Dengan demikian, masa nifas atau masa nifas merupakan masa pemulihan, dimulai dari selesainya persalinan sampai organ rahim kembali seperti keadaan sebelum hamil (Dewi, 2012). Lochia merupakan keluarnya cairan rahim pada masa nifas dan bersifat basa/basa sehingga dapat menyebabkan organisme tumbuh lebih cepat dibandingkan kondisi asam yang terdapat pada vagina normal. Pada masa nifas, denyut nadi umumnya tidak stabil dibandingkan suhu tubuh, sedangkan pernapasan akan sedikit meningkat setelah melahirkan dan kemudian kembali ke keadaan semula.
Perubahan volume darah bergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan darah saat melahirkan dan mobilisasi, serta pengeluaran cairan ekstravaskular (edema fisiologis). Pada minggu ke-3 dan ke-4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya berkurang hingga mencapai volume darah sebelum hamil. Ibu sering kali cepat lapar setelah melahirkan dan siap makan 1-2 jam pasca primordial, serta dapat menoleransi pola makan ringan.
Salah satu mekanisme untuk mengurangi retensi cairan selama kehamilan adalah diaforesis ekstensif, terutama pada malam hari, selama 2-3 hari pertama setelah melahirkan. Dooresis pasca melahirkan, yang disebabkan oleh penurunan kadar estrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme tubuh dalam mengatasi kelebihan cairan. Menghilangkan kelebihan cairan yang menumpuk selama kehamilan terkadang disebut membalikkan metabolisme air selama kehamilan. 4) Uretra dan kandung kemih.
Cedera uretra dan kandung kemih dapat terjadi pada proses persalinan saat bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih mungkin hiperemik dan edema, sering disertai dengan perdarahan kecil. Kandung kemih yang bengkak, terisi berlebihan, dan hipotonik dapat menyebabkan distensi berlebihan, pengosongan tidak tuntas, dan sisa urin.
Hal ini dapat dihindari jika dilakukan kehati-hatian untuk mendorong pengosongan kandung kemih bahkan saat Anda tidak ingin buang air kecil. Pengumpulan urin bening atau melalui kateter sering kali mengindikasikan adanya trauma pada kandung kemih. Kombinasi dari trauma lahir, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir dan efek konduksi anestesi menyebabkannya.
Kandung kemih yang membengkak yang terjadi segera setelah melahirkan dapat menyebabkan pendarahan yang berlebihan, karena kondisi ini dapat membuat rahim tidak dapat berkontraksi dengan baik. Pada masa nifas lanjut, ekspansi berlebihan ini dapat menyebabkan kandung kemih menjadi lebih rentan terhadap infeksi sehingga mengganggu proses normal buang air kecil. Dengan mengosongkan kandung kemih secara memadai, tonus kandung kemih biasanya akan pulih dalam waktu lima hingga tujuh hari setelah bayi lahir.
Perawatan luka perineum adalah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada daerah antara paha yang dibatasi oleh vulva dan anus pada ibu yang berada pada masa nifas (Morison, 2003).
Laserasi Perineum .1 Definisi Perineum
Tugas seorang tenaga kesehatan antara lain mengajar tentang perawatan bayi, pemberian ASI yang benar, perawatan luka, mengajarkan senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu, seperti gizi, istirahat, kebersihan diri, dan lain sebagainya. diafragma dan otot levator ani , yang terjadi selama persalinan normal atau instrumental, dapat terjadi tanpa merusak kulit perineum atau vagina, yaitu tidak terlihat dari luar. Ruptur adalah cedera pada perineum yang terjadi akibat kerusakan jaringan alami akibat tekanan pada kepala atau bahu janin saat melahirkan.
Episiotomi adalah sayatan pada perineum yang menyebabkan terpotongnya mukosa vagina, cincin selaput darah, jaringan pada septum rektovaginal, otot dan fasia perineum serta kulit bagian depan perineum (Prawihardjo, 2011).
Perawatan Luka Perineum .1 Pengertian
Vagina adalah area di dekat tempat Anda buang air kecil dan besar setiap hari. Vagina merupakan area terbuka sehingga memudahkan kuman menyebar di area tersebut hingga ke rahim. Menurut Rukiyah (2011), tujuan perawatan perineum adalah untuk mencegah infeksi organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat penyebaran bakteri pada alat pengumpul loca (pembalut).
Saat buang air kecil, kemungkinan besar terjadi kontaminasi urin pada rektum yang dapat memicu berkembangnya bakteri pada perineum, sehingga pembersihan perineum sangatlah penting. Pada saat buang air besar perlu dilakukan pembersihan sisa-sisa feses disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus hingga ke perineum yang letaknya bersebelahan maka perlu dilakukan pembersihan menyeluruh pada anus dan perineum. Bersihkan area kemaluan dengan sabun dan air, maka bersihkan terlebih dahulu area vulva dari depan ke belakang, baru kemudian bersihkan area anus.
Jika vagina terlalu kotor, cucilah dengan sabun atau cairan antiseptik yang berfungsi menghilangkan mikroorganisme yang sudah berkembang di area tersebut. Menerapkan pembalut dari depan ke belakang, cuci tangan kembali dengan sabun setiap kali selesai membersihkan area genital. Saat area perineum berkontraksi, tahan beberapa detik lalu rilekskan area tersebut secara perlahan.
Faktor makanan terutama protein akan sangat mempengaruhi proses penyembuhan luka perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan menekan sekresi insulin sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya saja kemampuan ibu dalam memberikan obat antiseptik.
Budaya dan kepercayaan akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kebiasaan menyisakan telur, ikan dan ayam akan mempengaruhi asupan makanan ibu sehingga akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka. Gantilah popok kapan pun ibu merasa kenyang atau setiap tiga hingga empat kali sehari atau sesuai kebutuhan ibu. Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan seminggu sekali untuk memeriksa penyembuhan luka perineum dan segera kembali bila terdapat tanda-tanda infeksi.
Konsep Edukasi .1 Konsep Pendidikan
Belajar adalah suatu kegiatan yang mampu mendatangkan perubahan pada diri individu, kelompok, atau masyarakat belajar, baik yang aktual maupun potensial. Berbagai ahli kesehatan telah menciptakan batasan-batasan pendidikan, dari batasan-batasan tersebut dapat ditarik kesimpulan umum bahwa pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Pendidikan kesehatan juga merupakan kegiatan untuk menciptakan kondisi agar masyarakat mampu berperilaku sehat (Fitriani, 2011).
Pendidikan merupakan suatu usaha terencana untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, agar mereka melakukan apa yang diharapkan dari para pelaku pendidikan. Mengubah perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan menjadi perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan atau dari perilaku negatif menjadi perilaku positif. Pelatihan di sini terutama ditujukan untuk menjaga perilaku sehat masyarakat, artinya masyarakat yang sudah memiliki pola hidup sehat dapat melanjutkan atau mempertahankannya.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan pada perilaku agar perilaku tersebut bermanfaat bagi kesehatan. Secara umum tujuan pendidikan adalah mengubah perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat, namun cakupan perilaku tersebut masih luas (Fitriani, 2011). Fase ini dilakukan untuk menginformasikan dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu penting terkait masalah kesehatan.
Kegiatan ini tidak memberikan penjelasan tentang pengetahuan, juga bukan tentang mengubah sikap atau perilaku masyarakat. Bentuk kegiatannya berupa siaran pers yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan untuk menjelaskan lebih lanjut jenis atau tipe pelayanan kesehatan. Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap sensitisasi yang bertujuan untuk meningkatkan tujuan, mengubah sikap dan mengarahkan perilaku yang diinginkan.
Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan, masyarakat benar-benar mampu mengubah perilakunya sesuai anjuran kesehatan. Mengenai tujuan pembelajaran (teaching goal), yaitu individu, kelompok, dan masyarakat yang belajar sendiri dari latar belakang yang berbeda-beda. Faktor instrumental masukan, yang meliputi antara lain kurikulum, program/bahan ajar, fasilitas dan tenaga pengajar.
Kerangka Konsep
Hipotesis