIMPULAN...18

(6)

BAB I PENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah peradang pada kulit telinga bagian luar yang dapat disebabkan oleh pembersihan telinga yang terlalu sering, kelembaban, sering berenang dan penggunaan earplug atau headset.

Otitis eksterna dikenal juga sebagai telinga perenang (Swimmer’s ear) hal ini karena saat berenang air dapat tertinggal di telinga, jika air tertinggal dalam waktu yang lama akan mengakibatkan tersedianya lingkungan yang lembab bagi bakteri untuk tumbuh .

Etiologi dari otitis eksterna disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus

1) Bakteri: Paling sering yaitu Pseudomonas aeruginosa 20% – 60%

(terutama pada otitis eksterna maligna) dan Staphylococcus aureus10% - 70%. Organisme lain yaitu spesies stafilokokus lainnya, Microbacterium spp., Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumoniae, Escherichia coli, Hemophilus influenzae, Kleibseila, dan bakteri gram negatif lainnya.

2) Jamur: Candida albicans, Aspergillus niger, dan Aspergillus versicolor.

Otitis eksterna yang disebabkan jamur lebih sering terjadi pada otitis eksterna kronis atau otitis eksterna akut setelah perawatan menggunakan antibiotik topikal.

3) Virus : Herpes Simplex Virus (infeksi akut dan herpes zoster) dan Varicella.

(7)

Faktor predisposisi otitis eksterna, yaitu:

1) Struktur anatomis

Penimbunan serumen dapat diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga.

2) Kelembaban lokal

Udara panas dan lembab memudahkan kuman bertambah banyak.

3) Derajat keasaman (pH) liang telinga

pH basa mempermudah terjadinya otitis eksterna. pH asam memproteksi terhadap kuman infeksi.

4) Trauma mekanik

Trauma lokal dan ringan pada epitel liang telinga, misalnya setelah mengorek telinga menggunakan cotton bud atau benda lainnya.

5) Berenang dan terpapar air

Perubahan warna kulit liang telinga dapat terjadi setelah terkena air. Hal ini disebabkan adanya bentuk lekukan pada liang telinga sehingga menjadi media yang bagus untuk pertumbuhan bakteri. Otitis eksterna sering disebut sebagai Swimmer’s ear.

6) Benda asing

Benda asing menyebabkan sumbatan pada liang telinga, misalkan manik- manik, biji-bijian, serangga, dan kapas yang tertinggal.

7) Bahan iritan (misalnya hair spray dan cat rambut).

8) Alergi

(8)

Alergi obat (antibiotik topikal dan antihistamin), metal (nikel), dan dermatitis.

9) Penyakit psoriasis

10) Penyakit diabetes mellitus

11) Penyumbat telinga dan alat bantu dengar Terutama jika alat tersebut tidak dibersihkan dengan baik.

Klasifikasi

Otitis eksterna diklasifikasikan atas : 1) Otitis eksterna akut

Otitis eksterna akut dapat bersifat difus yaitu mengenai seluruh kulit meatus eksternus atau hanya setempat sebagai furunkel

a) Otitis eksterna difus

Otitis eksterna difus merupakan otitis eksterna yang mengenai kulit telinga dua pertiga dalam dengan kulit liang telinga tampak hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebabnya biasanya golongan Pseudomonas sp. Kuman lain yang dapat sebagai penyebab ialah Staphylococcus albus, Escherichia coli dan sebagainya.

Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, serta terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media

b) Otitis eksterna sirkumkripta (furunkel)

(9)

Furunkel merupakan suatu pembengkakan yang sangat sakit (seperti bisul) yang terjadi di sepertiga luar liang telinga. Hal ini karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar serumen, maka di tempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus. Kuman penyebab biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.

Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium.

Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat telinga .

2) Otitis eksterna kronik

Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang tidak kunjung sembuh atau terjadi inflamasi yang berlangsung lama yaitu lebih dari 3 bulan dan ditandai dengan terbentuknya jaringan parut (sikatriks) yang menyebabkan liang telinga menyempit

Diagnosis

Menurut Ngan dalam Mustofa (2011), diagnosis otitis eksterna dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jika terdapat demam dan gejala toksisitas, dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan penunjang lain seperti pewarnaan gram dan

(10)

kultur discharge dapat dilakukan jika diduga suspek infeksi jamur atau bakteri.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding otitis eksterna adalah furunkulosis, otitis eksterna akut dengan perforasi, mastoiditis, eksantema virus, dan dermatitis kontak atau alerg

Tatalaksana

Pengobatan otits eksterna sirkumkripta (furunkel) dan otitis eksterna difus adalah sebagai berikut

1) Otitis eksterna sirkumkripta

Terapi tergantung keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril selanjutnya dilakukan insisi drainase. Lokal diberikan antibiotik dalam bentuk salep, seperti polymixin B atau bacitracin atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol).

2) Otitis eksterna difus a) Pembersihan telinga

Pembersihan telinga merupakan faktor utama yang sangat penting dalam pengobatan otitis eksterna difus. Seluruh sekret dan debris harus dikeluarkan secara gentle.Perhatian khusus harus diberikan pada bagian resesus anteroinferior yang membentuk “blind pocket” dimana sekret sering tertumpuk. Pembersihan telinga dilakukan dengan penyedot

(11)

(suction clearance) atau irigasi liang telinga dengan normal saline steril hangat.

b) Tampon telinga

Setelah telinga dibersihkan, diberikan tampon kasa yang dibasahi dengan preparat steroid-antibiotik yang dimasukkan ke liang telinga dan diberikan nasihat pada pasien untuk menjaga kelembaban dengan menetaskan obat tersebut 2-3 kali sehari. Tampon diganti 2-3 hari sekali. Obat tetes steroid lokal membantu meringankan edema dan menghilangkan gatal.

Aluminium asetat (8%) atau silver nitrat (3%) adalah astrigen ringan yang dapat digunakan dalam bentuk tampon sehingga membentuk koagulum protektif untuk mengeringkan telinga.

c) Antibiotik

Golongan antibiotik sistemik berspektrum luas adalah yang paling sering digunakan terutama pada keadaan selulitis dan limfadenitis akut.

d) Analgesik

Digunakan untuk mengurangi nyeri. Tujuan pengobatan pada fase kronis adalah :

1.) Mengurangi bengkak liang telinga sehingga pembersihan telinga dapat dilakukan secara efektif. Menghilangkan gatal sehingga kebiasaan menggaruk atau mengorek telinga dapat dihentikan sehingga rekurensi dapat terkontrol di kemudian hari.

Pencegahan

(12)

Sejumlah langkah-langkah pencegahan telah direkomendasikan, termasuk penggunaan penutup telinga saat berenang, kepala dimiringkan untuk menghilangkan air dari saluran telinga, dan hindari menggaruk atau membersihkan sendiri liang telinga. Larutan asam asetat 2% digunakan dua kali sehari masing-masing dua tetes atau 2-5 tetes setelah terpapar air.

BAB II

LAPORAN KALSUS 2.1 Identitas Pasien

Nama : Nn. Mirah Sintiya

Umur : 15 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Macini Tengah Lr. Kesatuan no 4A Pekerjaan : Pelajar

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Tgl. Pemeriksaan : 28 Februari 2024 2.2 Anamnesis

2.2.1 Keluhan Utama Nyeri telinga kiri

(13)

Pasien berusia 15 tahun datang ke Puskesmas Maccini Sawah dengan keluhan nyeri pada telinga kiri ± 2 hari yang lalu, sebelumnya pasien ada riwayat berenang lalu telinganya kemasukan air, setelah kemasukan air pasien lalu mengorek telinganya dengan cuttonbud, setelah mengorek telinga pasien lalu merasakan nyeri pada telinga tersebut. Batuk (-), mual muntah (-), nyeri ulu hati (-), jantung berdebar-debar (-), nafsu makan baik, BAB dan BAK normal.

2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu -

2.1.1 Riwayat Penyakit Keluarga -

2.1.2 Riwayat Pengobatan -

2.1.3 Riwayat Sosial Ekonomi

Berkecukupan (Segala kebutuhan terpenuhi) 2.1.4 Riwayat Kebiasaan

1) Ikut agenda oleh puskesmas 2) Makanan Tidak ada Batasan

3) Pasien sehari-hari memiliki aktivitas (bersekolah, memasak, mencuci, menjemur, dll)

2.1.5 Lingkungan

(14)

1) Sehari-hari pasien tinggal dan melakukan aktivitas dirumah dan suka berbaur dengan tetangga dan taat peraturan di Lorong

2) Keluarga pasien tinggal di lingkungan rumah yang bersih dan teratur

(15)

2.2.3 Pemeriksaan Fisis

Inspeksi : tampak eritem pada liang telinga Palpasi : nyeri tekan tragus

2.2.4 Keadaan Umum

Sakit Sedang / Compos Mentis 2.2.5 Tanda Vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 91x/i

Suhu :36,6oC

2.2.6 Status Gizi

Berat Badan : 59 kg Tinggi Badan : 152 cm

IMT : 25.5 kg/m2 (Overweight)

2.3 Pemeriksaan Penunjang Tidak dilakukan pemeriksaan

2.3.1 Laboratorium

Tidak dilakukan pemeriksaan

2.3.2 Pemeriksaan Pencitraan Tidak dilakukan pemeriksaan

2.4 Diagnosis Otitis Eksterna 2.5 Penatalaksanaan

Dexamethason 0,5 mg 2x1 Amoxicilin 500mg 3x1

(16)

2.6 Nama Kepala Keluarga : Pattanro

 Alamat Lengkap :Jl. Macini Tengah Lr.Kesatuan No.4A

 Bentuk Keluarga :Nuclear Family (Keluarga Inti)

N o .

Na

ma Kedudukan L

/ P

Um ur (Th n)

Pendidik

an Pekerjaa

n

Penderita Klinik

1 .

R Kepala

Keluarga

L 5

9

SMA Karyawa

n Swasta

- 2

. D Ibu P 5

0 SMA IRT -

3

. Z Anak (pasien) p 1

5 SMA Pelajar OE

 Identitas Pasien

1) Nama : Nn. Mirah Sintiya

2) Umur : 15 tahun

3) Jenis Kelamin : Perempuan

4) Agama : Islam

5) Pekerjaan : belum bekerja

6) Alamat : Jl. Macini Tengah Lorong Kesatuan no 4A 7) Status : Belum Menikah

8) Tanggal Kunjungan : 28 Februari 2024

 Penetapan Masalah Pasien

1) Riwayat Medis : Pasien merasa nyeri pada telinga kiri

2) Riwayat Penyakit Keluarga : -

3) Riwayat Kebiasaan :

 Pasien Ikut agenda Kesehatan yang diadakan puskesmas

 Makanan tidak ada larangan

(17)

 Pasien sesekali tidur larut dimalam hari.

4) Riwayat Sosial Ekonomi : Berkecukupan 5) Riwayat Gizi : IMT Overeight 2.6 Diagnostik Holistik

2.6.1 Aspek Personal

a) Alasan Kedatangan :

Pasien mengeluh nyeri pada telinga kiri . b) Kekhawatiran :

Pasien khawatir karena semakin lama keluhan dapat mengganggu aktivitas dan istirahat pasien

c) Persepsi :

Keluhan terjadi karena telinga pasien kemasukan air lalu dikorek

d) Harapan :

Keluhan yang dirasakan dapat membaik agar bisa kembali menjalankan kegiatan dan Penyakitya bisa sembuh dan tidak timbul keluhan lagi serta tidak terjadi komplikasi.

2.6.2 Aspek Klinik

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis dengan otitis eksterna.

2.6.3 Aspek Risiko Internal

Kebiasaan tidak menjaga kebersihan telinga.

(18)

2.6.4 Aspek Risiko External a) Lingkungan Tempat Tinggal

Peran keluarga dalam mendukung pasien seperti mengingatkan minum obat, serta mengingatkan pasien mengenai asupan makananya agar terhindar dari penyakit, serta rutin melakukan olahraga atau mengikuti kegiatan kesehatan oleh puskemas

b) Sosial Ekonomi

Biaya hidup pasien ditanggung oleh ayah pasien 2.7 Fungsi Keluarga

N

o Fun

gsi Isi

an

1. Biologis A. Anggota Keluarga

1. ayah (Kepala Keluarga) 2. Ibu

3. Anak (pasien)

Bentuk keluarga pada pasien ini adalah Nuclear Family (Keluarga Inti)

B. Riwayat Kelahiran

1. Pasien lahir normal di rumah sakit bersalin

2. Dibantu oleh dokter C. Penyakit yang Pernah Diderita

-

D. Penyakit yang Diderita Saat Ini 1. Otitis Eksterna

E. Riwayat Konsumsi Obat:

Tidak ada

2. Sosial A. Kedudukan sosial bermasyarakat : warga biasa

B. Keaktifan dalam kegiatan masyarakat : Sikap pasien dan keluarganya ditengah masyarakat sangat baik.

Dimana pasien

dan keluarganya sangat harmonis

(19)

3. Psikologis A. Penderita tingga serumah dengan orang tua

B. Hubungan antar anggota keluarga : harmonis dan rukun C. Penyelesaian masalah dalam

keluarga : pasien selalu saling berkomunikasi satu sama lain dengan orangtuanya dan orangtuanya memberi semangat dan solusi akan kesembuhan pasien

4. Ekonomi dan

Pemenuhan Kebutuhan

A. Penghasilan utama keluarga dari : Ayah pasien

B. Pekerjaan pasien : Pelajar C. Pekerjaan anggota keluarga lain:

-

D. Sehari-hari makan dengan :

- Nasi, ikan/ayam/daging dan sayur E. Biaya Berobat : Pasien BPJS

5. Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

A. Keputusan penting keluarga diputuskan oleh: Ayah sebagai Kepala keluarga

B. Cara menyelesaikan maslaah dengan keluarga: Pasien selalu berdiskusi dengan Orang tua untuk

menyelesaikan masalah bersama-sama C. Hubungan dengan masyarakat

sekitarnya: Pasien dengan tetangga saling mengenal

satu sama lain

2.8 Fungsi Fisiologis (Skor APGAR – Adaptation, Partnership, Growth, Affection, Resolve)

Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi:

(20)

1. Adaptation

Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain.

2. Partnership

Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.

3. Growth

Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal – hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut.

4. Affection

Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.

5. Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Di mana jika jarang/tidak sama sekali diberi nilai 0, kadang – kadang bernilai 1dan sering/selalu diberi nilai 2.

Terdapat interpretasi penilaian yaitu:

- <3 menandakan disfungsi keluarga yang sangat tinggi - 4-6 menandakan disfungsi keluarga sedang

- 7-10 menandakan tidak ada disfungsi keluarga

(21)

Fisiologis (APGAR Pasien Terhadap Keluarga)

Nama Anggota Keluarga : Ny. J Posisi Dalam Keluarga : Istri

Sering 2

Kadang 1

Jarang o A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga

saya bila saya menghadap masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas

dan membagi masalah dengan saya

G

Saya puas dengan cara keluarga saya menerima

dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau hidup yang baru

A

Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih saying dan merespon

emosi saya seperti kemarahan, perhatian, dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama

Fungsi fisiologis Nn. M dengan APGAR Score dapat dijelaskan sebagai berikut:

- Adaptation: Dalam menghadapi masalah hidup, Pasien sering memecahkan maslaah bersama anggota keluarga yang lain seperti Suami dan Anaknya (Score: 2)

- Partnership: Pasien kadang-kadang meminta pendapat dengan anggota keluarga yang lain (Score: 1)

- Growth: Pasien sering berdiskusi bersama anggota keluarga lainnya seperti orang tua dan saudara lainnya untuk menentukan suatu keputusan yang akan diambil (Score:2)

- Affection: Antar anggota keluarga saling mendukung, memperhatikan dan, menunjukkan kasih sayang satu sama lain.

(22)

- Resolve: Pasien sering menghabiskan waktunya dengan keluarga di rumah (Score:2)

(23)

2.9 Fungsi Patologis (SCREEM – Social, Cultural, Religion, Education, Economic, Medical).

Fungsi patologis dari keluarga Pasien dinilai dengan menggunakan alat S.C.R.E.E.M sebagai berikut.

SUMBER PATOLOG

IS KE

T Social Ikut berpatisipasi dalam kegiatan di lingkungannya Baik

Culture

Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, dapat dilihat dari sikap pasien dan keluarganya yang menghargai

adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari

Baik

Religious Pemahaman terhadap ajaran agama baik Baik Economic Ekonomi keluarga cukup untuk memenuhi

kebutuhan makan sehari-hari

Baik

Education al

Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini cukup

baik

Baik

Medical Keluarga ini mengganggap pemeriksaan rutin kesehatan

sebagai kebutuhan

Baik

Kesimpulan:

Dalam keluarga pasien tidak terdapat gangguan pada fungsi patologisnya. Pasien dengan tetangga saling mengenal dan hidup rukun dalam bertetangga.

2.10 Struktur Keluarga

(24)

Pasien Keterangan

= Ayah = Pasien

= Ibu

2.11 Pola Interaksi Keluarga

Informasi pada pola interaksi keluarga

Keterangan

: Hubungan Baik antar anggota keluarga 2.12 Keadaan Lingkungan Tempat Tinggal

Ayah

Ibu

(25)
(26)
(27)
(28)
(29)

2.13 Daftar Masalah

2.13.1Masalah Medis

Pasien adalah seorang Perempuan berusia 15 tahun dan tinggal di lorong dan saat ini didiagnosis Otitis Eksterna

2.13.2Masalah Non Medis

Kurangnya pengetahuan pasien mengenai penyakit yang diderita

2.14 Edukasi

Pasien perlu diingatkan untuk menjaga kebersihan telinga dan tidak mengorek telinga dengan benda yang kotor.

(30)

BAB III KESIMPULAN

Otitis eksterna merupakan penyakit pada telinga luar yang ditandai dengan resa nyeri ataupun rasa gatal yang mengganggu, pada kasus pasien dengan otitis eksterna perlu kita lakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang mendalam, dikarenakan penyebab dari kasus tersebut bervariasi, ada yang disebabkan oleh bakteri, virus , maupun karena jamur. Tak jarang pula pasien datang setelah mengorek telinganya akibat rasa mengganjal dan gatal pada liang telinga. Trauma pada telinga akibat penggunaan korek telinga yang tidak tepat juga dapat menyebabkan terjadinya otitis eksterna. Pada kasus ini pasien kita edukasi untuk menjaga kebersihan dari telinga dan tidak lagi mengorek telinganya

(31)

Referensi

Dokumen terkait