• Tidak ada hasil yang ditemukan

190930180927P.17-2019 BAKU MUTU EMISI PUPUK

N/A
N/A
Ajax Kyle

Academic year: 2024

Membagikan "190930180927P.17-2019 BAKU MUTU EMISI PUPUK"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TENTANG STANDAR KUALITAS EMISI BAGI PERUSAHAAN DAN/ATAU KEGIATAN DI INDUSTRI PUPUK DAN AMONIUM NITRAT. Emisi adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang berasal dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkan ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar. Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara sekitar yang dilakukan oleh kegiatan manusia, sehingga melebihi baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Ketel uap adalah suatu alat berbahan bakar cair atau gas yang fungsinya menghasilkan air panas dan/atau uap air dan/atau untuk kebutuhan perpindahan energi lainnya. Bahan bakar biomassa adalah bahan bakar yang berasal dari tumbuhan atau bagian-bagiannya yaitu bunga, biji, buah, daun, ranting, batang dan/atau akar, termasuk tumbuhan yang dihasilkan dari kegiatan pertanian, perkebunan, dan/atau hutan tanaman. Baku mutu emisi adalah ukuran batas atau kadar maksimum dan/atau beban maksimum suatu emisi yang diperbolehkan masuk atau masuk ke udara ambien.

Sistem Pemantauan Emisi Berkelanjutan (Continuous Emissions Monitoring System) yang selanjutnya disingkat CEMS adalah instrumen yang bertujuan untuk mengukur kadar suatu parameter emisi dan laju aliran melalui pengukuran secara terus menerus. Keadaan darurat adalah suatu kondisi yang memerlukan tindakan cepat, tepat dan terkoordinasi terhadap sistem peralatan atau proses yang berada di luar kondisi normal atau demi alasan keselamatan. Penanggung jawab pengendalian pencemaran udara adalah personel yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab teknis terhadap pencegahan dan pengendalian pencemaran udara yang disebabkan oleh usaha dan/kegiatan tersebut. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. 1) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan batasan baku mutu emisi dan kewajiban melakukan pemantauan emisi kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan:. 2) Industri Pupuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi industri yang memproduksi Pupuk dengan jenis sebagai berikut: 1) Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan Industri Pupuk dan Industri Amonium Nitrat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) harus memenuhi ketentuan Baku Mutu Emisi. 2) Baku mutu emisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). diterapkan pada semua sumber emisi yang berasal dari :. 3) Baku mutu emisi proses produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a pada :. Industri pupuk, tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini; Dan. Industri amonium nitrat, tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. 4) Baku mutu emisi pengoperasian mesin penunjang produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b yang memanfaatkan:. ketel uap, tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini; dan/atau. Mesin pembakaran dalam atau generator, tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. 1) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan Industri Pupuk dan Industri Amonium Nitrat wajib melakukan Pemantauan Emisi dalam rangka memenuhi ketentuan Baku Mutu Emisi. 2) Pemantauan emisi dilakukan pada seluruh sumber emisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2). Pemantauan emisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilakukan secara bertahap:. menghitung beban emisi dan kinerja pembakaran; dan d. menyiapkan laporan pemantauan sumber emisi. 1) Rencana Pemantauan Emisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a paling sedikit meliputi:. identifikasi, penamaan dan pengkodean seluruh sumber emisi; perolehan, pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan sarana dan prasarana pemantauan emisi; Dan. menyiapkan rincian pengambilan sampel Emisi. (2) Rencana Pemantauan Emisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Udara yang mempunyai sertifikat kompetensi. 1) Identifikasi, penamaan, dan pengkodean seluruh sumber emisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a paling sedikit terdiri atas:. proses yang menyebabkan emisi; titik koordinat, parameter utama, dan parameter pendukung yang timbul dari sumber emisi; pencatatan data kegiatan, faktor emisi, faktor oksidasi dan konversi emisi; Dan. pemilihan metodologi yang digunakan untuk menghitung emisi. 2) Parameter utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:. 3) Parameter pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:. 4) Identifikasi, penamaan, dan pengkodean seluruh Sumber Emisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (1) Sumber emisi yang telah diidentifikasi, diberi nama, dan diberi kode sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dilakukan Pemantauan Emisi. 2) Pemantauan emisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara: 1) Pemantauan Emisi secara berkelanjutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sulfur Dioksida (SO2) untuk Industri Pupuk yang memproduksi Pupuk dengan jenis Asam Fosfat. 1) Hasil pemantauan emisi secara terus menerus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 disusun dalam bentuk laporan yang memuat hal-hal sebagai berikut:. data hasil pemantauan emisi rata-rata per jam;. data hasil pemantauan emisi rata-rata harian;. durasi dan besarnya tingkat parameter hasil pengukuran;. informasi mengenai terjadinya hasil pengukuran yang melebihi Baku Mutu Emisi;. lamanya waktu CEMS tidak beroperasi;. ringkasan kondisi abnormal; dan g. 2) Laporan hasil pemantauan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. 1) Hasil pemantauan emisi secara terus menerus harus dilakukan pengendalian mutu dan penjaminan mutu. 2) Kontrol kualitas dan jaminan kualitas sebagai. 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan atas hasil pemantauan emisi secara terus menerus dengan menggunakan CEMS;

1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan untuk hasil pemantauan emisi secara manual karena CEMS mengalami kerusakan; Dan.

BAKU MUTU EMISI BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PUPUK JENIS UREA

Konsentrasi emisi disesuaikan dengan kondisi oksigen (O2) 7% yang digunakan pada sumber emisi di atas kecuali Menara Prilling/Granulasi.

BAKU MUTU EMISI BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PUPUK JENIS PHOSFAT

BAKU MUTU EMISI BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PUPUK JENIS ASAM PHOSFAT

BAKU MUTU EMISI BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PUPUK JENIS MAJEMUK (NPK)

BAKU MUTU EMISI BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PUPUK JENIS ZA

Volume gas diukur dalam kondisi standar (tekanan 25°C dan 1 atm) dalam kondisi kering dan semua parameter dikoreksi untuk 13% Oksigen (O2). STANDAR KUALITAS EMISI BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PUPUK DAN INDUSTRI AMONIUM NITRAT. Lampirkan hasil analisa laboratorium disertai foto pengambilan sampel Emisi, data pengukuran pada setiap titik lalu lintas yang dilengkapi dengan nilai persentase pengukuran isokinetik.

Lampirkan hasil analisa laboratorium disertai foto sampel emisi. Data hasil pengukuran berdasarkan titik lalu lintas dan dilengkapi dengan nilai persentase pengukuran isokinetik. Perhitungan beban emisi dari hasil pengukuran secara kontinyu menggunakan Continuous Emissions Monitoring System (CEMS). Jumlah bahan bakar yang digunakan per jam (q) dalam kg/jam - Tekanan kerja (dalam kg/cm2(g)) dan suhu superheat (0C), jika ada.

Jenis bahan api dan nilai kalori kasar (GCV) bahan api dalam kcal/kg bahan api.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa baku mutu emisi untuk pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara sebagaimana tercantum dalam Lampiran III A dan Lampiran III B Keputusan Menteri Negara

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, “Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.83/MenLHK/Setjen/KUM.1/10/2016 Tentang Perhutanan

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 Tentang Pedoman Teknis Pemulihan Fungsi

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.34/Menlhk/Setjen/Kum.1/5/2017 tentang Pengakuan dan Perlindungan Kearifan Lokal

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan

Ketentuan Pasal 5 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.12/MENLHK/ SETJEN/KUM.1/2/2017 tentang Pedoman Umum Penyaluran Bantuan Lainnya yang

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.73/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2019 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DAN SERTIFIKASI KOMPETENSI

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.12/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2018 tentang Persyaratan dan Tata Cara Dumping (Pembuangan) Limbah ke