• Tidak ada hasil yang ditemukan

ULAMA DALAM PANDANGAN SANTRI ( STUDI INTERPRETASI Q.S FATHIR: 28 DI PONDOK PESANTREN MAHASISWI AL-HUSNA JEMBER) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "ULAMA DALAM PANDANGAN SANTRI ( STUDI INTERPRETASI Q.S FATHIR: 28 DI PONDOK PESANTREN MAHASISWI AL-HUSNA JEMBER) SKRIPSI"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Fokus Penelitian

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi IAIN Jember khususnya pada program studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora pada kajian Islam yang sifatnya kajian tafsir Al-Qur'an. Peneliti berharap penelitian ini dapat memperluas wawasan masyarakat untuk mempelajari dan memahami Al-Qur’an lebih dalam serta menjadikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya ‘hidup’ dan ‘berjalan di muka bumi’ sebagaimana diamalkan Rasulullah. . dengan moralitas, akhlaknya yang mulia.

Definisi Istilah

Santri : Orang yang Mempelajari Agama Islam 11 Dalam hal ini peneliti menggunakan pandangan 20 santri di Pondok Pesantren Al-Husna Jember yang dianggap sebagai 250 santri di Pondok Pesantren Al-Husna Jember. . mewakili. . Tafsir : Tafsir yang dalam hal ini menggunakan sudut pandang agama Islam di Pondok Pesantren Al-Husna Jember.

Sistematika Penulisan

Berdasarkan observasi sebelumnya, siswa di Asrama Mahasiswa Islam Al-Husna Jember terdiri dari siswa dari. Tafsir santri Asrama Mahasiswa Islam Al-Husna Jember kepada ulama pada QS Fathir ayat 28 mempunyai penjelasan yang berbeda-beda.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Kajian Teori

  • Ulama
  • Santri dan Pesantren

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, sesudah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka dilaknati Allah dan (pula) dilaknati oleh semua (makhluk) yang boleh melaknat Maksudnya: “Perumpamaan orang-orang yang diberi Taurat kemudian tidak memikulnya adalah seperti keldai yang membawa kitab-kitab tebal.

Pendekatan Penelitian

Metode adalah suatu cara yang terorganisir untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.38 Metode penelitian adalah suatu cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisir untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan tujuan memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai pemecahan masalah tersebut. Metode yang dimaksud dilaksanakan menurut metode ilmiah yang terdiri dari beberapa tahapan atau langkah. Oleh karena itu, metode adalah keseluruhan langkah-langkah ilmiah yang digunakan untuk menemukan solusi suatu masalah.

Dengan langkah-langkah tersebut maka siapapun yang melakukan penelitian dengan cara mengulang atau menggunakan metode penelitian yang sama terhadap objek dan subjek yang sama akan memperoleh hasil yang sama.39.

Jenis Penelitian

Lokasi Penelitian

Penelitian ini berkaitan dengan keberagaman penafsiran makna atau konsep yang dilakukan para ilmuwan, yang saat ini menjadi topik yang hangat diperbincangkan bahkan diperdebatkan oleh beberapa kelompok masyarakat. Dengan demikian diharapkan para santri yang juga mahasiswa ini dapat menjadi wakil akademisi muda yang menyadari kelebihan dan kekurangan dari keberagaman tafsir ulama serta faktor-faktor yang memunculkan tafsir tersebut.

Subjek Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Pondok Pesantren Al-Husna merupakan salah satu pondok pesantren yang berada di lingkungan Universitas Jember. Hingga saat ini, jumlah santri yang terdaftar menjadi santri di Pondok Pesantren Al-Husna mencapai 685 santri. Mereka memahami ilmu agama yang mendalam dan dalam hati mereka selalu bertakwa kepada Allah.

Maka jika ada orang yang menguasai ilmu agama dan tidak bertakwa kepada Allah sehingga berbuat maksiat, maka ia tetap bisa disebut ulama selama ia mau. Dan jika melihat pendapat para santri Pondok Pesantren Al-Husna Jember, pendapat mereka cenderung mengikuti pendapat ulama Ibnu Asyur dan Thabathaba’i yang mengatakan bahwa ilmu agama lebih mutlak dimiliki oleh orang-orang yang disebutnya. ulama. Pemahaman konsep ulama dari berbagai pendapat santri di Pondok Pesantren Al-Husna menyatakan bahwa ulama adalah orang yang mempunyai pengetahuan lebih tinggi tentang ilmu agama.

Seorang ulama bukan hanya seseorang yang mempunyai ilmu agama lebih tinggi dari orang awam, namun juga harus bertakwa kepada Allah. Sedangkan seseorang yang mempunyai ilmu agama yang tinggi, namun tidak bertakwa kepada Allah, tidak layak disebut ulama.

Analis Data

Keabsahan Data

Bagian ini memuat upaya-upaya yang akan dilakukan peneliti untuk memperoleh keabsahan data yang ditemukan di lapangan.50 Dalam analisis data yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat kesimpulan awal bahwa kegiatan analisis yang penting ketiga adalah menarik kesimpulan dan memverifikasi. Dari keterangan di atas, data penelitian yang telah disajikan akan dianalisis kembali hingga dapat diambil suatu kesimpulan yang dapat menjawab rumusan masalah yang telah dibuat. Oleh karena itu, sebaiknya peneliti menerapkan teknik dekonstruksi dalam penyusunan laporan penelitian jika ditemukan fakta atau makna yang lebih akurat.

Dalam hal ini peneliti menggunakan triangulasi sumber untuk memeriksa kebenaran data yang diperoleh dari berbagai sumber. 54 Jika terdapat perbedaan data atau informasi yang ditemukan, maka data tersebut valid.

Tahap-Tahap Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara dengan kakak, Husniya menyatakan pemahamannya bahwa ulama adalah orang-orang yang mempunyai ilmu agama Islam yang tinggi dan juga menyebarkannya kepada masyarakat agar masyarakat mudah memahami agama Islam. Menurut saya, ulama versi Indonesia baru bisa disebut ulama kalau dia benar-benar paham ilmu agama.” 84. Namun kalau ulama versi Indonesia, maka baru bisa dikatakan ulama adalah orang yang benar-benar paham ilmu agama. .

Dalam wawancara tersebut, Saudara Aisyah menyampaikan bahwa ilmu agama yang dimiliki seorang ulama mutlak diperlukan. Dengan demikian, berdasarkan wawancara di atas, sudah menjadi keharusan bahwa ulama di Indonesia adalah orang-orang yang menguasai ilmu agama. Dalam wawancara tersebut Suster Feni mengamini pendapat-pendapat sebelumnya bahwa ruang lingkup ilmu yang harus dikuasai seorang ulama adalah ilmu agama.

Tidak ada klasifikasi rinci mengenai ilmu yang dimaksud, hanya terbatas pada ilmu agama atau ilmu lain yang dapat menimbulkan rasa takut kepada Allah SWT. Jadi ilmu agama wajib dimiliki oleh seorang ulama dalam peranannya dibandingkan dengan ilmu lainnya.

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

Penyajian Data dan Analisis

Peran dan fungsi Ulama adalah menyebarkan ilmu agama atau ilmu lainnya, untuk memecahkan berbagai persoalan yang masih simpang siur di masyarakat. Namun karena kami berada di Indonesia, kami memahami bahwa ustadz adalah seseorang yang menguasai ilmu agama. Sehingga pada akhirnya ia berpendapat bahwa ilmu agama dan ilmu umum sama pentingnya.

Tetapi hanya untuk para ulama di Indonesia yang pandai ilmu agama dan pakaiannya seperti pakaian Pak Kyai. Sedangkan orang yang pandai dalam perkara ilmu selain ilmu agama tetapi takut kepada Allah, maka pada hemat saya orang itu termasuk dalam kategori orang alim yang bukan ulama.”87. Ulama ialah seorang yang faham agama, takut kepada Allah dan tidak melakukan maksiat, jika tidak mengetahui ilmu agama yang formal, walaupun ada ilmu lain, tidak boleh dikatakan ulama. jangan melakukan maksiat”88.

Sebaliknya jika menguasai ilmu selain ilmu agama maka tetap langsung dikatakan orang tersebut adalah ulama, karena istilah ulama hanya untuk orang yang menguasai lebih dari ilmu agama. Bahkan, tidak salah jika dikatakan bahwa ayat ini berbicara tentang kesatuan antara apa yang disebut “ilmu agama” dan “ilmu umum”.

Pembahasan Temuan

Sehingga menjadi acuan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan, sehingga patut dijadikan contoh atau model dan juga mempunyai tugas menyebarkan ilmu agama kepada masyarakat luas. Selain itu, ilmu yang kita kuasai tidak serta merta hanya ilmu agama saja, namun bisa juga ada ilmu tambahan lainnya, seiring dengan berjalannya waktu permasalahan atau permasalahan dalam hidup yang muncul semakin kompleks. Makna ulama dalam makna QS Fathir ayat 28 baik nyata maupun tersirat yang terpenting adalah manusia yang bertakwa kepada Allah.

Dan penjelasan seterusnya ialah ulama yang dimaksudkan dalam ayat 28 QS surag Fathir yang menyebut bahawa hanya ulama yang takut kepada Allah jika tidak melakukan maksiat, iaitu tetap ulama yang dikatakan sebagai orang yang mengetahui ilmu agama. , kerana walaupun mereka mempunyai ilmu lain tetapi tidak mengetahui ilmu agama, maka rasa takut kepada Allah SWT tidak akan timbul. Tetapi jika seorang ulama menunjukkan sikap yang tidak menunjukkan rasa takut kepada Allah melalui maksiat, maka itu tidak lain hanyalah kesalahan atau kealpaan, kerana ulama itu sendiri juga manusia, maka dia boleh bertaubat atasnya. Adapun ulama masyhur yang paling banyak dijadikan teladan dan rujukan agama, Imam Syafi'i dan juga Pengasuh Pondok Pesantren Al-Husna Mahasiswi sendiri iaitu DR.K.H Hammam M.Hi.

Namun karena wilayah yang digunakan adalah Indonesia, maka masyarakat mengembangkan pemanfaatan ilmu agama. Tafsir ulama dalam ajaran Islam yang mengacu pada QS Fathir ayat 28 secara garis besar terbagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu yang pertama tidak menjelaskan secara rinci ilmu apa yang harus dimiliki seorang ulama, baik ilmu sekuler maupun ilmu agama Islam, yang kedua menyatakan bahwa ilmu tersebut Yang dimaksud sangat luas, sehingga tidak hanya sebatas pada ilmu yang mempelajari kitab-kitab atau ilmu agama saja, dan yang ketiga menyebutkan bahwa ilmu yang dimaksudkan untuk dimiliki oleh para ulama dan dapat menimbulkan rasa takut, yaitu ilmu yang mengetahui. ilmu tentang Allah dan hukum Islam, yaitu mengetahui ilmu agama.

PENUTUP

Saran

Pemahaman terhadap konsep ulama hendaknya mampu memberikan wawasan bagi pelajar dan masyarakat pada umumnya untuk lebih menghayati peran ulama dalam lingkungan sosial. Hal ini juga mampu memberikan gambaran mengenai konsep su’ulama yang cenderung mendorong keburukan dan tidak takut kepada Allah. Konsep Ulama Menurut Al-Qur'an (Studi Analitik Surat Fathir Ayat 28)", JURNAL ILMU AL-QUR'AN DAN TAFFSIR AL-TADABBUR.

Konsep Ulama dalam Al-Qur'an (Kajian Analitik Tafsir M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah)”. Kesimpulan: Dari angket di atas, muncullah dua tokoh besar yang dianggap sebagai ulama pembawa perubahan, yaitu K.H. Hasyim Asari dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Kesimpulan : Dari angket diatas dapat disimpulkan bahwa kedua ulama yang sering kita ikuti kajiannya adalah DR.K.H Hamam M Hi, tidak lain adalah Pengasuh Pondok Pesantren Al-Husna dan juga Ustadz Abdul Somad.

Kesimpulan: dari angket diatas, kedua tokoh ulama yang dijadikan rujukan agama sama dengan ulama yang diikuti ceramahnya yaitu DR K.H Hamam M Hi dan juga Imam Syafi'i. Analisis : Dari ketiga kesimpulan di atas dapat dianalisis bahwa sebagian besar santri di Asrama Mahasiswa Islam Al-Husna Jember berlatar belakang Nahdatul Ulama dan kecenderungan madzab terhadap Imam Syafi'. Ulama zaman sekarang menyebarkan agama melalui berbagai media, misalnya media sosial, dan tampilannya berbeda dengan ulama dulu agar masyarakat mudah menerima agama.

Dan jika, sebaliknya, orang itu telah menguasai ilmu tertentu tetapi mempunyai rasa takut yang besar kepada Tuhan, dia boleh dipanggil ulama.

Referensi

Dokumen terkait