GERIATRIC OPINION 2018
EDITORS :
dr. IGP Suka Aryana, SpPD-KGer, FINASIM dr. Nyoman Astika, SpPD-KGer, FINASIM
Dr. dr. R.A. Tuty Kuswardhani, SpPD-KGer, MKes, FINASIM
UDAYANA UNIVERSITY PRESS
i KATA PENGANTAR
Peningkatan jumlah populasi lanjut usia akibat peningkatan usia harapan hidup saling berkaitan sehingga diperlukan peningkatan pelayanan kesehatan terhadap warga lanjut usia khususnya peningkatan pelayanan kesehatan lanjut usia di rumah sakit yang berkualitas, merata dan terjangkau serta dilakukan secara terpadu melalui pendekatan interdisiplin oleh berbagai tenaga profesional yang bekerja dalam tim terpadu geriatri mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit dan SNARS ed 1. Rumah Sakit perlu melakukan persiapan-persiapan untuk meningkatan mutu pelayanan geriatri di Rumah Sakit dan mampu mencapai target standar akreditasi rumah sakit secara tepat dan benar.
Buku Geriatric Opinion adalah buku yang disusun oleh Perhimpunan Gerontologi Medik (PERGEMI) cabang Bali untuk dapat memberikan informasi tambahan kepada para pemberi pelayanan kesehatan yang tertarik dalam bidang geriatri agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien geriatri.
Buku ini berisikan tentang berbagai penatalaksanaan terhadap berbagai permasalahan penyakit, sindrom Geriatri, disabilitas dan handicap secara interdisiplin, komprehensif, holistik, dan terpadu. Buku ini akan terus diterbitkan setiap tahun dengan topik berbeda dan terbaru. Usulan topik berikutnya dapat disampaikan melalui email [email protected].
Semoga buku ini bermanfaat buat kita semua. Salam Sehat Lansia Indonesia...
Denpasar, 23 November 2018 Ketua Panitia
dr. IGP Suka Aryana SpPD-KGer, FINASIM
ii
DAFTAR KONTRIBUTOR
dr. IGP Suka Aryana, SpPD-KGer, FINASIM Staf Divisi Geriatri
Departemen / KSM Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar
dr. Nyoman Astika, SpPD-KGer, FINASIM Ketua Instalasi Geriatri Terpadu, Staf Divisi Geriatri
Departemen / KSM Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar
Dr. dr. R.A. Tuty Kuswardhani, SpPD-KGer, MKes, FINASIM Ketua Divisi Geriatri
Departemen / KSM Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar
dr. IB Putu Putrawan, SpPD, FINASIM Staf Divisi Geriatri
Departemen / KSM Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar
dr. Ni Ketut Rai Purnami, SpPD Staf Divisi Geriatri
Departemen / KSM Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar
dr. Agustinus I Wayan Harimawan,MPH., SpGK KSM Gizi Klinik
RSUP Sanglah Denpasar
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
KONTRIBUTOR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
LAW AND DIGNITY IN ELDERLY Tuty Kuswardhani
1
AGING AND PHYSIOLOGICAL MIXIE CHANGE Tuty Kuswardhani
13
MANAGEMENT PROBLEM OF URINE INCONTINENCE IN ELDERLY
IB Putu Putrawan
24
ANTICOAGULANT ADMINISTRATION FOR PREVENT VTE IN ELDERLY
Ni Ketut Rai Purnami
40
CURRENT MANAGEMENT OUT PRESSURE ULCER IN ELDERLY
I Nyoman Astika
51
COMPREHENSIVE MANAGEMENT SARCOPENIA IN ELDERLY
Tuty Kuswardhani
59
PROTEIN DIET FOR SARCOPENIA IN ELDERLY Agustinus I Wayan Harimawan
71
iv
GLUTAMIN SUPPLEMENTATION FOR SARCOPENIA IN ELDERLY
IGP Suka Aryana
IMMUNOSENESCENCE AND RISK OF SEPTIC CONDITION IN ELDERLY
Ni Ketut Rai Purnami
75
83
ANTI MICROBIAL CONSIDERATION FOR ELDERLY IN SEPTIC CONDITION
IGP Suka Aryana
96
MANAGEMENT FALLS IN ELDERLY I Nyoman Astika
103
SYNCOPE AND CONSEQUENCE PROBLEM IN ELDERLY IB Putu Putrawan
113
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan Antara Kandung Kemih pada Lansia dan Dewasa
26
Table 2. Penyebab Inkontinensia Urin Sementara (DIAPPERS).
27
Tabel 3. Inkontinensia Urin berdasar penyebab dari traktus urinarius bawah dan neurologis
29
Tabel 4. Obat-Obatan yang Dapat Menyebabkan atau Berkontribusi Terhadap Inkontinensia Urin
36
Tabel 5. Faktor Resiko Luka Tekan 52
Tabel 6. Skala Norton 54
Tabel 7. Identifikasi Kondisi Malnutrisi 56
Tabel. 8. Kategori skrining sarkopenia menurut AWGS 2014 62
Table 9. Kuisioner SARC-F 63
Table 10. Kategori Sarkopenia Berdasarkan Penyebab 64
Table 11. Stadium Sarkopenia 64
Tabel 12. Karakteristik Obat Yang Paling Banyak Dipelajari Untuk Pengobatan Sarkopenia8
67
Tabel 13. SOFA 92
Tabel 14. qSOFA 93
Table 15. Perubahan fisiologi dan farmakokinetik yang berhubungan dengan penuaan5
99
Tabel 16. Beberapa efek samping antimicrobial yang sering terjadi lanjut usia
100
Tabel 17. Faktor-faktor Terkait Penuaan dalam Jatuh. 104 Tabel 18. Evaluasi Pada Pasien Lanjut Usia Yang Jatuh7 107 Tabel 19. Terapi Jatuh Pada Lanjut Usia di Komunitas 109-110 Table 20. Etiologi dan faktor-faktor presipitasi sinkop 116
Tabel 21. Historical Clues For Diagnosis 123
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Inkontinensia urin karena leher kandung kemih dan uretra tidak menutup sempurna disertai dengan kelemahan otot dasar pelvis9
1
Gambar 2. Ringkasan penatalaksanaan Inkontinensia Urin 31 Gambar 3. Target atau tempat kerja antikoagulan dalam
kaskade pembekuan darah
47
Gambar 4. Derajat Luka Tekan 55
Gambar 5. Algoritma Manajemen Luka Tekan 57
Gambar 6. Patogenesis Sarkopenia4 61
Gambar 7. Efek ACE-Inhibitor pada Muskuloskletal 69 Gambar 8. Mekanisme Sintesis Glutamin Terhadap Inflamasi 79 Gambar 9. Perubahan terkait penuaan pada sel efektor
imunitas innate
85
Gambar 10. Perubahan terkait penuaan pada sel efektor sistem imun adaptif
87
Gambar 11. Penuaan pada sel somatic dan sel efektor sistem imun, SAPS (senescence-associated secretory phenotype)
89
Gambar 12. Interaksi antara faktor risiko dan etiologi jatuh. 105 Gambar 13. Alur Upaya Pencegahan Jatuh Pada Lanjut Usia 111 Gambar 14. Interaksi antara ssinkop, umur, frailty, dan
komorbiditas
122
Gambar 15. Pengkajian Komprehensif Pasien Geriatri dengan Sinkop
126
Geriatric Opinion 2018
103 TATALAKSANA JATUH PADA LANJUT USIA
Nyoman Astika
Divisi Geriatri, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ RSUP Sanglah Denpasar
PENDAHULUAN
Sebanyak 30% orang berusia 65 tahun atau lebih yang tinggal di komunitas jatuh setiap tahun di seluruh dunia dan di antara orang yang berusia 85 tahun atau lebih, angka ini meningkat menjadi hampir 40%.1 Jatuh sering memiliki konsekuensi serius dalam populasi lanjut usia. Jatuh memiliki banyak definisi dimana salah satu definisi yang umum digunakan adalah definisi dari World Health Organization (WHO) yang mendefinisikan jatuh adalah suatu peristiwa yang menyebabkan seseorang secara tidak sengaja berada di tanah atau lantai atau posisi yang lebih rendah lainnya dibandingkan posisi sebelumnya.2
Risiko jatuh dan komplikasinya meningkat seiring bertambahnya usia, tetapi jatuh bukan merupakan konsekuensi proses penuaan yang tidak bisa dihindarkan. Riwayat jatuh sebelumnya berhubungan dengan peningkatan risiko dua hingga enam kali lipat untuk mengalami kejadian jatuh kembali.3 Kejadian jatuh adalah penyebab utama kematian karena cedera pada orang yang lebih tua dari 65 tahun dan angka kematian akibat jatuh telah meningkat 42 persen selama satu dekade terakhir.4 Sekitar 25 persen orang yang jatuh mengalami cedera sedang sampai berat, mulai dari luka memar atau laserasi hingga fraktur tulang pinggul atau cedera otak yang menyebabkan lebih dari 1,9 juta pasien opname setiap tahun.3 Cedera, seperti fraktur tulang pinggul dan jatuh adalah faktor risiko signifikan bagi lanjut usia untuk ditempatkan di panti jompo dan mirisnya risiko untuk mengalami jatuh hampir tiga kali lipat di panti jompo dibandingkan dengan lanjut usia yang tinggal di komunitas.5
Berdasarkan konsekuensi yang serius dari kejadian jatuh pada lanjut usia, maka sangat penting usaha untuk mengindentifikasi berbagai faktor risiko jatuh dan tatalaksana pasien lanjut usia yang sudah mengalami kejadian jatuh.
DEFINISI
Sampai saat ini masih banyak terdapat definisi jatuh. Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.6 Jatuh merupakan suatu
Geriatric Opinion 2018
104
kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja, tidak termasuk jatuh akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran, atau kejang.3
FAKTOR RISIKO DAN ETIOLOGI
Proses menua mengakibatkan perubahan pada kontrol postural yang mungkin memegang peran penting pada sebagaian besar kejadian jatuh. Selain itu, terdapat pula perubahan pada postur tubuh, gaya berjalan, ayunan postural, sistem sensorik dan mobilitas fungsional yang berkontribusi dalam kejadian jatuh pada lanjut usia.7 Pada tabel 1 disajikan faktor-faktor terkait penuaan yang berkontribusi dalam kejadian jatuh.
Tabel 17. Faktor-faktor Terkait Penuaan dalam Jatuh.7
Geriatric Opinion 2018
105 Secara umum faktor risiko jatuh digolongkan kedalam 2 kelompok yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinstik.6,7 Ada juga yang membagi faktor risiko jatuh pada lanjut usia menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.5 Faktor intrinsik terdiri atas faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor instriksik lokal antara lain adanya osteoarthritis genu ataupun vertebra lumbal, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan pada alat keseimbangan seperti vertigo. Kelemahan otot kuadrisep femoris turut berperan untuk terjadinya jatuh karena ketidakmampuan mengangakat tungkai optimal saat berjalan dan mengangkat tubuh saat bangun dari duduk.
Faktor instrinsik sistemik dapat berupa berbagai penyakit yang memicu timbulnya gangguan keseimbangan dan jatuh seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pneumonia, infark miokard akut, gagal jantung, infeksi saluran kemih, hiponatremia, hipoglikemia atau hiperglikemia, hipoksia dan adanya gangguan aliran darah ke otak seperti pada keadaan hiperkoagulasi dan stroke.7 Faktor risiko ekstrinsik merupakan faktor-faktor yang berada di lingkungan yang memudahkan orang lanjut usia mengalami jatuh, yaitu seperti lampu ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, basah atau tidak rata, tangga yang tidak aman, kamar mandi tanpa pegangan tangan dan benda- benda yang di lantai yang membuat seseorang mudah terantuk. Obat-obatan juga dapat menjadi penyebab jatuh terutama obat diuretika atau obat penurunan gula darah (golongan sulfonilurea dan insulin).6,7
Gambar 12. Interaksi antara faktor risiko dan etiologi jatuh.7
Geriatric Opinion 2018
106
Sinkop, drop attacks, dizziness dan hipotensi ortostatik merupakan penyebab jatuh pada lanjut usia yang paling sering. Sinkop adalah hilangnya kesadaran mendadak. Drop attacks merupakan kelemahan tungkai bawah mendadak yang menyebabkan jatuh tanpa kehilangan kesadaran. Dizziness adalah rasa ringan di kepala yang membuat lanjut usia merasa tidak stabil sehingga mudah jatuh. Hipotensi ortostatik adalah penurunan tekanan darah sistolik ≥ 20 mmHg (atau ≥ 20%) dengan atau tanpa gejala, terjadi segera setelah berdiri atau setelah berdiri 2 menit (setelah ≥ 5 menit dalam posisi terlentang sebelumnya).7 Adanya interaksi faktor risiko dan etiologi tersebut yang menyebabkan terjadinya kejadian jatuh pada lanjut usia, seperti ditunjukkan pada gambar 1.
PENGKAJIAN JATUH
Evaluasi yang komprehensif terdiri atas riwayat jatuh dan medis yang rinci, pemeriksaan fisik, pengkajian cara berjalan dan keseimbangan, pengkajian terhadap kondisi lingkungan tempat pasien tinggal atau terjatuh, serta pada keadaan tertentu, pemeriksaan laboratorium juga diperlukan (Tabel 2).7
Terdapat sejumlah pemeriksaan untuk mengevaluasi atau mengukur keseimbangan dan mobilitas fungsional pada lanjut usai akan tetapi sampai saat ini belum ada pemeriksaan baku emas untuk hal tersebut. Sampai saat ini banyak dipakai uji fungsional yang memiliki keuntungan lebih mudah dilakukan, berbiaya rendah dan dapat diinterpretasikan langsung. Uji fungsional tersebut antara lain the timed up and go test (TUG), uji menggapai fungsional (functional reach test), dan uji keseimbangan Berg (the Berg balance sub-scale of the mobility index).1,5,7 Uji fungsional TUG merupakan uji fungsional yang paling efisien berdasarkan waktu dibandingkan uji fungsional lainnya.5
Tatalaksana Jatuh
Prinsip dasar tatalaksana lanjut usia dengan masalah jatuh adalah mengkaji dan mengobati trauma fisik akibat jatuh; mengobati berbagai kondisi yang mendasari jatuh; memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai;
mengubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup;
pegangan; lantai yang tidak licin, dan sebagainya.7
Geriatric Opinion 2018
107 Tabel 18. Evaluasi Pada Pasien Lanjut Usia Yang Jatuh7
Tatalaksana jatuh pada lanjut usia sangat kompleks dimana banyak studi yang menyarankan berbagai kombinasi intervensi yang berbeda-beda sesuai dengan tempat tinggal lanjut usia tersebut (seperti di komunitas, rumah sakit dan panti rawat werda). Pada dasarnya, diperlukan intervensi multifaktorial yang disesuaikan dengan kebutuhan tiap-tiap individu dan bisa mencakup berbagai kombinasi intervensi.1,5,7,8 Bila penyebab jatuh merupakan penyakit akut penanganannya menjadi lebih mudah, lebih sederhana, dan langsung bisa
Geriatric Opinion 2018
108
menghilangkan penyebab jatuh secara efektif. Tetapi lebih banyak pasien jatuh karena kondisi kronik, multifaktorial sehingga diperlukan terapi kombinasi seperti obat, rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kebiasaan lanjut usia itu.6
Pada penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan penurunan fungsional, terapi difokuskan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot sehingga memperbaiki status fungsionalnya. Terapi rehabilitasi tidak hanya diberikan sesaat sewaktu penderita mengalami jatuh, tetapi diperlukan secara berkesinambungan sampai terjadi peningkatan kekuatan otot dan status fungsionalnya. Terapi pada penderita dengan gangguan keseimbangan difokuskan untuk mengatasi penyebab atau faktor yang mendasarinya.
Penderita dimasukkan dalam program gait training dan pemberian alat bantu berjalan. Terapi penderita dengan dizziness ditujukan pada penyakit kardiovaskuler yang mendasari, menghentikan obat-obat yang menyebabkan hipotensi postural seperti beta bloker, diuretik dan antidepresan.6
Pada lanjut usia yang tinggal di komunitas, terapi dengan pendekatan multikomponen (multicomponent interventions) tidak lebih baik bila dibandingkan dengan terapi tunggal (single intervention). Terapi tunggal yang efektif pada lanjut usia di komunitas meliputi home assessment, program latihan fisik (termasuk otago exercise programme), tai chi, group exercises dan home-based exercises. Menariknya, suplementasi vitamin D sebagai terapi tunggal tidak dapat menurunkan angka kejadian jatuh ataupun penurunan risiko jatuh.1 Terapi multikomponen yang terdiri dari kombinasi latihan fisik, suplementasi vitamin D, home assessment, comprehensive geriatric assessment, review penglihatan dan medikasi dapat mengurangi angka kejadian jatuh tetapi tidak dapat menurunkan risiko terjadinya kejadian jatuh (Tabel 3).1
Pada lanjut usia yang tinggal di panti rawat werda didapatkan bahwa suplementasi vitamin D sebagai terapi tunggal dapat menurunkan angka kejadian jatuh tetapi tidak dapat menurunkan risiko jatuh. Terapi multikomponen menunjukkan hasil yang beragam dimana satu studi menunjukkan penurunan angka kejadian jatuh dan juga penurunan risiko jatuh akan tetapi studi lainnya menunjukkan hasil yang sebaliknya.1 Sedangkan pada lanjut usia yang rawat inap di rumah sakit didapatkan bahwa terapi multikomponen dapat (walaupun sedikit) menurunkan angka kejadian jatuh dan juga menurunkan risiko jatuh.1
Geriatric Opinion 2018
109 Tabel 19. Terapi Jatuh Pada Lanjut Usia di Komunitas.9
Geriatric Opinion 2018
110
Tabel 3 (Lanjutan). Terapi Jatuh Pada Lanjut Usia di Komunitas.9
Pencegahan merupakan salah satu tatalaksana terpenting dalam kejadian jatuh pada lanjut usia. Pedoman untuk evaluasi dan pencegahan jatuh pada lanjut usia dapat berpatokan pada rekomendasi dari American Geriatric Society (Gambar 2).8 Pencegahan juga dapat dibagi dua, yaitu pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer dilakukan pada lanjut usia yang belum pernah mengalami kejadian jatuh sedangkan pencegahan sekunder dilakukan pada lanjut usia yang pernah mengalami kejadian jatuh.5
Geriatric Opinion 2018
111 Gambar 13. Alur Upaya Pencegahan Jatuh Pada Lanjut Usia.8
Geriatric Opinion 2018
112
DAFTAR PUSTAKA
1. Kwan E, Straus SE. Assessment and management of falls in older people. Canadian Medical Association Journal 2014; 196(16): 610-621.
2. Falls. Geneva (Switzerland): World Health Organization; 2012.
Available: www.who.int/mediacentre/factsheets/fs344/en/index.html (accessed 2018 Nov. 28).
3. Tinetti ME, Kumar C. The patient who falls: ―It‘s always a trade-off‖.
JAMA 2010; 303(3): 258-266.
4. Hu G, Baker SP. Recent increases in fatal and non-fatal injury among people aged 65 years and over in the USA. Inj Prev 2010; 16(1): 26-30.
5. Moncada LV. Management of Falls in Older Persons: A Prescription for Prevention. Am Fam Physician 2011; 84(11): 1267-1276.
6. Darmojo RB, Martono H. 2009. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
7. Setiati S, Laksmi PW. 2014. Gangguan Keseimbangan, Jatuh, dan Fraktur. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi ke-enam. Jakarta: Interna Publishing.
8. American Geriatrics Society and British Geriatrics Society. Clinical practice guideline for the prevention of falls in older persons. New York:
American Geriatric Society; 2010.
9. Gillespie LD, Robertson MC, Gillespie WJ, et al. Interventions for preventing falls in older people living in the community. Cochrane Database Syst Rev 2012; (9): CD007146.
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)