• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PDF BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

Implementasi Sistem Informasi Desa di Kabupaten Bekasi: (Abdul Shomad): Universitas Islam '45: ([email protected]). Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Desa di Kabupaten Kebumen (Kajian Peraturan Bupati Kebumen Nomor 48 Tahun 2015 Tentang Sistem Informasi Desa di Kabupaten Kebumen) Oleh : Rizki Dwi Nur Sidiq, Sri Suwitri;. Hasil penelitian mengungkapkan antara lain bahwa standar dan tujuan kondisi implementasi kebijakan sistem informasi desa (SID) masih ditemukan pada saat peneliti melakukan penelitian lapangan, masih terdapat desa yang belum menerapkan desa. sistem informasi (SID) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kenyataan yang peneliti temui di lapangan menunjukkan bahwa tujuan dari penerapan Sistem Informasi Desa (SID) di Provinsi Kebumen belum tercapai. Sikap pelaksana (disposisi) Hasil survei menunjukkan bahwa pihak pelaksana kebijakan mempunyai penerimaan yang cukup baik terhadap keberadaan kebijakan Sistem Informasi Desa di wilayah Kebumen. Penerapan sistem informasi desa di wilayah Kebumen dalam penyelenggaraan pengelolaan desa yang baik; Umi Arifah; Prosiding Senas POLHI ​​1 Tahun 2018 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Wahid Hasyim Semarang; ISBN.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penerapan Sistem Informasi Desa (SID), dampak penerapan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Sistem Informasi Desa di Kabupaten Kebumen. Implementasi UU Informasi Publik Melalui Sistem Informasi Desa (Studi Deskriptif di Desa Tulangan Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo) Oleh : Amalia Mukti Sugiharto; il: amalia.mukti [email protected]. Data dan informasi yang disajikan oleh Sistem Informasi Desa dapat diakses dengan mudah oleh berbagai pemangku kepentingan, seperti misalnya.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, Bagaimana cara membuat sistem informasi pengolahan data penduduk di Desa Purwoasri?

Thomas R. Dye ( 1981 )

Kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang terus menerus dilakukan pemerintah demi kepentingan kelompok rentan dalam masyarakat, agar mereka dapat hidup dan berpartisipasi dalam pembangunan secara menyeluruh. Dalam hal ini hanya pemerintah yang dapat bertindak terhadap masyarakat, dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah, yaitu sebagai bentuk pemberian nilai kepada masyarakat. Definisi kebijakan publik menurut Easton dapat digolongkan sebagai suatu proses manajemen yang merupakan suatu fase dari serangkaian pekerjaan yang dilakukan oleh pejabat publik.

Dalam hal ini hanya pemerintah yang berperan dalam mengambil tindakan terhadap masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan publik, sehingga pengertian ini juga dapat digolongkan sebagai bentuk intervensi pemerintah.

Anderson ( 1975 )

Definisi kebijakan publik menurut Anderson dapat digolongkan sebagai suatu proses manajemen, yang didalamnya terdapat tahapan-tahapan dalam rangkaian kerja pejabat publik ketika pemerintah benar-benar bertindak untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat. Pengertian ini juga dapat digolongkan sebagai pengambilan keputusan dimana kebijakan publik yang diambil dapat bersifat positif (tindakan pemerintah terhadap suatu permasalahan) atau negatif (keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu).

Amir Santoso

Karakteristik Kebijakan Publik

Secara umum, kebijakan publik berfokus pada tindakan yang memiliki tujuan atau sasaran tertentu, bukan perilaku yang berubah-ubah atau acak. Kebijakan publik pada dasarnya mencakup bagian-bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah dan bukan keputusan-keputusan tersendiri, misalnya suatu kebijakan tidak hanya mencakup keputusan untuk mengeluarkan peraturan tertentu tetapi juga keputusan-keputusan selanjutnya mengenai penerapan dan pelaksanaannya. Kebijakan publik adalah apa yang sebenarnya dilakukan pemerintah untuk mengatur perdagangan, mengendalikan inflasi, atau menyediakan perumahan bagi masyarakat, bukan apa yang ingin atau akan dilakukannya. Apabila lembaga legislatif mengeluarkan peraturan yang mewajibkan pengusaha untuk membayar minimal upah minimum yang telah ditetapkan, namun tidak ada tindakan yang dilakukan untuk melaksanakan undang-undang tersebut, maka tidak terjadi perubahan perilaku perekonomian, maka dapat dikatakan bahwa kebijakan publik tersebut adalah kebijakan pemerintah. dalam contoh ini sebenarnya merupakan upah yang tidak diatur.

Positifnya, kebijakan melibatkan tindakan pemerintah yang jelas dalam menangani suatu masalah; secara negatif, kebijakan publik mungkin melibatkan keputusan pejabat pemerintah untuk tidak mengambil tindakan atau tidak melakukan apa pun meskipun dalam konteks ini keterlibatan pemerintah memang diperlukan. Kebijakan publik setidaknya secara positif didasarkan pada hukum dan merupakan tindakan yang bersifat mengatur.

Implementasi Kebijakan Publik

Van Meter dan Van Horn dalam Budi Winarno membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta individu (kelompok) yang ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan sebelumnya. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan terdiri dari tujuan atau sasaran kebijakan, kegiatan atau kegiatan untuk mencapai tujuan berdasarkan hasil kegiatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah suatu proses yang dinamis dimana para pelaksana kebijakan melaksanakan suatu kegiatan atau kegiatan sehingga pada akhirnya memperoleh suatu hasil yang sesuai dengan maksud atau tujuan dari kebijakan itu sendiri.

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian hasil akhir (output), yaitu: tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin dicapai. Meter dan Horn dalam Suharsono menyatakan ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu; Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok kepentingan memberikan dukungan terhadap implementasi kebijakan, karakteristik partisipan yaitu mendukung atau menolaknya, sifat opini masyarakat di daerah, dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan. .

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan terdiri dari tujuan atau sasaran kebijakan, kegiatan atau kegiatan untuk mencapai tujuan berdasarkan hasil kegiatan. Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan suatu rencana yang disusun secara cermat dan rinci.

Teori George C. Edward

Oleh karena itu, untuk mengantisipasinya, Anda dapat mempertimbangkan atau memperhatikan aspek penempatan pegawai (eksekutif) dan insentif. d) Struktur birokrasi, merupakan susunan komponen-komponen kerja (unit) dalam suatu organisasi yang menunjukkan pembagian kerja dan kejelasan bagaimana berbagai fungsi atau kegiatan diintegrasikan atau dikoordinasikan, selain struktur. Organisasi juga memperlihatkan spesialisasi kerja, saluran komando dan pelaporan. Terlalu lama suatu struktur organisasi akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan birokrasi, yaitu prosedur birokrasi yang berbelit-belit dan rumit sehingga membuat kegiatan organisasi menjadi tidak fleksibel.

Teori Donald S.Van Meter dan Carl E. Van Horn

Variabel ini meliputi sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok kepentingan memberikan dukungan terhadap implementasi kebijakan, karakteristik partisipan yaitu mendukung atau menolaknya, sifat opini masyarakat terhadap lingkungan, dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan. f) Disposisi pelaku, yang mencakup tiga hal penting yaitu respon pelaku terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi kesediaannya untuk melaksanakan kebijakan, kognisi yaitu pemahaman terhadap kebijakan, intensitas disposisi pelaku yaitu preferensi nilai yang dimiliki pelaku. .

Teori Marilee S. Grindle

  • Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan
  • Pemerintahan Desa
  • Tugas dan Fungsi Pemerintah Desa
  • Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Pemerintahan desa dipimpin oleh kepala desa dan para pembantunya (perangkat desa), yang mewakili masyarakat desa untuk menjalin hubungan di luar dan di dalam masyarakat masing-masing.” Sedangkan pengertian pemerintahan desa sesuai dengan peraturan daerah tentang pedoman penyelenggaraan pemerintahan desa, yang mengatur tentang pemerintahan desa, pemimpin desa dan perangkat desa. Pemerintahan desa adalah suatu proses yang memadukan upaya masyarakat desa yang berkepentingan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat ( Maria Eni Surasih, 2002: 23).

Mengingat pemerintahan desa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pemerintahan nasional, maka pembahasan mengenai tugas dan fungsi pemerintahan desa tidak dapat dipisahkan dari tugas dan fungsi pemerintahan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pada Pasal 127 tentang Tugas pokok kepala desa yaitu. Berdasarkan fungsi-fungsi pemerintahan tersebut, berarti pemerintah desa sebagai bagian integral dari pemerintahan nasional juga menjalankan fungsi-fungsi tersebut, meskipun dalam kerangka yang lebih sempit. Satuan pemerintahan desa seperti pemerintah desa sebagai unit pemerintahan terendah mempunyai 3 fungsi pokok yaitu:

Tugas dan fungsi pemerintahan desa secara menyeluruh tidak akan terlaksana dengan baik apabila aparaturnya tidak didukung dengan penanganan tanggung jawab individu aparatur dengan sebaik-baiknya. Pemerintahan desa diartikan sebagai: “Penyelenggara pemerintahan desa merupakan suatu subsistem dari sistem administrasi publik sehingga desa mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Sistem informasi berbasis komputer lebih kompleks dan sering dianggap kaku dan sulit. Untuk mengganti.

Sistem informasi terdiri dari komponen-komponen dalam suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan, yaitu penyajian informasi. Pada bagian ketiga UU Desa, Pasal 86 tentang sistem informasi pembangunan desa dan pembangunan kawasan pedesaan dengan jelas disebutkan bahwa desa berhak mengakses informasi melalui sistem informasi yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota. Desa berhak mengakses informasi melalui sistem informasi desa yang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota Daerah.

Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi fasilitas perangkat keras dan perangkat lunak, jaringan, dan sumber daya manusia. Sistem informasi desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi data desa, data pembangunan desa, perdesaan, serta informasi lain yang berkaitan dengan pembangunan desa dan pembangunan kawasan perdesaan. Sistem informasi desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikelola oleh dewan desa dan dapat diakses oleh masyarakat desa dan seluruh pemangku kepentingan.

Permasalahan sistem informasi desa masih menjadi permasalahan di Indonesia khususnya di Desa BojongKulur Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor. Implementasi Peraturan Bupati Nomor 68 Tahun 2017 tentang Sistem Informasi Desa di Kabupaten Bogor (Studi di Desa Bojongkulur Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor).

Referensi

Dokumen terkait