Judul Kegiatan : Teori Server Teritorial dalam Penyelesaian Konflik Yurisdiksi Pidana dalam Cybercrime Nama Lengkap : Evi Retno Wulan, SH., M.Hum. Sementara itu, kejahatan dunia maya bisa saja dilakukan di luar wilayah negara, termasuk tindakan, cara, dan akibat yang ditimbulkannya. Dalam pengaturan yurisdiksi pidana, penerapan hukum pidana ekstrateritorial berdasarkan asas nasional, protektif, dan universal tidak menentukan tempat terjadinya tindak pidana.
Demikian pula kompetensi relatif pengadilan untuk mengadili kejahatan dunia maya yang dilakukan di luar wilayah teritorial negara tidak terletak pada tempat di mana kejahatan itu terjadi. Hal ini juga berlaku untuk permintaan bukti di negara yang diminta dimana pelaku kejahatan dunia maya berada. Dalam hal ini terjadi konflik yurisdiksi pidana antar masing-masing negara, karena suatu kejahatan siber tunduk pada yurisdiksi pidana masing-masing negara atau lebih dari satu negara.
Terhadap tindak pidana cyberhacking yang dilakukan oleh A berlaku hukum pidana berdasarkan asas teritorial Negara India dan hukum pidana berdasarkan asas kewarganegaraan aktif Negara Indonesia. Kewenangan pidana negara didasarkan pada kepentingan negara yang harus dilindungi terhadap kejahatan atau tindak pidana.Wilayah hukum negara disebut kewenangan pidana berdasarkan asas perlindungan. Demikian pula, yurisdiksi relatif pengadilan untuk mengadili kejahatan dunia maya yang dilakukan di luar wilayah negara tidak didasarkan pada tempat terjadinya kejahatan tersebut.
Untuk menyetujui Konvensi Dewan Eropa tahun 2001, suatu negara harus terlebih dahulu menyelaraskan peraturan kejahatan dunia maya dalam undang-undang nasionalnya dengan Konvensi tersebut.
Rumusan Masalah
Perlu adanya suatu prinsip baru yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan konflik yurisdiksi pidana antar negara, karena cara melalui negosiasi untuk menentukan yurisdiksi pidana negara mana yang dapat mengadili pelaku kejahatan siber menurut penulis masih belum efektif dalam menyelesaikan yurisdiksi pidana. konflik. Dengan adanya suatu prinsip yang dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam penyelesaian konflik yurisdiksi antar negara, maka penyelesaiannya cukup menggunakan prinsip tersebut.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian hukum yang digunakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu jenis penelitian yang mengkaji atau menganalisis peraturan perundang-undangan atau dari berbagai sumber kepustakaan lain yang dapat menjelaskan dan memberikan landasan hukum55, mengenai permasalahan yang berkaitan dengan ketentuan pelaksanaan peraturan perundang-undangan. tekad. yurisdiksi pidana menggunakan dan menjadikan teori Territorial Server sebagai asas dalam penyelesaian konflik yurisdiksi pidana kejahatan siber, serta kewajiban negara tempat server berada untuk turut serta mewujudkan Prinsip Teritorial Server dalam penyelesaiannya. konflik yurisdiksi pidana untuk kejahatan cyber. Dengan demikian, penelitian ini termasuk penelitian hukum normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara mengkaji berbagai bahan pustaka56 dengan menggunakan metode berpikir deduktif. Yang dimaksud dengan metode berpikir deduktif adalah cara berpikir untuk menarik kesimpulan dari suatu hal.
Pendekatan Penelitian
Sumber Bahan Hukum
Metode Pengumpulan Bahan Hukum
Metode Analisis Bahan Hukum
Sistematika Penulisan
Bab I (pertama) merupakan bab pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah guna merumuskan rumusan masalah untuk menentukan arah penelitian dan dasar pembahasannya, dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penelitian. Pada Bab II (kedua) terdapat bab tinjauan pustaka, yaitu kegiatan mencari, membaca dan mendengarkan laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Hasil kegiatan ini merupakan materi yang akan disampaikan untuk mengembangkan landasan teori atau kerangka penelitian.
Pada bab III (ketiga) merupakan bab mengenai metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini, yang meliputi Jenis Penelitian, Pendekatan Penelitian, Sumber Bahan Hukum, Metode Pengumpulan Bahan Hukum, Metode Analisis Bahan Hukum. Bab IV (Keempat) merupakan bab pembahasan mengenai perumusan dan pemanfaatan prinsip server teritorial sebagai solusi penyelesaian konflik yurisdiksi pidana antar negara dalam kejahatan siber. Bab ini juga membahas secara khusus mengenai kewajiban negara dimana server berada untuk ikut serta dalam penerapan Prinsip Server Teritorial sebagai solusi penyelesaian konflik yurisdiksi pidana antar negara dalam kejahatan siber.
Pada bab V. (kelima) terdapat bab tentang kesimpulan dan saran, yang merupakan rangkaian hasil penelitian berdasarkan analisis pada bab-bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan kesimpulan dan dapat diberikan saran lebih lanjut, agar dapat dapat menjadi kontribusi penting. untuk memikirkan tentang penuntutan kejahatan dunia maya. Teori hukum penyedia pusat merupakan salah satu teori konten hukum di Amerika yang berkaitan dengan yurisdiksi di dunia maya. Teori ini memiliki pendekatan lain yang dapat digunakan dalam mengatasi yurisdiksi dunia maya, yaitu dengan mempertimbangkan server tempat halaman web berada secara fisik, yaitu tempat pencatatannya sebagai data elektronik.
Menurut teori ini, halaman web yang dihosting di server Universitas Stanford tunduk pada hukum California. Bukti merupakan hal yang paling penting untuk menentukan bersalah atau tidaknya seseorang dan dalam kejahatan dunia maya, bukti merupakan bukti virtual atau dokumen elektronik yang disimpan di server dan rentan untuk diubah atau dihapus dalam hitungan detik. Faktanya, terdapat beberapa kendala dalam penerapan teori ini terkait dengan tempat pelaku kejahatan siber mengunggah, yang tentunya berkaitan dengan yurisdiksi pidana negara tempat pelaku mengunggah data yang digunakan untuk melakukan kejahatan siber.
Namun hal ini pada prinsipnya dapat diatasi dengan kesediaan negara tempat pelaku kejahatan siber mengunggah datanya, mengingat kemudahan pembuktian kejahatan siber tersebut sangat penting dalam menangkap pelaku kejahatan siber. Penjahat dunia maya diadili di negara mana pun, baik berdasarkan yurisdiksi lokal atau yurisdiksi nasional atau berdasarkan kewarganegaraan, namun jika tidak dapat membuktikannya, maka pelakunya akan dibebaskan dari hukum.
Kesimpulan
Saran
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor I1 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pelajaran Hukum Pidana, Bagian 1; Sistem Pidana, Teori Hukuman dan Batasan Penerapan Hukum Pidana, PT Raja Grafindo, Jakarta.
IDENTITAS DIRI
RIWAYAT PENDIDIKAN No Strata Nama dan Kota
DAFTAR PENELITIAN