1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Remaja adalah bagian dari populasi penduduk dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan dunia. Masa remaja dan berbagai persoalannya menjadi sorotan dunia, pada masa remaja banyak terjadi masalah yang dihadapi dikarenakan tingkah laku remaja masih labil dan belum mampu menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lingkungan, masalah remaja seperti kenakalan remaja, depresi, bullying, tekanan dari teman sebaya, percintaan yang melampaui batas hingga menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan (Mahayani, 2019).
Masa remaja sering disebut sebagai masa pencarian jati diri. Dalam fase ini, remaja sering dipenuhi dengan kebingungan. Berbagai masalah remaja juga bisa terjadi, mulai dari perkara kecil hingga masalah yang berdampak pada kesehatan.
Bullying dan kenakalan remaja merupakan permasalahan yang marak terjadi. Tidak sedikit anak remaja yang mendapat ejekan, intimidasi, ancaman, hingga kekerasan dari para pelaku bullying, terutama di sekolah. Masalah remaja bisa membuat mereka merasa tertekan, stres, atau bahkan depresi. Masalah remaja lainnya yang umumnya terjadi adalah masalah percintaan atau perilaku seksual. Memasuki masa remaja, anak-anak biasanya mulai suka terhadap lawan jenis dan mencoba menjalin hubungan dengan pasangan. Karena rasa ingin tahunya yang besar, remaja juga mungkin mencoba melakukan aktivitas seksual (Rahmawati, 2021).
2
Perilaku seksual adalah suatu aktivitas seksual yang didorong oleh hasrat seksual, yang dilakukan oleh pria dan wanita sebelum adanya ikatan resmi pernikahan) menurut agama dan hukum, mulai dari bentuk perilaku seks yang paling ringan sampai tahapan senggama (Isti’anah, 2014). Jumlah remaja yang berhubungan seks di luar nikah mengalami trend peningkatan, data BKKBN mencatat 46% remaja Indonesia berusia 15-19 Tercatat berhubungan seks dengan lawan jenis hingga mengakibatkan kehamilan tidak diinginkan (BKKBN,2018).
Hasil penelitian Fitrotun, dkk (2013) mendapatkan hasil yang signifikan adanya hubungan ketidaktahuan dan wawasan remaja putri mengenai kehamilan tidak diinginkan (KTD). Sedangkan menurut Amartha, dkk (2018) bahwa adanya hubungan sikap ketidaktahuan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan prilaku seksual melalui peniningkatan asertivitas pada remaja putri. Menurut penelitian Darmawan (2019) KTD pada remaja memberikan dampak negative baik segi fisik, psikologi, social dan spiritual.
Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) merupakan kehamilan yang tidak dikehendaki oleh wanita yang bersangkutan maupun lingkungannya. KTD pada remaja disebabkan oleh faktor –faktor kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, faktor dari dalam diri remaja sendiri yang kurang memahami perannya sebagai pelajar, faktor dari luar, pergaulan bebas tanpa kendali orang tua yang menyebabkan remaja merasa bebas melakukan apa saja yang diinginkan, perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin canggih yang memperbesar kemungkinan remaja mengakses apa saja termasuk hal-hal negatif (Kusmiran, 2012).
3
Hasil penelitian Esti Widiani (2017) terbukti dengan didapatkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan seks dengan perilaku seksual (0,000).
Sedangkan menurut Fitriani (2011) menjelaskan bahwa responden dengan pendidikan baik sebesar 88,3%, pendidikan kurang sebesar 11,7% dan perilaku positif sebesar 48,7% sedangkan perilaku negatif sebesar 51,6% tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan seks dengan perilaku seksual nilai p=0,340.(Muarifah et al., 2019).
Sistem pendidikan nasional memiliki dasar hukum yaitu UUD 1945 pasal 31 dan Undang-undang (UU) No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 4 dinyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa (Benedikta, 2017). Banyak sekolah yang memilih mengeluarkan siswinya yang hamil di luar nikah, karena dianggap sebagai contoh yang buruk bagi siswa lainnya. Menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), terdapat sekitar 25% kasus kehamilan remaja di luar nikah, hingga adanya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 (detik.com Diakses pada 31 maret 2022) Kasus KTD di Sekolah tentunya harus ditangani secara bersama sama, sesuai dengan undang-undang republik indonesia nomor 14 tahun 2005 menjelaskan bahwa guru sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman,
4
bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Rancangan UU RI No 14 Tahun 2005).
Pendidik atau guru dalam arti sederhana adalah semua orang yang dapat membantu perkembangan kepribadian seseorang dan mengarahkannya pada tujuan pendidikan. Pendidik adalah anggota masyarakat yang bertugas membimbing, mengajar dan atau melatih peserta didik (UU RI No. 2 Th. 1989 Sisdiknas).
Menurut Pidarta (2013), peranan guru antara lain sebagai manajer pendidikan atau pengorganisasian kurikulum, fasilitator pendidikan, pelaksana pendidikan, pembimbing dan supervisor, penegak disiplin, konselor, komunikator dengan wali siswa dan juga masyarakat, pengajar yang meningkatkan pemahaman siswa. Selain itu, guru bersifat multi- dimensional yang mana guru menduduki peran sebagai orangtua, pendidik/pengajar, pemimpin atau manajer, produsen atau pelayanan, pembimbing atau fasilitator,dan juga motivator atau stimulator. Tugas keprofesionalan dari seorang guru yaitu meneruskan atau tranmisi ilmu pengetahuan, pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan guru sangat penting karena guru merupakan orang tua siswa ketika disekolah. Sehingga guru berupaya untuk terus meningkatkan pengetahuannya (Notoatmodjo 2011).
Keterampilan dan nilai-nilai yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak. Guru sebagai orangtua siswa ketika disekolah tentunya harus mempunyai ke 4 aspek dalam tingkatan sikap, menerima bahwa
5
guru mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. Menanggapi apabila seseorang memberikan jawaban atau tanggapan terhadap obyek yang dihadapkan.
Menghargai seseorang memberikan nilai yang positif terhadap suatu objek seperti mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Bertanggung jawab, seseorang pada tingkatan ini harus berani mengambil resiko apabila ada orang lain yang mencemooh ataupun resiko lainnya. (Newcomb, 2013).
Di Indonesia masih terdapat 14 provinsi dengan kejadian kehamilan tidak diinginkan yang diatas angka nasional, Jawa Barat merupakan provinsi ke-3 tertinggi dengan kasus KTD (10,9%), Sulawesi Utara (11,1%), Sulawesi Tengah (11,9%) (Anggraini dkk, 2018). Data Sensus Nasional bahkan menunjukkan 9,5%
perempuan hamil adalah remaja (BKKBN, 2018). Berdasarkan studi di 3 kota jawa barat termasuk Cianjur perempuan remaja lebih takut pada resiko sosial antara lain:
takut kehilangan keperawatan virginitas, takut hamil diluar nikah karena jadi bahan gunjingan masyarakat. Padahal kelompok usia remaja merupakan usia yang paling rentan terinfeksi penyakit menular seks dan kehamilan tidak diinginkan (BKKBN,2018). Diterpa isu hamil, seorang siswi SMA X Kabupaten Cianjur, RK (18) diminta gurunya untuk melakukan test pack. Namun hasilnya ternyata negatif.
RK mengatakan, beberapa kali ia sempat bermasalah dengan guru hingga puncaknya pada tes pack kehamilan tersebut, Ia pun diterpa kebingungan karena masa pendidikan sekolahnya tinggal setahun lagi untuk lulus, setelahnya karena alasan malu ia lebih memilih untuk mengundurkan diri dari sekolah karena sudah terlalu kesal akan perbuatan gurunya. Oleh sebab itu, Guru harus memiliki
6
pengetahuan yang luas serta sikap dalam upaya menyikapi kasus kehamilan tidak diinginkan (Ferry, A 2022 Jabar.Tribunnews.com diakses pada 13 Juni 2022 ).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada hari Selasa, 22 Maret 2022 di SMA X Kabupaten Cianjur, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru bahwa selama tiga tahun terakhir tercatat sebanyak 6 kasus kehamilan tidak diinginkan. 3 orang siswi keluar dari sekolah karena malu akan teman temannya, menghilang tanpa kabar, pihak sekolah sudah berupaya untuk pemanggilan orangtua secara virtual namun tidak bisa dihubungi, pada saat itu tidak memungkinkan untuk kunjungan ke rumah siswi tersebut dikarenakan sedang tinggi angka kasus Covid-19. Sedangkan sebanyak 3 orang lainnya dilakukan pemanggilan orangtuanya, dan setelah hasil diskusi dengan orangtua, sebanyak 1 orang melanjutkan sekolah karena hanya ujian akhir sekolah kemudian lulus SMA, 2 orang lainnya memilih untuk mengundurkan diri dari sekolah dan melanjutkan Pendidikan nonformal di pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM). PKBM adalah suatu wadah berbagai kegiatan pembelajaran masyarakat diarahkan pada pemberdayaan potensi untuk menggerakkan pembangunan di bidang sosial, ekonomi, dan budaya.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan pengetahuan dan sikap guru terhadap kehamilan tidak diinginkan pada remaja”. Peneliti akan melakukan penelitian dengan sampelnya yaitu seluruh guru di SMA X di Kabupaten Cianjur.
7 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
“adakah hubungan pengetahuan dan sikap guru terhadap kehamilan tidak diinginkan pada remaja?”
3. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum :
Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap guru terhadap kehamilan tidak diinginkan pada remaja.
b. Tujuan Khusus :
1) Mengetahui karakteristik guru berdasarkan usia, pendidikan, jenis kelamin, dan pengalaman.
2) Mengetahui tingkat pengetahuan guru terhadap kehamilan tidak diinginkan 3) Mengetahui sikap guru terhadap kehamilan tidak diinginkan pada remaja 4) Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap guru terhadap
kehamilan tidak diinginkan pada remaja.
4. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan sumbangan konsep teori keperawatan maternitas khususnya tentang kehamilan tidak diinginkan.
8 b. Manfaat Praktis
1) Bagi Guru
Hasil penelitian diharapkan guru dapat memberikan edukasi tentang perilaku seks pada remaja dalam upaya mencegah terjadinya KTD pada siswa, serta guru dapat mengetahui bagaimana cara menyikapi kasus KTD.
2) Bagi Sekolah
Hasil penelitian diharapkan sekolah mempunyai program rutin pemberian edukasi tentang perilaku seks pada remaja.
3) Bagi Orangtua
Hasil penelitian diharapkan orangtua mutid diharapkan dapat mengawasi serta membimbing anaknya diluar sekolah sebagai upaya pencegahan terjadinya KTD
4) Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan peneliti dapat menambah ilmu di bidang keperawatan maternitas khususnya pada sub materi kehamilan tidak diinginkan, serta dapat menjalin komunikasi dan koordinasi yang baik dengan beberapa pihak.
5) Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian diharapkan mampu menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya dan bisa dikembangkan menjadi lebih sempurna.
6) Bagi Institusi
9
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan referensi atau bahan bacaan di perpustakaan untuk mahasiswa/i khususnya yang berkaitan dengan keperawatan Maternitas pada sub Materi Kehamilan Tidak Diinginkan
5. Ruang Lingkup a. Lingkup Materi
Penelitian dalam ranah lingkup keperawatan maternitas.
b. Lingkup Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Agustus di Kabupaten Cianjur.