• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Dr. H. Machfudz, M.Pd. Trio - UIN KHAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Dr. H. Machfudz, M.Pd. Trio - UIN KHAS"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

Namun demikian, banyaknya pesantren yang ada di Jawa Timur, sehingga tidak menutup kemungkinan buku ini dapat menjadi starter dan penelitian pendahuluan bagi buku-buku sebelumnya. Penyusunan buku ini merupakan hasil kajian dan penelitian disertasi serta dibekali dengan berbagai data sehingga menjadi sebuah buku yang berjudul 'Trio Kiai Pondok Pesantren Karismatik: Kiprah dan Kepemimpinan Al-Qodiri, Nurul Islam, dan As- Kiai Pesantren Sunniyah".

DAFTAR ISI

TRIO KIAI KHARISMATIK PONDOK PESANTREN, KIPRAH

DAN PENGABDIANNYA

Trio Kiai Pondok Pesantren

Kiprah dan kepemimpinan Kiai dalam mengembangkan budaya keagamaan di Pondok Pesantren Al-Qodiri, Pondok Pesantren Nurul Islam, dan Pondok Pesantren As-Sunniyah Jember sangatlah unik. Sedangkan tipologi kepemimpinan Kyai dalam pengembangan budaya keagamaan di Pondok Pesantren As-Sunniyah Jember lebih menekankan pada penanaman nilai-nilai Aswaja.

Trio Kepemimpinan Kiai Pondok Pesantren

Pengembangan budaya keagamaan merupakan upaya peningkatan kemampuan teknis, teoritis dan konseptual terhadap nilai-nilai agama yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari di pondok pesantren. Model kepemimpinan keagamaan merupakan teladan, teladan dan rujukan yang menjelaskan pandangan hidup, sikap, pola pikir dan perilaku bernuansa nilai-nilai agama yang telah menjadi kebiasaan sehari-hari di lingkungan pesantren.

Trio Peta Pembahasa Kiai Pesantren

  • Interaksi Dengan Trio Kiai Pondok Pesantren Analisis data kasus individu dilakukan pada masing-masing
  • Analsis data lintas kasus

Untuk memperoleh data yang valid, penelitian ini menggunakan berbagai teknik untuk memeriksa keabsahan data diantaranya; kredibilitas, forwardabilitas dan konfirmabilitas Triangulasi dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi teori.

Gambar  3.1 :  Visualisasi Analisis  Data Kasus Individu
Gambar 3.1 : Visualisasi Analisis Data Kasus Individu

AL-QODIRI JEMBER

Pondok pesantren Al-Qodiri Jember

Ali Wafa berada di Pondok Pesantren Al-Wafa Tempurejo Jember selama 23 tahun, selain sangat dekat dengan gurunya, ia juga dipercaya sebagai kelora'an (santri yang diberi wewenang mewakili KH. Ali Wafa mengajarkan kitab kuning) di pesantren. Patrang, Kabupaten Jember, tidak jauh dari tempat ayahnya (KH. Ahmad Syaha) pernah tinggal dan menyebarkan dakwah Islam.

Nilai-nilai budaya religius yang dikembangkan di pondok pesantren Al-Qodiri

Nilai-nilai budaya keagamaan yang tumbuh dan berkembang di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember antara lain ketaqwaan, kejujuran dan kebijaksanaan. Selain nilai-nilai di atas, budaya keagamaan yang tumbuh dan berkembang di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember juga mempunyai wujud;

Upaya Pengembangan Budaya Religius di Pondok Pesantren Al-Qodiri

Nilai-nilai budaya keagamaan yang ada di kediaman Islam Al-Qodiri terintegrasi pada semua mata pelajaran. Selain itu, metode dan strategi pembelajaran yang dipilih adalah yang dapat mengembangkan nilai-nilai budaya keagamaan secara terpadu.

Model kepemimpinan Kyai dalam mengembangkan budaya religius di pondok pesantren Al-Qodiri

Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa upaya dan langkah Kyai dalam mengembangkan budaya keagamaan di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember dilakukan dengan cara; (1) Mengintegrasikan nilai-nilai budaya keagamaan ke dalam kurikulum dan mata pelajaran, (2) Pembinaan budaya keagamaan melalui pelatihan dan pembiasaan, dan (3) Membangun budaya keagamaan melalui kebijakan pondok pesantren. Nilai-nilai budaya keagamaan yang tumbuh dan berkembang di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember adalah ketaqwaan, kejujuran dan kebijaksanaan.

Tabel 4.1 : Ringkasan data penelitian di Pesantren Al-Qodiri Jember NoFokus PenelitianTranskrip DataTemuan 1Nilai-nilai budaya  religius yang  dikembangkan di pesantren Al- Qodiri
Tabel 4.1 : Ringkasan data penelitian di Pesantren Al-Qodiri Jember NoFokus PenelitianTranskrip DataTemuan 1Nilai-nilai budaya religius yang dikembangkan di pesantren Al- Qodiri

MODEL KEPEMIMPIAN KIAI PONDOK PESANTREN NURUL

ISLAM JEMBER

Pondok Pesantren Nurul Islam

  • Profil Pondok pesantren Nurul Islam Jember Pondok Pesantren Nurul Islam Jember didirikan oleh KH
  • Nilai-nilai budaya religius yang dikembangkan di pesantren Nurul Islam Jember

Nilai-nilai budaya keagamaan dikembangkan di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember, Pondok Pesantren Nurul Islam Jember. Nilai-nilai budaya keagamaan yang ditanamkan di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember antara lain; kemandirian, kepedulian, kesetaraan, kreativitas, kerja keras dan ketekunan. Di antara nilai-nilai budaya keagamaan yang tumbuh di asrama Islam Nurul Islam adalah kepedulian dan toleransi.

Upaya pengembangan budaya religius di Pesantren Nurul Islam

Sedangkan penguatan budaya keagamaan melalui penerapan sila panca jiwa di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember disampaikan KH Muhyiddin Abdusshomad sebagai berikut. Selain itu, pembentukan budaya keagamaan melalui pola narasi, peniruan, peniruan dan penataan skenario di Pondok Pesantren Nurul Islam merupakan langkah yang dilakukan pengurus Pondok Pesantren Nurul Islam dalam pengembangan budaya keagamaan di lembaganya. Berdasarkan data yang tersaji di atas, maka dapat dikemukakan bahwa upaya dan langkah yang dilakukan pengurus Pondok Pesantren Nurul Islam dalam pengembangan budaya religius di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember adalah:

Model kepemimpinan Kyai dalam Mengembangkan Budaya Religius di Pesantren Nurul Islam

Kepemimpinan Kyai dalam pengembangan budaya keagamaan di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember nampaknya menggunakan model kepemimpinan yang rasional dan demokratis. Berdasarkan penjelasan di atas, maka data penelitian mengenai fokus penelitian pada Pondok Pesantren Nurul Islam Jember dapat disampaikan sebagai berikut. Kepemimpinan KH Muhyiddin Abdus Shomad dalam pengembangan budaya keagamaan di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember terdiri dari penggunaan model kepemimpinan karismatik rasionalis demokratis, yaitu model kepemimpinan yang bertumpu pada keyakinan dan pandangan para santri bahwa Kyai mempunyai kekuasaan karena mereka pengetahuan yang mendalam dan luas.

MODEL KEPEMIMPINAN

Pondok pesantren As-Sunniyah Jember

Pada awalnya Pondok Pesantren Assunniyyah berbentuk pengajian untuk umum yang dikelola oleh KH. Letaknya sekitar 1 km sebelah utara Komplek Perumahan Islam Assunniyyah yang dikelola oleh Al-Marhum KH. Berbagai prestasi tersebut tidak lepas dari pimpinan umum kediaman Islam Assunniyyah Jember yaitu KH Syadid Jauhari.

Nilai-nilai budaya Religius Pondok Pesantren As- Sunniyah

Disiplin dalam proses pendidikan di pesantren sangat diperlukan, karena tidak hanya untuk kelancaran proses belajar mengajar, namun juga untuk menciptakan kepribadian yang kuat pada setiap santri. Salah satu nilai budaya keagamaan yang tumbuh di Pondok Pesantren Assunniyah adalah budaya gotong royong yaitu bekerja sama untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Nilai-nilai budaya keagamaan yang juga tumbuh di Assunniyah adalah budaya fastabiqul khairat atau adu kebajikan, hal ini penting bagi penghuni asrama Islam karena; Pertama, berbuat baik tidak bisa ditunda, melainkan harus segera dilakukan.

Upaya pengembangan Budaya Religius di Pesantren As-Sunniyah Jember

Upaya dan langkah Kyai dalam pengembangan budaya keagamaan di Pondok Pesantren As-Sunniyah Jember juga dilakukan dengan cara mengoptimalkan pengembangan budaya keagamaan melalui proses pembelajaran. Pada hakekatnya perwujudan budaya keagamaan di Pondok Pesantren Assunniyah Jember terjadi ketika nilai-nilai keagamaan berupa nilai rabbaniyah dan insaniyah (ketuhanan dan kemanusiaan). Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ciri kepemimpinan KH Syadid Jauhari dalam pengembangan budaya keagamaan di Pondok Pesantren As-Sunniyah Jember adalah menekankan pada penanaman nilai-nilai Aswaja.

Sebagai gerakan yang ingin netral dari berbagai bentuk keberpihakan, Aswaja tampil dengan prinsip moderat untuk mengakomodasi berbagai kepentingan yang beragam. Dengan prinsip tersebut, jelas bahwa aswaja merupakan sintesa dari berbagai ideologi Islam yang ada. Ia berada di antara gerakan Islam simbolik dan substansialis, antara gerakan Islam tekstualis normatif dan gerakan Islam kontekstualis rasional, antara gerakan Islam liberal dan fundamentalis”.

Model kepemimpinan Kyai dalam Mengembangkan Budaya Religius di Pesantren As-Sunniyah

Dalam pengembangan budaya keagamaan di Pondok Pesantren Assunniyah, Syadid Jauhari menggunakan model kepemimpinan kharismatik situasional, yaitu model kepemimpinan yang menaruh perhatian atau bergantung pada situasi yang dihadapinya79. Kepemimpinan Kyai dalam pengembangan budaya keagamaan di Pondok Pesantren Assunniyah Jember menggunakan model kepemimpinan karismatik situasional. Syadid Jauhari menggunakan model kepemimpinan kharismatik situasional dalam pengembangan budaya keagamaan di Pondok Pesantren Assunniyah, yaitu model kepemimpinan yang sangat waspada atau bergantung pada situasi.

Tabel 4.3  Ringkasan Data di pondok pesantren Ads-Sunniyah Jember NoFokus PenelitianTranskrip DataTemuan 1Nilai-nilai budaya religius  yang dikembangkan di pesantren As-Sunniyah
Tabel 4.3 Ringkasan Data di pondok pesantren Ads-Sunniyah Jember NoFokus PenelitianTranskrip DataTemuan 1Nilai-nilai budaya religius yang dikembangkan di pesantren As-Sunniyah

TEMUAN KASUS NEW HISTORY TRIO MODEL KEPEMIMPINAN KIAI

PONDOK PESANTREN DI JEMBER

Temuan Kasus Individual

Pembinaan dan pembiasaan tersebut pada akhirnya akan membentuk karakter budaya religius dalam diri peserta didik sekaligus menjadi akhlakul karimah yang tertanam dalam jiwa dan menjadi perilaku sehari-hari. Contoh aturan Pondok Pesantren Al-Qodiri dalam penanaman nilai-nilai budaya keagamaan terlihat pada aturan mengenai kewajiban terhadap santri yang diterapkan di Pondok Pesantren Al-Qodiri yaitu: semua santri harus berperilaku: religius , jujur, toleran, disiplin, pekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, cinta tanah air, ramah tamah, cinta damai, gemar membaca, peka sosial dan sadar lingkungan serta bertanggung jawab. Model kepemimpinan K.H.Muzakki Syah dalam pengembangan budaya keagamaan di Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember adalah penggunaan model kepemimpinan spiritual kharismatik, yaitu model kepemimpinan yang mempunyai kemampuan menggerakkan orang lain dengan menggunakan keistimewaan atau kekuatan yang ada pada sifat atau aspek. kepribadian pemimpin agar tercipta rasa hormat, hormat dan hormat serta patuh.

Temuan Penelitian Kasus 2 : Pondok Pesantren Nurul Islam

Proses pengembangannya dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: pertama, sosialisasi nilai-nilai agama yang telah disepakati sebagai sikap dan perilaku ideal yang ingin dicapai di pondok pesantren di masa depan. Ketiga, pemberian penghargaan kepada warga pesantren yang berprestasi seperti ustadz, pengurus dan/atau santri, sebagai upaya pembiasaan menjaga sikap dan perilaku yang berkomitmen dan setia terhadap ajaran dan nilai-nilai agama yang telah disepakati. budaya . B). Model kepemimpinan KH Muhyiddin Abdusshomad dalam mengembangkan budaya keagamaan di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember adalah dengan menganut model kepemimpinan demokratis rasional karismatik, yaitu selain kepemimpinan yang bergantung pada keyakinan dan pandangan para santri, Kyai juga mempunyai kekuasaan. karena ilmunya yang mendalam dan luas serta dalam proses pengambilan kebijakan terkait dengan pengembangan budaya keagamaan mulai dari perencanaan program, pengorganisasian, pemutakhiran program dan evaluasi dilakukan oleh Kyai melalui rapat koordinasi yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan. unsur dan kemungkinan pondok pesantren.

Temuan Penelitian Kasus 3 : Pondok pesantren As-Sunniyah

Fastabiqul Khairat/Kompetitif (bersaing dalam kebaikan) berdasarkan nilai-nilai Aswaja yang bercirikan; salaf, kholaf, pemeliharaan nilai, pelestarian budaya keagamaan dan penyiapan kader ulama. Model kepemimpinan KH Syadid Jauhari dalam pengembangan budaya keagamaan di Pondok Pesantren Assunniyah Jember adalah dengan mengikuti model kepemimpinan kharismatik situasional, yaitu model kepemimpinan yang bersifat fleksibel, variatif dan berubah-ubah sesuai atau sangat bergantung pada situasi dan kondisi.

Temuan Lintas Kasus

Selain itu, langkah Kyai dalam pengembangan budaya keagamaan di ketiga pesantren tersebut juga sangat berbeda. Terdapat pula perbedaan model kepemimpinan yang digunakan Kyai dalam pengembangan budaya keagamaan di ketiga pesantren di atas. 1. Memasukkan nilai-nilai budaya keagamaan ke dalam kurikulum 2. Mengembangkan budaya keagamaan melalui pelatihan dan orientasi 3. Mengembangkan budaya keagamaan melalui kebijakan pesantren 4. Rabbaniyah, Insaniyah dan Pesantren.

TABEL TEMUAN LINTAS KASUS NoTopik
TABEL TEMUAN LINTAS KASUS NoTopik

Nilai-nilai Unversial

Upaya pengembangan budaya keagamaan di pesantren akan berhasil secara maksimal apabila dikembangkan sesuai dengan karakteristik pesantren dan sosok keteladanan kyainya. Dan proses pengembangan budaya keagamaan di pesantren akan efektif jika dilakukan melalui pendidikan riyadlah, misalnya penataan dan optimalisasi fungsi pendidikan formal dan nonformal di pesantren, serta integrasi nilai-nilai. ​kurikulum pendidikan dan kegiatan pondok pesantren. Kepemimpinan Kyai dalam pengembangan budaya keagamaan di pesantren menggunakan model spiritual karismatik berbasis interkoneksi situasional.

Gambar Proposisi  Penelitian
Gambar Proposisi Penelitian

NILAI-NILAI BUDAYA RELIGIUS DI PONDOK PESANTREN

Nilai-nilai budaya religius yang tumbuh di pondok pesantren

Ada dua faktor yang melatarbelakangi terbentuknya nilai-nilai budaya keagamaan di pesantren, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dari pembahasan data empiris dengan teori nilai-nilai budaya Islam Nurcholis Madjid dapat dikemukakan bahwa nilai-nilai budaya keagamaan yang dikembangkan di pesantren antara lain : Kepemimpinan Kyai dan pengembangan budaya keagamaan di pesantren sangat erat kaitannya.

Upaya pengembangan budaya religius di Pondok Pesantren

Data empiris menunjukkan bahwa upaya dan langkah Kyai dalam mengembangkan budaya keagamaan di pesantren antara lain: (1) Mengintegrasikan nilai-nilai budaya keagamaan ke dalam kurikulum, (2) Meningkatkan budaya keagamaan melalui pelatihan dan pembiasaan, (3)) Membangun keberagamaan budaya melalui kebijakan Islam di pesantren, (4) Penerapan budaya keagamaan pada tataran nilai, tataran pengamalan, dan tataran syiar, (4) Penguatan budaya keagamaan melalui penerapan prinsip panca ruh, (5) Membangun budaya keagamaan melalui model cerita, peniruan, kepercayaan dan penataan skenario (tradisi, tarekat), (6) Tradisionalisasi budaya keagamaan melalui keteladanan, (7) Optimalisasi pengembangan budaya keagamaan melalui proses pembelajaran. 8) Membangun budaya keagamaan melalui penerapan prinsip Aswaja. Pada tataran nilai-nilai yang disepakati, perlu bersama-sama merumuskan nilai-nilai keagamaan yang telah disepakati dan harus dikembangkan. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa di antara langkah-langkah Kyai dalam mengembangkan budaya keagamaan di pesantren, antara lain: (1) Mengintegrasikan nilai-nilai budaya keagamaan ke dalam kurikulum (2) Mempromosikan budaya keagamaan melalui pelatihan dan adat (3) Pembinaan budaya keagamaan melalui kebijakan pesantren (4) Penerapan budaya keagamaan pada tataran nilai, tataran pengamalan, dan tataran simbol (5) Penguatan budaya keagamaan melalui penerapan prinsip panca ruh (6) Membangun budaya keagamaan melalui model narasi , peniruan, keyakinan dan penataan skenario (tradisi).

PENUTUP

Pertama, implikasi teoritis mengenai nilai-nilai budaya keagamaan yang tumbuh di pesantren. Penelitian ini menunjukkan bahwa di pesantren selain nilai rabbaniah dan kemanusiaan juga terdapat nilai-nilai pesantren yang biasa disebut asasul khomsah (lima jiwa), yaitu; ketulusan, kesederhanaan, kemandirian, persatuan dan demokrasi. Implikasi Model Kepemimpinan Kyai dalam Pengembangan Budaya Beragama di Pondok Pesantren Penelitian ini mengembangkan teori kepemimpinan Mc.

DAFTAR PUSTAKA

Kearifan Lokal Kosmologi Kejawen dalam Agama dan Kearifan Lokal dalam Tantangan Global, Yogyakarta: Perpustakaan Mahasiswa. Habibi, Miftahul 2012, Kepemimpinan Kiai dalam Pengembangan Pondok Pesantren di Tengah Perubahan, Jakarta, UIN, PhD tesis. Mulyasa, E., Menjadi Kepala Sekolah: Dalam Rangka Mensukseskan MBS dan KBK, (Bandung: PT. Teen Rosdakarya, 2007).

TENTANG PENULIS

Selain pelatihan dan workshop, ada juga beberapa kursus yang diikuti yaitu Pelatihan Calon Pengawas Pendais, Th. Pengalaman menjabat: Tahun 1994 diangkat menjadi PNS, tahun 1994 menjadi guru MTs, tahun 1994 menjadi kepala MA Al-Hidayah, tahun 1994 menjabat sebagai kepala subbagian kurikulum Pendidikan Agama Islam. Seksi Kementerian Agama Jember sekaligus Sekretaris Satgas PPD II Kabupaten. Tahun 2002 diangkat menjadi guru MAN, tahun 2008 diangkat menjadi Pengawas SMP/SMA, tahun 2011 diangkat menjadi Kepala PD.

Referensi

Dokumen terkait