• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 Pasal 2 undang-undang nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "1 Pasal 2 undang-undang nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

Kejahatan monyet putih dengan menggunakan uang haram sebenarnya sangat merugikan korban dan negara serta menjadi sarang tindak pidana karena uang/dana dari kejahatan tersebut berasal dari kejahatan lain, hal ini jelas memperburuk penegakan hukum di negeri ini. Bagaimana penegakan hukum terhadap penggunaan hasil tindak pidana untuk memperkaya diri sendiri yang melanggar Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang berdasarkan Putusan Nomor 311/Pid.Sus/2018/PN. Ketika. Untuk mengetahui penegakan hukum mengenai penggunaan hasil tindak pidana untuk memperkaya diri sendiri yang melanggar Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang berdasarkan Putusan Nomor 311/Pid.Sus/2018/PN.Sementara ).

Penegakan hukum yang berkaitan dengan perlindungan masyarakat dari kejahatan tentu saja berkaitan dengan masalah penegakan hukum. Penegakan adalah kegiatan mendamaikan hubungan antara nilai-nilai yang tertuang dalam aturan dengan pandangan yang secara tegas terkandung dalam sikap dan tindakan sebagai suatu himpunan. Konsep penegakan hukum secara total (total enforcement Concept) menghendaki agar seluruh nilai di balik norma hukum ditegakkan tanpa kecuali.

Hukum mempunyai tugas menciptakan keadilan karena bertujuan untuk menciptakan ketertiban umum, di sisi lain masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan atau penerapan hukum. Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa suatu proses penegakan hukum sangat dipengaruhi oleh budaya yang ada pada masyarakat tersebut.

Tahap-Tahap Dalam Proses Pencucian Uang

Untuk melakukan tindak pidana pencucian uang, para pelaku mempunyai cara tersendiri dalam melakukan tindak pidananya. Meski masing-masing pelaku seringkali menggunakan cara yang berbeda-beda, namun secara umum cara pencucian uang dapat dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu instalasi, layering, dan integrasi. Menempatkan merupakan level terlemah dan paling mudah mendeteksi upaya pencucian uang.

Penempatan adalah upaya penempatan uang tunai yang diperoleh secara pidana ke dalam sistem keuangan atau upaya pengembalian uang giro (cek, bank draft, sertifikat deposito, dan lain-lain) ke dalam sistem keuangan khususnya perbankan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. 13. Investasi dana juga dapat dilakukan dengan memperdagangkan surat berharga dengan pola yang dapat menyembunyikan asal usul uang tersebut. Karena uang yang disimpan di suatu bank kemudian dapat ditransfer ke bank lain, baik di negara tersebut maupun di negara lain, maka uang tersebut tidak hanya masuk ke dalam sistem keuangan negara tersebut, tetapi juga sudah masuk ke dalam sistem keuangan global atau internasional. .

Layering adalah memisahkan hasil tindak pidana dari sumbernya, yaitu tindak pidana melalui beberapa tahapan transaksi keuangan untuk menyembunyikan dan menyembunyikan asal usul dana. Dalam kegiatan ini terjadi proses perpindahan dana dari beberapa rekening atau lokasi tertentu akibat penempatan ke lokasi lain melalui serangkaian transaksi kompleks yang dirancang untuk menyembunyikan dan menghilangkan jejak sumber dana.14. 14 Ivan Yustiavandana & Arman Nefi, Adiwarman, Tindak Pidana Pencucian Uang di Pasar Modal, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, halaman 58.

Pada tahap ini, pelaku pencucian uang bermaksud memperluas mata rantai dan mempersulit transaksi sehingga sulit ditelusuri asal usul uangnya. Integrasi adalah upaya penggunaan dana yang tampak sah atau untuk dinikmati langsung, diinvestasikan dalam berbagai bentuk kekayaan materi atau finansial yang digunakan untuk membiayai kembali kegiatan kriminal. Dalam pencucian uang, pelaku sebenarnya tidak memperhitungkan hasil yang ingin dicapainya serta besarnya biaya yang harus dikeluarkan, karena tujuan utamanya adalah menyembunyikan dan menghilangkan asal usul uang tersebut, sehingga ia dapat menikmati atau menggunakan hasil akhirnya dengan aman. .

Modus operandi pencucian uang menjadi semakin kompleks dari waktu ke waktu, dengan menggunakan teknologi yang sangat canggih dan rekayasa keuangan.

Unsur-Unsur Tindak Pidana Pencucian Uang

Transaksi keuangan atau instrumen keuangan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal muasal suatu aset seolah-olah merupakan aset yang sah. Konsep transaksi jarang atau hampir tidak dikenal dalam hukum pidana, namun lebih dikenal luas dalam hukum perdata, sehingga memberikan ciri khusus pada hukum pidana pencucian uang, yaitu mengandung unsur substantif yang melibatkan hukum pidana dan perdata. . 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang mengartikan transaksi sebagai setiap kegiatan yang menimbulkan hak atau kewajiban atau yang mengakibatkan timbulnya hubungan hukum antara dua pihak atau lebih, sedangkan transaksi keuangan adalah transaksi untuk melakukan penempatan, pembuatan atau penerimaan, penitipan. , penarikan, pemindahbukuan, pemindahbukuan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan dan/atau penukaran sejumlah uang atau perbuatan atau kegiatan lain yang berkaitan dengan uang.

Penyebutan tindak pidana pencucian uang salah satunya harus memenuhi unsur perbuatan melawan hukum, sebagaimana diatur dalam Pasal 3 UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang selanjutnya menunjukkan bahwa akibat dari tindak pidana tersebut merupakan unsur-unsur tindak pidana yang harus dibuktikan. Membuktikan benar atau tidaknya harta kekayaan itu hasil tindak pidana dengan membuktikan adanya tindak pidana yang menimbulkan harta kekayaan itu.

Tindak Pidana Pencucian Uang Sebagai Independent Crime

Berdasarkan ketentuan di atas, penyidikan tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana asal dapat dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi secara bersamaan, namun penuntutannya dapat dilakukan secara terpisah. Artinya, Komisi Pemberantasan Korupsi harus menyerahkan kepada Kejaksaan untuk mengadili para pelaku tindak pidana pencucian uang. Lebih lanjut, terkait dengan bentuk kesalahan tindak pidana pencucian uang sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, khususnya hukuman.

Tindak pidana pencucian uang merupakan kejahatan luar biasa yang membahayakan sistem keuangan bahkan mengancam stabilitas negara. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh aturan undang-undang yang sudah ketinggalan zaman, namun juga munculnya bentuk-bentuk baru pencucian uang. Pengecualian ini tidak diatur dalam UU Pencucian Uang dan tentunya tidak didasarkan pada keadilan yang merupakan tujuan dari UU itu sendiri.

Terkait pembuktian TPPU, Mahkamah Konstitusi (CJ) menegaskan, penyidikan tindak pidana pencucian uang dapat dilakukan tanpa harus terlebih dahulu membuktikan adanya tindak pidana asal. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 77/PUU-XII/2014 tanggal 15 Desember 2014, salah satu putusannya menegaskan, tidak perlu pembuktian tindak pidana asal (predicate crime) terlebih dahulu untuk membuktikan tindak pidana pencucian uang. Selain itu, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang juga menegaskan bahwa tindak pidana pencucian uang merupakan tindak pidana yang berdiri sendiri.

8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang telah diuji oleh Mahkamah Konstitusi, kesimpulannya pembuktian asal tindak pidana pencucian uang tidak harus dibuktikan terlebih dahulu, pembuktiannya dilakukan pada saat sidang pengadilan nanti. Menurut penulis, isi Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang menyatakan untuk tidak melakukan penyidikan, penuntutan, dan penyidikan di sidang pengadilan mengenai tindak pidana pencucian uang. perlu dibuktikan terlebih dahulu asal usul kejahatannya karena pencucian uang merupakan kejahatan yang berdiri sendiri (independent crime) meskipun berasal dari kejahatan sebelumnya (predicate crime). Oleh karena itu, pembuktian telah melakukan tindak pidana pencucian uang harus dilakukan oleh penuntut umum dalam persidangan dengan melampirkan bukti-bukti yang berkaitan dengan pelaku pencucian uang.

Dengan demikian, hakimlah yang akan menilai alat bukti yang diajukan oleh penuntut umum atau terdakwa apabila terdakwa dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana pencucian uang atau sebaliknya.

Secara Dari Segi Non Yuridis Dasar Pertimbangan Hakim

Dalam mengadili seorang terdakwa yang diajukan ke pengadilan, hakim tidak cukup hanya mempertimbangkan dasar hukum untuk menentukan nilai keadilan, kepastian, dan kemanfaatan dalam kaitannya dengan tujuan hukum itu sendiri. Tanpa didukung oleh pertimbangan-pertimbangan non-hukum yang bersifat non-hukum, seperti sosiologis, psikologis, kriminologis, dan filosofis, tentu nilai-nilai keadilan dalam hukum tidak akan efektif. Alasan yang tidak sah adalah alasan yang didasarkan pada keadaan yang tidak diatur dalam undang-undang, tetapi keadaan itu khusus bagi pelaku tindak pidana dan berkaitan dengan masalah sosial dan struktur masyarakat.

Keadaan yang tergolong pertimbangan non hukum meliputi latar belakang perbuatan, akibat perbuatan, keadaan pribadi, keadaan sosial ekonomi, faktor agama dan sifat terdakwa selama persidangan.27. Majelis hakim mempunyai pertimbangan non-hukum dalam mengambil keputusan berdasarkan keyakinan hakim berdasarkan latar belakang perbuatan, keadaan pribadi, keadaan sosial ekonomi dan keadaban terdakwa di persidangan. Jadi, sebelum menjatuhkan hukuman, akan dipertimbangkan terlebih dahulu hal-hal yang memberatkan terdakwa, yaitu sebagai berikut.

Hakim dalam hal menjatuhkan pidana kepada pelaku tindak pidana memuat hal-hal yang memberatkan terdakwa. Hal ini memang ditegaskan dalam pasal 197 ayat 1 KUHAP yang menyatakan bahwa putusan pidana memuat keadaan-keadaan yang memberatkan terdakwa masing-masing. Berat ringannya akibat jabatan tersebut ditentukan dalam Pasal 52 KUHP yang dirumuskan sebagai berikut: “apabila seorang pejabat melakukan tindak pidana, melanggar kewajiban khusus jabatannya, atau dalam melakukan tindak pidana menggunakan kekuasaan, kesempatan”. atau sarana yang diberikan kepadanya. karena posisinya, hukumannya dapat ditambah sepertiga.

Pengulangan tindak pidana dalam KUHP secara umum tidak diatur dalam Buku I Peraturan Umum, namun diatur secara khusus terhadap kelompok tindak pidana tertentu, baik berupa tindak pidana dalam Buku II. buku seperti berupa pelanggaran pada III. Dengan demikian, KUHP menganut sistem residivisme khusus, artinya sanksi pidana hanya dijatuhkan apabila tindak pidana (tindak pidana/pelanggaran) tertentu diulangi dan dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Pertimbangan non hukum hakim sangat diperlukan, oleh karena itu persoalan tanggung jawab hukum yang dilakukan terdakwa tidak cukup jika didasarkan pada aspek normatif saja, melainkan harus disertai dengan pertimbangan lain yang bersifat non hukum.

Tinjauan Yuridis Mengenai Memperkaya Diri Sendiri

Secara harfiah, “diperkaya” berarti menjadi semakin kaya, sedangkan kata “kaya” berarti mempunyai banyak harta, uang, dan lain-lain. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pengayaan mempunyai arti bahwa orang yang belum kaya menjadi kaya atau orang yang sudah kaya menjadi semakin kaya dan pengertian dari istilah “diperkaya” adalah perubahan kekayaan seseorang atau menunjukkan peningkatan kekayaan sebagai diukur dari pendapatan yang mereka peroleh.29. Namun ada pendapat hukum yang dapat dijadikan ukuran unsur “memperkaya diri sendiri atau orang lain” dalam suatu tindak pidana, yaitu seberapa besar kerugian yang disalahgunakan/diperoleh dari perbuatan terdakwa.

Penggunaan uang tersebut untuk kepentingan terdakwa atau keperluan lain yang dikehendakinya harus memperhatikan apakah kekayaan terdakwa bertambah atau tidak. Oleh karena itu, kegiatan memperkaya diri dengan tindak pidana pencucian uang dikategorikan sebagai kejahatan kerah putih (white collar crime) yang merupakan kejahatan luar biasa. Unsur memperkaya diri sendiri atau orang lain/perusahaan lebih sulit dibuktikan karena harus dibuktikan bahwa penambahan kekayaan pelaku atau orang/perusahaan lain telah selesai.

Namun secara teori, unsur memperkaya diri dapat dibuktikan dengan membuktikan bahwa pelaku kejahatan mempunyai gaya hidup mewah dalam kesehariannya.

METODE PENELITIAN

Ruang Lingkup Penelitian

Jenis Penelitian

Metode Pendekatan Penelitian

Sumber Bahan Hukum

Metode Analisis Bahan Hukum

Referensi

Dokumen terkait

An-Nahl: 12 The integration of science and technology has implications for Islamic education, among others: first, it implies in terms of curriculum, leading learners to have the