• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Pengaturan Perlindungan Hukum Dan Keamanan Terhadap Wisatawan - Unud

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PDF Pengaturan Perlindungan Hukum Dan Keamanan Terhadap Wisatawan - Unud"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

Penelitian ini fokus pada aspek regulasi terkait perlindungan hukum dan keselamatan wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami aspek hukum terkait perlindungan hukum dan keselamatan wisatawan yang berkunjung ke negara tujuan wisata tersebut. Perlindungan hukum serta keamanan dan kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke suatu negara sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pariwisata.

Perlindungan hukum dan keselamatan bagi wisatawan sangat penting karena banyak wisatawan yang mengalami kejadian pencurian, penipuan dan tindakan kriminal lainnya yang merugikan dirinya. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen hendaknya dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya aspek hukum dan keselamatan bagi wisatawan. Mengingat luasnya cakupan aspek hukum hukum pariwisata, maka penelitian ini dibatasi pada perlindungan hukum dan keselamatan bagi wisatawan.

Untuk mengetahui dan memahami aspek hukum mengenai perlindungan hukum dan keselamatan wisatawan yang berkunjung ke suatu negara di suatu daerah tujuan wisata. Wisatawan yang berkunjung ke daerah tujuan wisata harus mendapat perlindungan dan keamanan hukum serta keselamatan diri dan harta benda yang dimilikinya. Selain itu untuk mengetahui tentang perlindungan hukum dan keamanan bagi wisatawan juga dapat mencari atau memperhatikan ketentuan Undang-undang No.

Untuk memahami perlindungan hukum dan keselamatan wisatawan sebagai konsumen/pengguna jasa wisata, perlu memperhatikan keberadaan kedua peraturan di atas.

Jenis Penelitian

Jenis Pendekatan

Sumber Bahan Hukum

Tehnik Pengumpulan Bahan Hukum

Tehnik Analisa Bahan Hukum

Tempat dan Jenis Gangguan Terhadap Keaanan dan Keselamatan Wisatawan

Demikian pula untuk perjalanan perlu ditanyakan rute yang lebih panjang, sebaiknya pendek agar perjalanannya lebih lama, dan jika menggunakan angkutan taksi, angka di argo mungkin lebih tinggi. Dalam perjalanan menuju suatu objek wisata dapat terjadi pencopetan, barang atau uang dan kecelakaan lalu lintas juga dapat terjadi. Selain rawan terhadap kejahatan manusia, kelemahan keamanan dan kecelakaan juga dapat terjadi, misalnya pada saat mandi di pantai, selancar, selancar, menyelam, mendaki gunung, dan lain-lain. 11.

Gangguan langsung ini merupakan gangguan yang langsung menyasar wisatawan, terdiri dari pencurian, pencopetan, perampokan, penipuan, pemerasan, penyerangan, pembunuhan. Kekhawatiran langsung ini dapat terjadi atau dilakukan di tempat kedatangan, perjalanan, penginapan, tempat menikmati makanan (restoran, kafe) atau sarana hiburan. Gangguan tidak langsung adalah gangguan yang tidak langsung ditujukan kepada wisatawan, namun menimbulkan rasa tidak aman dan kesusahan bagi wisatawan itu sendiri, misalnya bentrokan massal, tawuran, kerusuhan, demonstrasi anarkis, SARA.

Kecelakaan bisa terjadi karena kelalaian wisatawan itu sendiri atau pihak dinas pariwisata. Kecelakaan dalam pendakian gunung atau panjat tebing dapat terjadi karena wisatawan tidak mengikuti peraturan atau ketentuan dari petugas atau pengelola tempat wisata. Agen juga bisa melakukan kesalahan, seperti gagal menyediakan sistem keamanan yang memadai.

Gangguan yang disebabkan oleh teroris bisa terjadi di mana saja, tidak hanya di negara tertentu. Aktivitas teroris yang terjadi di Jakarta dan Bali terbukti berdampak negatif terhadap perkembangan pariwisata. Gangguan teroris dapat mengancam keamanan pariwisata dan berdampak negatif terhadap perkembangan dan kemajuan sektor pariwisata.12.

Pengaturan Perlindungan Hukum dan Keamanan Terhadap Wisatawan

Ketidaknyamanan dan ketidakpastian bagi wisatawan akan dirasakan oleh wisatawan, bahwa hak-haknya sebagai wisatawan tidak atau tidak terjaminnya perlindungan hukum di negara atau negara yang dikunjunginya. Seorang wisatawan yang berkunjung dan menginap di suatu negara tujuan wisata sangat mungkin mengalami kejadian atau kejadian yang membahayakan keselamatan dan keamanan harta benda dan nyawanya. Dalam konteks ini, pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah hendaknya menyiapkan perangkat hukum yang implementasinya efektif dalam upaya memberikan perlindungan hukum kepada wisatawan.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, perlindungan hukum yang dimaksud adalah melindungi hak-hak wisatawan yang menikmati wisatanya. Selama ini perlindungan hukum dan keselamatan wisatawan terbukti diserahkan kepada negara tujuan wisata, melalui peraturan perundang-undangan yang dibuatnya serta kebijakannya di bidang pariwisata. Dalam ketentuan Pasal 20 UU Pariwisata tersebut di atas, wisatawan mempunyai hak untuk memperoleh manfaat perlindungan hukum dan keamanan, perlindungan hak pribadi, dan perlindungan asuransi atas kegiatan pariwisata yang beresiko tinggi.

Yang diatur dalam undang-undang pariwisata adalah hak wisatawan, sebaliknya merupakan kewajiban pengusaha pariwisata, sebagaimana diatur dalam pasal 26 huruf d dan e undang-undang pariwisata sebagai berikut. Selain pengusaha pariwisata yang mempunyai kewajiban memberikan perlindungan hukum dan keamanan terhadap wisatawan, pemerintah sebagai otoritas mempunyai kewajiban yang sama, yang tertuang dalam Keputusan Pasal 23 huruf a, UU Pariwisata. Upaya memberikan perlindungan hukum dan keamanan kepada wisatawan tidak hanya melibatkan pemerintah tetapi juga pengusaha pariwisata.

Dalam rangka mengoptimalkan peran pemerintah khususnya pemerintah daerah, maka sangat diperlukan peraturan daerah untuk memperkuat kedudukan instansi terkait, pengusaha pariwisata dan masyarakat dalam mengambil kebijakan dalam upaya memberikan perlindungan hukum dan keamanan kepada wisatawan. Peraturan daerah yang dibentuk tentunya akan mengacu pada Undang-Undang Pariwisata (UU No. 10 Tahun 2009) dan peraturan lain di bidang pariwisata yang dikeluarkan pemerintah. Perlindungan hukum dan keselamatan bagi wisatawan tidak hanya diatur dalam Undang-Undang Pariwisata, tetapi juga dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Hak untuk memilih barang dan/atau jasa dan menerima barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar serta syarat dan jaminan yang dijanjikan. Hak atas informasi yang akurat, jelas dan jujur ​​mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa; Hak untuk menerima ganti rugi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

Salah satu hak konsumen, termasuk konsumen pengguna jasa di bidang pariwisata, yang dalam hal ini kita sebut wisatawan, adalah hak atas kenyamanan, keselamatan, dan keamanan dalam mengkonsumsi suatu barang dan/atau jasa. Padahal, menurut ketentuan Pasal 4 huruf a, bagi wisatawan selaku konsumen yang dirugikan akibat perbuatan peserta kegiatan pariwisata, maka yang bersangkutan berhak mendapatkan ganti rugi, ganti rugi, dan/atau penggantian bila jasa yang diterimanya tidak sesuai dengan yang diharapkan. tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

Kesimpulan

Saran-Saran

Pemerintah Daerah dan seluruh komponen pariwisata di daerah harus dapat menjelaskan ketentuan tersebut dalam Peraturan Daerah dan melaksanakan ketentuan tersebut secara konsisten dalam rangka penegakan hukum di bidang pariwisata.

Referensi

Dokumen terkait