• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF E-Journal SPEKTRUM Vol. 2, No. 2 Juni 2015 - UNUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PDF E-Journal SPEKTRUM Vol. 2, No. 2 Juni 2015 - UNUD"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Editorial Team

t i k e t k e r e t a t o k o b a g u s b e r i t a b o l a t e r k i n i a n t o n n b A n e k a K r e a s i R e s e p M a s a k a n I n d o n e s i a r e s e p m a s a k a n m e n g h i l a n g k a n j e r a w a t v i l l a d i p u n c a k r e c e p t e n b e r i t a h a r i a n g a m e o n l i n e h p d i j u a l w i n d o w s g a d g e t j u a l c o n s o l e v o u c h e r o n l i n e g o s i p t e r b a r u b e r i t a t e r b a r u w i n d o w s g a d g e t t o k o g a m e c e r i t a h o r o r

Editor-in-Chief

1. Dr. Ir. Agus Dharma, [SCOPUS ID: 55810411800, h-index: 1] Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana Indonesia

Deputy Editor/Managing Editor

1. Dr. Nyoman Gunantara ST., MT., [Scopus ID: 55672988900, h-index: 2] Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana Indonesia

Editorial Board

1. Dr. IWG Ariastina, [SCOPUS ID: 6507932528, h-index: 1] Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana Indonesia

2. Nyoman Putra Sastra, Universitas Udayana, Indonesia

3. IGAP Raka Agung, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana

Indonesia

(3)

Vol 2, No 2 (2015)

Jurnal Ilmiah SPEKTRUM

t i k e t k e r e t a t o k o b a g u s b e r i t a b o l a t e r k i n i a n t o n n b A n e k a K r e a s i R e s e p M a s a k a n I n d o n e s i a r e s e p m a s a k a n m e n g h i l a n g k a n j e r a w a t v i l l a d i p u n c a k r e c e p t e n b e r i t a h a r i a n g a m e o n l i n e h p d i j u a l w i n d o w s g a d g e t j u a l c o n s o l e v o u c h e r o n l i n e g o s i p t e r b a r u b e r i t a t e r b a r u w i n d o w s g a d g e t t o k o g a m e c e r i t a h o r o r

Table of Contents

Articles

ANALISIS KEANDALAN PADA PENYULANG BATU BELIG

Fahmi Ramadhan, Rukmi Sari Hartati, I Ketut Wijaya 1-5 RANCANG BANGUN APLIKASI PENYEBARAN RUMAH TANGGA

MISKIN MENGGUNAKAN FLASH (ACTIONSCRIPT 2.0) DAN VISUAL BASIC BERBASIS DESKTOP (STUDI KASUS : KOTA DENPASAR)

Indra Dwi Cahya Setyawan, I Made Sukarsa, I Made Oka Widyantara 6-11 KAJIAN KUAT MEDAN LISTRIK PADA KONFIGURASI HORISONTAL

SALURAN TRANSMISI 150 KV

I.P.H. Wahyudi, A.A.N. Amrita, W.G. Ariastina 12-17

RANCANG BANGUN APLIKASI GAMELAN GENDER BERBASIS ANDROID

Nyoman Swastika Dharma, Made Sudarma, Made Arsa Suyadnya 18-23 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENDATAAN PENYAKIT

MENULAR DI KABUPATEN JEMBRANA BERBASIS WEB

Ida Bagus Putu Sudarma Putra, I Made Arsa Suyadnya, I Nyoman Piarsa 24-29 STUDI EVALUASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DI JURUSAN

TEKNIK ELEKTRO KAMPUS BUKIT JIMBARAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE

M. N. Hanifan, I.G.D Arjana, W. Setiawan 30-35

KAJIAN KUAT MEDAN LISTRIK SALURAN TRANSMISI 150 KV PADA KONFIGURASI VERTIKAL

M.S. Ugustra, A.A.N. Amrita, I.G.N. Janardana 36-41

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN SERTIFIKASI GURU POLA PLPG DENGAN METODE PROMETHEE BERBASIS WEB

W. Partana, I.M.A. Suyadnya, W. Setiawan 42-48

(4)

ANALISIS KAPASITAS CIRCUIT BREAKER SEBAGAI AKIBAT

PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN 150 KV DI BALI TAHUN 2013-2022

Anggit Dita Perdana, Antonius Ibi Weking, Yanu Prapto Sudarmojo 49-54 STUDI PENGARUH REKONFIGURASI JARINGAN TERHADAP DROP

VOLTAGE MENGGUNAKAN METODE GA DI BANDARA NGURAH RAI

F. Iskandar, I G.D Arjana, W. Setiawan 55-60

ANALISIS SISTEM PENDETEKSI POSISI PLAT KENDARAAN DARI CITRA KENDARAAN

I Dewa Gede Aditya Pemayun, Widyadi Setiawan, Ngurah Indra ER 61-67 ANALISIS KOORDINASI SETTING RELAY PENGAMAN AKIBAT

UPRATING TRANSFORMATOR DI GARDU INDUK GIANYAR

I P. G. Eko Putra, G. D. Arjana, C. G. I. Partha 68-73 ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI

PADA PENYULANG BLAHBATUH

I K. Windu Iswara, G. Dyana Arjana, W. Arta Wijaya 74-78 PENGENDALI MOBILE ROBOT MELALUI BLUETOOTH BERBASIS

MIKROKONTROLER AVR ATMEGA8 DILENGKAPI LENGAN DAN KAMERA

Obed Bettuang, I G A Putu Raka Agung, Pratolo Rahardjo 79-84 ANALISIS KUALITAS JARINGAN GPON PADA LAYANAN IPTV PT.

TELKOM DI DAERAH DENPASAR, BALI

N.O. Pramundia, P.K. Sudiarta, N. Gunantara 85-91

APLIKASI GAME PETUALANGAN I JAMONG BERBASIS ANDROID

I Gede Herry Juniartha, Made Sudarma, I Made Arsa Suyadnya 92-97 REKAYASA SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAN PELAPORAN

AKUNTABILITAS ANGGARAN PADA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS UDAYANA

Rizky Muharram Julyanto, I Made Arsa Suyadnya, Made Sudarma 98-103 ANALISIS PENGARUH PENEMPATAN FEMTOCELL TERHADAP SEL

MAKRO JARINGAN UMTS

K.T. Efendi, N. Indra, W. Setiawan 104-109

ANALISA DAYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO

TUKAD BALIAN, TABANAN MENGGUNAKAN SIMULINK

(5)

W.G. Suharthama, I W.A Wijaya, I G.N Janardana 110-114

RANCANG BANGUN SISTEM TRACKING PANEL SURYA BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO

I.M. Benny P.W., Ida Bgs Alit Swamardika, I Wyn Arta Wijaya 115-120 ANALISIS PENGUKURAN KUALITAS JARINGAN MSAN PADA

LAYANAN IPTV PT.TELKOM DI DAERAH DENPASAR BALI

I.G.A. Sutresna Mudri, P.K. Sudiarta, N. Gunantara 121-127 TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA WEBSITE WWW.UNUD.AC.ID

R.S.E.C. Nesa, N.M.A.E.D. Wirastuti, N. Indra ER 128-134 PENGEMBANGAN APLIKASI ELECTRONIC OFFICE MANAGEMENT

SYSTEM (EOMS) UNTUK MANAJEMEN DATA KARIR DOSEN

Ni Komang Sukri Antariani, Made Sudarma, I Made Arsa Suyadnya 135-141 PENGARUH BEROPERASINYA PLTS KAYUBIHI TERHADAP SUSUT

ENERGI DAN KEANDALAN PENYULANG BANGLI

Kadek Agus Nata Riadnyana, Ida Ayu Dwi Giriantari, I Wayan Sukerayasa 142-146 REKAYASA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ADMINISTRASI

KAMPUS JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

Ni Made Ananda Putri Pratiwi, Made Sudarma, I Made Arsa Suyadnya 147-153 ANALISIS UNJUK KERJA CODED OFDM MENGGUNAKAN KODE

CONVOLUTIONAL PADA KANAL AWGN DAN RAYLEIGH FADING

F. L. H. Utomo, N.M.A.E.D. Wirastuti, IG.A.K.D.D. Hartawan 154-160 ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM

ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING

T.B. Purwanto, N.M.A.E.D. Wirastuti, I.G.A.K.D.D. Hartawan 161-166

(6)

E-Journal SPEKTRUM Vol. 2, No. 2 Juni 2015

K.T. Efendi, N.Indra, W. Setiawan 104

Analisis Pengaruh Penempatan Femtocell Terhadap Sel Makro Jaringan UMTS

K.T. Efendi1, N.Indra2 , W. Setiawan3

1 Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Udayana

2, 3 Staff Pengajar Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Udayana Email: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3

Abstrak

Femtocell adalah teknologi micro BTS (Base Transceiver Station) yang menggunakan frekuensi berlisensi. Penelitian ini membahas pengaruh penerapan Closed Subscriber Group Femtocell untuk kelas daya maksimum 21 dBm terhadap makrosel UMTS dengan menggunakan parameter Ec/N0 dan Noise Rise. Komunikasi antara makrosel dan usernya dapat terjadi tanpa terganggu oleh sinyal femtocell jika parameter downlink Ec/No bernilai minimum -18 dB dan parameter uplink Noise Rise bernilai minimum 6 dB, jarak yang didapat untuk parameter tersebut berada pada jarak 267 m hingga 39 m. Hal ini menyatakan femtocell mempengaruhi kualitas sinyal dari dan ke makrosel.

Kata Kunci : Closed Subscriber Group Femtocell UMTS, Ec/N0, Noise Rise.

1. PENDAHULUAN

Jaringan komunikasi seluler sedang mengalami perubahan yang sangat cepat dari sisi teknologi maupun arsitekturnya.

Pemicu utama dari perubahan tersebut adalah permintaan pelanggan yang sangat besar terhadap akses data bergerak (mobile data acces). [1]

Salah satu solusi yang berkembang untuk mengatasi paradigma pemenuhan permintaan akan akses data bergerak adalah dengan diterapkannya konsep Femtocell.

Femtocell Access Points (FAPs) adalah teknologi micro BTS (Base Transceiver Station) yang menggunakan frekuensi berlisensi, FAPs menyediakan layanan broadband dan suara kepada pelanggan terutama dalam lingkungan rumah. FAPs menyediakan akses selular dalam rumah dan menyambungkan jaringan operator melalui sambungan broadband milik pelanggan. [1]

Femtocell Access Control yaitu Open Subscriber Group (OSG) dimana semua mobile user dapat mengakses jaringan Femtocell serta Closed Subscriber Group (CSG) dimana pada akses kontrol tertutup ini hanya mobile user yang sudah terdaftar sebelumnya yang dapat mengakses jaringan Femtocell. [2]

Pada penerapannya Closed Subscriber Group (CSG) maka dimungkinkan terjadinya sinyal interferensi yang menganggu dari Femtocell terhadap makro sel jaringan UMTS. Dari permasalahan tersebut maka akan dianalisis bagaimana pengaruh penempatan Femtocell terhadap interferensi baik pada sisi downlink yaitu pengaruh interferensi terhadap user maupun pada sisi uplink yaitu interferensi terhadap makro sel sistem UMTS yang sudah ada, terutama untuk kondisi dimana user dan makro sel yang lokasinya berdekatan dengan Femtocell.

2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 UMTS

Universal Mobile Telecommunication System (UMTS) adalah teknologi telekomunikasi wireless generasi ketiga (3G).

Universal Mobile Telecommunication System merupakan suatu evolusi GSM dimana interface radionya adalah WCDMA, serta mampu melayani transmisi data dengan kecepatan yang lebih tinggi. Arsitektur jaringan WCDMA dapat dilihat pada Gambar 1.

(7)

E-Journal SPEKTRUM Vol. 2, No. 2 Juni 2015

K.T. Efendi, N.Indra, W. Setiawan 105

Gambar 1. Arsitektur UMTS

2.2 Path Loss Model Outdoor to Indoor Dalam penelitian ini dimana macro dan ditempatkan di luar ruangan untuk menjangkau user yang berada di dalam satu ruangan dengan Femtocell. Oleh karena itu digunakan perhitungan path loss outdoor to indoor, untuk memperkirakan redaman lintasannya. Model yang diberikan sebagai berikut:

𝑃𝐿(𝑑𝐵) = 161.04−7.1∗ 𝑙𝑜𝑔10(𝑊) + 7.5∗ 𝑙𝑜𝑔10(ℎ)− �24.37−3.7∗

ℎ𝐵𝑆 �2� 𝑙𝑜𝑔10(ℎ𝐵𝑆) +�43.42− 3.1∗ 𝑙𝑜𝑔10(ℎ𝐵𝑆)�(𝑙𝑜𝑔10(𝑑)−3) + 20∗ 𝑙𝑜𝑔10(𝑓𝑐)−3.2∗

�𝑙𝑜𝑔10(11.75ℎ𝑈𝑇)�2−4.97) + 𝑊𝑎𝑙𝑙 𝑙𝑜𝑠𝑠 ... (1) Dimana 𝑃𝐿(𝑑𝐵)merupakan nilai total path loss, 𝑊 adalah lebar jalan (5-50m), ℎ adalah tinggi rata-rata bangunan (5-50m), ℎ𝐵𝑆 adalah tinggi Base Station (10-150m), ℎ𝑈𝑇 tinggi User Terminal (1-10m), 𝑑 adalah jarak dalam meter (10-5000m), 𝑓𝑐 Frekuensi (2-6GHz) dan 𝑊𝑎𝑙𝑙 𝑙𝑜𝑠𝑠 adalah indoor penetration loss yang diasumsikan dinding terbuat dari concreate / beton (10-15dB).

Untuk nilai penggunaan 𝑊𝑎𝑙𝑙 𝑙𝑜𝑠𝑠 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Wall Loss Berdasarkan Jenis Bahan Bahan Dasar

Dinding

Wall Loss Frekuensi Wooden / kayu 4 dB 1.8 - 2.6 GHz

Glass / kaca 2.2-3 dB 1.8 - 2.1 GHz Concreate /

beton

10-15 dB 1.8 - 2.1 GHz

2.3 Pathloss Model Indoor Femtocell Berdasarkan model ITU-R M.2135 untuk keadaan Femtocell NLOS (No Line of Sight) perhitung path loss dapat dihitung nenggunakan persamaan 2 sebagai berikut:

𝑃𝐿= 43.4 log(𝑑) + 11.5 + 20 log(𝑓𝑐) ... (2) Dimana 𝑃𝐿 adalah path loss Femtocell, 𝑑 adalah jarak antara transmitter dan receiver (m) dan 𝑓𝑐adalah frekuensi (MHz).

2.4 Maximum Allowable Path Loss (MAPL) Arah Uplink

Maximum Allowable Path Loss (MAPL) arah uplink diperlukan untuk menentukan nilai redaman propagasi maksimum yang diisyaratkan agar komunikasi dari Mobile Station ke Base Station pada sel yang bersangkutan dapat terjadi dengan baik.

𝑀𝐴𝑃𝐿𝑈𝑝𝑙𝑖𝑛𝑘=𝐿𝑝𝑈𝑝𝑙𝑖𝑛𝑘− 𝑇𝑓1− 𝐹𝑚− 𝐵𝑜𝑑𝑦𝐴− 𝐵𝑢𝑖𝑙𝑑𝑖𝑛𝑔𝐴 ... (3) Dimana 𝑀𝐴𝑃𝐿𝑈𝑝𝑙𝑖𝑛𝑘 adalah Loss maksimum yang diperbolehkan, 𝐿𝑝𝑈𝑝𝑙𝑖𝑛𝑘

adalah Product Pathloss Uplink, 𝑇𝑓1 adalah Total Feeder Loss, 𝐹𝑚 adalah Fade Margin, 𝐵𝑜𝑑𝑦𝐴 adalah Body Attenuation dan 𝐵𝑢𝑖𝑙𝑑𝑖𝑛𝑔𝐴 adalah Building Attenuation.

2.5 Maximum Allowable Path Loss (MAPL) Arah Downlink

Maximum Allowable Path Loss (MAPL) / arah downlink diperlukan untuk menentukan nilai redaman propagasi maksimum yang diisyaratkan agar base station masih dapat melayani keperluan komunikasi seluruh mobile station pada daerah cakupannya.

𝑀𝐴𝑃𝐿𝐷𝑜𝑤𝑛𝑙𝑖𝑛𝑘=𝐿𝑝𝐷𝑜𝑤𝑛𝑙𝑖𝑛𝑘− 𝑇𝑓1− 𝐹𝑚− 𝐵𝑜𝑑𝑦𝐴− 𝐵𝑢𝑖𝑙𝑑𝑖𝑛𝑔𝐴 ... (4) Dimana 𝑀𝐴𝑃𝐿𝐷𝑜𝑤𝑛𝑙𝑖𝑛𝑘 adalah Loss maksimum yang diperbolehkan, 𝐿𝑝𝐷𝑜𝑤𝑛𝑙𝑖𝑛𝑘 adalah Product Pathloss Downlink, 𝑇𝑓1

adalah Total Feeder Loss, 𝐹𝑚 adalah Fade Margin, 𝐵𝑜𝑑𝑦𝐴 adalah Body Attenuation dan 𝐵𝑢𝑖𝑙𝑑𝑖𝑛𝑔𝐴 adalah Building Attenuation.

(8)

E-Journal SPEKTRUM Vol. 2, No. 2 Juni 2015

K.T. Efendi, N.Indra, W. Setiawan 106

2.6 Transmitted Power

Transmitted power adalah daya minimal yang dibutuhkan base station untuk mencapai jarak pengguna yang diinginkan.

𝑃𝑡𝑥=𝑃𝐿 − 𝐺𝑡𝑜𝑡+𝑅 ... (5) Dimana 𝑃𝑡𝑥 adalah Transmitted Power (dBm), 𝑃𝐿 adalah Pathloss (dB), 𝐺𝑡𝑜𝑡 adalah Total Gain (dB) dan 𝑅 adalah Receiver Sensitivity (dBm).

2.7 Power Received

Power Received adalah level sinyal yang diterima di penerima dan nilainya harus lebih besar dari sensitivitas perangkat penerima.

Power Received

𝑃𝑟=𝑃𝑡𝑥+𝐺𝑎𝑖𝑛 − 𝑃𝐿 − 𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 ... (6)

Dimana 𝑃𝑟 adalah Power Receive (dBm), 𝑃𝑡𝑥 adalah Power Trasmit (dBm), 𝐺𝑎𝑖𝑛 adalah total gain, 𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 adalah total Loss dan 𝑃𝐿 adalah Pathloss.

2.8 Parameter Ec/N0 pada Sistem WCDMA Ec/N0 merupakan perbandingan dalam dB dari Energi chip dengan daya noise total yang diukur pada pilot channel. Ec/N0 juga menunjukkan level daya minimum (threshold) dimana Mobile Station masih bisa melakukan suatu panggilan. Tetapan yang dituju oleh WCDMA untuk niali Ec/N0 minimum adalah

−18 dB.

𝐸𝑐�𝑁0=𝑅𝑆𝐶𝑃 − 𝑅𝑆𝑆𝐼 ... (7)

Dimana 𝑅𝑆𝐶𝑃 (Received Signal Code Power) adalah kuat sinyal penerimaan yang dinyatakan besarnya daya yang diterima oleh UE (User Equipment) dan 𝑅𝑆𝑆𝐼0T (Received Signal Strength Indicator) adalah nilai yang digunakan untuk mengukur kekuatan sinyal interferensi yang dapat dihitung dengan persamaan 7 sebagai berikut:

𝑹𝑺𝑺𝑰=𝒌𝑻𝑾 ×𝑵𝒇+𝟑 ×𝑷𝒋 ... (8) Dimana 𝑘 adalah tetapan Boltzman (1.38 x 10-23 J/K), 𝑇 adalah suhu (K), 𝑊 adalah Bandwith (Hz), 𝑁𝑓0T adalah Noise Figure dan 𝑃𝑗 adalah Power Receieved oleh propagasi (W).

2.9 Parameter Noise Rise pada Sistem WCDMA

Noise Rise merupakan rasio dari received wideband power terhadap noise power. Semakin tinggi Noise Rise semakin besar kapasitas terhadap banyak user yang diperbolehkan dalam jaringan WCDMA, nilai minimum Noise Rise adalah 6 dB.

𝑁𝑜𝑖𝑠𝑒 𝑅𝑖𝑠𝑒= −10 log(1− η) ... (9) Dimana η dapat dihitung menggunakan persamaan 10 sebagai berikut:

∆𝜂 = 𝐿

𝑗

=

1

1+ 𝑊

𝑆𝐼𝑅𝑖 ×𝑅𝑖 ×𝑉𝑖

...

(10)

Dimana W adalah Chiprate WCDMA (3,84 Mcps), Vi adalah Activity Factor (voice = 0,67 data = 1), Ri adalah Laju Data ( voice = 12,2 Kbps, data = 64 Kbps) dan SIRi adalah Signal to Interference Ratio dapat dihitung menggunakan persamaan 11 sebagai berikut:

𝑆𝐼𝑅= 𝑃 𝑃𝑟

𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑒 ... (11) Dimana 𝑃𝑟adalah sinyal yang diinginkan serta 𝑃𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑒 adalah sinyal interferensi.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian ini akan diamati dan dibandingkan interferensi yang terjadi pada Macrocell yang diakibatkan oleh Femtocell baik arah Uplink maupun Downlink.

3.1 Menghitung Interferensi Downlink dari Femtocell UMTS terhadap User Sel Makro UMTS

Pada skenario ini akan menentukan interferensi downlink, langkah pertama adalah menentukan jarak maksimum Macrocel User Equipment (MUE). Kondisi MUE akan berada di dalam ruangan yang sama dengan Closed Group Femtocell UMTS yang aktif. MUE akan diletakkan pada jarak yang berbeda-beda, yakni pada batas jarak terjauh dalam daerah cakupan makrosel dan kemudian akan semakin mendekat ke arah makrosel. Skenario ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh interferensi dari femtocell terhadap MUE, diagram alir

(9)

E-Journal SPEKTRUM Vol. 2, No. 2 Juni 2015

K.T. Efendi, N.Indra, W. Setiawan 107

skenario dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2. Diagram alir Downlink

3.2 Menghitung Interferensi Uplink dari Femtocell UMTS terhadap Macrocell UMTS Skenario ini akan menghitung interferensi uplink yang di alami oleh Macrocell UMTS oleh sinyal Femtocell User Equipment (FUE).

Dalam skenario ini Macrocell User Equipment (MUE), Femtocell User Equipment (FUE) dan Closed Group Femtocell berada dalam satu ruangan yang sama dan berada dalam daerah cakupan Macrocell UMTS. Posisi awal MUE, FUE dan Closed Group Femtocell berada pada jarak maksimum daerah cakupan Macrocell Downlink. Kemudian keadaannya akan berubah sesuai jarak yang akan semakin mendekat ke arah Macrocell UMTS. Dalam perhitungan ini akan diketahui bagaimana pengaruh sinyal Closed Group Femtocell uplink terhadap Makrosel UMTS.

Diagram alir untuk scenario dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai berikut:

Gambar 3. Diagram alir Uplink

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Perhitungan Daerah Cakupan/Radius Maksimum Macrocell

Perhitungan daerah cakupan Macrocell dilakukan dengan menggunakan parameter- parameter sesuai Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Parameter Path Loss Macrocell Parameter Unit

Macro Base Station Downlink Frequency GHz 2,1 Uplink Frequency GHz 1,98

BS Height m 30

MS Height m 1,5

Average Building

Height m 10

Street Width m 10

Indoor Penetration Loss(Wall

loss=Concrete)

dB 10

Dari hasil perhitungan menggunakan parameter Tabel 2 dan menggunakan persamaan 1 maka didapatkan bahwa jangkauan maksimum Macrocell ialah 569 meter.

Selesai Mulai

Menghitung Nilai Pathloss Downlink

Menghitung Pr

Menghitung nilai Ec/No

Analisa pengaruh penempatan femtocell sesuai parameter Ec/No Penentuan Letak MUE

Selesai Mulai

Menghitung Nilai Pathloss Uplink

Menghitung Pr

Menghitung nilai Noise Rise

Analisa pengaruh interferensi FUE sesuai dengan nilai Noise Rise Penentuan Letak FUE

(10)

E-Journal SPEKTRUM Vol. 2, No. 2 Juni 2015

K.T. Efendi, N.Indra, W. Setiawan 108

4.2 Perhitungan Daerah Cakupan/Radius Maksimum Femtocell

Perhitungan daerah cakupan Macrocell dilakukan dengan menggunakan parameter- parameter seusai Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Parameter Path Loss Femtocell Parameter Unit

Macro Base Station Transmitted Power

(Ptx) dBm 21

Total Gain (Gtot) dB 2 Receiver Sensitivity

(R) dBm -97

Dari hasil perhitungan menggunakan parameter pada Tabel 3 di atas dan persamaan 2 didapatkan bahwa jangkauan maksimum Femtocell ialah 9,3 meter.

4.3 Analisis Hasil Perhitungan Parameter Ec/N0

Berdasarkan perhitungan RSCP sesuai dengan persamaan 6 dan perhitungan RSSI sesuai dengan persamaan 8 maka hasil perhitungan parameter Ec/N0 dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini:

Gambar 4. Hasil Perhitungan Nilai Ec/N0

Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa nilai Ec/N0 akan semakin besar seiring dengan semakin dekatnya jarak Macrocel Base Station terhadap Macrocel User Equipment (MUE) yang berada dalam satu ruangan pada jarak yang dekat dengan Femtocell. Hal ini menunjukkan bahwa jarak Macrocel Base Station terhadap Macrocel User Equipment (MUE) yang berada dalam

satu ruangan dengan Femtocell sangat berpengaruh terhadap kualitas jaringan yang terjadi. Hal ini dikarenakan posisi MUE yang berada di dalam satu ruangan dan dekat dengan Femtocell yaitu 1m, sehingga sinyal yang seharusnya diterima oleh MUE dari Macrocell Base Station terganggu dengan adanya sinyal lain dari Femtocell tersebut.

4.4 Analisis Hasil Perhitungan Parameter Noise Rise

Berdasarkan perhitungan Noise Rise sesuai dengan persamaan 9 maka hasil dari perhitungan parameter Noise Rise dapat dilihat pada Gambar 5 berikut:

Gambar 5. Perhitungan Noise Rise Berdasarkan Gambar 5 analisis hasil diperoleh bahwa jarak FUE terhadap Macrocell UMTS sangat berpengaruh terhadap nilai Noise Rise. Semakin mendekatnya jarak FUE terhadap Macrocell semakin kecil nilai Noise Rise yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin dekat jarak FUE terhadap UMTS dapat mengganggu komunikasi Uplink antara MUE dan Macrocell UMTS.

5. KESIMPULAN

Dari analisis hasil pengaruh penempatan femtocell terhadap sel makro jaringan UMTS maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil perhitungan Pathloss Macrocell UMTS outdoor to indoor didapatkan bahwa jarak maksimum untuk dapat terjadinya komunikasi downlink dan juga uplink adalah 569m.

(11)

E-Journal SPEKTRUM Vol. 2, No. 2 Juni 2015

K.T. Efendi, N.Indra, W. Setiawan 109

2. Dari hasil perhitungan Pathloss Femtocell UMTS indoor NLOS untuk kelas daya maksimum transmitter yang direkomendasikan 3GPP didapatkan bahwa besar daerah cakupan Femtocell UMTS adalah 9,3m.

3. Nilai Ec/N0 yang dituju yaitu – 18 dB dapat terjadi saat jarak Macrocell User Equipment ke Macrocell UMTS adalah 267m.

4. Nilai Noise Rise yang dituju adalah 6 dB menunjukkan jarak minimum yang bisa ditoleransi oleh Macrocell User Equipment untuk bisa terjadinya komunikasi Uplink dari Macrocell User Equipment Macrocell nilai Noise Rise minimum akan tercapai pada jarak 39 meter.

5. Nilai Ec/N0 dan Noise Rise menunjukkan jarak maksimum dan minimum yang bisa ditoleransi oleh Macrocell User Equipment untuk bisa terjadinya komunikasi dari Macrocell dalam kondisi downlink dan juga uplink yaitu berada antara 39 m hingga 267 m.

6. DAFTAR PUSTAKA

[1] Femto Forum. 2008. Interference Management in UMTS Femtocells. Femto Forum, UK.

[2] Ju Yong Lee, S. Jae Bae, Y. Min Kwon and M.Young Chung . 2011. Interference Analysis for Femtocell Deployment in OFDMA Systems Based on Fractional Frequency Reuse. IEEE Communications Letters, vol. 15, no.4.

[3] C. Christophe, B. Christtopher, G. Andrea, P. Kevin and R. Kenneth. 2006. WCDMA (UMTS) Deployment Handbook Palnning and Optimization Aspects. All of QUALCOOM Incoporated California, USA.

[4] 3rd Generation Partnership Project. 2009.

UTRAN architecture for 3G Home NodeB.

Technical Specification.

[5] Morten Tolstrup. 2008. Indoor Radio Planning: a practical guide for GSM, DCS, UMTS and HSPA. John Wiley and Sons.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Job insecurity berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja karyawan yang berarti bahwa semakin tinggi rasa job insecurity pada karyawan kontrak Bali Dynasty Resort dapat

Gambar 2 menunjukkan Penyulang Cemara yang akan digambarkan pada Software ETAP v7.5 untuk mendapatkan nilai gangguan hubung singkat dengan jarak-jarak yang telah

Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa gaya geser yang bekerja pada pelengkung menggunakan material beton bertulang memiliki nilai yang lebih besar daripada gaya geser yang bekerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin baik persepsi kualitas, citra merek dan persepsi nilai yang dimiliki produk laptop merek Asus, maka akan semakin tinggi

Dilihat dari peran serta tenaga kesehatan, hasil perhitungan menunjukkan nilai p (1,000) > p value (0,05) berarti Ha ditolak dan Ho diterima, dengan demikian peran serta

perhitungan total dari semua ikatan yang ada. Energi ikatan menyatakan jumlah energi yang diperlukan untuk mengadakan interaksi antara ligan dengan reseptor. Semakin

Masalah tersebut dapat diatasi dengan menggunakan menggunakan metode Linear Scaling, dimana dalam perhitungan centralitydipengaruhi oleh jarak node tersebut yang

Grafik X̅ Sumber : Pengolahan data Gambar 4 Perhitungan Ulang Grafik x̄ Kadar ALB Setelah dilakukan perhitungan ulang, dapat dilihat dari grafik diatas tidak ada lagi nilai yang