• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Politik Masyarakat Medan Deli dalam Pemilihan Walikota di Masa Pandemi Tahun 2020

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Partisipasi Politik Masyarakat Medan Deli dalam Pemilihan Walikota di Masa Pandemi Tahun 2020"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

PERSPEKTIF

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/perspektif

Partisipasi Politik Masyarakat Medan Deli dalam Pemilihan Walikota di Masa Pandemi Tahun 2020

Political Participation of Medan Deli Society in The Election of Medan Mayor During the Pandemic in 2020

Muhammad Ainul Hafis, Muryanto Amin* & Tonny P. Situmorang Program Studi Magister Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik,

Universitas Sumatera Utara, Indonesia

Diterima: 20 November 2022; Direview: 23 Desember 2022; Disetujui: 4 Januari 2023 Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis meningkatkanya partisipasi pemilih di saat pandemidi kecamatan Medan Deli. Hal ini dikarenakan di daerah kecamatan tersebut, memiliki lonjakan partisipasi yang paling signifikan. Daerah kecamatan Medan Deli, yang memiliki selisih partisipasi paling tinggi jika dibandingkan antara pilkada tahun 2015 dengan pilkada 2020 adalah kecamatan Medan Deli. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data primer berupa wawancara kepada informan kunci, informan utama dan informan pendukung. Kemudian data-data juga diperoleh dari sumber-sumber sekunder berupa literatur-literatur yang relevan dengan permasalahan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima faktor pendorong masyarakat Kecamatan Medan Deli sehingga mau datang untuk berpartisipasi yaitu faktor perangsang politik, faktor karakter pribadi, faktor karakter sosial, faktor situasi dan lingkungan dan terakhir faktor pendidikan politik. Kemudian, dari kelima faktor tersebut, faktor yang paling berpengaruh adalah faktor rangsangan politik yang muncul dari obrolan-obrolan atau perbincangan politik sehari- hari di tengah masyarakat.

Lalu kemudian karena adanya kandidat yang berasal dari daerah mereka sehingga muncul semangat kedaerahan yang pada akhirnya membuat masyarakat menjadi semakin semangat untuk datang ke TPS.

Kata Kunci: Partisipasi Politik; Pandemi Covid-19; Pemilihan Kepala Daerah Abstract

The purpose of this study was to analyze the increase in voter participation during a pandemic in the Medan Deli sub- district. This is because the sub-district has the most significant surge in participation. The Medan Deli sub-district, which has the highest difference in participation when compared between the 2015 elections and the 2020 elections, is the Medan Deli sub-district. This study uses a qualitative approach with primary data collection techniques in the form of interviews with key informants, key informants and supporting informants. Then the data were also obtained from secondary sources in the form of literature relevant to the research problem. The results showed that there were five factors driving the people of Medan Deli District so that they wanted to come to participate, namely political stimulation factors, personal character factors, social character factors, situational and environmental factors and finally political education factors. Then, of the five factors, the most influential factor is the political stimulus factor that arises from daily political conversations or conversations in the community. Then later because of the candidates who came from their area, a regional spirit emerged which in the end made the people more enthusiastic to come to the TPS.

Keywords: Political Participation; Covid-19 Pandemic; Regional Head Elections

How to Cite: Hafis, M.A., Amin, M., & Situmorang, T.P., (2023). Partisipasi Politik Masyarakat Medan Deli dalam Pemilihan Walikota di Masa Pandemi Tahun 2020. PERSPEKTIF, 12(1): 263-277

*Corresponding author:

E-mail: muryantoamin@usu.ac.id ISSN 2085-0328 (Print)

ISSN 2541-5913 (online)

(2)

PENDAHULUAN

Pada Tanggal 09 Desember 2020 Indonesia menggelar Pilkada serentak yang dilaksanakan 270 kabupaten/kota dari seluruh provinsi di Indonesia. Kegiatan ini terlihat pada Pilkada serentak tahun 2020 diikuti dari 9 Provinsi, 224 Kabupaten, 37 Kota, salah satunya Kota Medan yang mengikuti Pilkada Kota Medan. Pilkada serentak yang dilaksanakan ini merupakan kedua kalinya dan yang tersebar di Indonesia. Dalam pelaksanaan pilkada berlangsung aman dan damai.

Berbeda dengan pemilihan kepala daerah dari tahun –tahun sebelumnya, di tahun 2020 Indonesia merayakan pesta demokrasi dengan melaksanakan pemilihan kepala daerah serentak pada bulan September, namun pilkada serentak yang telah direncanakan tersebut harus diundur menjadi bulan Desember tahun 2020 dikarenakan pandemi Covid- 19.

Corona Virus Disease (Covid-19) kini melanda berbagai Negara di dunia. Transmisi Corona Virus Disease (Covid-19) terjadi pada manusia secara cepat sehingga meluas (Sarjan, 2020). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa sejak 11 Maret 2020 Covid-19 menjadi pandemi global (World Health Organization, 2020). Organisai Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan kembali berdasarkan jumlah penyebaran, virus bertambah signifikan dan berkelanjutan secara global, hal tersebut direspon oleh Pemerintah Indonesia dengan menetapkan status wabah Covid-19 sebagai bencana Nasional pada 14 Maret 2020 tentang Bencana non-alam.

Bencana nonalam tersebut yaitu penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) ((Tawai et al., 2021; Suharyanto et al., 2021; Maulida et al., 2021).

Indonesia pertama kali mengkonfirmasi kasus Corona virus/Covid-19 pada bulan Maret lalu. Penetapan status Pandemi Covid-19 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) berdasarkan jumlah penyebaran virus bertambah signifikan dan berkelanjutan secara global, hal ini direspon oleh Pemerintah Indonesia dengan menetapkan status wabah Covid-19 sebagai Bencana Nasional pada tanggal 14 Maret yang tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional. Selanjutnya Presiden membentuk

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid- 19 dalam rangka mengkoordinasikan kapasitas pusat dan daerah (Arif, 2020).

Dapat dilihat bahwa dari bulan September hingga pertengahan tahun 2020 jumlah korban yang terinfeksi virus cenderung semakin meningkat. Secara regulatif pemerintah bersama DPR dan KPU pada tanggal 14 April 2020 menyepakati opsi penundaan Pilkada Serentak pada 9 Desember 2020 dengan mengamandemen pasal 201 UU Nomor 10 Tahun 2016 untuk masuk ke dalam Perppu. Pada tanggal 4 Mei 2020 keputusan penundaan tersebut kemudian dituangkan pemerintah dalam Perppu No 2 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas UU Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Walikota.

Keputusan melaksaksanakan pemilihan di tengah pandemi tidak sepenuhnya mendapat respon positif dari masyarakat. Setidaknya hal ini tergambar dari hasil survei online Litbang Kompas yang dilakukan pada 24-25 Maret 2020 atau sebelum terbitnya Perppu.

Penelitian yang dilakukan di 27 Provinsi se- Indonesia dengan jumlah responden sebanyak 1.315 responden menunjukkan bahwa pendapat publik tentang penundaan Pilkada sebesar 92 persen responden setuju tahapan Pilkada ditunda, mereka beralasan Pilkada ditengah pandemi rentang terhadap penyebaran covid-19 (MEDAN, 2020). Dari survei tersebut juga diketahui bahwa mayoritas responden lebih setuju.

Pilkada ditunda sampai tahun 2021. 36,9 persen setuju ditunda pada September 2021.

32,3 setuju ditunda pada 17 Maret 2021 dan hanya 16,9 persen yang setuju ditunda pada 9 Desember 2020 sisanya menjawab tidak tahu.

Berbeda dengan Litbang Kompas, survei yang dilakukan oleh Roda Tiga Konsultan (RTK) pada bulan Mei 2020 terhadap 1.200 responden, menunjukkan bahwa sebesar 52,2 persen menilai rencana melaksanakan Pilkada pada 9 Desember 2020 perlu ditunda kembali (antaranews.com, 2020).

Pada hasil survei yang dirilis oleh Litbang Kompas pada 8 Juni 2020, menyebutkan sebanyak 64,8 persen pemilih datang ke TPS jika pilkada di tengah pandemi dan yang tidak bersedia sebesar 28 persen, sebanyak 7 Persen menjawab tidak tahu KPU optimis partisipasi

(3)

Pilkada 2020 tetap tinggi seiring dimulainya Pilkada 2020 yang memulai tahapan lanjutan pasca penundaan akibat pandemi Covid-19 pada 15 Juni 2020 (tribunnews.com, 2020).

Sedangankan merujuk hasil survei terbaru Polmatrix Indonesia pada September 2020, menunjukkan sebanyak 72, 4 persen lebih memilih opsi Pilkada Serentak 2020 ditunda diseluruh daerah (Tribunnews.com, 2020).

Berkaca dari tren survei diatas, serta relevansi perbandingan angka partisipasi pada Pilkada Serentak 2015, di mana daerah-daerah yang menggelar Pilkada 2015 sama dengan daerah-daerah yang menggelar Pilkada saat ini, maka bisa dipastikan target partisipasi pemilih sebesar 77,5 oleh KPU akan sulit tercapai. Sama seperti yang disebutkan oleh IDEA, bahwa menyelenggarakan pemilihan ditengah pandemi memiliki risiko berkurangnya legitimasi hasil pemilihan karena hilangnya kesempatan warga untuk menggunakan suaranya (idea.int, 2020). Meskipun disisi lain ada optimisme dari KPU yang memiliki alasan kuat jika target angka partisipasi dapat tercapai dikarenakan kultur masyarakat Indonesia seringkali tertarik dengan hal-hal baru, dan pelaksanaan Pilkada di tengah wabah COVID- 19 adalah sesuatu yang baru dan pertama kali dilaksanakan di Indonesia.

Di Kota Medan angka pasien Covid-19 pun terus meningkat. Pemerintah Kota Medan, melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Medan merilis data sebaran terkait Covid-19 dengan update data terakhir, Kamis (3/9) Malam. Di paparkan, saat ini jumlah suspect di Kota Medan sudah mencapai 436 orang, naik 9 kasus, yang sebelumnya berjumlah 427 orang. Sedangkan untuk jumlah pasien yang meninggal dengan status terkonfirmasi positif Covid-19 berjumlah 198 orang. Naik 2 kasus, yang sebelumnya berjumlah 196 orang. Untuk jumlah pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 bertambah 146 Kasus, yang sebelumnya 4.036 orang, kini menjadi 4.182 orang dan untuk pasien yang sembuh berjumlah 1.974 orang, yang sebelumnya berjumlah 1.924 orang. Sedangkan untuk status wilayah Kota Medan, di setiap kecamatan yang berada di Kota Medan masih dalam status zona merah (Mediaindonesia.com, 2020).

Berdasarkan Data Pasien Suspek Covid- 19 dan Konfirmasi Covid-19 Kota Medan Bulan September 2020 s/d Bulan Desember 2020

diatas, dapat kita analisa bahwa setiap bulannya terjadi penambahan angka suspek Covid-19 maupun konfirmasi Covid-19 di Kota Medan.

Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang tetap menggelar pemilihan ditengah pandemi. Korea Selatan (Korsel) adalah salah satu negara di Asia selain Malaysia, Singapura, Jepang dan Sri angka yang menyelenggarakan pemilihan pada 2020. Dari beberapa negara tersebut, Korsel dapat dikatakan menjadi negara yang sukses baik dari sisi penyelenggaraan maupun partisipasi. Bahkan jumlah partisipasinya melebihi ekpetasi yakni sebesar 66,2 %, angka ini tertinggi dalam 28 tahun terakhir (Mediaindonesia.com, 2020).

Dalam konteks angka partisipasi pemilihan di Indonesia yang juga melaksanakan Pilkada ditengah pandemi, tidak dapat dibandingkan secara keseluruhan dengan kesuksesan penyelenggaraan Pemilu di Korea Selatan.

Sebagai negara salah satu negara maju, Korea Selatan selain memiliki daya dukung teknis yang lebih baik, begitu juga dengan sistem pemilihan Korsel juga jauh lebih sederhana, serta mendukung mekanisme model pemungutan dan penghitungan tingkat lanjut (Sarjan, 2020). Namun, yang terpenting penyelenggara pemilihan di Indonesia harus memiliki spirit yang sama dengan Korsel, di mana negara tersebut memiliki keberanian mengambil risiko menyelenggarakan pemilihan ditengah pandemi.

Proyeksi akan rendahnya jumlah partisipasi pemilih juga disampaikan oleh Perludem, Perludem menyatakan bahwa ada keengganan masyarakat untuk terlibat atau berpartisipasi dalam berbagai tahapan Pilkada tahapan pilkada yang dilaksanakan di tengah status pandemi oleh sebagian daerah, apalagi dibeberapa daerah ada yang masih menerapkan kebijakan PSBB (Nasution, 2019).

Di sisi lain, angka partisipasi masyarakat, sangat mungkin akan turun drastis karena masyarakat tidak lagi menempatkan Pilkada sebagai prioritas dibandingkan dengan faktor ekonomi.

Maka tantangan tebesar bagi penyelenggara pada Pilkada Serentak 2020 adalah menyelenggarakan pemilihan yang aman dan sehat, serta mendorong minat dan partisipasi pemilih agar tidak takut dan enggan datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya. Untuk meraih target angka partisipasi

(4)

sesuai dengan harapan KPU maka diperlukan strategi dan cara-cara yang efektif (Arif, 2020).

Namun ternyata fakta justru memberikan bukti sebaliknya. Hal yang terjadi di Kota Medan menunjukkan bahwa tingkat partisipasi pemilih meningkat jika dibandingkan dengan pemilu pada periode sebelumnya. Ketua KPU Kota Medan mengatakan bahwa "Partisipasi pemilih saya kira kalau dilihat dari pembandingnya dari pilkada ke pilkada di Kota Medan, maka ini termasuk yang paling tinggi sebenarnya," kata Ketua KPU Kota Medan Agussyah Damanik kepada wartawan, Rabu (16/12/2020). Kalau di Pilkada 2010, misalnya 38 persen dan pilkada terakhir 2015 itu 25 persen dan sekarang sudah mencapai 46 persen. Sebenarnya dari kenaikan margin partisipasinya itu naik, meskipun partisipasi target nasional itu tidak tercapai," terang Agussyah. Untuk diketahui, jumlah pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT) di Pilkada Medan 2020 mencapai 1.601.001. Kemudian, jumlah suara sah totalnya 735.907, sedangkan suara tidak sah mencapai 12.915 (MEDAN, 2020).

Perbandingan Jumlah Pemilih Dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap) dan Jumlah Pemilih Yang Menggunakan Hak Pilih Tahun 2015- 2020, dapat kita lihat bahwa terjadi penurunan jumlah pemilih dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap) di tahun 2020, namun berbanding terbalik dengan jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih. Jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih di tahun 2020 terjadi peningkatan sebanyak 221.616 orang.

Berdasarkan data yang termuat pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa Kecamatan Medan Deli merupakan daerah dengan selisih peningkatan partisipasi paling tinggi di antara kecamatan lainnya. Sebagaimana yang tertuang pada tabel tersebut, terdapat sebanyak sebanyak 20.881 peningkatan suara di daerah Medan Deli. Angka ini sangat signifikan jika dibandingkan dengan daerah kecamatan lainnya.

Kecamatan Medan Deli adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di bagian Utara Wilayah Kota Medan memiliki luas ± 2.300 Ha.

Kecamatan Medan Deli merupakan pecahan dari Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 22 Tahun 1973 tanggal 10 Mei 1973 yang awalnya terdiri dari 5 (lima) Kelurahan.

Kecamatan Medan Deli adalah daerah

kawasan industri dan pergudangan di Kota Medan dengan penduduknya berjumlah ± 166.793 Jiwa. Kecamatan Medan Deli juga salah satu dari 21 kecamatan Kecamatan di Kota Medan yang melaksanakan pemilihan serentah di tengah pandemi covid-19.

Berdasarkan fakta-fakta yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji tentang fenomena peningkatan partisipasi pemilih di Pilkada Kota Medan tahun 2020. Untuk mempersempit objek penelitian ini maka peneliti memilih kasus yang terjadi di Kecamatan Medan Deli sebagai lokus penelitian. Peneliti memilih Kecamatan Medan Deli sebab daerah ini merupakan kecamatan dengan peningkatan partisipasi paling tinggi di antara kecamatan lainnya. Oleh karena itu, maka penelitian ini bertujuan untuk Menganalisa tentang partisipasi politik masyarakat Kecamatan Medan Deli dalam pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Medan Tahun 2020.

Menganalisa tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat Kecamatan Medan Deli dalam pemilihan walikota dan wakil walikota Medan Tahun 2020 di masa pandemi COVID-19.

Peneliti melakukan peninjauan terhadap penelitian- penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait dengan partisipas politik masyarakat dalam pemilihan umum. Penelitian terdahulu tersebut dilakukan oleh Meyliana &

Erowati (2020) dan Ritonga (2020). Penelitian yang berjudul Menakar Partisipasi Politik Masyarakat Kabupaten Tana Toraja Terhadap Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) Tahun 2020 yang dilakukan oleh Meyliana & Erowati (2020). Studi ini mengkaji tentang menakar partisipasi politik masyarakat Kabupaten Tana Toraja pada Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2020. Faktor yang mempengaruhi penurunan partisipasi masyarakat Tana Toraja pada Pilkada 2020 di masa pandemi penting dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan penurunan partisipasi masyarakat pada Pilkada Tana Toraja Tahun 2015 dipengaruhi tingkat kesadaran politik dan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam mengantisipasi konflik antar pendukung pasangan calon. Selain itu, Pilkada Tana Toraja Tahun 2020 di masa pandemi diprediksikan mengalami penurunan terhadap partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilih. Hal itu disebabkan karena masih tingginya jumlah

(5)

kasus Covid-19 yang terjadi dan pemungutan suara di bulan Desember dimana pada bulan ini juga factor cuaca cenderung tidak mendukung masyarakat dalam melakukan aktifitasnya sehingga dapat menjadi alasan masyarakat untuk tidak hadir di TPS pada hari pemilihan 9 Desember nanti.

Penelitian yang berjudul Partisipasi Masyarakat Pada Pemilihan Kepala Daerah Serentak Masa Pandemi yang dilakukan oleh Ritonga (2020). Penelitian ini menyatakan bahwa Covid-19 tidak menghentikan langkah langkah warga Kota Semarang dalam memilih calon pemimpin mereka dimasa yang akan datang. Tujuan penilitian ini adalah untuk mengekplorasi tingkat partisipasi masyarakat dan factor yang mendukung atau menghambatnya. Hasilnya menakjubkan.

Secara nasional tingkat partisipasi mencapai 76,13 persen, Provinsi Jawa Tengah mencapai 74,34 dan Kota Semarang 68, 62 persen.

Beberapa factor yang mempengaruhi tingkat partisipasi ini adalah kesadaran masyarakat yang semakin baik, penyelenggaraan pilkada yang menjamin aman dan jauh dari peneluranan, serta partispasi pemilih pemula yang muali bergerak untuk memajukan daerahnya.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Febriantanto (2019) dengan judul “Analisis Faktor Determinan Peningkatan Partisipasi Politik Penyandang Disabilitas pada Pilkada Kota Yogyakarta 2017”. Penelitian ini mengkaji tentang adanya peningkatan partisipasi memilih para penyandang disabilitas di Kota Yogyakarta. Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat empat faktor pendukung yang telah meningkatkan partisipasi politik penyandang disabilitas. Pertama, faktor Pendidikan politik yang disebabkan oleh massifnya sosialisasi dari penyelenggara pemilu; kedua, faktor perangsang politik;

ketiga, faktor situasi atau lingkungan politik;

keempat, faktor karakteristik pribadi.

Penelitian ke-empat dilakukan oleh Fadjar (2009; Ginting (2018) dengan judul

“Analisis Faktor Determinan Tingkat Partisipasi Pemilih Penyandang Disabilitas Pada Pemilihan Umum 2019 di Kota Banda Aceh” untuk mengkaji mengenai apa saja penyebab utama rendahnya tingkat partisipasi memilih para penyandang disabilitas di Kota Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk menguji teori

Milbrath dan berupaya mengetahui faktor- faktor rendahnya partisipasi penyandang disabilitas melalui teori tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor determinan atas rendahnya tingkat partisipasi pemilih para penyandang disabilitas pada pemilihan umum tahun 2019 di Kota Banda Aceh yaitu pertama, rendahnya tingkat pendidikan politik; kedua, situasi atau lingkungan politik; ketiga, karakteristik pribadi dan keempat rangsangan politik. Dari penelitian ini dapat dipahami bahwa faktor determinan paling utama menyebabkan rendahnya partisipasi politik para penyandang disabilitas ialah faktor pendidikan politik.

Penelitian-penelitian yang telah dipaparkan di atas menjadi inspirasi bagi peneliti untuk mengkaji permasalahan penelitian ini. Sama dengan yang dilakukan oleh (Febriantanto, 2019; Noviani, 2020) penelitian ini juga menggunakan teori Milbrath dalam menganalisis fenomena yang terjadi pada saat Pilkada Walikota Medan tahun 2020 dilakukan di Kecamatan Medan Deli.

Perbedaannya ialah bahwa dua penelitia tersebut secara spesifik mengkaji para penyandang disabilitas sementara penelitian ini ingin melihat masyarakat secara umum.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan sebagai pendekatan ialah metode kualitatif. Riset yang menggunakan metode kualitatif yakni riset yang membangun gambaran yang utuh dan holistik tentang fenomena tertentu dengan menggunakan setting natural. Oleh karena itu, riset kualitatif melibatkan analisis kata, video, gambar, atau objek dalam konteks di mana mereka muncul atau terjadi (Jencik, 2013).

Lebih lanjut, Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa natural setting ialah ketika obyek dalam penelitian berlaku apa adanya dan berlaku alamiah, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki obyek, setelah berada di obyek dan setelah keluar dari obyek relatif tidak berubah.

Kemudian, metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Lebih rinci, metode kualitatif ini nantinya akan menjalankan prosedur

(6)

penelitian yang menghasilkan data deskriptif dari perilaku, tulisan, dan tutur kata yang diamati pada setiap oknum yang kita teliti (Arif, 1992).

Dalam Nazir (1988) diterangkan bahwa salah satu jenis penelitian dalam lingkup metode kualitatif adalah penelitian deskriptif.

Metode deskriptif yakni suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir, 1988).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa penelitian deskriptif mengelaborasi masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang korelasi kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh- pengaruh dari suatu fenomena.

Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif (Nazir, 1988).

Sebagaimana penelitian kualitatif, hasil wawancara akan didapatkan melalui para informan. Informan adalah subyek penelitian yang bisa memberikan informasi mengenai fenomena atau permasalahan yang dikaji dalam penelitian. Teknik yang digunakan dalam pemilihan informan menggunakan Purspossive Sampling dan bersifat Snowbal Sampling. Hal ini dipilih karena penentuan sampel informan pada proposal masih bersifat sementara, dan akan berkembang kemudian setelah peneliti berada di lapangan. Sampel informan pada tahap awal memasuki lapangan dipilih orang yang menjadi stakeholder dan mempunyai otoritas pada situasi sosial atau obyek yang diteliti, sehingga mampu

“membukakan pintu” kemana saja peneliti akan melakukan pengumpulan data (Sugiyono, 2013).

Dalam penelitian kualitatif terdapat tiga jenis informan yaitu: 1) informan kunci; 2) informan utama; 3) informan pendukung (Heryana, 2018). Informan kunci adalah orang- orang yang memiliki informasi secara menyeluruh dan paham terhadap permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

Untuk penelitian ini, informan kunci adalah penyelenggara pemilihan kepala daerah tahun 2020 di Kota Medan yaitu: Camat Medan Deli (Fery Suhery, S.Sos); Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Medan Deli (Jontar Sinaga);

Panitia Pemungutan Suara (PPS) di Kecamatan Medan Deli; Ketua Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Sumut atau Kota Medan (Faiz Albar Nasution, M.Sos).

Informan utama adalah orang-orang yang menjadi “aktor utama” atau pelaku utama dalam sebuah cerita. Maka informan utama adalah orang-orang yang mengetahui dan terlibat secara langsung baik secara teknis dan detail tentang permasalahan yang sedang dikaji. Informan utama dalam penelitian ini ditentukan secara ketat dengan kriteria sebagai berikut: Warga baik laki-laki maupun perempuan di Medan Deli; Telah Terdaftar dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap) tahun 2020;

Ikut memberikan suara pada pilkada Kota Medan 2020; Tidak memberikan suara (Golput) pada pilkada Kota Medan tahun 2015. Dari informan utama ini peneliti akan mendapatkan data terkait alasan mengapa mereka mau berpartisipasi pada pilkada tahun 2020.

Jumlah informan utama tidak tentukan oleh peneliti. Data dianggap cukup jika sudah jenuh dan telah berhasil memperkaya informasi.

Berdasarkan proses yang telah dilakukan di lapangan, telah terjaring sebanyak 45 orang informan yang berhasil di wawancarai di lapangan.

Informan pendukung adalah orang-orang yang bisa memberikan tambahan informasi untuk memperlengkap data untuk dianalisis.

Informan pendukung bisa saja berada di luar dua kategori sebelumnya dan bisa terlibat maupun tidak terlibat. Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan tokoh masyarakat dan pengamat sebagai informan pendukung.

Teknik Pengumpulan Data, Pengamatan (Observasi) Observasi adalah teknik pengumpulan data di mana peneliti mengadakan pengamanatan terhadap gejala- gejala objek yang diteliti. Pada teknik ini, peneliti bisa melakukan dengan mengumpulkan catatan lapangan dengan melakukan pengamatan sebagai seorang partisipan atau sebagai seorang pengamat.

Mengumpulkan catatan lapangan, pertama- tama sebagai “outsider” dan kemudian dengan masuk ke dalam lingkungan dan mengamati sebagai seorang “insider”. Wawancara, Pada

(7)

teknik yang kedua ini, peneliti akan melakukan proses wawancara dengan bentuk wawancara yang terstruktur dengan daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Hal ini dilakukan agar proses wawancara lebih terfokus terhadap inti penelitian. Akan tetapi, sebagaimana biasanya dalam proses wawancara, apabila ditemukan bahwa informan secara psikologis tidak mendukung dengan bentuk wawancara yang demikian, maka peneliti akan melakukan alternatif dengan melakukan wawancara semi- terstruktur agar informan lebih mudah digali lebih dalam. Nantinya peneliti akan merekam wawancara tersebut, dan menuliskannya ke dalam catatan-catatan. Proses pelaksanaan wawancara bisa dilakukan dengan e-mail, tatap-muka, kelompok fokus, kelompok fokus online dan melalui telepon. Akan tetapi peneliti nantinya akan berusaha untuk melakukan wawancara dengan tata-muka langsung di lapangan.

Dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Bentuknya bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2013). Data dokumen bisa dilakukan dengan cara menganalisis dokumen publik, misalnya memo, notulen, rekaman dan arsip resmi atau dengan mempelajari autobiografi dan biografi objek kajian. Sebagai contoh, dalam penelitian ini nantinya peneliti bisa mememeriksa data-data tentang hasil pemilihan yang terdokumentasi di kantoro maupun yang telah dirilis oleh KPU di website maupun media lainnya.

Jika data telah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Metode yang digunakan dalam menganalisis data ialah deskriptif-analitis. Adapun metode deskriptif ialah suatu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat atau individu, keadaan gejala atau kelompok tertentu (Koentjaraningrat, 1991). Setiap penggambaran tersebut disertai dengan analisis.

Jadi teknik ini bersifat menggambarkan, menguraikan, dan menganalisa data yang diperoleh dari hasil penelitian. Adapun caranya setelah data terkumpul kemudian diklasifikasikan dengan kerangka penelitian dengan menempuh berbagai tahap di antaranya ialah: Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan (observasi), wawancara, mencatat

dokumen-dokumen, dan menelusuri audiovisual lalu kemudian mencatat semua yang berkaitan dengan partisipasi pemilih di Kecamatan Medan Deli.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Partisipasi Pemilih Masyarakat Kecamatan Medan Deli

Pada bagian ini peneliti akan membahas mengenai partisipasi politik masyarakat Kecamatan Medan Deli dalam wujud pemilihan pada saat Pemilihan Kepala Daerah. Lebih spesifik, peneliti akan membahas seputar pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan pada tahun 2020 lalu. Hal ini tentu penting sebab partisipasi masyarakat terhadap Pemilu ialah Indikator terpenting dari keberhasilan pelaksanaan penyelenggaraan Pemilu.

Anggapan ini sejalan dengan pandangan yang mengatakan bahwa pemilihan sebagai wujud kongkret dari penerapan sistem demokrasi di suatu pemerintahan.

Untuk melihat tingkat partisipasi politik masyarakat Kecamatan Medan Deli tentu harus ditinjau dari hasil pemilihan yang telah dilakukan disana melalui rekaman dat a rekapitulasi yang telah disahkan oleh penyelenggara (KPU). Sebagaimana yang telah beberapa kali disampaikan di atas, bahwa terdapat peningkatan partisipasi pemilih secara umum di Kota Medan dan secara khusus di Kecamatan Medan Deli terdapat peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebanyak 20.881 suara. Angka ini menjadi yang terbesar jika dibandingkan dengan seluruh kecamatan yang ada di Kota Medan. Pada pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan di tahun 2015, jumlah total suara pemilih hanya sebanyak 33.641 suara saja dari total 129.806 suara yang terdaftar sebagai Daftar Pemilih Tetap (DPT).

Jumlah total suara yang memilih ini tentu sangat sedikit jika ditinjau dari jumlah total DPT.

Kemudian pada saat pemilihan kepala daerah serentak Kota Medan tahun 2020 terdapat sebanyak 53.522 pemilih yang memberikan suara dari 125.954 total pemilih yang terdaftar sebagai Daftar Pemilih Tetap (DPT). Memang masih seperti pemilihan tahun 2015 yaitu bahwa masih lebih banyak pemilih yang tidak memberikan suaranya. Namun jika dibandingkan dengan pemilihan yang dilakukan pada tahun 2015, pemilihan tahun

(8)

2020 lebih besar persentase pemilih yang memberikan suaranya.

Peneliti mengamati bahwa peningkatan yang terjadi di Kecamatan Medan Deli dikarenakan adanya mekanisme, tata cara dan regulasi yang telah berhasil diterapkan oleh penyelenggara untuk mengatasi permasalahan Pandemi Covid-19 saat pemilihan. Satu-satunya alasan seseorang tidak mau datang memilih di masa pandemic adalah adanya kekhawatiran yang mendalam akan keselamatan pribadi. Hal ini merupakan suatu hal yang wajar dan alamiah sebab sudah pasti keselamatan pribadi akan dijadikan di atas segalanya. Perasaan takut dalam beberapa hal terkadang bisa menjadi penghalang seseorang dalam bertindak dan hal ini tidak hanya berlaku dalam konteks pemilihan saja. Namun sejauh ancaman dan ketakutan tersebut bisa di atasi, maka tentu saja orang akan berani datang untuk menyalurkan hak dan kewajiban politiknya.

Inilah kemudian yang menjadi alasan penyelenggara untuk tetap melakukan pemilihan di masa pandemi. Jika rasa takut masyarakat bisa ditangani maka pemilihan akan tetap bisa dilaksanakan dengan sesuai harapan. Oleh karena itu, penyelenggara membuat peraturan yang menjamin keselamatan para pemilih yang datang ke TPS dengan menerapkan protokol Kesehatan yang sangat ketat. Untuk itulah maka kemudian pemerintah membuat regulasi yang bertujuan untuk mengantisipasi dan memberikan kejelasan mengenai pemilhan di masa pandemi, pemerintah kemudian membuat peraturan melalui Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 6 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota Serentak Lanjutan dalam Kondisi Bencana non-Alam Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Secara teknis peneliti menggali informasi dari para informan tentang kegiatan sosialisasi seperti apa yang pernah dilakukan atau dapatkan sepanjang proses pemilihan kepala daerah tersebut berlangsung saat itu. Dari data yang peneliti himpun di lapangan, masyarakat mendapatkan bentuk sosialisasi yang beragam.

Sosialisasi Formal dari Penyelenggara.

Sosialisasi formal adalah sosialisasi yang dilakukan oleh pihak penyelenggara pemilihan saat itu. Sosialisasi ini memang ditargetkan agar bisa merangsang masyarakat untuk mau

berpartisipasi saat pemilihan. Biasanya kegiatan ini dirancang dengan tema- tema kepemiluan baik secara substansial maupun teknis pemilihan. Tema substansial akan disampaikan dengan maksud agar pemilih sadar bahwa memilih adalah hal penting yang harus dilakukan seorang warga negara.

Pemilihan adalah satu proses yang harus dilakukan dalam pemerintahan yang menganut sistem demokrasi. Jika tidak ada pem ilu maka proses demokrasi tidak akan berjalan.

Kemudian tema teknis adalah tema yang membahas mengenai tata cara pemilihan dan tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan baik oleh penyelenggara maupun pemilih. Hal ini penting dilakukan agar para pemilih tidak kebingungan saat datang ke lokasi pemilihan di hari pencoblosan. Kemudian oleh karena Pemilu dilaksanakan pada saat pandemic Covid-19, maka sosialisasi dari penyalenggara juga menjadikan pentingnya menjaga protokol sebagai salah satu tema utama. Sosialisasi ini sangat penting dilakukan agar masyarakat merasa yakin dan percaya dengan kondisi keamanan pribadi mereka jika datang ke TPS.

Tema ini kemudian menjadi tema kunci dalam setiap sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara,

Sosialisasi dari Pemerintah Kecamatan. Selain sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu, masyarakat Kecamatan Medan Deli juga mengaku beberapa kali mengikuti kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Kecamatan Medan Deli.

Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Kecamatan Medan Deli beragam mulai dari kegiatan diskusi/seminar di kantor kecamatan sampai dengan adanya pemasangan baliho- baliho himbauan di setiap kelurahan. Fakta yang paling menarik peneliti temukan di lapangan ialah bahwa pihak Kecamatan melakukan himbauan kepada masyarakat di hari pemilihan dengan menggunakan alat pengeras suara agar masyarakat datang ke TPS.

Bahkan dari beberapa tempat pesan himbauan tersebut disampaikan melalui alat pengeras suara masjid. Upaya yang dilakukan oleh pihak kecamatan ini menunjukkan bahwa perlu tindakan yang agresif kepada masyarakat agar mau berhadir ke TPS. Peneliti melihat ini sebagai sesuatu yang wajar untuk dilakukan sebab jika berkaca kepada Pilkada 2015 yang lalu, tingkat partisipasi masyarakat di Kecamatan ini tergolong sangat rendah. Hal

(9)

inilah kemudian yang mendorong pihak kecamatan untuk berupaya lebih agresif kepada masyarakat agar masyarakat mau datang ke TPS. Pesan-pesan yang disampaikan ketika melakukan himbauan tersebut adalah pesan- pesan agar masyarakat datang ke TPS, tidak ada menyinggung kepada salah satu kandidat.

Kegiatan ini berdampak positif bagi masyarakat, sebab dari beberapa informan yang peneliti temukan, mereka mengaku mendengar himbauan tersebut dan menjadi pengingat bagi mereka agar datang ke TPS.

Kampanye Kandidat. Rangsangan berikutnya berasal dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing kandidat.

Sebagaimana target para kandidat, kegiatan ini tentu saja dilakukan dengan maksud agar para pemilih datang ke TPS untuk memilih mereka.

Masyarakat yang pernah terlibat dalam kegiatan kampanye kandidat sedikit banyaknya akan terangsang untuk datang memilih.

Sebagaimana yang peneliti temukan di masyarakat, biasanya kegiatan kampanye ini dilakukan dengan ragam kegiatan baik berupa baliho-baliho, framing di media sosial, bahkan yang secara langsung di tengah masyarakat dan ada juga yang datang ke tempat pengajian- pengajian. Kampanye yang dilakukan oleh tim sukses kandidat memang merupakan sesuatu hal yang wajar dan secara mekanisme hal tersebut diatur di dalam undang-undang dan peraturan KPU. Kegiatan-kegiatan yang seperti ini bagi beberapa masyarakat sangat berpengaruh terhadap pandangan politiknya.

Perbincangan/Obrolan-obrolan. Namun dari beberapa faktor yang telah peneliti kemukakan di atas, terdapat satu faktor yang paling banyak mempengaruhi masyarakat untuk memilih yaitu faktor perbincangan sehari-hari (obrolan) dengan lingkungan pertemanan. Perbincangan/ obrolan ini merupakan faktor yang paling sering peneliti temukan ketika mewawancarai para informan.

Para informan yang mengaku tidak mendapatkan sosialisasi dari pihak penyelenggara, kecamatan dan kandidat mengaku mendapatkan pandangan politik dari hasil diskusi-diskusi atau obrolan-oborolan bersama teman-teman sejawat baik di tempat kerja maupun di tempat “nongkrong”. Dari informasi-informasi yang ditemukan menunjukkan bahwa masyarakat di Kecamatan Medan Deli lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka bekerja dan

berteman. Obrolan-obrolan tentang politik menjadi pembahasan yang sering mereka lakukan pada saat momen kontestasi pilkada saat itu. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat bagus sebab sebagaimana yang disampaikan oleh Lincoln & Guba (1985) bahwa orang yang berpartisipasi dalam diskusi politik lebih memungkinkan untuk berpartisipasi ketimbang yang tidak pernah terlibat sama sekali dalam diskusi politik. Fakta ini juga menunjukkan bahwa iklim politik telah terbangun dengan bagus di tengah-tengah masyarakat Kecamatan Medan Deli.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik Kecamatan Medan Deli

Pada bagian ini peneliti akan membahas temuan-temuan di lapangan dan menganalisisnya dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Milbrath dikatakan bahwa terdapat dua alasan yang menjadi faktor penyebab seseorang mau berpartisipasi dalam politik yaitu karena adanya faktor pendukung dan penghambat (Maran, 2007). Dalam bagian ini peneliti akan melihat faktor-faktor pendukung yang menjadi pendorong masyarakat di Kecamatan Medan Deli sehingga mau untuk datang berpartisipasi memilih calon Walikota dan Wakil Walikota Medan pada Pilkada tahun 2020. Untuk menganalisis faktor-fakor pendukung ini, maka peneliti akan memakai konsep-konsep yang dikemukakan oleh Milbrath. Oleh karena itu, peneliti akan mencoba untuk melihat apa saja faktor rangsangan politik yang ada dari masyarakat di Kecamatan Medan Deli pada pilkada tahun 2020. Lalu kemudian peneliti melihat karakter pribadi seperti apa yang menyebabkan masyarakat Medan Deli terdorong untuk datang berpartisipasi. Setelah itu peneliti juga berupaya melihat karakter sosial masyarakat Medan Deli dan kemudian peneliti berupaya mengamati situasi dan lingkungan masyarakat Kecamatan Medan Deli. Terakhir, peneliti akan melihat bagaimana pola dan tingkat pendidikan politik yang didapatkan oleh masyarakat Kecamatan Medan Deli.

Faktor Rangsangan Politik. Perangsang politik adalah suatu dorongan terhadap seorang pemilih agar mau berpatisipasi dalam kehidupan politik. Seseorang bisa memutuskan sikap politiknya akibat daripada rangsangan-rangsanan yang datang dari luar dirinya sendiri. Semakin banyak rangsangan

(10)

tentang politik yang diterima seseorang, maka semakin besar pula kemungkinan bahwa dia akan berpartisipasi dalam politik dan semakin besar tingkat kedalaman dari partisipasi itu.

Artinya, orang bersedia berpartisipasi dalam kehidupan politik menerima perangsang politik. Perangsang politik dipengaruhi oleh kegiatan diskusi politik, pengaruh media massa, dan diskusi-diskusi formal dan informal.

Mengenai rangsangan politik, terdapat beberapa hal penting yang perlu digali ke masyarakat untuk mengetahui jawabannya.

Untuk itu maka peneliti berupaya menggali dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bisa diungkapkan oleh informan agar sesuai dengan informasi yang diinginkan.

Sebagai contoh, peneliti harus berupaya mengungkap aktivitas-aktivitas yang pernah dilakukan oleh masyarakat berkaitan dengan pemilihan. Apakah mereka pernah mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat sosialisasi yang dilakukan oleh para stakeholder baik itu penyelenggara, aparatur pemerintahan seperti pegawai kecamatan, partai politik dan tim sukses kandidat. Kemudian sebera pa seringkah mereka terlibat dalam kegiatan tersebut. Semakin sering seseorang mengikuti kegiatan sosialisasi, maka rangsangan politik juga akan semakin tinggi dalam dirinya. Sebab sekecil apapun kegiatan tersebut sedikit banyaknya pasti akan mempengaruhi sikap politik seseorang.

Kemudian, rangsangan politik tidak hanya berkutat dengan kegiatan-kegiatan formal saja. Rangsangan politik bisa saja muncul dari lingkungan atau lingkaran- lingkaran yang lebih kecil seperti pertemanan. Perbincangan atau “obrolan- obrolan” sehari-hari di lingkungan kerja, lingkungan keluarga dan pertemanan bisa sangat mempengaruhi sikap politik seseorang.

Perbincangan sehari-hari atau obrolan-obrolan politik ini merupakan bentuk sosialisasi informal yang berjalan secara alamiah tanpa adanya fasilitasi dari para stake holder.

Karakter Pribadi. Faktor ini merupakan faktor dimana watak sosial seorang pemilih yang mempunyai kepedulian sosial yang besar terhadap berbagai masalah.

Karakter pribadi ini bisa dilihat dari sikap dan keyakinan yang dipegang oleh seseorang.

Selain itu bisa memiliki tingkat kepercayaan diri yang kuat. Orang-orang yang berwatak sosial yang mempunyai kepedulian sosial yang

besar terhadap masalah sosial, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, biasanya bersedia terlihat dalam aktivitas politik. Untuk mengetahui faktor karakter pribadi, peneliti menggali informasi melalui para informan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berupaya mengungkap fakta-fakta yang berkaitan dengan hal ini. Sebagai contoh, peneliti mengajukan pertanyaan seputar kedekatan emosional yang terbangun di masyarakat dengan salah satu kandidat. Apakah itu karena se-partai, se-organisasi, sedaerah dan lain sebagainya. Kemudian juga peneliti menggali pandangan mereka terkait dengan politik, apakah politik merupakan sesuatu yang berguna atau memiliki khasiat dalam hidupnya.

Kemudian juga peneliti menggali pandangan mereka terkait dengan memilih, apakah memilih suatu kewajiban atau hak atau barangkali mungkin bukan apa-apa bagi hidup mereka. Jika informan menjawab sebagai kewajiban maka secara pribadi informan tersebut telah memiliki karakter politik yang kuat dan sangat potensial untuk mau terlibat dalam partisipasi politik.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Milbrath (1981), faktor pribadi menyangkut dua persoalan umum yaitu sikap – keyakinan dan kepribadian seorang individu.

Mengenai sikap – keyakinan bisa ditinjau dari hubungan psikologis, rasa kewajiban warganegara (perasaan wajib berpartisipasi dalam politik), Party ID (Party Identification), identifikasi kelompok yang kuat (group identification), merasa bahwa politik memiliki khasiat (kemanjuran politik) dan keterasingan.

Dari beberapa konsep ini, peneliti melihat bahwa hampir semua faktor sangat kuat di masyarakat Kecamatan Medan Deli. Jika diurutkan maka akan terlihat seperti di bawah ini:

Faktor Kedaerahan. Jika diurutkan, maka faktor yang paling banyak menentukan adalah faktor kedaerahan. Hal ini bisa dipahami karena salah satu kandidat berasal dari daerah ini yaitu Aulia Rachman Wakil Walikota Medan.

Masyarakat. Ditambah lagi, ayah dari Aulia Rachman dikenal sebagai tokoh di daerah tersebut yang terpandang dan disegani. Oleh karena itu maka beberapa informan menganggap dengan adanya putra daearah yang maju sebagai kandidat maka mereka merasa harus datang untuk memilih. Dengan

(11)

adanya kandidat yang berasal dari daerah mereka, maka mereka merasa terpanggil dan terdorong untuk berpartisipasi dalam pemilihan.

Merasa Politik Berguna (berkhasiat).

Faktor kedua yang paling menentukan sebagai pendorong secara karakter pribadi adalah perasaan bahwa politik merupakan sesuatu yang berguna bagi kehidupan secara pribadi.

Untuk mengetahui hal ini, peneliti mengajukan pertanyaan seputar pandangan mereka dengan politik. Apakah politik memberikan manfaat bagi kehidupan mereka atau tidak. Dari semua informan yang mengikuti Pilkada 2020 yang lalu, semua mengatakan bahwa politik merupakan sesuatu yang berguna bagi hidupnya. Dengan jawaban-jawaban yang demikian, maka wajar jika kemudian mereka mau datang untuk memberikan partisipasi politiknya saat Pilkada. Bahkan sebagian sampai pada pemahaman bahwa politik sangat berguna untuk kemajuan Kota Medan dengan wujud kongkrit berupa kehadiran di TPS untuk memilih pemimpin yang bisa membawa kemajuan bagi Kota Medan. Kemudian ada juga yang sampai pada pemahaman bahwa politik menjadi penentu nasibnya sendiri. Ini adalah tingkat pemahaman yang sangat tinggi menurut peneliti. Sebab jika mereka sudah sampai pada taraf pemahaman seperti demikian maka mereka pasti akan memiliki semangat yang kuat untuk datang berpartisipasi dalam pemilihan.

Rasa Kewajiban Warga Negara. Faktor ketiga dalah perasaan bahwa memilih merupakan kewajiban seorang warga negara.

Bagi mereka, memilih adalah wujud dari seorang warga negara yang baik. “Karena saya mau menjadi warga negara yang baik. Jadi saya harus memberikan hak suara saya pada pilkada tahun lalu” (Susana, warga Mabar). Kalau terkait covid 19 ya tidak menjadi kendala karena pakai masker kan. Kemudian di antara mereka ada beberapa yang mengaku ingin menjadi seorang warga negara yang baik sehingga mereka harus datang ke TPS untuk memilih. Memilih adalah bentuk daripada panggilan hati untuk kemajuan daerah. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan di lapangan dapat dilihat bahwa masyarakat Kecamatan Medan Deli yang memilih pada Pilkada 2020 sudah memiliki pandangan yang maju terkait dengan pemilihan. Wajar jika kemudian mereka mau untuk memilih

meskipun dalam kondisi pandemic Covid-19.

Ditambah lagi memang secara protokol kesehatan pun sudah dijamin dengan baik oleh KPU. “Karena saya mau menjadi warga negara yang baik. Jadi saya harus memberikan hak suara saya pada pilkada tahun lalu. Kalau terkait covid 19 ya tidak menjadi kendala karena pakai masker kan” (Sunengsih, warga Mabar)

Ketidakpercayaan Terhadap Petahana. Alasan terakhir yang menjadi penyebab masyarakat Kecamatan Medan Deli terdorong untuk datang memilih adalah karena adanya akumulasi kekecewaan terhadap petahana. Warga Medan Deli menganggap bahwa petahan yaitu dalam hal ini Akhyar – Salman tidak memberikan dampak yang begitu berarti bagi warga Medan Deli selama dia menjadi. Hal inilah kemudian yang memunculkan kekecewaan terhadap petahana sehingga kemudian warga beranggapan perlu memberikan dukungan bagi pasangan yang baru agar petahana tidak terpilih kembali lagi.

Ditambah lagi, pasangan penantang secara kapasitas di mata masayarakat lebih meyakinkan dan bisa memberikan harapan- harapan baru. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa terkait faktor karakter pribadi, hanya tiga poin di atas yang menonjol di masyarakat Kecamatan Medan Deli pada tahun 2020 yaitu karena alasan emosional kedaerahan, kegunaan politik dan rasa kewajiban warganegara yang kuat. Sementara alasan Party ID dan Identifikasi keorganisasian tidak ditemukan di lapangan.

Karakter Sosial. Karakter sosial merupakan faktor status sosial, ekonomi, kelompok ras, etnis, dan agama seseorang yang akan memengaruhi persepsi, sikap, dan perilaku seseorang dalam beraktivitas.

Bagaimanapun juga, karakteristik sosial ikut memengaruhi persepsi dan sikap perilaku seseorang dalam bidang politik. Oleh sebab itulah, orang bersedia berpartisipasi dalam bidang politik. Dalam penelitian ini nantinya akan dilihat apa saja karakter sosial yang paling mencolok dari masyarakat Kecamatan Medan Deli sehingga bisa dianalisis kecenderungannya.

Mengenai karakter sosial masyarakat Kecamatan Medan Deli, peneliti meminta keterangan kepada aparatur kecamatan mengenai status sosial masyarakat Kecamatan Medan Deli. Karakter sosial yang paling menonjol di Kecamatan Medan Deli adalah

(12)

bahwa masyarakatnya besar di lingkungan industri dan kebanyakan warganya juga berprofesi sebagai karyawan dan buruh pabrik.

Sebagaimana diketahui bahwa Medan Deli adalah daerah yang masuk dalam Kawasan Industri Medan (KIM). PT Kawasan Industri Medan (Persero) atau biasa disingkat menjadi KIM, adalah sebuah badan usaha milik negara Indonesia yang bergerak di bidang pengelolaan kawasan industri.

Masyarakat dengan status sosial tinggi kata Milbrath (1981) akan mempengaruhi model partisipasi politiknya. Sebagian besar masyarakat yang berlatar belakang status sosial ekonomi yang lebih tinggi lebih memungkinkan untuk menjadi aktif dalam politik daripada orang-orang yang lebih rendah status sosial ekonominya. Hal ini bisa dipahami sebab masyarakat dengan satatus sosial ekonomi yang tinggi lebih potensial untuk meluangkan waktu untuk sekedar mengurus persoalan politik. Sebaliknya, masyarakat dengan status sosial ekonomi yang rendah akan lebih mengutamakan waktunya untuk mencari hajat hidup.

Hal ini jugalah yang membuat partisipasi politik di Kecamatan Medan Deli masih belum bisa mencapai di atas 50 %. Namun meskipun demikian, sebagaimana yang telah sering disampaikan di atas bahwa telah terdapat peningkatan partisipasi jika dibandingkan dengan Pilkada yang diselenggarakan pada tahun 2015 lalu. Untuk menemukan jawaban kaitan antara status sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Medan Deli dengan adanya peningkatan partisipasi politik di Pilkada 2020 lalu, peneliti coba menggali informasi dari pihak kecamatan tentang perusahaan-perusahaan yang terdapat di Kawasan Kecamatan Medan Deli.

Berdasarkan penelusuran yang peneliti lakukan terdapat indikasi pemanfaatan buruh yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang ada di Kawasan Kecamatan Medan Deli.

Ketika melakukan wawancara ke masyarakat, peneliti juga berhasil mengungkap dari masyarakat bahwa praktek demikian memang terjadi di tempat mereka bekerja. Dalam penelitian ini, peneliti tidak mengungkap lebih jauh tentang keterkaitan antara perusahaan- perusahaan dengan masing-masing kandidat yang maju saat itu. Sebab fokus penelitian ini tidak mengarah ke sana. Namun hal ini bisa

menjadi semacam rekomendasi bagi para peneliti selanjutnya.

Situasi atau Lingkungan. Situasi atau lingkungan merupakan faktor dimana keadaan lingkungan sosial sekitar seorang pemilih yang baik dan kondusif agar seorang pemilih mau dengan senang hati berpartisipasi dalam aktivitas politik. Namun tidak hanya pada persoalan demikian, ternyata aspek biologis, fisik di luar manusia, budaya, struktur sosial masyarakat, pengaturan politik, bahkan hal sepeti medan, jarak, dan cuaca bisa mempengaruhi politik. Dalam hal ini peneliti akan mencoba menggali informasi terkait faktor lingkungan apa saja yang bisa mempengaruhi masyarakat sehingga mau berpartisipasi dalam kegiatan pemilihan.

Kemudian, pada lingkungan politik demokratis, orang bebas dan merasa tenang untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan politik ketimbang dalam lingkungan politik yang otoriter.

Untuk mengetahui tentang situasi atau lingkungan yang berlangsung saat Pilkada 2020 yang lalu, peneliti mewawancarai secara langsung masyarakat yang datang memilih.

Sebagaimana yang telah disampaikan di atas bahwa situasi pandemi Covid-19 menjadi tantangan khusus yang mengancam keberlangsungan pemilu saat itu. Dilema yang paling mendasar saat itu adalah ketika pemerintah dihadapkan pada pilihan antara keselamatan kesehatan warga atau keselamatan demokrasi. Tentu saja keduanya menjadi sesuatu hal yang sangat penting bagi kehidupan kita. Oleh karena itu maka pemerintah membuat peraturan dan mekanisme yang dapat mengatasi permasalah situasi pandemic tersebut.

Dari pernyataan informan di atas dapat dianalisis bahwa masyarakat pada awalnya memang menganggap situasi pandemi sebagai ancaman dan penghalang untuk datang berpartisipasi ke TPS. Namun karena pemerintah telah menjamin dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, maka warga menjadi yakin untuk datang ke TPS. Dengan demikian maka dapat dipahami bahwa situasi pandemi yang semulanya menjadi ancaman berubah menjadi hal yang biasa saja.

Kemudian, peneliti menggali informasi lain terkait kondisi lingkungan yang mungkin berpotensi menjadi penyebab masyarakat terdorong untuk datang berpartisipasi saat itu.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah

(13)

dilakukan kepada para informan, terdapat satu informasi menarik yaitu bahwa kondisi lingkungan yang sering banjir menjadi salah satu penyebab warga terdorong untuk datang ke TPS. Sebagaimana diketahui bahwa pada tanggal 04 sampai 05 Desember 2020, tepat empat hari sebelum pemilihan terjadi banjir yang sangat besar di Kota Medan (MEDAN, 2020). Banjir ini melanda hampir seluruh daerah di Kota Medan dan disinyalir sebagi banjir terbesar setelah kurang lebih 2 dekade.

iya isu banjir jadi penyemangat yang membuat saya harus datang ke TPS biar dapat pemimpin yang bisa mengatasi isu tersebut” (Fahmi Oktama, warga Kota Bangun).

Pendidikan Politik. Pendidikan politik merupakan upaya pemerintah untuk merubah warga negara agar dapat memiliki kesadaran politik dengan terlibat dalam aktivitas politik. Orang berpendidikan umumnya lebih terlibat dan berbicara lebih banyak tentang politik, dengan kata lain orang terpelajar umumnya menghadapi lebih banyak rangsangan tentang politik daripada orang yang kurang berpendidikan. Pendidikan politik menjadi salah satu penentu seseorang terdorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan pemilu. Namun sebagaimana yang peneliti temukan di lapangan, masyarakat mengaku tidak mendapatkan begitu banyak pendidikan politik secara formal dari para penyelenggara.

Mereka justru terdidik secara alamiah dari perbincangan sehari-hari di tempat bekerja dan lingkungan pertemanan.

Pengetahuan politik masyarakat lebih banyak terkonstruksi secara alamiah dari perbincangan sehari-hari. Adapun sumber- sumber pengetahuan mereka adalah dari media sosial dan televisi serta dari teman-teman sejawat yang bertemu di tempat kerja, tetangga maupun di tempat minum kopi. Sangat sedikit di antara mereka yang pernah terlibat secara langsung dalam kegiatan-kegiatan formal yang dilakukan oleh para stakeholder. Tetapi walaupun demikian, bukan berati bahwa pendidikan politik tidak pernah dilakukan oleh para stakeholder. Kegiatan demikian tentu saja pernah dilakukan dan sejauh masyarakat mengikutinya, maka masyarakat tersebut akan mendapatkan pengetahuan politik dan bisa mengubah cara pandang mereka.

Berangkat dari paparan yang telah dijelaskan di atas, pengetahuan politik masyarakat di Kecamatan Medan Deli

tergolong cukup tinggi. Hal ini bisa dilihat dari cara pandang mereka terhadap pentingnya memberikan suara saat memilih. Kesadaran mereka sebagian bahkan sudah sampai pada taraf bahwa politik adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam hidupnya dan bahkan lebih jauh politik adalah sesuatu yang bisa menentukan nasib hidupnya. Kemudian, hampir semua informan mengaku bahwa memilih adalah aktivitas yang harus dilakukan sebagai seorang warga negara yang baik.

Terkahir mereka juga sudah pada taraf pemahaman yang mengatakan bahwa memilih adalah suatu kewajiban. Sebagaimana diketahui, karakter masyarakat yang memiliki tingkat partisipasi politik rendah selalu menganggap aktivitas memilih sebagai sesuatu hal yang tidak wajib. Mereka selalu berdalih bahwa aktivitas memilih hanyalah sebuah hak yang bisa dijalankan atau tidak. Berangkat dari pandangan-pandangan tersebut, maka peneliti menganggap bahwa meskipun tidak mendapatkan pendidikan politik secara formal dari para stakeholder, pendidikan politik yang didapatkan oleh masyarakat Kecamatan Medan Deli sudah cukup bagus.

SIMPULAN

Masyarakat Kecamatan Medan Deli masih tetap mau datang untuk memberikan hak suaranya karena penyelenggara telah berhasil membuat mekanisme dan regulasi yang membuat masyarakat yakin dan percaya terhadap keselamatan mereka selama memilih.

Masyarakat merasa yakin dan percaya terhadap protokol kesehatan yang telah diterapkan oleh penyelenggara. Namun dibalik alasan tersebut, sebenarnya masyarakat sudah memiliki alasan- alasan yang menjadi faktor penyebab sehingga mereka terdorong untuk datang memilih ke TPS, yaitu Faktor perangsang politik dimana masyarakat menemukan rangsangan dari kegiatan berupa sosialisasi formal yang dilakukan oleh penyelenggara, sosialisasi dari pihak kecamatan, kampanye kandidat dan terakhir dan yang paling berpengaruh yaitu kegiatan sehari-hari masyarakat berupa perbincangan (obrolan) tentang Pilkada 2020. Faktor karakter pribadi masyarakat saat pemilihan berlangsung, yaitu karena faktor kedaerahan (salah satu kandidat merupakan putra daerah), masyarakat merasa bahwa politik memang merupakan sesuatu yang berguna bagi

(14)

kehidupan mereka, rasa kewajiban sebagai warga negara (masyarakat merasa bahwa memilih sebagai wujud bakti kepada negara), terakhir adanya pandangan bahwa petahana tidak bisa diandalkan lagi sebagai walikota selanjutnya. aktor karakter sosial masyarakat Kecamatan Medan Deli. Faktor situasi dan lingkungan, masyarakat merasa perlu untuk memilih pemimpin baru yaitu permasalahan penanganan banjir yang tidak tuntas. Faktor Pendidikan politik, lebih banyak mendapatkan pengetahuan politik dari perbincangan dan obrolan sehari-hari dengan teman sejawat di lingkungan kerja maupun tetangga, lalu kemudian mereka membahasnya di tempat- tempat informal seperti warung kopi dan tempat kerja. Faktor yang paling banyak pengaruhnya adalah faktor perangsang politik, lebih spesifik lagi pada faktor perbincangan dan obrolan sehari-hari masyarakat tentang pilkada tahun 2020. Faktor kedua yang paling berpengaruh adalah faktor karakter pribadi masyarakat Kecamatan Medan Deli, adalah karena adanya perasaan kedekatan emosional dengan salah satu kandidat karena berasal dari daerah mereka yaitu Aulia Rachman. Aulia Rachman muncul sebagai seorang putra daerah dan sudah memiliki track record yang cukup baik di daerah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, F. (1992). Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Usaha Nasional.

Arif, M.S. (2020). ‘Meningkatkan Angka Partisipasi Sebagai Upaya Menjamin Legitimasi Hasil Pemilihan Kepada Daerah Dan Wakil Kepala Daerah di Tengah Pandemi Covid-19’, Electoral Governance (Jurnal Tata Kelola Pemilu Indonesia), 2(1), pp. 18–40.

Fadjar, A.M. (2009). ‘Pemilu yang Demokratis dan Berkualitas: Penyelelesaian Hukum Pelanggaran Pemilu dan PHPU’, Jurnal Konstitusi, 6(1).

Febriantanto, P. (2019). ‘Analisis Faktor Determinan Peningkatan Partisipasi Politik Penyandang Disabilitas pada Pilkada Kota Yogyakarta 2017’, Jurnal PolGov, 1(1), pp. 157–190.

Ginting, F.P. (2018). ‘Ilusi Demokrasi Substansial di Indonesia: Sebuah Kritik Terhadap Impementasi Parliamentary Treshlod’, POLITEIA: Jurnal Ilmu Politik, 10(2), pp. 79–

Heryana, A. (2018). Informan dan Pemilihan 90.

Informan dalam Penelitian Kualitatif, www.researchgate.net.

Jencik, A. (2013). ‘Riset Kualitatif Versus Kuantitatif’, in J.T. Ishiyama and M. Breuning (eds) Ilmu Politik Dalam Paradigma Abad Kedua Puluh Satu: Sebuah Referensi Panduan Tematis. 1st edn. Jakarta: Kencana Prenada Media Gorup, pp. 825–835.

Koentjaraningrat. (1991). Metode-metode Penelitan Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Lincoln, Y.S. and Guba, E.G. (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: California.

Maran, R.R. (2007). Pengantar Sosiologi Politik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Maulida, K., Hertanto, H., Kurniawan, R., &

Warganegara, A. (2021). Menakar Partisipasi Pemilih Pemula dalam Pemilihan Kepala Daerah di Masa Pandemi Covid-19.

PERSPEKTIF, 11(1), 286-297.

doi:https://doi.org/10.31289/perspektif.v1 1i1.5556

MEDAN, K.K. (2020). Data Pemilih PILKADA 2020, kota-medan.kpu.go.id.

Mediaindonesia.com (2020). Partisipasi Warga Korsel dalam Pemilu Capai Titik Tertinggi, Mediaindonesia.com.

Meyliana, I.F. and Erowati, D. (2020). ‘Menakar Partisipasi Politik Masyarakat Tanah Toraja Terhadap Pemilihan Kepala Daerah 2020 (Pilkada)’, Jurnal Academia Praja, 3(2), pp.

168–181.

Nasution, F.A. (2019). ‘Partisipasi Politik Masyarakat Kecamatan Medan Maimun pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2018’, JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 7(2), pp. 227–235.

Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.

Ritonga, A.D. (2020). ‘Mencermati Populisme Prabowo Sebagai Bentuk Gaya Diskursif Saat Kampanye Politik Pada Pemilihan Presiden 2019’, Politeia: Jurnal Ilmu Politik, 12(1), pp.

1–13.

Sarjan. (2020). ‘Problematika dan Teknis Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Pada Masa Pandemi Covid-19’, Jurnal Ilmu Hukum, 3(1), pp. 59–76.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharyanto, A., Fernanda, F., Jamaludin, J., Hodriani, H., Wiflihani, W., Muhajir, A., & Lubis, Y.A., (2021), School Readiness in the New Normal Era of Online Teaching and Learning at Junior High School, Proceedings of the International Conference on Industrial Engineering and Operations Management Sao Paulo, Brazil, April 5 - 8, 2021.

Tribunnews.com (2020). Mengacu Survei Kompas, KPU RI Optimistis Partisipasi Pemilih Tinggi di Pilkada 2020, Tribunnews.com.

(15)

World Health Organization. (2020). Coronavirus disease 2019 (COVID-19) situation report-94.

Tawai, A., Suharyanto, A., Putranto, T. D., de Guzman, B. M., & Prastowo, A. A. (2021). Indonesian

covid-19 issue on media: review on spiral of silence application theory. Jurnal Studi Komunikasi, 5(2), 286-301.

Referensi

Dokumen terkait

031 5945043 Email :snestik@itats.ac.id Maximum Power Point Tracking MPPT Berbasis Algoritma Human Psychology Optimization Hpo untuk Optimalisasi Daya Output Panel Surya pada Kondisi