• Tidak ada hasil yang ditemukan

PBR Kel 1 Tugas EPA SWMM

N/A
N/A
dea deo

Academic year: 2024

Membagikan "PBR Kel 1 Tugas EPA SWMM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS LOW IMPACT DEVELOPMENT PENGUNAAN EPA SWMM DALAM PERENCANAAN

PENERAPAN LID PADA KAWASAN TAMAN TIRTO AGUNG, KEC. BANYUMANIK, SEMARANG

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Suharyanto, M.Sc.

Disusun Oleh : Kelompok 1 - Kelas A

Raffa Mulia Maulana 21010121130107 Muhammad Hady Anindhita 21010121130114 Nayif Zayyan Musyaffa’ KS 21010121130119

PRODI S1 TEKNIK SIPIL

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2023

(2)

I. Pendahuluan

Taman sebagai ruang publik harus memenuhi standar yang baik terutama dalam hal perancangan kota dan ketersedian fasilitas. Penyediaan fasilitas tersebut juga perlu disesuaikan terhadap jenis taman dan peninjauan terhadap kebutuhan masyarakat. Kawasan taman Tirto Agung menerapkan konsep penataan “Banyumanik Green Park”.

Konsep tersebut menjelaskan tentang suatu taman di Banyumanik yang mempertimbangkan aspek hijau/ lingkungan. Dalam kegiatan penataan pada taman Tirto Agung ini, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat terkait fungsi ekologi, fungsi estetika, fungsi kesehatan, fungsi rekreasi dan fungsi ekonomi dari ruang terbuka hijau, sehingga taman ini dapat digunakan sebagai wadah bagi aktivitas masyarakat kota yang dapat dinikmati oleh semua kelompok umur dengan penataan lansekap yang dapat meningkatkan nilai estetika dari suatu kawasan taman.

Gambar 1. Citra Satelit Taman Tirto Agung

Sumber: google.earth

II. Pembahasan

Taman Tirto Agung memiliki luas +8000m2 yang terdiri atas ruang terbuka hijau (RTH), playground and sport center, walk area, kamar mandi umum dan Food and Beverage area. Secara umum taman tirto berfungsi sebagai reuang kegiatan public komersial dan nonkomersial sekaligus

(3)

memegang fungsi khusus sebagai area resapan skala masif bagi wilayah Banyumanik, Kota Semarang.

Dalam kaitannya dengan manajemen / pengolahan sumber daya air, penulis menggunakan perangkat lunak EPA SWMM (Storm Water Management Model). EPA SWMM adalah model simulasi curah hujan-runoff- runoff bawah permukaan dinamis yang digunakan untuk simulasi jangka panjang dari kuantitas dan kualitas hidrologi permukaan/bawah permukaan terutama dari daerah perkotaan/pinggiran kota. Melalui EPA SWMM, penulis merencanakan infrastruktur Low Impact Development (LID) yang terdiri dari bioretensi, permeable pavement, greenroof, dan rainwater harvesting system yang akan diterapkan pada masing-masing subcatchment.

Gambar 2. Hasil Permodelan EPA SWMM

Sumber: Olahan Data

Gambar 2 merupakan hasil permodelan dari EPA SWMM pada taman Tirto Agung, Banyumanik, Kota Semarang. Dapat diperhatikan beberapa define pada permodelan tersebut meliputi nodal-nodal subcatchment (daerah tangkapan), conduict (saluran), rain gauge (stasiun hujan). Di samping luas wilayah yang sudah didefinisikan sebelumnya, terdapat data input penting lainnya yaitu curah hujan di Kota Semarang serta dimensi saluran eksisting.

Curah hujan sendiri menjadi penting untuk memprediksikan jumlah air yang diterima situs tersebut.

(4)

Data curah hujan Kota Semarang terlamnpir pada Tabel 1, Tabel 1. Curah Hujan Kota Semarang

Sumber: BPS, 2023

Berdasarkan data di atas, curah hujan 3 tahunan di Kota Semarang menjadi data input pada EPA SWMM yang diolah menggunakan metode rerata aritmatik untuk mempertimbangkan kebutuhan infrastruktur LID. Hasil simulasi sebelum penerapan LID berupa debit run off pada subcatchment serta debit maksimum saluran berdasarkan data curah hujan yang ada ditampilkan pada Tabel 2 dan Tabel 3 berikut,

Tabel 2. Hasil Simulasi Subcatchment sebelum Penerapan LID

Sumber: Olahan Data

Tabel 3. Hasil Simulasi Conduict sebelum Penerapan LID

Sumber: Olahan Data

(5)

Sistem drainase dan pengendalian banjir tanpa penerapan prinsip LID pada Kawasan Taman Tirto Agung menampilkan debit maksimum tertinggi pada conduict 5 dengan nominal 435375,72 lt/s. Berikut akan coba dibandingkan debit run off pada subcatchment serta debit maksimum saluran dengan penerapan sistem LID yang ditampilkan pada Tabel 4 dan Tabel 5,

Tabel 4. Hasil Simulasi Subcatchment setelah Penerapan LID

Sumber: Olahan Data

Tabel 5. Hasil Simulasi Conduict setelah Penerapan LID

Sumber: Olahan Data

Setelah penerapan 4 sistem LID berupa bioretensi, permeable pavement, greenroof, dan rainwater harvesting system, dapat diperhatikan secara signifikan terjadi penurunan hingga sebesar 90% pada nominal debit maksimum yang terjadi khususnya pada conduict 5 sebagai saluran terakhir pada sistem drainase Kawasan Taman Tirto Agung, Banyumanik, Kota Semarang serta terjadi penurunan signifikan hingga sebesar 60% pada debit run off pada masing-masing subcatchment.

III. Penutup

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa dengan permodelan EPA SWMM, setelah dilakukan permodelan penerapan LID terjadi penurunan terjadi penurunan hingga sebesar 90% pada nominal debit maksimum pada conduict serta terjadi penurunan hingga sebesar 60%

pada debit run off pada masing-masing subcatchment.

(6)

Adapun saran yang dapat penulis berikan untuk meningkatkan akurasi pensimulasian Kawasan Taman Tirto Agung dengan EPA SWMM adalah sebagai berikut:

1. Diperlukan adanya studi lebih lanjut terkait data tanah yang ada di Kawasan Taman Tirto Agung.

2. Diperlukan adanya studi lebih lanjut terkait proses evapotranspirasi yang terjadi di Kawasan Taman Tirto Agung.

Referensi

Dokumen terkait