• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAULO FREIRE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PAULO FREIRE"

Copied!
290
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

PROFIL DIRI PAULO FREIRE

BIOGRAFI PAULO FREIRE

Lihat Peter Lownd, Kehidupan dan Karya Freire Biografi Singkat Paulo Freire, (http:// .www.paulofreireinstitute.org/Paulo Freire-life_and_work_by_Peter.html). Erundina tidak berani menolak mandat tersebut.4 Pada tanggal 1 Januari 1989, Freire secara resmi menjabat sebagai Sekretaris Pendidikan Sao Paulo.

LATAR BELAKANG SOSIO-POLITIK

Singkatnya, masyarakat pada saat itu terbagi menjadi dua blok besar: blok reaksioner dan blok progresif, yaitu antara rakyat dan institusi yang berada “di dalam”. Hanya manusia yang dapat melakukan hal ini untuk menentukan tempatnya di dunia dan memasuki realitas secara kritis” (Freire.

KARYA-KARYA PAULO FREIRE

GAGASAN PENDIDIKAN

PENGERTIAN, DASAR, DAN TUJUAN

Hal ini mengandaikan adanya situasi dimana guru dan siswa sama-sama belajar, sama-sama mempunyai mata pelajaran kognitif, disamping sama-sama mempunyai perbedaan (Freire Freire & Shor amp; 70). Baik Freire, Müller maupun Hidayat sama-sama menganggap kebebasan sebagai “kodrat” manusia, walaupun istilah yang mereka gunakan berbeda: Freire menggunakan istilah ciri, Müller menggunakan nilai yang paling tinggi, sedangkan Hidayat menggunakan istilah yang paling mendasar.

PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES

Upaya mengubah realitas yang tidak manusiawi menjadi realitas yang manusiawi tentunya harus dilakukan oleh pihak yang tertindas itu sendiri atau oleh orang-orang yang benar-benar berada di pihak mereka. Kaum tertindas tidak boleh mengharapkan kemurahan hati para penindas karena mereka tidak merasakan penderitaan kaum tertindas. Tidak akan ada rakyat yang tertindas jika tidak ada prasyarat buruk yang memungkinkan penaklukan mereka (Freire, 1996a: 37).

Permasalahan yang muncul adalah bagaimana kaum tertindas dapat ikut serta membangun sistem pendidikan untuk kebebasannya. Banyak yang menganggap mereka revolusioner, namun mereka tidak mempercayai kaum tertindas yang mereka pura-pura bebaskan. Hal ini tentu saja tidak dapat mengatasi permasalahan yang sebenarnya dihadapi oleh kaum tertindas.

Gereja kenabian bukanlah rumah bagi kaum tertindas yang mengasingkan mereka dengan ajaran-ajaran kosong, namun mengundang mereka pada eksodus baru. Kenyataan ini juga ditemui Freire ketika berhadapan dengan kaum tertindas yang sebagian besar adalah petani. Dalam keterasingannya, kaum tertindas berusaha semaksimal mungkin untuk terlihat seperti penindasnya, meniru dan mengikuti mereka.

KURIKULUM DAN KELEMBAGAAN . 88

Penyangkalan terhadap salah satu di antara mereka jelas bertentangan dengan semangat pendidikan yang memerdekakan, yang memandang guru dan siswa sebagai subjek pendidikan. Berdasarkan pengertian tersebut, kurikulum pendidikan dapat disusun dengan memasukkan sejumlah topik yang memungkinkan guru dan siswa menjadi subjek dalam proses mengetahui (Freire. Pertama, hubungan antara guru dan siswa dalam pendidikan perbankan, dimana pengetahuan tentang dunia dilihat sebagai sesuatu, yang disuntikkan guru kepada siswa.

Kedua, hubungan guru dan siswa dalam pendidikan problem pose, dimana guru dan siswa sama-sama menjadi subjek yang dimediasi oleh objek yang ingin diketahuinya yaitu dunia. Hubungan guru dan murid seperti ini dengan sendirinya tidak akan mampu menghasilkan pengetahuan atau budaya yang sejati (Freire, 1996a: 61). Hubungan guru dan murid seperti ini jelas bertentangan dengan pendidikan yang memerdekakan, karena raison d'être pendidikan yang memerdekakan terletak pada upaya rekonsiliasi yang harus diawali dengan penyelesaian pertentangan antara pendidik dan peserta didik, sehingga kedua belah pihak (pendidik dan siswa) siswa) peserta siswa ) bersama-sama guru dan siswa.

Dalam pendidikan pemecahan masalah, guru dan siswa mengembangkan kemampuan untuk memahami secara kritis bagaimana mereka berada di dunia, dengan apa dan di mana mereka berada. Hubungan dialogis antara guru dan siswa dalam bidang pendidikan menghadapi permasalahan tersebut tidak lain adalah praktik emansipasi yang humanis. Oleh karena itu, pendidikan ini mendorong guru dan siswa untuk sama-sama menjadi subjek dalam proses pendidikan dengan menghilangkan sikap otoritarianisme yang mengasingkan diri.

PENDIDIKAN PAULO FREIRE

EVOLUSI KONSEP CIVIL SOCIETY

DEFINISI CIVIL SOCIETY

Secara etimologis, istilah masyarakat sipil dikatakan berasal dari bahasa Yunani societas civilis yang disebutkan pertama kali. Rousseau mengartikan societas civilis sebagai negara yang fungsi tunggalnya menjamin hak, kehidupan dan kebebasan warga negaranya (Hikam, 1996: 1). Kedua penafsiran bahasa ini menunjukkan bahwa hakikat gagasan Cicero tentang societas civilis adalah negara yang mempunyai otoritas terhadap rakyatnya.

Meskipun masyarakat sipil dianggap berasal dari societas civilis yang digunakan oleh Cicero, namun istilah masyarakat sipil sendiri pertama kali digunakan oleh filsuf Skotlandia Adam Ferguson untuk menunjukkan masyarakat maju, yaitu masyarakat beradab yang dibedakan dari masyarakat pedesaan yang belum tersentuh. Salah satunya adalah An Essay on the History of Civil Society (1767), yang diklaim banyak orang sebagai buku pertama yang memperkenalkan istilah masyarakat sipil. Lebih lanjut, dari sudut pandang terminologi, Alexis de Tocqueville mendefinisikan masyarakat sipil sebagai perkumpulan sosial yang terorganisir dan bercirikan antara lain voluntarisme, swasembada (self-creation), swasembada, kemandirian yang tinggi vis-à- vis negara, dan ketaatan pada norma atau nilai hukum yang diakui oleh warga negaranya (Hikam, 1996: 3).

Ia menulis: “Masyarakat sipil mengacu pada masyarakat yang beradab atau terpoles sebagai lawan dari masyarakat yang kasar, barbar atau biadab. Sementara itu, Ernest Gellner (1995: 6) mendefinisikan masyarakat sipil sebagai seperangkat berbagai institusi non-negara yang cukup kuat untuk menyeimbangkan negara, dan sekaligus tidak menghalangi negara dalam menjalankan perannya dalam menjaga perdamaian dan mediasi antar kepentingan - sangat penting.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masyarakat sipil adalah serangkaian perkumpulan masyarakat yang mengorganisir diri secara sukarela, secara mandiri dan mandiri dalam rangka mengembangkan bicara, menyatakan dan melakukan kritik, kontrol atau kontra hegemoni terhadap negara dan kekuatan lain guna mewujudkan keadilan sosial.

EVOLUSI KONSEP CIVIL SOCIETY

Untuk itu, kata Hegel, tugas masyarakat sipil adalah melakukan mediasi antara individu dengan negara dan (memediasi) antar individu. Oleh karena itu, penghapusan masyarakat sipil (borjuasi) bagi Marx merupakan tahap penting dalam mewujudkan masyarakat tanpa kelas. Pandangan ekonomi dan deterministik Marx mengenai masyarakat sipil tidak dianut oleh semua pemikir Marxis.

Hal terpenting dari gagasan Gramsci adalah masyarakat sipil dengan organisasi-organisasinya bersifat sukarela dan otonom. Jika dilihat dari aspek hubungan antara masyarakat dan negara, pendapat mengenai masyarakat sipil di atas dapat dipersempit menjadi lima varian. Kedua, gagasan yang melihat masyarakat sipil sebagai sarana untuk membongkar kekuasaan negara demi kebebasan penuh masyarakat, seperti yang dicita-citakan Paine.

Ketiga, gagasan yang menempatkan masyarakat sipil sebagai mediator individu dalam berkomunikasi dengan negara, seperti yang diinginkan Hegel. Kelima, pemikiran yang memposisikan masyarakat sipil sebagai kekuatan independen yang terlibat dalam perebutan hegemoni dan kontra-hegemoni dengan negara dan kekuatan lain. Sedangkan gagasan masyarakat sipil Ferguson dan Marx tidak bermula dari hubungan antara masyarakat dan negara.

KARAKTERISTIK CIVIL SOCIETY

Apalagi Gramsci sendiri secara tegas memasukkan lembaga pendidikan sebagai bagian dari masyarakat sipil. . budaya, dll). Ulasan di atas tidak bisa dijadikan landasan bahwa semua perkumpulan bisa disebut masyarakat sipil. Hal yang menarik dari tesis Cak Nur (sapaan Nurcholish Madjid) di atas adalah terbangunnya relasi antara masyarakat sipil dan negara.

Asosiasi masyarakat sipil memang berada dalam posisi sulit ketika memutuskan untuk berhubungan dengan negara. Mafhûm mukhâlafah Di Palma berpendapat bahwa perkumpulan independen yang tidak memperjuangkan keadilan sosial tidak bisa disebut masyarakat sipil. Pertama, dalam konteks masyarakat sipil, asosiasi merupakan penghubung antara keluarga dan negara.

Oleh karena itu, keterbatasan “alat kontrol atas negara”lah yang melegitimasi fakta bahwa asosiasi tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai asosiasi masyarakat sipil. Effendy sepertinya tidak membeda-bedakan perkumpulan independen yang bisa dan tidak bisa disebut masyarakat sipil. Ia menggeneralisasi bahwa masyarakat sipil mencakup semua asosiasi independen, apa pun bentuk dan motifnya.

DISKURSUS KONSEP CIVIL SOCIETY

Keduanya kemudian disandingkan sehingga membentuk frasa “masyarakat sipil” yang dianggap setara dengan istilah masyarakat sipil. Misalnya, Dawam Rahardjo (1999b: xxii-iv) berpendapat bahwa konsep masyarakat sipil tidak identik dengan masyarakat sipil. Oleh karena itu, masyarakat sipil merupakan masyarakat ideal, sedangkan masyarakat sipil hanyalah bagian dari masyarakat sipil.

Misalnya, Hikam terang-terangan menolak internalisasi nilai-nilai Islam dalam konsep masyarakat sipil.

RESPONS INTELEKTUAL MUSLIM

Selain beragamnya penafsiran konsep ummah dalam Al-Qur'an, banyak pula intelektual muslim yang menganggapnya sebagai rujukan konseptual konsep masyarakat sipil. Din Syamsudin misalnya menyebut nilai dasar ummat dan nilai instrumental bagi terbentuknya masyarakat madani. Definisi masyarakat sipil yang dikemukakan oleh Nurcholish Madjid, Qodri Azizi dan Dawam Rahardjo tidak berbeda jauh dengan definisi di atas.

Merujuk pada batasan masyarakat sipil, masyarakat Madinah bukanlah masyarakat sipil karena dibangun melalui persatuan sejumlah suku dan agama. Konsep kelompok masyarakat sipil yang kedua muncul pada awal abad ke-18 dan masih digunakan sampai sekarang. Hal ini memberikan penekanan terbesar pada persiapan dan pembentukan individu dalam masyarakat sipil.

Di sisi lain, masyarakat sipil kemungkinan besar tidak akan mampu berbuat banyak jika individu yang menjalankannya lemah. Berdasarkan narasi di atas, bab ini menjelaskan upaya memperkuat masyarakat sipil di Indonesia melalui gagasan pendidikan Paulo Freire. Laporan ini kemudian menguraikan langkah-langkah untuk memperkuat masyarakat sipil di Indonesia melalui gagasan Paulo Freire tentang pendidikan pembebasan.

BELAJAR DARI PAULO FREIRE

KEMISKINAN DAN KESENJANGAN

Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), sebenarnya terjadi penurunan angka kemiskinan pada tahun 2000 hingga 2005, dari 19,14 menjadi 15,97 persen. Kemiskinan absolut atau super miskin adalah mereka yang mempunyai pendapatan per per kapita kurang dari 1 dolar AS per hari. Merujuk pada pemetaan Bank Dunia, jumlah penduduk super miskin di Indonesia sebenarnya lebih dari 17,75 persen (39,05 juta jiwa).

Bisa dibayangkan berapa banyak orang super miskin jika pendapatan per per kapita ditingkatkan menjadi 0,99 dolar AS (kurang dari 1 dolar AS). Namun yang jelas jika digunakan kategori kemiskinan sedang dengan pendapatan di bawah US$2 per hari, maka jumlah penduduk miskin di Indonesia sekitar 50 persen atau 109 juta jiwa dari total penduduk (Republika, 16 April 2007; Kompas , 16 Desember 2006). Tidak bijak jika hanya melihat kemiskinan pada tingkat nasional karena angka kemiskinan merupakan rata-rata seluruh provinsi di negeri ini.

Di Kabupaten Simeulue yang merupakan kabupaten termiskin di NAD, angka kemiskinannya mencapai 79,33 persen. Penulis tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah penduduk miskin di daerah-daerah tersebut ketika standar kemiskinan moderat digunakan. “Kesadaran magis” tidak hanya lahir dari mereka yang tertindas, seorang menteri rupanya juga mengalami hal serupa.

PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait