• Tidak ada hasil yang ditemukan

061811077 Pasien Penderita Diabetes Melitus di Klinik Guci Medika

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "061811077 Pasien Penderita Diabetes Melitus di Klinik Guci Medika"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

  • Bagi Penulis
  • Bagi Intuisi
  • Bagi Masyarakat
  • Bagi Intansi Pendidikan

TINJAUAN PUSTAKA

Diabetes Melitus (DM)

  • Klasifikasi Diabetes Melitus

Setelah beraktivitas seperti makan dan minum, glukosa darah akan naik dan pankreas memproduksi insulin yang bertanggung jawab untuk mengontrol kadar glukosa darah dengan mengangkut glukosa dari darah ke dalam sel. Pankreas yang tidak dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup akan menyebabkan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia). Hiperglikemia terjadi jika pankreas mengalami malfungsi dalam produksi insulin sehingga insulin tidak dapat secara optimal mengangkut glukosa dari darah ke sel dan menyebabkan penumpukan glukosa dalam darah. Diabetes tipe 1 diklasifikasikan menjadi dua tipe utama: 1a atau autoimun (sekitar 90% pasien dengan diabetes tipe 1 di Eropa dan Amerika Utara menunjukkan kerusakan atau kerusakan sel β) dan 1b atau idiopatik (tidak ada bukti autoimunitas).

Diabetes tipe 2 adalah diabetes yang berhubungan dengan gaya hidup yang disebabkan oleh aktivitas fisik yang berlebihan, kelebihan berat badan atau obesitas, dan makan makanan yang tidak sehat atau cepat saji.

Metabolisme Karbohidrat

  • Pencernaan Karbohidrat
  • Penyerapan Karbohidrat
  • Peranan Jalur Glikolisis
  • Reaksi Glikolisis
  • Pengendalian Reaksi Glikolisis

Di dalam makanan yang mengandung karbohidrat juga terdapat serat yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan di dalam tubuh. Dalam reaksi glikolisis aerobik, 1 molekul glukosa diubah menjadi 2 molekul piruvat dan 2 molekul NADH oleh enzim sitosol. Reaksi glikolisis dimulai dengan fosforilasi α-D-glukosa menjadi α-D-glukosa 6-P, yang dikatalisis oleh enzim glukokinase dan heksokinase.

Kemudian, fosfoenol piruvat mengalami defosforilasi menjadi piruvat (enol) dan terjadi transfer fosfoenol fosfat dan piruvat menjadi ADP, menghasilkan 1 molekul ATP, yang dikatalisis oleh enzim piruvat kinase.

Gambar 1. Proses Pencernaan Amilum di Organ Pencernaan  (30)
Gambar 1. Proses Pencernaan Amilum di Organ Pencernaan (30)

Gejala Diabetes Melitus

  • Gejala Awal Diabetes Melitus
  • Gejala Lanjutan Diabetes Melitus
  • Gejala Kronis Diabetes Melitus

Sel diabetes tidak memiliki hormon insulin yang cukup untuk membantu mengangkut glukosa ke dalam sel, sehingga sel tidak memiliki cukup glukosa untuk mengubahnya menjadi energi. Hal ini dapat menimbulkan sensasi rasa sangat lapar dan lemas serta menyebabkan diabetes untuk makan lebih banyak lagi. Tubuh akan menggunakan simpanan lemak dan protein ketika jumlah hormon insulin tidak mencukupi untuk mengubah gula menjadi energi.

Penderita diabetes akan cepat merasa lemas dan lelah karena gula dalam darah tidak dapat diubah menjadi energi. Seorang penderita diabetes akan mengalami penurunan kemampuan untuk mengatasi infeksi pada tubuh dan membuat tubuh yang terluka sulit untuk sembuh. Ada kemungkinan jika Anda mengalami infeksi yang cukup parah di area kaki, bisa menjadi parah dengan kaki diamputasi dan terjadi kecacatan permanen.

Hal ini dapat menyebabkan komplikasi pada organ lain seperti impotensi, kesemutan pada kaki dan stroke.Jika pencegahan tidak segera dilakukan dapat menyebabkan kondisi yang buruk dimana sel-sel tubuh akan beralih ke otot dan lemak sebagai sumber energi alternatif dan dapat mengakibatkan ketoasidosis diabetik dan dapat menyebabkan kematian.

Penyebab Diabetes Melitus

Diagnosis Diabetes Melitus

Penelitian ini merupakan tindak lanjut dari gula darah puasa yaitu mengukur dan mengevaluasi kadar gula darah 2 jam setelah makan. Pemeriksaan ini biasanya diganti dengan satu porsi makanan atau disebut juga dengan GD2PP untuk mempermudah pemeriksaan, namun GD2PP ini kurang maksimal karena setiap orang memiliki porsi yang berbeda-beda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur rata-rata kadar gula darah yang terikat pada hemoglobin selama 3 bulan.

Komplikasi Diabetes Melitus

Jika kaki mendapat luka gores kecil, dapat berkembang menjadi infeksi serius dan Anda perlu merawatnya, yaitu luka yang tidak kunjung sembuh dan terasa panas saat kulit disentuh. Kadar glukosa yang tidak seimbang dalam darah dan dibiarkan dalam waktu yang lama akan menyebabkan resiko aterosklerosis, yaitu penyempitan pembuluh darah.

HbA1c (Hemoglobin Terglikolisasi)

  • Manfaat Pemeriksaan
  • Metode Pemeriksaan

H0 : Tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan mikroalbuminuria pada pasien diabetes melitus di klinik Guci Medika. H1 : Ada hubungan antara kadar HbA1c dengan mikroalbuminuria pada pasien diabetes melitus di klinik Guci Medika. Berdasarkan sampel terpilih yang memiliki karakteristik atau karakteristik populasi yang telah diketahui sebelumnya yaitu pasien diabetes yang menjalani pemeriksaan HbA1c dan mikroalbuminuria.

Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu mengenai hubungan kadar HbA1c dengan mikroalbuminuria pada penderita diabetes melitus. Untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yaitu hubungan HbA1c dengan mikroalbuminuria pada pasien diabetes melitus di klinik Guci Medika. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 130 orang penderita Diabetes Mellitus yang menjalani pemeriksaan di Klinik Guci Medika.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ronica et al., yang menunjukkan bahwa penyakit diabetes paling banyak terjadi pada kelompok umur 60-74 tahun (83,3%). Nilai HbA1c pada penderita diabetes melitus mencapai rata-rata hasil pemeriksaan 7,53 dengan nilai HbA1c minimal pada sampel 4,3% dan maksimal 14,2%. Kadar mikroalbuminuria pada penderita diabetes melitus mencapai hasil pemeriksaan rata-rata 41,34 dengan nilai mikroalbuminuria minimum dalam sampel adalah 3,7 mg/dL dan maksimum 183 mg/dL.

Terdapat hubungan positif satu arah yang signifikan dengan korelasi yang sangat kuat antara kadar HbA1c dengan mikroalbuminuria pada penderita diabetes melitus dengan nilai sig (2-tailed) = 0,000 dan nilai koefisien korelasi = 0,852. Pada penderita Diabetes Mellitus dianjurkan pemeriksaan HbA1c dan Mikroalbuminuria sebagai kontrol dini untuk deteksi nefropati diabetik.

Gambar 5. Diabetic Nephropathy ( Kidney disease)  (31)
Gambar 5. Diabetic Nephropathy ( Kidney disease) (31)

Mikroalbuminuria

  • Metode Pemeriksaan

Nefropati Diabetik

  • Tahap Nefropati Diabetik

Kerangka Teori

Hipotesis

METODELOGI PENELITIAN

  • Tempat Dan Waktu Penelitian
  • Populasi Dan Sampel Penelitian
    • Populasi
    • Sampel
  • Variabel Dan Kerangka Konsep
  • Definisi Operasional
  • Teknik Pengumpulan Data
    • Pemeriksaan Mikroalbuminuria
    • Pemeriksaan HbA1c
  • Teknik Pengolahan Data
  • Teknik Analisis Data

Mikroalbuminuria Penderita diabetes melitus Prolanis melakukan skrining mikroalbuminuria Mikroalbuminuria merupakan salah satu parameter yang digunakan sebagai penanda dini Diabetic Nephropathy (ND). Sesuai dengan hasil penelitian Nova, dkk., risiko menderita diabetes melitus lebih besar muncul pada wanita dibandingkan pria, karena fisik wanita mengalami peningkatan indeks massa tubuh (sindrom siklus bulanan/premenstrual syndrome) yang lebih besar. Tingginya kejadian diabetes melitus pada wanita disebabkan oleh komposisi dan perbedaan tubuh, serta kadar hormon seks antara wanita dan pria.

Hasil penelitian tipikal menurut kelompok umur ditemukan 42 orang (32,31%) berusia 46-55 tahun dan 88 orang (67,69%) berusia 56-65 tahun seperti terlihat pada Tabel 7. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawaty & Janita menunjukkan bahwa responden yang berusia lebih dari 50 tahun lebih berisiko terkena diabetes melitus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diabetes melitus yang tidak terkontrol dapat menimbulkan berbagai komplikasi, oleh karena itu penderita diabetes melitus mengupayakan nilai HbA1c kurang dari 7%. Hasil penelitian berjudul Hubungan Kadar HbA1c Dengan Mikroalbuminuria Pada Pasien Diabetes Mellitus Menggunakan Uji Spearman Didapatkan Nilai Signifikansi atau P-Value = 0,000 < 0,05 dan Nilai Koefisien Korelasi atau r = 0,852, artinya ada yang signifikan -banyak hubungan positif dengan korelasi yang sangat tinggi Hubungan yang kuat antara nilai HbA1c dan mikroalbuminuria ditunjukkan pada Tabel 12.

Diperlukan upaya promosi terkait berbagai komplikasi yang dapat timbul pada pasien diabetes melitus agar pasien lebih serius dalam mengontrol kadar glukosa darah dan mematuhi terapi yang dianjurkan. Kajian retrospektif terapi antidiabetes pada pasien diabetes melitus yang dirawat di RSUD Ari Canti periode tahun 2018. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers tentang hubungan kadar ureum, kreatinin, dan bersihan kreatinin dengan proteinuria pada pasien diabetes melitus.

Analisis faktor yang mempengaruhi kejadian diabetes melitus (Dm) Tipe 2 Analisis faktor yang mempengaruhi kejadian diabetes melitus tipe 2. Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada lansia wanita di wilayah kerja Padang Bulan Medan Puskesmas pada tahun 2017.

Gambar 7. Kerangka Konsep  3.5 Definisi Operasional
Gambar 7. Kerangka Konsep 3.5 Definisi Operasional

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

  • Analisa Univariat
    • Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
    • Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Usia
    • Karakteristik Kadar HbA1c Berdasarkan Jenis Kelamin
    • Karakteristik Mikroalbuminuria Berdasarkan Jenis Kelamin
    • Rerata,Minimum dan Maksimum HbA1c dan Mikroalbuminuria . 44

Dari penelitian yang dilakukan diketahui jenis kelamin yang dominan pada penelitian ini adalah perempuan dengan jumlah sebanyak 74 orang (56,9%) dan laki-laki sebanyak 56 orang (43,1%). Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil pemeriksaan kadar HbA1c < 6,5% sebanyak 19 orang (13,1%) berjenis kelamin laki-laki dan 21 orang (17,7%) berjenis kelamin perempuan. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil pemeriksaan penunjang dengan nilai referensi Mikroalbuminuria < 20 mg/dL pada responden laki-laki sebanyak 22 orang (16,9%) dan responden perempuan sebanyak 27 orang (21,5%).

Hasil penelitian dengan kadar mikroalbumin urin > 20 mg/dL pada responden laki-laki sebanyak 34 subjek (25,4%) dan pada wanita 47 subjek (36,2). Penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil HbA1c dan mikroalbuminuria, dengan rata-rata HbA1c 7,53 sedangkan rata-rata kadar mikroalbuminuria 41,06. Jika data berdistribusi normal, gunakan uji Pearson, jika data tidak berdistribusi normal, gunakan uji Tes Korelasi Spearman.

Dari uji normalitas dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal, sehingga uji korelasi yang dilakukan adalah uji Korelasi Spearman. Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan dengan uji Spearman pada tabel di atas diperoleh nilai signifikansi atau sig. 2-tailed) 0,000 < kurang dari 0,05, artinya ada hubungan yang bermakna antara variabel HbA1c dengan Mikroalbuminuria.

Koefisien korelasi sebesar 0,852 menunjukkan korelasi yang sangat kuat antara HbA1c dengan mikroalbuminuria atau korelasi yang sangat kuat. Koefisien korelasi hasil di atas bernilai positif yaitu 0,852 sehingga hubungan kedua variabel searah, sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi kadar HbA1c maka semakin tinggi pula kadar Mikroalbuminuria, dan sebaliknya semakin rendah kadar HbA1c. semakin rendah tingkat mikroalbuminuria.

Tabel 10. Rerata, Minimum, Maksimum
Tabel 10. Rerata, Minimum, Maksimum

Pembahasan

Hasil penelitian dapat dilihat dari hasil pemeriksaan kadar mikroalbuminuria dengan nilai acuan mikroalbuminuria < 20 mg/dL, pada responden laki-laki sebanyak 22 orang (11,89%) dan pada responden perempuan sebanyak 27 orang ( 15.14) Hal ini sesuai dengan penelitian Woro, dkk yang menyatakan bahwa DM merupakan faktor risiko gagal ginjal. Kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan ginjal menyaring banyak darah. Glukosa darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah ginjal. Pembuluh darah yang rusak tidak dapat bekerja dengan baik (Astri, dkk.

Menurut Susan, dkk menemukan adanya hubungan positif yang kuat antara HbA1c dengan mikroalbuminaria. Peningkatan kadar glukosa darah dapat merusak dinding pembuluh darah, menyebabkan albumin muncul dalam urin. Penelitian ini juga sejalan dengan Prihtvi, et al yang menyatakan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara HbA1c dan mikroalbuminuria dimana kadar HbA1c yang tinggi akan menyebabkan ekskresi albumin urin yang tinggi.

Hubungan kadar HbA1c dengan mikroalbuminuria adalah positif satu arah, artinya semakin tinggi kadar HbA1c maka semakin tinggi pula kadar mikroalbuminuria. Analisis faktor risiko diabetes melitus tipe 2 pada usia kerja dengan pendekatan WHO step by step 1 (core) di puskesmas. Asosiasi mikroalbuminuria dengan HbA1c pada pasien dengan diabetes mellitus tipe II pada kelompok usia dan jenis kelamin yang berbeda.

Gambaran gangguan fungsi ginjal pada kasus baru diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan stroke pada studi kohort di Bogor, Indonesia. Skrining fungsi ginjal sebagai perbaikan luaran pengobatan pada pasien diabetes melitus tipe II (studi di ruang lingkup Puskesmas Ngesrep).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Saran

Available at: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/diabetic-nephropathy/symptoms-causes/syc text= Diabetic%20 nephropathy%20is%20a%20common%20cause%20of%20high%20blood%2 0pressure.

Gambar

Gambar 1. Proses Pencernaan Amilum di Organ Pencernaan  (30)
Gambar 2. Proses Pencernaan Laktosa dan Sukrosa   di Organ Pencernaan  (30)
Tabel 1. Macam – macam Glucose Transporter (GLUT)
Gambar 3. Proses Stimulasi GLUT 4 oleh Hormon Insulin  (30)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan dengan korelasi yang kuat antara pengetahuan lingkungan hidup dengan sikap peserta didik