• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua dan lembaga pendidikan Islam tradisional yang aktivitasnya adalah mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pada pentingnya moral kegamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Pesantren memiliki beberapa unsur yang dalam hal tertentu membedakan dengan sistem pendidikan lainnya.

Unsur tersebut meliputi: kiai, santri, masjid, pondok (asrama), dan pengajian kitab kuning. Kedudukan pondok pesantren dalam sistem pendidikan Indonesia telah diatur dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan keagamaan pasal 30. Pondok Pesantren merupakan salah satu bentuk dari pendidikan keagamaan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan kelompok masyarakat dari pemeluk agama. Sedangkan perbedaan sistem pendidikan pesantren dengan yang lainnya yaitu di pondok pesantren selama 24 jam para santri wajib tinggal di Pondok (Efendi, 2014).

Terdapat dua jenis pondok pesantren di Indonesia, yaitu yang masih bersifat tradisional atau semi modern dengan pengajaran salaf (pengajaran Al-Qur'an sepenuhnya) dan pondok modern yang

(2)

menggabungkan pengajaran agama dengan pengetahuan umum dan menggunakan sistem pengajaran modern. Pondok pesantren menggunakan sistem pembelajaran modern dengan menggunakan jadwal yang teratur (Meidiana, 2013).

Di Indonesia sendiri pondok pesantren dianggap menjadi wadah mencerdaskan generasi bangsa, khususnya pada aspek ilmu keagamaan.

Menariknya pada objek penelitian ini ponpes Bina Ahlaq memiliki metode pengajaran dan perawatan pada santrinya yang memiliki gangguan kesehatan psikologis atau mental. Sebagaimana analisis yang dilakukan oleh Novitasari dan Arif (2016) bahwa penderita gangguan jiwa saat ini mengalami peningkatan, berdasarkan Kesehatan RI tahun 2007 jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa di Indonesia sekitar 28 juta orang, dengan kategori ringan yaitu 11,6% dan kategori berat yaitu 0,46%.

Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosi yang memiliki gejala-gejala depresi dan kecemasan sebesar 6% untuk usia 15 tahun keatas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia adalah 1,7 juta atau sekitar 400.000 orang.

Psikologi seseorang merupakan suatu gambaran dari konsep diri.

Hurlock (dalam Ghufron & Risnawita, 2016) mengatakan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif dan prestasi yang mereka capai. Seorang individu memiliki

(3)

dan dirasakan oleh dirinya sendiri. Sehingga terorganisasikan gambaran tentang diri seseorang berdasarkan keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional, dan prestasi yang mereka capai. Di dalam prosesnya, pengenalan konsep diri dapat terwujud jika sudah dilakukan interaksi dengan orang lain di lingkungan sosial. Salah satu masalah yang timbul setelah seseorang menemukan deskripsi tentang dirinya adalah masalah kesehata mental.

Perkembangan zaman pun dapat mempengaruhi diri seseorang, sehingga diperlukan literasi pengembangan kesehatan mental. Semakin majunya dan berkembangnya teknologi dan modernisasi, telah membawa konsekuensi perubahan sosial yang sangat cepat. Perubahan social yang begitu cepat akan memiliki berbagai konsekuensi, baik dalam bidang psikologi, social, ekonomi, budaya, agama, dan lain-lainnya secara umum, dan secara khusus individu-individu yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Hal ini disebabkan karena tidak semua orang dapat beradaptasi atau bersosialisasi atau berasimilasi dan berakulturasi dengan baik terhadap perubahan sosial yang sangat cepat, sehingga dapat menimbulkan ketegangan dan terganggunya keseimbangan mental emosional, dari taraf yang ringan sampai taraf yang sangat berat (Hawari, 2001) dalam (Dzulkarnain, 2019) . Menurut Jorm (1997) dalam Jawad (2018) mendefinisikan literasi kesehatan mental sebagai kemampuan untuk mengenali gangguan spesifik, mengetahui cara mencari informasi

(4)

kesehatan mental, pengetahuan tentang faktor resiko dan penyebab, pengetahuan tentang perawatan diri dan pencarian bantuan profesional yang tersedia, serta sikap yang mempromosikan pengakuan dan pencarian bantuan yang sesuai. Adapun pengetahuan dan sikap merupakan paduan komponen yang dapat menggambarkan literasi kesehatan mental secara menyeluruh. Pengetahuan menggambarkan pengetahuan seseorang untuk mengenali dan mengidentifikasi gangguan mental tertentu, memahami faktor-faktor penyebabnya serta resikonya. Sedangkan sikap menggambarkan kemampuan dan sikap seseorang dalam melakukan pencarian informasi, pertolongan, treatment dan juga pencarian bantuan profesional (help-seeking) untuk menangani gangguan mental tertentu.

Dalam hal menangani gangguan mental ini, peran perawat sangatlah penting, karena berhubungan dengan gangguan kejiwaan. Peran seorang perawat pada seseorang dengan gangguan jiwa merupakan sebuah proses interpersonal. Hal tersebut dijelaskan oleh Stuart dan Sundeen dalam (Yusuf dkk, 2015: 14) bahwa perawat memberikan batasan tentang keperawatan jiwa, yaitu suatu proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku, yang mengontribusi pada fungsi yang terintegrasi. Seorang perawat mengkaji data secara verbal dan nonverbal sehingga dapat dirumuskan masalah keperawatan untuk diselesaikan bersama dengan pasien. Dengan demikian, perawat dapat menggunakan dirinya sebagai seorang penolong (helper) dan untuk

(5)

mengetahui perawat adalah orang yang layak membantu atau penolong maka perawat akan memberikan beberapa pertanyaan.

Pada penelitian ini peneliti hendak melakukan analisis penelitian pada sebuah Pondok Pesantren (Ponpes) Bina Ahlaq yang terletak di Jl.

Paguron Kp. Sukawargi RT 001 RW 006 Desa Babakan Karet Kecamatan Cianjur yang berdiri sejak tanggal 12 Agustus 1993. Pondok Pesantren Bina Ahlaq ini sebagai tempat rehabilitas gangguan kejiwaan, seseorang yang menggunakan narkoba dan gangguan perilaku dengan metode bimbingan secara bimbingan spiritual, pengobatan tradisional, olahraga, kesenian dan pengajian. Hal ini menjadi salah saatu fenomena menarik dalam penelitian ini, sebab perawatan individu yang mengalami gangguan kesehatan mental dapat dilakukan perawatan di pondok pesantren, sedangkan pada umumnya sering dilakukan perawatan di Rumah Sakit Jiwa. Seperti yang diketahui bahwa pondok pesantren merupakan suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pada pelajaran agama, khususnya agama Islam, dan dikung dengan asrama sebagai tempat tinggal samtri (Qomar, 2012).

Berdasarkam jumlah data di atas, maka metode perawatan pada individu yang mengalami gangguan psikologis tidak hanya diatasi di Rumah Sakit Jiwa saja, melainkan juga dapat dilakukan di pondok pesantren. Adapun strategi perawatan yang dilakukan di pondok pesantren Bina Ahlaq cianjur dengan sistem kesehatan mental syariah. Artinya pasien atau santri juga mendapatkan perawatan secara medis dan juga

(6)

mendapatkan perawatan sesuai dengan syariat agama. Ada beberapa hal yang mempengaruhi perawatan gangguan psikologis oleh medis menjadi kurang efisien. Hal ini sebagaimana yang dijelaskn oleh Dzulkarnain (2019) bahwa terdapat adanya kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya (1) sempitnya waktu untuk pemeriksaan setiap pasien; (2) banyaknya pasien yang perlu dilayani pada satu waktu; (3) belum memungkinkannya tempat pemeriksaan yang lebih pribadi; dan (4) hubungan petugas kesehatan (dokter dan perawat) dengan pasien yang belum terbina dengan baik . Di samping itu, pasien dengan gangguan cemas atau depresi, pada awalnya menunjukkan keluhan somatik dan hal itu yang menyebabkan mereka untuk berobat. Selain dari pihak pasien, dari pihak dokter, sebagian besar dokter hanya mendapat sedikit pelatihan psikiatrik formal. Pendidikan kedokteran umum hanya memberikan sedikit kurikulum pendidikan psikiatrik, kurang dari 5 % dari total pendidikan kedokteran. Gangguan mental emosional ditandai dengan menurunnya fungsi individu pada ranah keluarga, pekerjaan atau pendidikan, dan masyarakat atau komunitas, selain itu gangguan ini berasal dari konflik alam bawah sadar yang menyebabkan kecemasan. Depresi dan gangguan kecemasan merpakan jenis gangguan mental emosional yang lazim ditemui di masyarakat (Kurniawan & Sulistyarini, 2016).

Hal itulah yang menyebabkan kenapa gangguan kejiwaan seringkali salah dimengerti, dimaknai, ditakuti, dan bahkan distigmatisasi negative.Akibatnya individu-individu yang mengalami gangguan kejiwaan tidak mendapatkan pengobatan yang selayaknya, bahkan dikucilkan dan

(7)

bebas ini peningkatan jumlah orang yang mengalami gangguan kejiwaan akan cenderung meningkat. Hal tersebut disebabkan karena masalah ekonomi, social, budaya, politik, agama, dan lain sebagainya. Sehingga dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia yang mengalami gangguan kejiwaan merupakan masalah yang harus diselesaikan dan menjadi tantangan bagi tenaga kesehatan. Oleh karenanya dibutuhkan sumber daya manusia atau tenaga kesehatan yang berkualitas untuk mengatasi persoalan gangguan kejiwaan ini (Suliswati dkk, 2005) dalam Dzulkarnain (2019).

Penelitian tentang perawatan santri dengan gangguan psikologis di pondok pesantren pernah dilakukan oleh Novitasari (2016) dengan judul penelitian Gambaran Pemberdayaan Pasien Gangguan Jiwa Di Pondok Pesantren Nurussalam Demak Jawa Tengah. Adapun hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 1). proses masuknya pasien gangguan jiwa di Pondok Pesantren Nurussalam, 2). penempatan asrama pasien gangguan jiwa dan kondisi pertama kali masuk, 3). penggolongan pasien gangguan jiwa dan kriteria pasien yang lauak diberdayakan, 4). kegiatan pemberdayaan yang bersifat fleksibel, 5). efektifitas pemberdayaan pasien gangguan jiwa.

Pemberdayaan merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengobati pasien gangguan jiwa. Hal ini dikarenakan pemberdayaan dilakukan dengan tujuan agar pasien dapat melakukan kegiatan selayaknya manusia normal lainnya. Penelitian lain juga dilakukan oleh Mirza Maulana (2019) dengan judul penelitian Strategi Rehabilitasi

(8)

Pondok Pesantren Al- Qodir Cangkringan Sleman). Adapun hasil penelitiannya menunjukkan bahwa konsep Rehabilitasi perspektif agama memiliki banyak kesamaan dalam teori rehabilitasi secara umum, terdapat proses medis dan sosial. Dalam rehabilitasi pandangan agama lebih ditekankan aspek rohaniah, sehingga diharapkan pasien juga mengerti kewajiban menjadi orang yang beriman. Sedangkan proses rehabilitasi yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-Qodir dalam bentuk kegiatan sehari-hari seperti dengan Terapi Mandi, Terapi Sholat Dan Dzikir, Terapi Peralihan Dan Terapi Mujahadah.

Literature review ini berfokus menggunakan strategi ilmu agama dan menggunakan strategi keperawatan yang sebelumnya belum ada sehingga akan lebih menarik karena dua bentuk strategi yang berbeda akan diteliti sekaligus. Strategi ilmu agama yang biasa kita lakukan sebagai umat beragama dan ilmu agama yang biasa kita pelajari dan jumpai akan digabungkan dengan strategi ilmu keperwatan yang orang-orang belum tahu.

Berdasarkan fenomena latar belakang dan penelitian terdahulu yang relevan,Penulis ingin melakukan Literatur Review untuk dapat mengevaluasi bukti dalam jurnal-jurnal yang berhubungan dengan Gambaran ganngguan psikologi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka, masalah dalam literature review ini adalah masalah penelitian di atas adalah bagaimana kondisi psikologi santri tersebut dan bagaimana proses strategi perawatan

(9)

1. Tujuan Umum

Secara umum literature review bertujuan untuk mengetahui gambaran psikologis santri dan mengetahui proses strategi perawatan yang dilakukan pada santri yang mengalami gangguan psikologi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi jurnal-jurnal terkait dengan psikologi santri .

b. Untuk mengidentifikasi jurnal-jurnal terkait dengan proses strategi perawatan yang dilakukan pada santri yang mengalami gangguan psikologi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa Keperawatan

Literature riview ini dirapkan bermanfaat sebagai sumber informasi untuk menambah wawasan terkait dengan psikologi santri dan proses strategi perawatan yang dilakukan pada santri yang mengalami gangguan psikologi.

2. Bagi Peneliti

Literature review ini merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yan sudah diperoleh selama mengikuti pendidikan .

3. Ruang Lingkup Penelitian

Literature review ini dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan jurnal-jurnal Keperawatan jiwa yang berfokus pada

(10)

psikotropika, dan obat – obatan terlarang dengan pendekatan agama.

Referensi

Dokumen terkait

PENDAHULUAN Jurusan Teknik Mesin Polimdo 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Mata kuliah Teknik Perawatan Perbaikan Mesin ini telah dimasukkan dalam kurikulum Sarjana Terapan