• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kematian bayi merupakan masalah yang harus mendapat perhatian khusus. Jumlah kematian bayi secara global adalah 2,4 juta pada tahun 2019.1 Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan angka kematian neonatus (AKN) sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi (AKB) 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan angka kematian balita (AKABA) 32 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian balita telah mencapai Target Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) 2030, yaitu sebesar 25/1.000 kelahiran hidup dan diharapkan AKN juga dapat mencapai target, yaitu 12/1.000 kelahiran hidup. Berdasar atas data yang dilaporkan kepada Direktorat Kesehatan Keluarga pada tahun 2019, dari 29.322 kematian balita, 69% (20.244 kematian) di antaranya terjadi pada masa neonatal. Dari seluruh kematian bayi yang dilaporkan, 80% terjadi pada periode enam hari pertama kehidupan,2 21% terjadi pada usia 29 hari–11 bulan, serta 10% terjadi pada usia 12–59 bulan.3

Berat bayi lahir rendah didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berat badan saat lahir kurang dari 2.500 gram. Berat bayi lahir rendah terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan secara global dan dikaitkan dengan berbagai konsekuensi

(2)

jangka pendek dan jangka panjang. Secara keseluruhan, diperkirakan bahwa 15% hingga 20% kelahiran di seluruh dunia adalah bayi berat badan rendah yang mewakili lebih dari 20 juta kelahiran dalam setahun.4 Indonesia merupakan negara berkembang dengan prevalensi BBLR hingga 6,2% pada tahun 2018. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki prevalensi BBLR lebih tinggi dibanding dengan prevalensi rerata tingkat nasional, yaitu 6,3%.2

Berdasar atas Badan Pusat Statisik (BPS), AKB Provinsi Jawa Barat sejak tahun 2007 sampai dengan 2012 cenderung mengalami penurunan.

Angka kematian bayi (AKB) berhasil diturunkan sebesar 9 poin (range 39–

30/1.000 kelahiran hidup). Rasio kematian bayi pada tahun 2019 sebesar 3,26/1000 kelahiran hidup atau 2.851 kasus, menurun 0,14 poin dibanding dengan tahun 2018 sebesar 3,4/1000 kelahiran hidup atau 3.083 kasus.5

Penyebab kematian masa neonatal di Provinsi Jawa Barat masih didominasi oleh 40,25% berat bayi lahir rendah (BBLR); 27,60% asfiksia;

0,13% tetanus neonatorum; 3,14% sepsis; 17,28% penyebab lain-lain; dan sisanya 11,59% kelainan bawaan. Sepuluh kabupaten/kota dengan kematian bayi tertinggi, yaitu Kabupaten Garut, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cirebon, dan Kota Bandung.5

Kabupaten Karawang termasuk peringkat ke-6 dalam kategori 10 kabupaten/kota dengan kematian tertinggi. Jumlah kematian bayi keseluruhan

(3)

pada tahun 2018, yaitu 162 (3,68%), tahun 2019 sebanyak 314 (7,01%); dan tahun 2020 sebanyak 258 bayi (6,37%). Tahun 2019 bayi yang mengalami BBLR sebanyak 1.176/44.764 (2,63%) kelahiran hidup dan meninggal karena BBLR sebanyak 65 bayi (5,53%), sedangkan tahun 2020 bayi yang mengalami BBLR sebanyak 1.056/40.450 (2,46%) kelahiran hidup dan yang meninggal karena BBLR sebanyak 56 (5,9%). Kematian bayi berdasar atas usia yang paling banyak pada masa neonatal dini, yaitu pada usia 0–7 hari (72,84%), masa neonatal lanjut 8–28 hari (13,58%); dan bayi 29 hari–12 bulan (13,58%).6

Berat bayi lahir rendah adalah indikator kesehatan masyarakat yang berharga dari kesehatan ibu, gizi, pemberian layanan kesehatan, dan kemiskinan. Neonatus dengan BBLR memiliki risiko kematian 20 kali lebih besar dibanding dengan neonatus berat badan lahir >2.500 g. Berat bayi lahir rendah juga dikaitkan dengan disabilitas neurologis jangka panjang, gangguan perkembangan bahasa, gangguan prestasi akademik, serta peningkatan risiko penyakit kronis termasuk penyakit kardiovaskular dan diabetes. Bayi kecil membawa risiko tambahan karena kelainan sistem organ multipel, termasuk perdarahan intrakranial, gangguan pernapasan, sepsis, kebutaan, dan gangguan gastrointestinal. Kelahiran bayi kecil adalah penyebab utama kematian anak balita di seluruh dunia. Studi ekonomi di negara berpenghasilan rendah telah menunjukkan bahwa mengurangi beban BBLR akan menghemat biaya yang penting baik untuk sistem kesehatan maupun rumah tangga.6–9

Studi sebelumnya mengenai dampak krisis keuangan global terhadap berat bayi lahir rendah di Portugal: analisis tren-waktu, menemukan bahwa

(4)

peningkatan risiko BBLR bertepatan dengan perlambatan laju pertumbuhan produk domestik bruto, penurunan pengeluaran kesehatan, alokasi perlindungan sosial pada keluarga/dukungan anak dan penyakit. Berat bayi lahir rendah (BBLR) juga dapat menjadi faktor casuality bagi krisis global itu sendiri.10

Berat bayi lahir rendah merupakan kelompok khusus yang membutuhkan perhatian dan perawatan ekstra karena mereka membutuhkan kehangatan dan perawatan yang lembut, seperti saat berada di dalam kandungan. Penelitian yang dilakukan oleh Prabhakaran11 untuk mengevaluasi efektivitas program pengajaran terstruktur mengenai perawatan berat bayi lahir rendah dalam hal pengetahuan ibu nifas, sebanyak 30 ibu nifas dipilih dengan teknik purposive sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pretest diberikan dengan jadwal wawancara terstruktur untuk pengetahuan ibu diikuti dengan program pengajaran terstruktur melalui pamflet. Posttest dilakukan setelah 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor pengetahuan posttest (17,6) secara signifikan lebih tinggi daripada rerata skor pengetahuan pretest (10,8) dengan SD 1,33 dan nilai t-test 67,6 yang secara statistik signifikan pada nilai p <0,001 signifikan. Temuan penelitian ini mengimplikasikan bahwa program pengajaran terstruktur merupakan strategi yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang perawatan BBLR.11

Menurut Rustina dan Efendi12 melibatkan 69 sampel ibu BBLR yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dan dibagi menjadi 3 kelompok.

Kelompok pertama merupakan dua puluh tiga ibu yang bayinya dirawat di

(5)

bangsal perinatologi dan diberikan instruksi berdasar atas buku KIA; kelompok kedua merupakan 23 ibu yang menerima instruksi yang sama dengan media audiovisual tambahan dari aplikasi seluler; dan 23 ibu sisanya hanya menerima instruksi verbal di bangsal. Hasil analisis menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis aplikasi seluler memberikan peningkatan yang signifikan pada skor pengetahuan dan kepercayaan diri ibu sesudah menerima instruksi (p <0,001).

Instruksi tambahan menggunakan media audiovisual dari aplikasi seluler juga memberikan dorongan yang signifikan pada skor pengetahuan dan oleh karena itu, skor pascapendidikan ibu dalam kelompok ini lebih tinggi dibanding dengan dua kelompok lainnya (p <0,001), yaitu kelompok yang berbasis pembelajaran verbal dan pembelajaran buku KIA. Oleh karena itu, pengetahuan ibu tentang pemberian asuhan BBLR dapat dioptimalkan melalui edukasi, diskusi, dan kemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran.12

Hasil penelitian Nurhidayati13 mengenai perawatan BBLR di Puskesmas Klaten Tengah tahun 2017 disimpulkan partisipan dengan pengetahuan yang dimiliki dan bantuan orang terdekat telah memberikan perawatan yang baik untuk bayi mereka, terbukti semua ibu mampu melakukan perawatan utama pada berat bayi lahir rendah, yaitu menjaga kestabilan suhu tubuh. Tindakan yang dilakukan untuk menjaga suhu tubuh, yaitu dengan perawatan metode kangguru, diberikan lampu pada tempat tidurnya, digendong serta ditempelkan di dada dan bayi selalu diselimuti. Cara menjaga suhu tubuh bayi diperoleh dari petugas kesehatan. Penjelasan perawatan BBLR diberikan sebelum pulang dari

(6)

rumah sakit. Ibu memiliki kemampuan menangkap informasi kesehatan dengan baik sehingga dapat diaplikasikan dengan benar.13

Penatalaksanaan BBLR perlu didukung dengan pengetahuan yang baik karena pengetahuan ini akan menunjang perawatan berkualitas dan aman pada BBLR. Program edukasi yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan dapat memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan orangtua sehingga dapat membantu orangtua memahami informasi yang disampaikan. Informasi yang diberikan adalah manfaat ASI, teknik menyusui, perawatan metode kangguru, pencegahan infeksi, dan tanda bahaya pada bayi. Media edukasi dengan booklet dan audiovisual disimpulkan dapat memengaruhi perhatian orangtua serta memudahkan orangtua memahami materi sehingga pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri orangtua perawatan bayi secara signifikan meningkat.14–16

Pengetahuan dapat ditunjang secara efektif menggunakan media yang tepat. Media digital salah satu alternatif dalam meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap positif. Media digital bukan hanya digunakan sebagai sumber informasi juga digunakan sebagai media pencatatan untuk memantau kondisi bayi. Penggunaan aplikasi digital dapat mempermudah implementasi hasil dari data yang dimasukkan dan diubah menjadi informasi yang digunakan untuk pengambilan sikap ibu dalam melakukan perawatan BBLR di rumah.17–19

Sistem Digitalisasi merupakan proyek pengembangan sistem pelayanan kesehatan yang dapat digunakan pada berbagai aspek yang di antaranya adalah pelayanan pada melakukan perawatan BBLR di rumah. Technology acceptance

(7)

model (TAM) merupakan satu model untuk menilai terhadap sebuah inovasi teknologi baru oleh pengguna. Penerimaan teknologi ditentukan oleh faktor- faktor, yaitu persepsi pengguna terhadap kemudahan dalam menggunakan teknologi (perceived ease of use) dan kemanfaatan/kegunaan teknologi (perceived usefulness).20,21

Berdasar atas hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada Februari 2020 diketahui bahwa dalam kurun waktu 1 tahun (Januari–Desember) terdapat 1.056 BBLR di Kabupaten Karawang, dengan prevalensi BBLR terbanyak terdapat di wilayah Puskesmas Jatisari (81), Puskesmas Rengasdenglok (53), Puskesmas Cikampek (51), Puskesmas Lemahabang (49), dan Puskesmas Telagasari (31). Puskesmas tersebut juga telah dikonfirmasi bahwa mereka belum pernah menggunakan program aplikasi terhadap pengetahuan, dan sikap ibu dalam melakukan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan BBLR.

Berdasar atas latar belakang tersebut maka tema sentral penelitian ini adalah sebagai berikut:

Berat bayi lahir rendah merupakan bayi dengan berat badan saat lahir kurang dari 2.500 g. Penyebab kematian neonatus terbanyak di Indonesia pada tahun 2019 adalah kondisi BBLR. Neonatus memiliki risiko kematian 20 kali lebih besar dibanding dengan neonatus berat badan lahir > 2.500 g. Prevalensi BBLR di Indonesia sebesar 6,2% dan Jawa Barat 6,3% pada tahun 2018. Pada tahun 2020 bayi yang mengalami BBLR di Karawang sebanyak 1.056/40.450 (2,61%) kelahiran hidup dan yang meninggal karena BBLR sebanyak 59 bayi (5,9%). Berat bayi lahir rendah juga dikaitkan dengan disabilitas neurologis jangka panjang, gangguan perkembangan bahasa, gangguan prestasi akademik, serta peningkatan risiko penyakit kronis termasuk penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus. Studi ekonomi di negara berpenghasilan rendah telah menunjukkan bahwa mengurangi beban BBLR akan menghemat biaya yang penting baik untuk sistem kesehatan maupun rumah tangga. Penatalaksanaan BBLR perlu didukung dengan pengetahuan yang baik yang dapat menunjang perawatan yang berkualitas dan aman terhadap BBLR. Media edukasi

(8)

berperan penting terhadap kemanfaatan, kemudahan, pengetahuan, dan sikap ibu dalam melakukan perawatan BBLR. Salah satu media edukasi yang efisien dan efektif dalam kemanfaatan, kemudahan, meningkatkan pengetahuan, sikap ibu adalah media aplikasi, namun belum ada penelitian yang secara spesifik membahas media aplikasi “Bayiku” terhadap kemanfaatan, kemudahan, pengetahuan, dan sikap ibu dalam melakukan perawatan BBLR di rumah di Kabupaten Karawang. TAM modelling akan digunakan untuk menentukan persepsi pengguna terhadap kemudahan dalam menggunakan teknologi (perceived ease of use) dan kemanfaatan/kegunaan teknologi (perceived usefulness) aplikasi “Bayiku”.

Berdasar atas uraian latar belakang dan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian Kemanfaatan dan Kemudahan Aplikasi Bayiku serta Pengaruh terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Melakukan Perawatan Berat Bayi Lahir Rendah di Rumah di Kabupaten Karawang.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasar atas latar belakang tersebut maka permasalahan penelitian ini adalah:

1. bagaimana kemanfaatan penggunaan aplikasi “Bayiku” dibanding dengan edukasi visual bidan?

2. bagaimana kemudahan penggunaan aplikasi “Bayiku” dibanding dengan edukasi visual bidan?

3. apakah penggunaan aplikasi “Bayiku”berpengaruh terhadap pengetahuan ibu dalam melakukan perawatan BBLR di rumah?

4. apakah penggunaan aplikasi “Bayiku” berpengaruh terhadap sikap ibu dalam melakukan perawatan BBLR di rumah?

(9)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. menganalisis kemanfaatan penggunaan aplikasi “Bayiku” dibanding dengan edukasi visual bidan;

2. menganalisis kemudahan penggunaan aplikasi “Bayiku” dibanding dengan edukasi visual bidan;

3. menganalisis pengaruh penggunaan aplikasi “Bayiku” terhadap pengetahuan ibu dalam melakukan perawatan BBLR di rumah;

4. menganalisis pengaruh penggunaan aplikasi “Bayiku” terhadap sikap ibu dalam melakukan perawatan BBLR di rumah.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Aspek Teoretis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dalam kemanfaatan dan kemudahan penggunaan teknologi serta sebagai bahan informasi tentang aplikasi “Bayiku”

terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam melakukan perawatan BBLR di rumah, serta sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya baik di dalam ataupun di luar STIKES Dharma Husada Bandung.

(10)

1.4.2 Aspek Praktis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pustaka bagi pendidikan Magister Terapan Kebidanan STIKes Dharma Husada Bandung.

2. Bagi Puskesmas/Nakes

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai media edukasi membantu pelayanan di puskesmas dalam meningkatkan pelayanan khususnya BBLR.

3. Ibu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alat media edukasi untuk membantu memudahkan ibu dalam mendapat informasi dan melakukan perawatan BBLR di rumah.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya dan dapat meneliti lebih lanjut mengenai perawatan bayi baru lahir dengan BBLR.

Referensi

Dokumen terkait

1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab 1, akan membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan kerangka penelitian yang akan