• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF © 2020, Tim Riset PPATK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF © 2020, Tim Riset PPATK"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

© 2020, Tim Riset PPATK

PENILAIAN RISIKO SEKTORAL TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK PIDANA PERBANKAN

ISBN : 978-602-9285-39-0

Ukuran Buku : 295 x 210 mm

Jumlah Halaman : v + 28 Halaman

Naskah : Tim Riset PPATK dan Bareskrim POLRI

Diterbitkan Oleh : Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, Indonesia

Cetakan Pertama : Maret 2020

INFORMASI LEBIH LANJUT:

Tim Penyusun

Jl. Trunojoyo No.3, RT.2/RW.1, Selong, Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12110

Telepon: (021) 7220802

website: www.polri.go.id dan www.ppatk.go.id

Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.

Dilarang memperbanyak isi buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun tanpa izin penerbit, kecuali untuk pengutipan dalam penulisan artikel atau karangan ilmiah.

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

(4)

Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah–Nya sehingga pada akhirnya Kepolisian Negara Republik Indonesia bersama dengan PPATK, Otoritas Jasa Keuangan, Kejaksaan Agung RI dan Mahkamah Agung RI telah melakukan Penilaian Risiko Sektoral Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Perbankan tahun 2020.

Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa tindak pidana perbankan merupakan salah satu tindak pidana asal pencucian uang yang berisiko tinggi. Dalam dokumen strategi nasional upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme tahun 2019 dimandatkan untuk dilakukannya penilaian risiko sektoral untuk memahami risiko utama secara komprehensif serta langkah mitigasi risiko yang efektif terhadap pencucian uang hasil tindak pidana perbankan.

Kepolisian Negara Republik Indonesia menyambut baik penyusunan Penilaian Risiko Sektoral Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Perbankan ini. Kami berharap bahwa dokumen ini dapat bermanfaat dalam perumusan kebijakan internal dalam penanganan perkara di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia maupun Otoritas Jasa Keuangan serta memperkuat pengawasan sektor perbankan oleh seluruh pihak stakeholders terkait.

Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyusunan Penilaian Risiko Sektoral Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Perbankan ini. Semoga amal usaha kita diridai Allah SWT. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, Maret 2020 KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DRS. IDHAM AZIS, M.SI

JENDRAL POLISI

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-NYA, maka PPATK bersama stakeholders rezim Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT) yang tergabung dalam Komite TPPU dapat menyelesaikan penyusunan dokumen

“Penilaian Risiko Sektoral Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Perbankan tahun 2020”.

Melalui hasil penilaian tersebut, diharapkan dapat menjadikan dasar dalam perumusan kebijakan strategis dan prioritas bagi pihak pemangku kepentingan utama diantaranya Kepolisian

Negara Republik Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dalam memitigasi risiko utama yang teridentifikasi dalam “Penilaian Risiko Sektoral Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Perbankan tahun 2020”. Dokumen ini menjadi bukti komitmen Pemerintah Indonesia dalam memitigasi risiko utama pada tindak pidana asal (predicate crime) yang berisiko tinggi terhadap pencucian uang di Indonesia sesuai pada Indonesia’s Risk Assessment on ML Updated 2019.

Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyusunan Penilaian Risiko Sektoral Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Perbankan ini. Semoga amal usaha kita diridai Allah SWT. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta Maret 2020 KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

KIAGUS AHMAD BADARUDDIN

(6)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Hasil Pengkinian Penilaian Risiko Indonesia terhadap Pencucian Uang Tahun 2015 telah memetakan risiko pencucian uang berdasarkan tindak pidana asal yang menunjukan bahwa adanya 5 (lima) Tindak Pidana Asal yang memiliki risiko tinggi, diantaranya Tindak Pidana Narkotika, Korupsi Perbankan, Kehutanan dan Pasar Modal.

Untuk merespon hal tersebut, Pemerintah Indonesia telah menyusun Strategi Nasional Dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Tahun 2019 yang menyatakan bahwa aksi priotitas untuk memitigasi risiko tersebut diantaranya melalui penyusunan Penilaian Risiko Sektoral Penanganan Perkara Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Perbankan atau Sectoral Risk Assessment on Banking Crime. Pemangku kepentingan dalam tindak lanjut Aksi Strategi Nasional (Stranas) tersebut diantaranya Kepolisian Negara Republik Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

Penilaian Sektoral ini menggunakan data kuantitatif dan kualitatif selama periode 2017 s.d. 2019 dari berbagai sumber yang diperoleh oleh anggota tim. Sumber data dan informasi ini termasuk Laporan Transaksi Keuangan Mencrigakan, Hasil Analisis atau Hasil Pemeriksaan PPATK, Penyidikan, Penuntutan dan Putusan Pengadilan, Studi Kasus. Pelaksanaan Indepth Study dalam Penilaian ini juga dilakukan bersama Pihak Penegak Hukum, Lembaga Pengawas dan Pengatur serta PPATK untuk melakukan self-assessment dan identifikasi tipologi dan indikator transaksi keuangan mencurigakan yang berlaku.

Hasil analisis 3 faktor risiko (ancaman, kerentanan, dan dampak) terhadap 4 jenis delik pidana perbankan, ditemukan bahwa Tindak Pidana berkaitan dengan Kegiatan Usaha Bank merupakan Risiko Tinggi, Tindak Pidana berkaitan dengan Perizininan memiliki risiko menengah dan Tindak Pidana berkaitan dengan Rahasia Bank serta Tindak Pidana berkaitan Pengawasan Bank memiliki tingkat risiko rendah. Berdasarkan profil pelaku kejahatan diketahui bahwa Pengusaha atau Wiraswasta dan Pegawai Bank memiliki Risiko Tinggi. Selanjutnya berdasarkan sebaran wilayah, diketahui bahwa DKI Jakarta dan Jawa Barat memiliki tingkat risiko tinggi terjadinya pencucian uang hasil tindak pidana perbankan.

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

KATA PENGANTAR ... iii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... iv

DAFTAR ISI ... v

PENDAHULUAN ... 1

LATAR BELAKANG ... 1

RUANG LINGKUP DAN METODOLOGI ... 2

KLASIFIKASI RISIKO ... 3

FRAMEWORK PENILAIAN RISIKO ... 4

PENILAIAN RISIKO, TIPOLOGI DAN STUDI KASUS ... 5

REGULASI PENANGANAN PERKARA PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK PIDANA PERBANKAN ... 5

TINDAK PIDANA PERBANKAN ... 6

HASIL PENILAIAN RISIKO SEKTORAL TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK PIDANA PERBANKAN ... 14

PENILAIAN RISIKO BERDASARKAN JENIS TINDAK PIDANA PERBANKAN ... 14

PENILAIAN RISIKO BERDASARKAN PROFIL PELAKU KEJAHATAN ... 17

PENILAIAN RISIKO BERDASARKAN WILAYAH ... 18

TANTANGAN DAN STRATEGI MITIGASI RISIKO TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK PIDANA PERBANKAN ... 24

A. Bidang Pencegahan ... 24

B. Bidang Pemberantasan ... 25

C. Bidang Kerjasama ... 25

LAMPIRAN 1 ... 26

METODOLOGI PENELITIAN ... 26

LAMPIRAN 2 ... 27

MATRIKS PENILAIAN RISIKO SEKTORAL TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK PIDANA PERBANKAN ... 27

(8)
(9)

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Hasil Pengkinian Penilaian Risiko Indonesia terhadap Pencucian Uang Tahun 2015 telah memetakan risiko pencucian uang berdasarkan tindak pidana asal yang menunjukan bahwa adanya 5 (lima) Tindak Pidana Asal yang memiliki risiko tinggi, diantaranya Tindak Pidana Narkotika, Korupsi Perbankan, Kehutanan dan Pasar Modal.

Untuk merespon hal tersebut, Pemerintah Indonesia telah menyusun Strategi Nasional Dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Tahun 2019 yang menyatakan bahwa aksi priotitas untuk memitigasi risiko tersebut diantaranya melalui penyusunan Penilaian Risiko Sektoral Penanganan Perkara Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Perbankan atau Sectoral Risk Assessment on Banking Crime.

Pemangku kepentingan dalam tindak lanjut Aksi Strategi Nasional (Stranas) tersebut diantaranya Kepolisian Negara Republik Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

Penilaian Risiko Sektoral Penanganan Perkara Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Perbankan ini bertujuan untuk mencapai pemahaman penanganan

perkara pencucian uang hasil tindak pidana perbankan yang lebih baik, mengidentifikasi risiko utama dan mengeksplorasi strategi mitigasi untuk mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dari hasil tindak pidana perbankan.

Capaian atau Outcomes dari penilaian ini akan menjadi dasar untuk pengembangan koordinasi domestik antara Penegak Hukum, Lembaga Pengawas dan Pengatur, dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dari hasil tindak pidana perbankan, khususnya bagi penyidik Polri agar menjadi dasar penyusunan kebijakan strategis penanganan perkara pencucian yang berbasis risiko terkait tindak pidana perbankan di Bareskrim Polri di Pusat dan Penyidik Polri di daerah serta memperkuat kerentanan yang telah terindentifikasi.

Tim Penyusun Penilianan Risiko Sektoral Tindak Pidana Perbankan ini melibatkan para penegak hukum, lembaga pengawas dan pengatur serta lembaga intelijen keuangan, sebagai berikut:

a. Grup Penanganan APUPPT, Otoritas Jasa Keuangan.

(10)

b. Departemen Pengawasan Perbankan 2, Otoritas Jasa Keuangan.

c. Depatemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan.

d. Departemen Pemeriksaan Khusus dan Investigasi Perbankan, Otoritas Jasa Keuangan.

e. Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Bareskrim Polri.

f. Direktorat Pemeriksaan, Riset dan Pengembangan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

g. Direktorat Analisis Transaksi, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

h. Direktorat Kerjasama dan Humas, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

i. Direktorat Hukum, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

j. Direktorat Pengawas Kepatuhan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

k. Kejaksaan Agung RI.

l. Mahkamah Agung RI.

Anggota tim masing-masing berkontribusi memberikan input dan pengalaman bersama berdasarkan keahlian mereka untuk memberikan penilaian risiko sektoral ini.

RUANG LINGKUP DAN METODOLOGI

Lingkup Tindak Pidana Perbankan dalam penilaian risiko sektoral ini merujuk pada

Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

Penilaian ini berfokus pada penanganan perkara pada tindak pidana perbankan dan hasil pencucian uang dari tindak pidana perbankan. Adapun struktur dalam penilaian ini terdiri dari beberapa bagian, diantaranya:

a. Identifikasi dan analisis risiko pencucian uang pada tindak pidana perbankan berdasarkan karakteristik jenis tindak pidana Perbankan;

b. Identifikasi dan analisis risiko pencucian uang pada tindak pidana perbankan berdasarkan profil pelaku tindak pidana Perbankan;

c. Identifikasi dan analisis risiko pencucian uang pada tindak pidana perbankan berdasarkan wilayah terjadinya tindak pidana perbankan;

d. Tipologi Pencucian Uang, termasuk profil pelaku kejahatan, pihak pelapor, pola transaksi atau instrument transaksi dan jenis karakteristik tindak pidana perbankan,

e. Redflag atau Indikator Transaksi Keuangan Mencurigakan Indikasi Tindak Pidana Perbankan.

Penilaian Sektoral ini menggunakan data kuantitatif dan kualitatif selama periode 2017 s.d. 2019 dari berbagai sumber yang diperoleh oleh anggota tim. Sumber data dan informasi ini termasuk Laporan

(11)

Transaksi Keuangan Mencrigakan, Hasil Analisis atau Hasil Pemeriksaan PPATK, Penyidikan, Penuntutan dan Putusan Pengadilan, Studi Kasus. Pelaksanaan Indepth Study dalam Penilaian ini juga dilakukan bersama Pihak Penegak

Hukum, Lembaga Pengawas dan Pengatur serta PPATK untuk melakukan self-assessment dan identifikasi tipologi dan indikator transaksi keuangan mencurigakan yang berlaku.

KLASIFIKASI RISIKO

1

>7 - 9 TINGGI

Kecenderungan besar terjadi dan/atau menyebabkan dampak yang signifikan.

Hal ini memerlukan penanganan sesegera mungkin.

>5 - 7 MENENGAH

Kecenderungan cukup sering terjadi dan/atau menyebabkan dampak yang cukup signifikan. Hal ini perlu adanya upaya perbaikan.

3 - 5 RENDAH

Kecenderungan rendah terjadi dan/atau menyebabkan dampak yang rendah atau minimum. Hal ini perlu dilakukan review secara berkala.

1Berdasarkan Best Practice International-FATF Guidance. National Money Laundering and Terrorist Financing Risk Assessment. Februari 2013.

(12)

FRAMEWORK PENILAIAN RISIKO

RISIKO (Risk)

DAMPAK (Consequence) KECENDERUNGAN

(Likelihood)

ANCAMAN (Threat)

KERENTANAN (Vulnerability) X

+

(13)

PENILAIAN RISIKO, TIPOLOGI DAN STUDI KASUS

REGULASI PENANGANAN PERKARA PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK PIDANA PERBANKAN

Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU TPPU), hasil tindak pidana adalah Harta Kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana:

1. korupsi;

2. penyuapan;

3. narkotika;

4. psikotropika;

5. penyelundupan tenaga kerja;

6. penyelundupan migran;

7. di bidang perbankan;

8. di bidang pasar modal;

9. di bidang perasuransian;

10. kepabeanan;

11. cukai;

12. perdagangan orang;

13. perdagangan senjata gelap;

14. terorisme;

15. penculikan;

16. pencurian;

17. penggelapan;

18. penipuan;

19. pemalsuan uang;

20. perjudian;

21. prostitusi;

22. di bidang perpajakan;

23. di bidang kehutanan;

24. di bidang lingkungan hidup;

25. di bidang kelautan dan perikanan;

atau

26. tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih,

yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia.

Kewenangan untuk melakukan penyidikan tindak pidana pencucian uang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal sebagaimana tersebut di atas sesuai dengan ketentuan Pasal 74 UU TPPU. Dalam penjelasan Pasal 74 UU TPPU dinyatakan bahwa Penyidik POLRI memiliki wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana pencucian uang.

(14)

Wewenang Penyidik POLRI dalam penyidikan tindak pidana pencucian uang mencakup:

1. memerintahkan kepada Pihak Pelapor untuk melakukan penundaan transaksi terhadap Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana;

2. memerintahkan kepada Pihak Pelapor untuk melakukan pemblokiran Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dari orang yang telah dilaporkan oleh PPATK kepada Penyidik dan/atau Tersangka;

3. meminta Pihak Pelapor untuk memberikan keterangan secara tertulis mengenai Harta Kekayaan dari orang yang telah dilaporkan oleh PPATK kepada Penyidik dan/atau Tersangka.

TINDAK PIDANA PERBANKAN

Tindak pidana merupakan suatu perbuatan yang pelakunya diancam hukuman pidana berdasarkan Undang- Undang. Tindak pidana perbankan tentunya melibatkan dana masyarakat yang disimpan di bank, oleh karenanya tindak pidana perbankan merugikan kepentingan berbagai pihak, baik bank itu sendiri selaku badan usaha maupun nasabah penyimpan dana, sistem

perbankan, otoritas perbankan, pemerintah serta masyarakat luas.2

Penggunaan istilah tindak pidana di bidang perbankan belum adanya kesamaan pendapat. Apabila ditinjau dari segi yuridis tidak ada satupun peraturan perundang-undangan yang memberikan pengertian tentang tindak pidana perbankan dengan tindak pidana di bidang perbankan.3

Berdasarkan Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), Departemen Kehakiman memberikan pengertian yang berbeda untuk kedua Tindak Pidana Perbankan dan Tindak Pidana di Bidang Perbankan, diantaranya:

a. Tindak Pidana Perbankan adalah:

1. Setiap perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang No.10 Tahun 1998.

2. Tindak pidana yang dilakukan dalam menjalankan fungsi dan usahanya sebagai bank berdasarkan Undang-Undang Perbankan.

2 Memahami dan Menghindari Tindak Pidana Perbankan. Otoritas Jasa Keuangan. hlm 5.

3 BPHN, Departemen Kehakiman, Laporan Akhir Penelitian Masalah-Masalah Hukum Kejahatan Perbankan, BPHN, Jakarta 1992, hlm.68.

(15)

b. Tindak Pidana di Bidang Perbankan adalah:

1. Segala jenis perbuatan melanggar hukum yang berhubungan dengan kegiatan dalam menjalankan usaha bank, baik bank sebagai sasaran maupun sebagai sarana.

2. Tindak pidana yang tidak hanya mencakup pelanggaran terhadap Undang-Undang Perbankan, melainkan mencakup peraturan- peraturan yang mengatur kegiatan- kegiatan perbankan yang memuat ketentuan pidana maupun peraturan hukum pidana umum/khusus, selama belum ada peraturan-peraturan hukum pidana yang secara khusus dibuat untuk mengancam dan menghukum perbuatan tersebut.

Pengertian Tindak Pidana Perbankan adalah tindak pidana yang memenuhi unsur-unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 sampai dengan Pasal 50 A Undang-Undang Perbankan atau Pasal

59 sampai dengan Pasal 66 Undang- Undang Perbankan Syariah.

Dalam Penilaian Risiko Sektoral ini lingkup yang digunakan berdasarkan rumusan tindak pidana perbankan yang telah dikelompokan menjadi empat (4), diantaranya:

1. Tindak Pidana berkaitan dengan Perizininan;

2. Tindak Pidana berkaitan dengan Rahasia Bank;

3. Tindak Pidana berkaitan Pengawasan Bank

4. Tindak Pidana berkaitan dengan Kegiatan Usaha Bank.

Delik Pidana Pasal Description

Perizinan Pasal 46 Ayat 1

Barang siapa menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan tanpa izin usaha dari Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan

(16)

Delik Pidana Pasal Description

paling banyak Rp 20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah)

Pasal 46 Ayat 2

Dalam hal kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas, perserikatan, yayasan atau koperasi, maka penuntutan terhadap badan-badan dimaksud dilakukan baik terhadap mereka yang memberi perintah melakukan perbuatan itu atau yang bertindak sebagai pimpinan dalam perbuatan itu atau terhadap kedua-duanya

Rahasia Bank

Pasal 40 Ayat 1

Bank Wajib merahasiakan keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 44, dan Pasal 44A

Pasal 40 Ayat 2 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi Pihak Terafiliasi

Pasal 41 Ayat 1

Untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan Nasabah Penyimpan tertentu kepada pejabat pajak

Pasal 41A Ayat 1

Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan Nasabah Debitur

Pasal 42 Ayat 1

Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, Pimpinan Bank Indonesia dapat memberikan izin kepada polisi, jaksa, atau hakim untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka

(17)

Delik Pidana Pasal Description atau terdakwa pada bank

Pasal 42 Ayat 2

Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan secara tertulis atas permintaan tertulis dari Kepala Kepolisisan Republik Indonesia, Jaksa Agung, atau Ketua Mahkamah Agung

Pasal 42 Ayat 3

Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus menyebutkan nama dan jabatan polisi, jaksa, atau hakim, nama tersangka atau terdakwa, alasan diperlukannya keterangan dan hubungan perkara pidana yang bersangkutan dengan keterangan yang diperlukan

Pasal 47 Ayat 1

Barang siapa tanpa membawa perintah tertulis atau izin dari Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, dan Pasal 42, dengan sengaja memaksa bank atau Pihak Terafiliasi untuk memberikan keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp 200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah)

Pasal 47 Ayat 2

Anggota Dewan Komisaris, Direksi, pegawai bank atau Pihak Terafiliasi lainnya yang sengaja memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan menurut Pasal 40, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)

Pasal 47 Ayat A

Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42A dan Pasal 44a, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling

(18)

Delik Pidana Pasal Description

lama 7 (tujuh) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp4.000.000.000.00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah)

Pengawasan dan Pembinaan

Bank

Pasal 30 Ayat 1

Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia, segala keterangan, dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

Pasal 30 Ayat 2

Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya, serta wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan

Pasal 34 Ayat 1

Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca dan perhitungan laba/rugi tahunan serta penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

Pasal 34 Ayat 2

Neraca serta perhitungan laba/rugi tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik

Pasal 48 Ayat 1

Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2), diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp100.000.000,000,00 (seratus miliar rupiah).

(19)

Delik Pidana Pasal Description

Pasal 48 Ayat 2

Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang dengan lalai memberikan keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2), diancam dengan pidana kurungan sekurang- kurangnya 1 (satu) tahun dan paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda sekurang-kurangnya Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

Kegiatan

Usaha Bank Pasal 49 Ayat 1

Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai

bank yang dengan sengaja:

a. membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau dalam proses laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank;

b. menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidak dilakukannya pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank;

c. mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau menghilangkan adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank, atau dengan sengaja mengubah, mengaburkan, menghilangkan, menyembunyikan atau merusak catatan pembukuan tersebut, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun serta denda sekurang- kurangnya Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah).

(20)

Delik Pidana Pasal Description

Pasal 49 Ayat 2

Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank

yang dengan sengaja:

a. meminta atau menerima, mengizinkan atau menyetujui untuk menerima suatu imbalan, komisi, uang tambahan, pelayanan, uang atau barang berharga, untuk keuntungan pribadinya atau untuk keuntungan keluarganya, dalam rangka mendapatkan atau berusaha mendapatkan bagi orang lain dalam memperoleh uang muka, bank garansi, atau fasilitas kredit dari bank, atau dalam rangka pembelian atau pendiskontoan oleh bank atas surat-surat wesel, surat promes, cek, dan kertas dagang atau bukti kewajiban lainnya, ataupun dalam rangka memberikan persetujuan bagi orang lain untuk melaksanakan penarikan dana yang melebihi batas kreditnya pada bank;

b. tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank, diancam dengan pidana penjara sekurang- kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling lama 8 (delapan) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)

Pasal 50

Pihak Terafiliasi yang dengan sengaja tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini dan peraturan perundang- undangan lainnya yang berlaku bagi bank, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurang 3 (tiga) tahun dan paling lama 8 (delapan) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp100.000.000.000,00

(21)

Delik Pidana Pasal Description (seratus miliar rupiah)

Pasal 50A

Pemegang saham yang dengan sengaja menyuruh Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan yang mengakibatkan bank tidak melaksanakan langkah- langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 7 (tujuh) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun serta denda sekurang- kurangnya Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah)

(22)

HASIL PENILAIAN RISIKO SEKTORAL TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK PIDANA PERBANKAN

PENILAIAN RISIKO BERDASARKAN JENIS

TINDAK PIDANA PERBANKAN

Berdasarkan hasil penilaian risiko berdasarkan jenis tindak pidana perbankan diketahui bahwa kegiatan usaha bank merupakan jenis tindak pidana perbankan yang berisiko tinggi.

Kategori Tingkat

Risiko Perizinan

Rahasia Bank Pengawasan Bank Kegiatan Usaha Bank

Selama periode penilaian tahun 2017- 2019 secara tingkat ancaman tindak pidana perbankan mengalami peningkatan mulai dari Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan, Laporan Intelijen Keuangan dan Hasil Putusan Perkara Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Perbankan maupun Tindak Pidana Perbankan.

Kategori 2017 2018 2019

LTKM* 369 902 571

Laporan Intelijen

29 4 9

Kategori 2017 2018 2019 keuangan*

Penyidikan TPA Polri**

323 481 138

Penyidikan TPPU Perbankan Polri

12 15 25

Penuntutan TPA

271 191 ****

Penuntan TPPU

9 5 ****

Putusan TP Perbankan***

26 26 14

Putusan TPPU hasil TP Perbankan

3 3 ****

Keterangan:

*Buletin Statistik PPATK Tahun 2017-2019

**Data Penanganan Perkara Polri dan Kejaksaan Agung RI Tahun 2019

***Data Putusan melalui akses Website Mahkamah Agung RI.

****Masih dalam proses konsolidasi.

STUDI KASUS 1

GAN4 merupakan seorang Pegawai Bank X selaku Funding Officer yang berperan untuk penghimpunan dana atau mencari nasabah atau pihak ketiga untuk

menginvestasikan dana di Bank X dalam bentuk Deposito, Tabungan dan Giro atau memberi produk yang ditawarkan oleh Bank X. Pada tahun 2017, GAN

4 827/Pid.Sus/2018/PN.Ptk

(23)

menawarkan pada Koperasi A untuk menempatkan dana dengan fasilitas yang menjanjikan, dari tawaran tersebut, Koperasi A memindahkan dana dari beberapa Bank dengan total sebesar Rp70 Miliar, ditempatkan dalam 8 Rekening Bank X, diantaranya 4 Rekening Tabungan dan 4 Rekening Giro di Bank X.

GAN menawarkan diri untuk melakukan print out terhadap 8 buku tabungan tersebut dengan cara terdakwa setiap bulannya mengambil buku tabungan ke Bank X untuk diprint out selanjutnya di kembalikan ke Koperasi A.

Kemudian, GAN melakukan perubahan data pada 2 rekening milik Koperasi A di Bank X, kemudian membuka rekening yang serupa milik Koperasi A di Bank Y dengan melibatkan kakak kandung Sdr.

GAN pada saat pembukaan rekening di Bank Y. Selanjutnya, GAN melakukan transfer RTGS sebesar Rp15 Miliar dan Transfer via ATM sebanyak 6 kali dengan total sebesar Rp100,2 juta ke Rekening Koperasi A yang telah dikuasai oleh GAN dan PSE selaku Kakak Kandungnya.

Selanjutnya, PSE melakukan penarikan tunai pada Rekening Koperasi yang dikuasai oleh GAN dan PSE sebanyak 10 kali transaksi di kantor cabang bukan pembuka rekening, total sejumlah Rp15 Miliar. Pencucian uang yang dilakukan dalam bentuk pembelian asset property, kendaraan bermotor, dan barang mewah lainnya dengan menggunakan pihak lain.

Atas perbuatan tersebut, GAN telah dipidana pencucian uang selama 8 tahun penjara dan denda sebesar Rp10 Miliar.

TIPOLOGI Category

Jenis Tindak Pidana Perbankan Tindak Pidana berkaitan dengan Kegiatan Usaha Bank

Profil

Karyawan BUMN (Funding Officer) Pihak Pelapor

Bank Milik Negara

Perusahaan Kendaraan Bermotor Perusahaan Properti

Instrumen Transaksi Transaksi Tunai Transfer

Aset Cash

Kendaraan Bermotor Properti

INDIKATOR TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN

1. Transaksi pada rekening yang baru dibuka dengan saldo awal minimum kemudian menerima transfer dana masuk dalam jumlah signifikan untuk penampungan hasil kejahatan.

2. Transaksi bersifat pass by dan penarikan tunai dalam jumlah signifikan secara bertahap.

3. Transaksi penarikan tunai dalam jumlah signifikan di kantor cabang saat jam operasional kantor menjelang tutup.

4. Permintaan penarikan tunai dalam jumlah signifikan sebesar Rp15 Miliar

(24)

di kawasan pusat bisnis dan diluar wilayah domisili atau lokasi pembukaan awal rekening nasabah.

STUDI KASUS 2

Kredit yang diajukan oleh 4 debitur berbeda dengan nilai total sebesar Rp13 Miliar yang disetujui oleh BS5 selaku Direktur Utama di Bank X tanpa adanya pemenuhan agunan kredit dari para debitur dan kelengkapan berkas

persyaratan dokumen kredit. Pengajuan kredit itu dikendalikan oleh BS dan GTM dengan menggunakan Korporasi berupa PT dan CV. Selain itu, dana kredit yang sudah cair tidak digunakan sesuai dengan permohonan kredit yang telah diajukan namun telah ditampung pada salah satu rekening milik GTM sebagai salah satu debitur untuk digunakan sebagai investasi trading saham, pembayaran pembelian tanah, pembayaran Dana Alokasi Khusus (DAK), pembelian mobil, bus dan keperluan pribadi debitur.

Terlebih lagi, BS juga mengambil Rp400 juta dari uang pelunasan debitur sebesar Rp2 Miliar yang ditransfer ke rekening pribadi BS yang seharusnya diserahkan ke Bank X.

Atas perbuatan tersebut, BS telah dipidana pencucian uang selama 6 bulan penjara dan denda sebesar Rp10 juta.

TIPOLOGI Category

Jenis Tindak Pidana Perbankan Tindak Pidana berkaitan dengan Kegiatan Usaha Bank

5 253/Pid.Sus/2017/Pn.Kbm

Category Profil

Pegawai Swasta (Mantan Direktur Utama Bank Perkreditan Rakyat) Pihak Pelapor

Bank Perkreditan Rakyat Pasar Modal

Perusahaan Kendaraan Bermotor Instrumen Transaksi

Cash Transfer Aset

Cash Tanah Saham

Kendaraan Bermotor

INDIKATOR TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN

1. Nilai jaminan atas nasabah kredit tidak mencukupi nilai platfom kredit yang telah dicairkan.

2. Petugas memutuskan dan menyetujui pemberian kredit tanpa adanya berkas persyaratan dokumen.

3. Pencairan kredit ditempatkan pada satu pihak nasabah kredit dari multi applicant nasabah kredit.

4. Aset hasil kejahatan digunakan sebagai agunan dalam pengajuan kredit.

(25)

PENILAIAN RISIKO

BERDASARKAN PROFIL PELAKU KEJAHATAN

Kategori Tingkat

Risiko Perseorangan

Pegawai Swasta Pengusaha PNS Pedagang

Ibu Rumah Tangga Pelajar

PEP (Politically Exposed Person)

Pegawai

BI/BUMN/BUMD Profesional TNI/Polri Pengajar Petani/Nelayan Pegawai Bank Buruh

Pengurus Parpol Pengurus Yayasan Pemuka Agama Pengurus Lembaga Swadaya Msyarakat atau Ormas/NPO

Kategori Tingkat

Risiko Pengrajin

Pegawai Pedagang Valuta Asing

Badan Usaha atau Korporasi Perseroan Terbatas

(PT) Koperasi Commanditaire Vennootschap (CV) Perusahaan Dagang (PD) atau Usaha Dagang (UD) Firma

Yayasan Perkumpulan

STUDI KASUS 3

Diketahui terdapat 52 debitur terkait dengan indikasi tindakan

penyimpangan/fraud yang dilakukan oleh CRR6 selaku Branch Manager (BM) bersama Petugas Cabang (Credit Officer) di Bank X. CRR melakukan kecurangan dengan cara meminjam data identitas debitur untuk mengajukan permohonan pinjaman, mengikutsertakan usaha fiktif sebagai salah satu persyaratan yang dimiliki dari debitur, pemalsuan dokumen identitas debitur, rekayasa jual beli aset jaminan untuk permohonan pinjaman ke bank serta melakukan mark – up atas

6 499 K/Pid.Sus/2017

(26)

hasil pendapatan usaha dan nilai jaminan debitur, sehingga pinjaman dapat

disetujui. Kemudian, CRR memberikan sejumlah uang kepada pihak yang dipinjam identitasnya sebesar Rp2,5 juta hingga Rp5 juta sebagai fee atas

penggunaan identitas pihak tersebut untuk melakukan pengajuan pinjaman kredit ke Bank X. CRR memperoleh uang hasil tindak pidana perbankan sebesar Rp931.300.000. Pencucian uang yang dilakukan melalui pembelian aset berupa tanah dengan menggunakan identitas orang lain.

Atas perbuatan tersebut, CRR dipidana pencucian uang selama 8 tahun penjara dan denda sebesar Rp200 Juta.

TIPOLOGI Category

Jenis Tindak Pidana Perbankan Tindak Pidana berkaitan dengan Kegiatan Usaha Bank

Profil

Wiraswasta (Mantan Branch Manager Bank)

Pihak Pelapor Bank Swasta Instrumen Transaksi

Cash Aset

Tanah

INDIKATOR TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN

1. Adanya pemalsuan tandatangan pada Aplikasi Pinjaman dan Pembukaan Rekening.

2. Pembelian asset berupa tanah menggunakan nama pihak lain.

3. Pemberian Pinjaman pada debitur yang tidak memiliki usaha (usaha fiktif).

4. Petugas kantor cabang (Credit Officer dan Branch Manager) bekerjasama dengan debitur untuk melakukan pemalsuan dokumen identitas dan jaminan dengan imbalan sejumlah fee yang bersumber dari dana pencairan pinjaman.

5. Petugas cabang (Credit Officer) melakukan rekayasa jual beli jaminan, dimana jaminan sebenarnya adalah milik petugas cabang, namun seakan- akan telah dijual kepada debitur untuk digunakan jaminan atas permohonan pinjaman ke Bank.

6. Petugas cabang (Credit Officer) melakukan mark up atas hasil pendapatan usaha dan nilai jaminan debitur.

7. Adanya transaksi pencairan kredit di luar jam operasional kantor cabang bank.

PENILAIAN RISIKO

BERDASARKAN WILAYAH

Kategori Tingkat

Risiko Bali

(27)

Kategori Tingkat Risiko Bangka Belitung

Banten Bengkulu DI. Yogyakarta DKI Jakarta Gorontalo Jambi Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Utara Kep. Riau

Lampung Maluku Maluku Utara

Nanggroe Aceh Darussalam Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua

Papua Barat

Kategori Tingkat

Risiko Riau

Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Sumatera Barat Sumatera Selatan Sumatera Utara

STUDI KASUS 4

IUN7 selaku sebagai Head of Corporate Banking di Bank Z memanfaatkan posisinya untuk melancarkan proses pengajuan kredit dari PT. RCA sebesar Rp150 Miliar. Diketahui bahwa BO dari PT RCA yaitu HS yang tengah membobol 7 bank lainnya. Terdakwa IUN

menggunakan wewenangnya untuk mengubah proposal pengajuan permohonan kredit PT. RCA yang sebelum sebelumnya ditolak oleh Divisi Corporate Credit Risk. Salah satu agunan atau jaminan kredit yang digunakan oleh PT. RCA sebagai underlying berupa piutang PT. RCA ke PT. PTR ternyata bersifat fiktif dimana PT KLM tidak pernah mempunyai hutang ke PT. RCA.

Dari tindakannya ini, terdakwa menerima imbalan sebesar Rp1,5 Miliar yang ditransfer oleh PT. RCA ke rekening

7 51/Pid.Sus/2018/PT.DKI

(28)

pribadi milik IUN dengan tujuan transaksi untuk “operasional kantor”. Dana

tersebut selanjutnya terdakwa transfer ke 1 rekening lain milik IUN dan 4 rekening atas nama pihak lain. Selain itu juga digunakaan untuk membayar biaya pengobatan rumah sakit, pembelian mobil, tagihan kartu kredit untuk biaya jalan – jalan keluar negeri, pembelian mata uang asing dalam bentuk USD dan SGD dan penyewaan rumah.

Atas perbuatan tersebut, Bank Z telah mengalami kerugian sebesar IUN telah dipidana pencucian uang selama 5 tahun penjara dan denda sebesar Rp5 Miliar.

TIPOLOGI Category

Jenis Tindak Pidana Perbankan Tindak Pidana berkaitan dengan Kegiatan Usaha Bank

Profil

Wiraswasta (Mantan Branch Manager Bank)

Pihak Pelapor Bank Swasta Instrumen Transaksi

Cash Transfer Aset

Kendaraan Bermotor Cash

Foreign Currency (USD and SGD) Credit Card

INDIKATOR TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN

1. Debitur (Korporasi) tidak memiliki usaha yang sesuai dalam dokumen pengajuan kredit.

2. Debitur telah menerima fasilitas kredit yang serupa yang telah diberikan oleh Pihak Bank lain.

3. Jaminan “Piutang Dagang” yang diajukan oleh debitur kepada Bank, jangka waktu pembayarannya melebihi dari batas waktu pembayaran yang sudah diterima oleh debitur dari pihak pembeli.

4. Rekening pengguna jasa menerima setoran/transfer masuk dengan frekuensi tinggi dari pihak yang tidak memiliki hubungan dengan pengguna jasa.

5. Adanya transaksi dengan pihak yang tidak memiliki hubungan usaha dengan memberikan underlying transaction “operasional kantor”.

STUDI KASUS 5

NL8 adalah Direktur Utama dari Lembaga Kredit Finansial (LKF) XYZ yang bertujuan untuk menghimpun dana masyarakat tanpa izin usaha dari regulator kemudian meminjamkan dana kepada masyarakat dengan ketentuan bunga sebesar 10%.

Selama 5 tahun beroperasi LKF tersebut berhasil menghimpun dana sebesar Rp413 Miliar dari 16.155 nasabah. Namun di lain hal, LKF XYZ ternyata tidak

memperoleh izin usaha dari pimpinan

8 67/Pid/2018/PT.KPG

(29)

Bank Indonesia.

Untuk setiap dana yang berhasil terkumpul sejumlah sekitar Rp7 Miliar hingga Rp10 Miliar di rekening LKF XYZ, akan dipindahkan oleh NL ke rekening pribadi yang selanjutnya ditransfer kembali ke banyak rekening, diantaranya rekening milik NL, istri NL, anak NL maupun karyawan. Selain itu, NL juga menggunakan uang tersebut untuk membeli aset berupa tanah, bangunan, pembayaran proyek, mobil dan 3 polis asuransi senilai masing – masing Rp500 Juta. Atas perbuatan tersebut, NL telah dipidana pencucian uang selama 4 tahun penjara dan denda sebesar Rp1 Miliar.

TIPOLOGI Category

Jenis Tindak Pidana Perbankan Tindak Pidana berkaitan dengan Perizininan

Profil

Wiraswasta Pihak Pelapor

Perusahaan Pembiayaan Polis Asuransi

Instrumen Transaksi Cash

Transfer

Pemindahbukuan Aset

Cash Tanah

Kendaraan Bermotor

INDIKATOR TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN

1. Pengguna jasa melakukan beberapa kali pembukaan rekening baru dengan saldo awal hasil pemindahbukuan dari beberapa rekening lainnya dengan nilai signifikan.

2. Pengguna jasa melakukan pembukaan dan menguasai rekening atas nama pihak lain seperti istri, anak dan karyawan.

3. Penyetoran transaksi keuangan tunai dalam jumlah Rp500 Juta tanpa Underlying Transaction.

COUNTRY EXPERIENCE

Pada tahun 2018, Pihak Otoritas Jasa Keuangan melakukan pengungkapan kasus tindak pidana perbankan yang telah dilakukan oleh Komisaris Bank Perkreditan Rakyat (BPR) MAMS dengan nilai sebesar Rp6,8 Miliar yang digunakan untuk kepentingan pribadi.

Modus Operandi yang digunakan oleh Komisaris Bank BPR MAMS tersebut adalah dengan sengaja tidak melakukan

pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening bank BPR MAMS tersebut.

Pada tahun 2019, Otoritas Jasa Keuangan telah melakukan Penyidikan Perkara Perbankan sejumlah 17 Perkara.

Pada tahun 2019, Otoritas Jasa Keuangan mempertegas kebijakan konsolidasi perbankan melalui skema penggabungan, peleburan atau integrasi antarbank serta pengambilalihan yang diikutidengan pembentukan kelompok usaha bank.

Selama periode 2018-2019, Pihak Otoritas

(30)

Jasa Keuangan telah melakukan pencabutan ijin usaha Bank kepada 11 entitas dikarenakan kelemahan

pengelolaan oleh manajemen BPR (Bank Perkreditan Rakyat atau Bank Pembiayaan Rakyat) yang tidak memperhatikan prinsip kehati-hatian dan pemenuhan asas perbankan yang sehat maupun tidak memenuhi standar yang ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku.

Pada tahun 2019, Pihak Kepolisian RI telah menangani kasus perkara perbankan dan pencucian uang yang melibatkan

pembobolan 7 bank milik negara, bank asing dan bank swasta senilai Rp836 Miliar melalui modus Kredit Modal Kerja (KMK).9 Pada tahun 2019, telah melakukan

penyitaan asset atas kasus kredit fiktif yang melibatkan Direktur Utama Bank

Pembangunan Daerah sebesar Rp548 Miliar.10

INDIKATOR ATAU REDFLAG TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN INDIKASI TINDAK PIDANA PERBANKAN

Indikator Transaksi Keuangan Mencurigakan ini merupakan tambahan dari kasus-kasus pencucian uang yang telah divonis oleh pengadilan terkait tindak pidana perbankan. Berikut ini uraian indikator transaksi keuangan mencurigakan lainnya yang berindikasi tindak pidana pencucian uang hasil tindak

9https://www.beritasatu.com/nasional/418413/ba reskrim-bekuk-pembobol-bank-rp-836-m diakses pada 22 Februari 2020.

10https://kabar24.bisnis.com/read/20190425/16/9 15383/kasus-kredit-fiktif-dua-pejabat-bank-bjb- syariah-jadi-tersangka- diakses pada 22 Februari 2020.

pidana perbankan berdasarkan laporan transaksi keuangan mencurigakan dan hasil laporan intelijen keuangan.

A. Transaksi yang menyimpang dari profil, karakteristik atau kebiasaan pola transaksi pengguna jasa yang berangkutan.

1. Adanya instruksi transaksi keuangan tidak wajar dalam berita transaksi

“Koreksi Hapus Buku”.

2. Adanya transaksi penggunaan hasil fasilitas kredit modal kerja yang tidak sesuai dengan tujuan atau peruntukan seperti untuk kebutuhan konsumtif serta penempatan investasi.

3. Adanya transaksi hasil pemberian fasilitas kredit kepada petugas bank diduga berpotensi terjadinya conflic of interest.

4. Para Pihak yang menerima hasil pencairan fasilitas kredit modal kerja termasuk dalam Daftar Hitam/Blacklist terkait Pengadaan Barang atau Jasa.

5. Adanya penggunaan rekening pengurus dan/atau karyawan bank

sebagai penampungan

penghimpunan dana masyarakat atau operasional perusahaan agar tidak tercatat dalam pembukuan.

6. Adanya permintaan petugas bank kepada pengguna jasa untuk menandatangani slip kosong yang digunakan pemindahan dana pengguna jasa.

7. Adanya transaksi pemindahbukuan oleh pihak ketiga yang terafiliasi

(31)

dengan debitur kepada pengurus dan/atau karyawan bank.

8. Pola transaksi bersifat pass-by pada waktu transaksi yang berdekatan.

9. Adanya transaksi yang siginifikan pada beberapa rekening yang baru dibuka dan memiliki tujuan penggunaan rekening yang beda- beda.

10. Penggunaan rekening pihak lain yang tidak sesuai profil untuk melakukan penampungan dana dengan keterangan berita atau instruksi transaksi “sewa ATM”, “sewa lahan ATM”, “PKS-ATM”.

11. Adanya pengalihan dana perusahaan ke rekening pribadi pengurus dan/atau karyawan melalui transaksi koreksi rekening titipan angsuran kredit dan rekening pinjaman kredit pegawai eksternal.

12. Adanya transaksi penarikan tunai sebagian besar dengan underlying

“dana operasional BPR” yang dilakukan oleh pengurus dan/atau karyawan bank.

13. Adanya penerimaan dana dari nasabah bank (debitur) kepada pengurus dan/atau karyawan bank (kick-back) setelah mendapatkan fasilitas pinjaman.

14. Adanya pencairan deposito dipercepat.

15. Adanya setoran tunai dari pihak karyawan atau pramubakti kepada pengurus perusahaan bank.

16. Adanya transaksi yang melibatkan banyak pihak (many to one) dan tidak memiliki keterkaitan hubungan dengan profesi pengguna jasa.

17. Adanya penggunaan pihak ketiga (nominee) untuk menampung dana dalam jumlah signifikan sekaligus melakukan penarikan tunai.

18. Pola structuring melalui aktivitas penarikan tunai berkali-kali pada hari yang sama.

19. Adanya pencampuran dana (mingling) yang bersumber dari rekening perusahaan dengan rekening milik pribadi pengurus.

20. Penyedia jasa mendapatkan informasi dari sumber yang dapat dipercaya (PPATK, Lembaga Pengawas dan Pengatur, Aparat Penegak Hukum, Media Massa atau Sumber Lainnya) bahwa Pengguna Jasa diduga terlibat dalam aktivitas kejahatan dan/atau memiliki latar belakang tindak kriminal.

(32)

TANTANGAN DAN STRATEGI MITIGASI RISIKO TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK PIDANA PERBANKAN

TANTANGAN PENANGANAN

PERKARA PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK PIDANA PERBANKAN

Dalam penanganan perkara pencucian uang hasil tindak pidana perbankan memiliki beberapa tantangan yang dihadapi oleh Regulator maupun Aparat Penegak Hukum, diantaranya:

a. Perolehan informasi data lebih sulit jika terduga merupakan pegawai atau pengurus aktif.

b. Penelusuran asset pelaku kejahatan yang berada di lur negeri.

c. Kemauan Bank untuk mengungkap kasus.

d. Perkembangan pelaku kejahatan dalam memanfaatkan produk-produk baru dan kompeks dari penyedia jasa keuangan bank.

e. Pada tahap penyelidikan, penyelidik tidak dapat meminta data harta kekayaan pengguna jasa kepada pihak bank.

f. Adanya penggunaan nominee yang mempersulit penyidik untuk menemukan Pemilik Manfaat Sebenarnya (Beneficial Ownership).

g. Penyitaan asset terhadap asset yang telah dipindahtangankan kepada pihak ketiga.

h. Adanya beberapa kasus tindak pidana kasus perbankan yang tidak terbukti tindak pidana pencucian uangnya.

STRATEGI MITIGASI RISIKO TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK PIDANA PERBANKAN

A. Bidang Pencegahan

1. Melakukan sosialisasi mengenai buku saku pahami dan hindari tindak pidana perbankan serta upaya pencegahan bagi sektor industri perbankan terkait tindak pidana perbankan.

2. Melakukan sosialisasi penanganan dugaan tindak pidana perbankan antara Otoritas Jasa Keuangan dan Forum Anti Fraud.

3. Melakukan sosialisasi atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 39/POJK.03/2019 tentang Penerapan Strategi Anti Fraud Bagi Bank Umum.

4. Melakukan koordinasi dengan stakeholders terkait mengenai pencegahan terjadinya dugaan tindak

(33)

pidana perbankan maupun proses penanganan perkara dugaan tindak pidana perbankan.

5. Meningkatkan alokasi sumber daya berbasis risiko pada satuan kerja pengawas di lingkungan Otoritas Jasa Keuangan.

6. Bagi pihak perbankan perlu adanya pemantauan terhadap perubahan kekayaan pada pihak management Bank.

7. Bagi Pihak Perbankan perlu adanya penguatan Sistem Anti Fraud dan Sistem Pengendalian Internal.

8. Bagi Pihak Perbankan perlu melaporkan transaksi keuangan mencurigakan terkait tindak pidana perbankan, baik yang terjadi di internal atau di bank lain.

B. Bidang Pemberantasan

1. Optimalisasi Satuan Tugas Penanganan Dugaan Tindakan Melawan Hukum di Bidang Penghimpunan Dana Masyarakat dan Pengelolaan Investasi berdasarkan Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor:

04/KDK.01/2019 yang melibatkan multi stakeholders diantaranya Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia,

Kejaksaan RI, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan PPATK.

2. Optimalisasi Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan (DPJK) dan Departemen Pemeriksaan Khusus dan Investigasi Perbankan (DKIP) Otoritas Jasa Keuangan.

3. Meningkatkan alokasi sumber daya berbasis risiko tindak perbankan pada Penyidik Polri.

4. Peningkatan peran serta PPATK dalam asset tracing dan asset recovery dalam kasus pencucian uang hasil tindak pidana perbankan.

C. Bidang Kerjasama

1. Meningkatkan koordinasi dengan pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk melakukan penindakan dan penanganan perkara pencucian uang hasil tindak pidana perbankan.

2. Melakukan joint training bersama pihak penyidik dari Otoritas Jasa Keuangan, Kepolisian dan Analis PPATK serta Pihak Industri Perbankan terkait penanganan kasus perkara pencucian uang hasil tindak pidana perbankan dan indikator transaksi keuangan mencurigakan terkait tindak pidana perbankan.

(34)

LAMPIRAN 1

METODOLOGI PENELITIAN

Risk Factors dalam Penilaian Risiko Sektoral Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Perbankan

ANCAMAN

Ancaman Riil

•Jumlah LTKM dengan Indikasi TP Perbankan

•Jumlah Hasil Intelijen Keuangan PPATK pada Jenis Pidana TP Perbankan

•Jumlah Penyidikan TPA TP Perbankan (Polri & OJK)

•Jumlah Penyidikan TPPU TP Perbankan

•Jumlah Putusan TPA dan TPPU Terkait TP perbankan

Ancaman Potensial

Self Assessment PPATK, POLRI & OJK, Penuntut, Hakim

KERENTANAN

•Tingkat Kesulitan dalam Analisis Transaksi Keuangan Terkait TP Perbankan

•Tingkat Kesulitan dalam Penyidikan TPA TP Perbankan

•Tingkat Kesulitan dalam Penyidikan TPPU Terkait TP Perbankan

•Tingkat Kesulitan dalam Penuntutan TPPU Terkait TP Perbankan

•Tingkat Kesulitan dalam Pemeriksaan Perkara TPPU Terkait TP Perbankan di Persidangan

DAMPAK

Dampak Riil

•Nilai Rata-Rata Indikasi TPPU berdasarkan LTKM Terindikasi TP Perbankan

•Nilai Rata-Rata Indikasi TPPU berdasarkan HA

•Nilai Rata-Rata Indikasi TPPU berdasarkan HP

•Nilai Rata-Rata Indikasi TPPU berdasarkan Penyidikan TPA (POLRI &

OJK)

•Nilai Rata-Rata Indikasi TPPU berdasarkan Penyidikan TPPU (POLRI)

•Nilai Rata-Rata Indikasi TPPU berdasarkan Putusan TPPU TP Perbankan

Dampak Potensial

Self Assessment PPATK, POLRI & OJK, Penuntut, Hakim

(35)

LAMPIRAN 2

MATRIKS PENILAIAN RISIKO SEKTORAL TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK PIDANA PERBANKAN

POC Category Threat Vulnerability Likelihood Consequence Risk

Score

Level Risk

Risk Category

DELIK PIDANA 01_TP_BANK-PERIZINAN 4,53 5,00 9,53 7,00 66,73157

128

5,49 Menengah

DELIK PIDANA 02_TP_BANK-RAHASIA BANK 4,65 4,00 8,65 3,06 26,44500

211

3,00 Rendah DELIK PIDANA 03_TP_BANK-PENGAWASAN

DAN PEMBINAAN BANK

5,32 3,00 8,32 6,65 55,29076

753

4,78 Rendah

DELIK PIDANA 04_TP_BANK-USAHA BANK 6,73 7,00 13,73 9,00 123,6028

419

9,00 Tinggi

PELAKU 01_PERORANGAN-Peg. Swasta 5,54 5,57 11,12 6,67 74,11271

375

5,75 Menengah

PELAKU 02_PERORANGAN-Pengusaha 6,09 5,57 11,66 8,85 103,2387

757

7,23 Tinggi

PELAKU 03_PERORANGAN-PNS 4,48 5,99 10,47 4,28 44,82879

11

4,25 Rendah

PELAKU 04_PERORANGAN-Pedagang 4,53 4,57 9,09 4,41 40,13138

468

4,01 Rendah

PELAKU 05_PERORANGAN-IRT 3,96 3,55 7,51 3,57 26,83781

29

3,33 Rendah

PELAKU 06_PERORANGAN-Pelajar 3,94 3,55 7,49 3,42 25,62363

986

3,27 Rendah

PELAKU 07_PERORANGAN-PEPs 4,86 5,45 10,31 4,22 43,54022

778

4,18 Rendah PELAKU 08_PERORANGAN-Peg.

BI/BUMN/D

6,06 7,35 13,41 6,83 91,54235

514

6,64 Menengah

PELAKU 09_PERORANGAN-Profesional 5,85 8,06 13,91 6,20 86,22261

606

6,37 Menengah

PELAKU 10_PERORANGAN-TNI/Polri 4,22 6,45 10,68 3,42 36,50057

97

3,82 Rendah

PELAKU 11_PERORANGAN-Pengajar 3,89 3,55 7,45 3,33 24,82359

967

3,23 Rendah

PELAKU 12_PERORANGAN-Petani/Nelayan 3,97 3,00 6,97 3,00 20,90107

618

3,03 Rendah

PELAKU 13_PERORANGAN-Peg. Bank 6,31 9,00 15,31 9,00 137,7916

018

9,00 Tinggi

PELAKU 14_PERORANGAN-Buruh 3,79 3,00 6,79 3,00 20,36552

368

3,00 Rendah PELAKU 15_PERORANGAN-Pengurus

Parpol

4,48 7,41 11,88 5,36 63,68754

707

5,21 Menengah PELAKU 16_PERORANGAN-Pengurus

Yayasan

4,52 6,08 10,59 4,66 49,41543

741

4,48 Rendah

PELAKU 17_PERORANGAN-Pemuka Agama 3,56 3,35 6,91 3,39 23,43255

609

3,16 Rendah

PELAKU 18_PERORANGAN-Pengurus LSM 4,13 4,45 8,58 4,62 39,61247

956

3,98 Rendah

PELAKU 19_PERORANGAN-Pengrajin 3,58 3,86 7,44 3,11 23,15569

696

3,14 Rendah

PELAKU 20_PERORANGAN-Peg. PVA 4,02 6,57 10,59 4,97 52,59335

983

4,65 Rendah

PELAKU 21_PERORANGAN-Lain-Lain 4,34 5,22 9,56 3,85 36,83085

158

3,84 Rendah

PELAKU 22_NONPERORANGAN-PT 6,27 7,43 13,71 7,13 97,66050

161

6,95 Menengah

PELAKU 23_NONPERORANGAN-Koperasi 5,32 7,29 12,61 6,93 87,43594

962

6,43 Menengah

PELAKU 24_NONPERORANGAN-CV 5,31 6,24 11,55 5,30 61,16063

643

5,08 Menengah

PELAKU 25_NONPERORANGAN-PD/UD 4,30 6,08 10,37 4,22 43,82041

711

4,20 Rendah

PELAKU 26_NONPERORANGAN-Firma 4,20 6,57 10,77 4,59 49,47013

704

4,49 Rendah

PELAKU 27_NONPERORANGAN-Yayasan 4,55 6,84 11,38 4,43 50,45072

397

4,54 Rendah

PELAKU 28_NONPERORANGAN-

Perkumpulan

4,28 5,90 10,18 4,22 42,97846

742

4,16 Rendah PELAKU 29_NONPERORANGAN-Ormas

Tidak Berbadan Hukum

4,26 6,84 11,10 3,74 41,47208

695

4,08 Rendah WILAYAH

KEJADIAN

01_BALI 6,43 5,05 11,48 6,04 69,29679

443

5,30 Menengah

Referensi

Dokumen terkait

2 Tidak termasuk objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah pemberian izin untuk bangunan milik Pemerintah atau Pemerintah Daerah.. Pasal 4 1 Subjek retribusi IMB