• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Peraturan Itjen TTG Pug - Kementerian Kelautan dan Perikanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Peraturan Itjen TTG Pug - Kementerian Kelautan dan Perikanan"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL NOMOR 106/PER-ITJEN/2020

TENTANG

PEDOMAN PENGAWASAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSPEKTUR JENDERAL,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di bidang kelautan dan perikanan, perlu dilakukan pengawasan intern;

b. bahwa dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan pengawasan intern terhadap program/kegiatan pengarusutamaan responsif gender maka ditetapkan pedoman pengawasan intern tentang Pedoman Pengawasan Pengarusutamaan Gender di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Inspektur Jenderal tentang Pedoman Pengawasan Pengarusutamaan Gender di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

(2)

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional;

4. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengawasan Pelaksanaan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender untuk Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1346);

5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 29/PERMEN-KP/2014 tentang Pedoman Pengawasan Intern di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanna (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomo 1123);

6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 4/PERMEN-KP/2014 tentang Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 82);

7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 28/PERMEN-KP/2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi Program/Kegiatan Responsif Gender Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita

(3)

Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1233);

8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 51/PERMEN-KP/2016 tentang Pedoman Pemetaan Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang Kelautan dan Perikanan di Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1929);

9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 220) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 7/PERMEN-KP/2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 317);

10 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 67/PERMEN-KP/2016 tentang Roadmap Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan;

11 .

Peraturan Inspektur Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 115/PER-ITJEN/2020 tentang Pedoman Pengawasan Lingkup Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

(4)

Pasal 1

Menetapkan Pedoman Pengawasan Pengarusutamaan Gender di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Inspektur Jenderal ini.

Pasal 2

Pedoman Pengawasan Pengarusutamaan Gender di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan merupakan acuan dalam melaksanakan pengawasan intern terkait Pengarusutamaan Gender di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan

Pasal 3

Peraturan Inspektur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 13 Maret 2020 INSPEKTUR JENDERAL,

MUHAMMAD YUSUF

(5)

1 LAMPIRAN

PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL NOMOR 106/PER-ITJEN/2020

TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI

LINGKUNGAN KEMENTERIAN

KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan kepada seluruh Menteri/Kepala Lembaga Non Kementerian, Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia untuk melaksanakan Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam pembangunan. Pelaksanaan PUG tersebut diperkuat dengan dituangkannya PUG dalam Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, bahwa PUG merupakan salah satu strategi pembangunan nasional yang mengintegrasikan perspektif gender dalam bidang-bidang pembangunan.

Untuk mempercepat pelaksanaan PUG, pada tahun 2012 telah ditetapkan Stategi Nasional (Stranas) tentang Percepatan Pelaksanaan PUG melalui Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) melalui Surat Edaran Bersama Menteri Bappenas/PPN No.

270/M.PPN/11/2012, Menteri Keuangan No. SE-33/MK.02/2012, Menteri Dalam Negeri No. 050/4379A/2012, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No. SE 46/MPP-PA/11/2012. Keempat kementerian tersebut merupakan tim penggerak PPRG baik di pusat maupun di daerah. Dalam Stranas tersebut diatas, seluruh kementerian/lembaga atau K/L, dan Pemerintah Provinsi dan

(6)

2 Kabupaten/Kota diharuskan melaksanakan PPRG dengan mengacu kepada matrik kesepakatan dalam Stranas.

Di tingkat pusat, PPRG secara teknis telah menjadi bagian dari mekanisme penganggaran yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tentang petunjuk penyusunan dan penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA K/L). Salah satu aspek yang diatur dalam PMK tersebut adalah integrasi Anggaran Responsif Gender (ARG) dalam penganggaran. Pernyataan bahwa anggaran Kementerian/Lembaga telah responsif gender disebutkan dalam dokumen Gender Budget Statement (GBS). Dokumen pernyataan anggaran responsif gender tersebut dihasilkan dari analisis gender yang telah dilakukan melalui metode Gender Analisys Pathway (GAP). Kualitas hasil analisis gender sangat mempengaruhi kualitas dari dokumen anggaran responsif gender yang diterbitkan oleh masing-masing Kementerian/Lembaga.

Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mulai melakukan proses pembelajaran PUG sejak tahun 2010. Menteri Kelautan dan Perikanan telah menerbitkan Peraturan dan Keputusan terkait pelaksanaan PUG sejak tahun 2014, dimulai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 4/PERMEN-KP/2014 tentang Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Kementerian Kelautan dan Perikanan, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 28/PERMEN-KP/2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi Program/Kegiatan Responsif Gender Kementerian Kelautan dan Perikanan, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 51/PERMEN-KP/2016 tentang Pedoman Pemetaan Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang Kelautan dan Perikanan di Daerah, dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 67/PERMEN-KP/2016 tentang Roadmap Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pada tahun 2016 Kementerian Kelautan dan Perikanan mulai mengimplementasikan PUG melalui PPRG.

(7)

3 Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan selaku Aparat Pengawas Intern Pemerintah perlu memastikan kualitas dan relevansi ARG dalam sistem penganggaran dan memastikan tercapainya tujuan PUG melalui PPRG.

B. Tujuan

Tujuan penyusunan Pedoman Pengawasan PUG melalui PPRG lingkup Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah untuk memberikan panduan dalam perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan pengawasan PUG melalui PPRG.

C. Ruang Lingkup

Pedoman pengawasan PUG melalui PPRG ini meliputi seluruh kebijakan PUG melalui PPRG yang dikeluarkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, proses dan mekanisme PUG melalui PPRG, instrumen PUG melalui PPRG yang digunakan, dan indikator-indikator PUG melalui PPRG sebagai indikator capaian PPRG. Pengawasan PUG melalui PPRG fokus pada pencapaian keluaran (output) dari program/kegiatan yang telah memiliki lembar Gender Budget Statement (GBS) dan inisiasi program/kegiatan yang mempunyai potensi untuk bisa di tagging atau ditandai menjadi program/kegiatan yang responsif gender.

Bentuk pengawasan intern PUG melalui PPRG yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Kementerian Kelautan dan Perikanan berupa audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan pengawasan lainnya. Hal ini mengacu pada Peraturan Inspektur Jenderal Nomor 115 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengawasan Lingkup Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan.

(8)

4 D. Pengertian

1. Pengarusutamaan gender yang selanjutnya disingkat PUG adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan.

2. Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender yang selanjutnya di singkat (PPRG) adalah Instrumen untuk mengatasi adanya perbedaan atau kesenjangan akses,

partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan bagi perempuan dan laki-laki dengan tujuan untuk mewujudkan anggaran yang lebih berkeadilan

3. Perencanaan yang Responsif Gender adalah Perencanaan yang dibuat oleh seluruh lembaga pemerintah, organisasi profesi, masyarakat dan lainnya yang disusun dengan mempertimbangkan empat aspek yaitu: peran, akses, manfaat dan kontrol yang dilakukan secara setara antara perempuan dan laki-laki. Artinya adalah bahwa perencanaan tersebut perlu mempertimbangkan aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki, baik dalam proses penyusunannya maupun dalam pelaksanaan kegiatan

4. Gender adalah Perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi, dan status antara perempuan dan laki-laki yang bukan berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan relasi sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang lebih luas.

Jadi, gender merupakan konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai perkembangan zaman

5. Gender Analysis Pathway yang selanjutnya disingkat GAP adalah juga alur kerja analisis gender, merupakan model atau alat analisis gender yang dikembangkan oleh Bappenas bekerja sama

(9)

5 dengan Canadian International Development Agency (CIDA), dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (KPP&PA) untuk membantu para perencana melakukan pengarusutamaan gender

6. Gender Budget Statement yang selanjutnya di singkat GBS adalah Pernyataan Anggaran yang Responsif gender atau Lembar Anggaran Responsif Gender (Lembar ARG), yang merupakan dokumen pertangungjawaban spesifik gender yang disusun pemerintah yang menunjukkan kesediaan instansi untuk melakukan kegiatan berdasarkan kesetaraan gender dan mengalokasikan anggaran untuk kegiatan-kegiatan tersebut 7. Isu Gender adalah Suatu kondisi yang menunjukkan

kesenjangan perempuan dan laki-laki atau ketimpangan gender.

Kondisi ketimpangan gender ini diperoleh dengan membandingkan kondisi yang dicita-citakan (kondisi normatif) dengan kondisi gender sebagaimana adanya (kondisi subyektif).

8. Keadilan Gender (gender equity) adalah Perlakuan adil bagi perempuan dan laki-laki dalam keseluruhan proses kebijakan pembangunan nasional, yaitu dengan mempertimbangkan pengalaman, kebutuhan, kesulitan, hambatan sebagai perempuan dan sebagai laki-laki untuk mendapat akses dan manfaat dari usaha-usaha pembangunan; untuk ikut berpartisipasi dalam mengambil keputusan (seperti yang berkaitan dengan kebutuhan, aspirasi) serta dalam memperoleh penguasaan (kontrol) terhadap sumberdaya (seperti dalam mendapatkan/penguasaan keterampilan, informasi, pengetahuan, kredit, dan lain-lain)

9. Kebijakan/Program Responsif Gender adalah Kebijakan/program yang berfokus kepada aspek yang memperhatikan kondisi kesenjangan dan kepada upaya mengangkat isu ketertinggalan

(10)

6 dari salah satu jenis kelamin.

10. Kesenjangan Gender (gender gap) adalah Ketidakseimbangan atau perbedaan kesempatan, akses, partisipasi, dan manfaat antara perempuan dan laki-laki yang dapat terjadi dalam proses pembangunan

11. Kesetaraan Gender (gender equality) adalah Kesamaan kondisi dan posisi bagi perempuan dan laki-laki untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, pertahanan, keamanan nasional dan kesamaan dalam menikmati hasil yang dampaknya seimbang.

12. Analisis Gender adalah Identifikasi secara sistematis tentang isu-isu gender yang disebabkan karena adanya pembedaan peran serta hubungan sosial antara perempuan dan laki-laki.

Analisis gender perlu dilakukan, karena pembedaan-pembedaan ini bukan hanya menyebabkan adanya pembedaan diantara keduanya dalam pengalaman, kebutuhan, pengetahuan, perhatian, tetapi juga berimplikasi pada pembedaan antara keduanya dalam memperoleh akses dan manfaat dari hasil pembangunan, berpartisipasi dalam pembangunan serta penguasaan terhadap sumberdaya pembangunan.

13. Sensitif Gender adalah Kemampuan dan kepekaan seseorang dalam melihat dan menilai hasil-hasil pembangunan serta relasi antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan masyarakat.

14. Anggaran Responsif Gender yang selanjutnya di singkat ARG adalah Anggaran yang merespon kebutuhan, permasalahan, aspirasi dan pengalaman perempuan dan laki-laki yang tujuannya untuk mewujudkan kesetaraan gender

15. Bias Gender adalah Suatu pandangan yang membedakan peran, kedudukan, hak, serta tanggung jawab perempuan dan laki-laki

(11)

7 dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan pembangunan sehingga menimbulkan diskriminasi atau keberpihakan kepada salah satu jenis kelamin.

16. Data Terpilah adalah Data terpilah menurut jenis kelamin, status, dan kondisi perempuan dan laki-laki si seluruh bidang pembangunan yang meliputi kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan ketenagakerjaan, bidang politik dan pengambilan keputusan, bidang hukum dan sosial budaya dan kekerasan.

17. Responsif Gender adalah Perhatian dan kepedulian yang konsisten dan sistematis terhadap perbedaan-perbedaan perempuan dan laki-laki di dalam masyarakat yang disertai upaya menghapus hambatan-hambatan struktural dan cultural dalam mencapai kesetaraan gender.

18. Statistik Gender adalah Kumpulan data dan informasi terpilah menurut jenis kelamin yang memperlihatkan realitas kehidupan perempuan dan laki-laki yang mengandung isu gender. Statistik gender biasanya dipakai dalam konteks kebijakan, dengan tujuan untuk (1) melihat adanya ketimpangan gender secara komprehensif; (2) membuka wawasan para penentu kebijakan atau perencana tentang kemungkinan adanya isu gender; dan (3) bermanfaat untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kebijakan/program yang responsif gender.

19. Kontrol adalah kemampuan perempuan dan laki-laki untuk mengambil keputusan dalam pembangunan dan dalam penguasaan sumber daya pembangunan.

20. Manfaat adalah hasil yang dirasakan dan dinikmati perempuan dan laki-laki dari pembangunan.

21. Netral Genderal adalah Kebijakan/program/kegiatan atau kondisi yang tidak memihak kepada salah satu jenis kelamin.

22. Partisipasi adalah keikutsertaan bagi perempuan dan lakilaki

(12)

8 dalam setiap tahapan pembangunan.

23. Akses adalah peluang bagi perempuan dan laki-laki untuk mendapatkan kemudahan di segala bidang pembangunan.

24. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya di sebut APBN adalah Rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR dan ditetapkan dengan undang- undang.

25. Rencana Kerja Kementerian/ Lembaga (Renja K/L) adalah Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/ Lembaga, adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 1 (satu) tahun

26. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian / Lembaga (RKA K/L) adalah Rencana keuangan tahunan Kementerian/Lembaga yang disusun menurut Bagian Anggaran Kementerian/Lembaga.

27. Pengawasan adalah Proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar tugas pemerintah dan pembangunan dilaksanakan sesuai dengan rencana, program, dan peraturan perundang-undangan.

28. Pengawasan Intern adalah Seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan yang telah dilaksanakan telah sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.

29. Audit adalah Proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara independen. obyektif, dan profesional berdasarkan standar audit untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

(13)

9 30. Evaluasi adalah Rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau

prestasi suatu kegiatan dengan standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan

31. Pemantauan adalah Proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

32. Reviu adalah Penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan.

33. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Audit adalah Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis untuk

menentukan bahwa pejabat telah melaksanakan rekomendasi hasil pengawasan dalam tenggang waktu yang telah ditetapkan.

34. Kegiatan Pengawasan Lainnya adalah Berupa sosialisasi

mengenai pengawasan, pendidikan dan pelatihan pengawasan, pembimbingan dan konsultasi, pengelolaan hasil pengawasan, dan pemaparan hasil pengawasan.

(14)

10 BAB II

PENGARUSUTAMAAN GENDER DAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG RESPONSIF GENDER

Pengarusutamaan Gender (PUG) merupakan respon Pemerintah Indonesia atas dicanangkannya tahun Perempuan Internasional pada Tahun 1975 oleh Persatuan Bangsa Bangsa (PBB). Setelah itu, pemerintah Indonesia turut meratifikasi Convention on the Elimination of All Forms of Discriminations Against Women (CEDAW), Konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan pada Tahun 1984. Diikuti oleh penandatanganan berbagai kesepakatan Internasional yang berkaitan dengan masalah gender dan hak asasi manusia.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2014-2019, telah menetapkan tiga strategi pengarusutamaan pembangunan nasional yaitu Pemerintahan yang Baik, Pembangunan yang Berkelanjutan, dan Pengarusutamaan Gender. Ketiga pilar ini menjadi landasan operasional pelaksanaan seluruh kebijakan, program dan kegiatan baik di tingkat nasional maupun di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

A. Pengarusutamaan Gender melalui Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender

Pengarusutamaan gender (PUG) telah menjadi isu dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan guna meningkatkan kapasitas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam memainkan peran strategis dengan koordinasi dan dialog. PUG merupakan salah satu strategi pembangunan yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui pengintegrasian permasalahan, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki yang harus dimasukkan ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program, proyek, dan kegiatan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Instruksi Presiden Nomor

(15)

11 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional mengamanatkan kepada seluruh kementerian dan lembaga untuk mengintegrasikan gender pada setiap tahapan proses pembangunan yaitu mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pemantauan evaluasi pada seluruh bidang pembangunan.

Petunjuk pelaksanaan PUG melalui PPRG tercantum dalam lampiran Surat Edaran Bersama Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tentang Strategi Nasional Percepatan PUG melalui Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG).

Pengintegrasian gender ke dalam proses perencanaan dan penganggaran merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Oleh karena itu penerapan analisis gender sedapat mungkin dilakukan pada setiap tahapan penyusunan dokumen-dokumen kebijakan strategis dan dokumen kebijakan operasional. Dokumen kebijakan strategis yang meliputi RPJP, RPJM, Renstra K/L, RKP, Renja K/L dan Pagu Indikatif/Pagu Anggaran dan Pagu Alokasi. Sedangkan dokumen kebijakan operasional meliputi dokumen APBN, RKAKL dan DIPA, dokumen ini merupakan alat untuk pengimplementasian program dan kegiatan yang telah dirumuskan dalam dokumen-dokumen kebijakan strategis.

Dokumen kebijakan strategis yang telah mengintegrasikan PUG menjadi dasar untuk menyusun program/kegiatan/komponen yang responsif gender. Program dan kegiatan yang ada dalam dokumen Renstra, RKP, Renja K/L harus dijabarkan kembali pada penyusunan RKAKL/DIPA.

Pada proses penyusunan anggaran, ketentuan PPRG diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 142/PMK.02/2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK.02/2017 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, dimana semua materi ARG mengatur bahwa kementerian/lembaga yang telah mendapatkan pendampingan oleh

(16)

12 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mengenai PPRG wajib melaksanakan ARG.

Permasalahan isu gender dalam pembangunan bidang kelautan dan perikanan, secara garis besar diantaranya adalah:

1. belum semua perencana dan pengambil kebijakan menganggap isu gender adalah masalah prioritas;

2. kurangnya legitimasi peranan perempuan dalam bidang perikanan dan kelautan (hidden statistic);

3. keterbatasan data terpilah gender untuk melakukan analisis kebijakan/program dan kegiatan pembanguan kelautan dan perikanan;

4. kurangnya identifikasi kebutuhan perempuan di kawasan pesisir, akibat keterbatasan pemahaman petugas penyuluh dan pendamping lapangan terhadap peran perempuan dan laki-laki dalam akitivitas penangkapan dan pengolahan hasil perikanan;

5. belum optimalnya keterampilan dan pemberdayaan keluarga nelayan dalam mencari alternatif pendapatan (alternative income) pada saat paceklik melalui diversifikasi usaha ekonomi produktif;

6. kurangnya akses permodalan bagi kelompok usaha pengolahan perikanan yang sebagian besar dilakukan oleh perempuan;

7. mayoritas pengelola usaha pengolahan perikanan adalah perempuan namun pengambilan keputusan usaha didominasi oleh laki-laki;

8. jumlah kelompok pembudidaya laki-laki lebih banyak dari jumlah kelompok pembudidaya perempuan sehingga akses program belum merata;

9. teknologi hasil riset yang didesiminasikan belum mempertimbangkan kemampuan perempuan dalam mengoperasikannya;

10. tugas dan fungsi pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan dianggap lebih maskulin sehingga mayoritas pegawai laki-laki, terutama yang menduduki jabatan struktural; dan

11. kurangnya sosialisasi/informasi kegiatan pelatihan kepada kelompok perempuan nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah hasil perikanan

(17)

13 serta masih adanya kesenjangan mengakses pelatihan/peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia.

kegiatan pembangunan kelautan dan perikanan terbagi dalam kegiatan fisik/infrastruktur dan non fisik (pedoman/manual kebijakan/program/rencana dan lain-lain) yang mempunyai karakteristik berbeda di masing-masing satuan kerja. Oleh karena itu penanganan isu gender dalam tiap unit juga berbeda.

PUG dilaksanakan dengan memenuhi tujuh prasyarat PUG yang terdiri dari komitmen, kebijakan, kelembagaan, sumber daya, data pilah, alat analisis, dan partisipasi masyarakat. Prasyarat ini merupakan input yang harus diimplementasikan sehingga menghasilkan keluaran- keluaran yang berkontribusi pada berkurangnya kesenjangan gender di sektor-sektor pembangunan. Kontribusi yang dimaksud diharapkan tidak hanya menyelesaikan masalah-masalah kebutuhan praktis, tetapi juga berkontribusi dalam menyelesaikan masalah-masalah strategis yang terkait dengan relasi gender. Pelaksanaan PUG tidak hanya berhenti pada pemenuhan prasyarat saja, akan tetapi diharapkan dapat meningkatkan ketepatan sasaran dalam pembangunan. Sehingga pembangunan bukan saja ekonomis, efisien, dan efektif, tetapi juga berkeadilan. Tabel 2.1 berikut ini menjelaskan tujuh prasyarat PUG.

Tabel 2.1 Prasyarat PUG

NO. PRASYARAT YANG

DIPERLUKAN KOMPONEN

1 Komitmen

Adanya komitmen politik dan kepemimpinan lembaga, misalnya komitmen yang tertuang dalam renstra

Peraturan Perundang-Undangan

2 Kebijakan

Adanya kerangka kebijakan sebagai wujud komitmen pemerintah yang ditujukan

Kebijakan, Strategi, Program, Proyek, Kegiatan, Panduan, Juklak, Juknis, Kerangka Kerja Akuntabilitas, Kerangka Pemantauan dan Evaluasi

(18)

14 bagi perwujudan kesetaraan

gender di berbagai bidang pembangunan.

3 Kelembagaan

Adanya struktur dan mekanisme pemerintah

yang mendukung

pelaksanaan PUG.

Pokja PUG, Focal Point, Sekretariat PPRG, Forum, dan Tim ARG

4 Sumber Daya

Adanya sumber daya yang memadai, yaitu sumber daya manusia yang memiliki kepekaan, pengetahuan, dan keterampilan analisis gender, dan sumber dana yang memadai untuk pelaksanaan PUG dan anggaran program/kegiatan yang dialokasikan untuk merespon kesenjangan gender (ARG).

Sumber Daya Manusia dan Sumber Dana

5 Data Terpilah

Adanya sistem informasi dan data terpilah menurut jenis kelamin, usia, wilayah, dan kategori lain yang mendukung

Data dan statistik yang terpilah menurut jenis kelamin

6 Alat Analisis

Adanya alat analisis untuk perencanaan penganggaran, serta monitoring dan evaluasi.

Alat analisis gender, seperti GAP

7 Partisipasi Masyarakat

Adanya dorongan dan keterlibatan masyarakat kepada pemerintah dalam pelaksanaan PUG.

Partisipasi masyarakat dalam mekanisme dialog dan diskusi

Integrasi PUG dalam perencanaan dan penganggaran diimplementasikan melalui Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG).

Perencanaan terkait dengan penentuan prioritas tindakan untuk mencapai

(19)

15 tujuan tertentu, sedangkan penganggaran menggambarkan bagaimana alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan Responsif Gender (PRG) dilakukan untuk menjamin keadilan dan kesetaraan bagi perempuan dan laki-laki dalam aspek akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat pembangunan dengan melakukan analisis gender. Perencanaan ini dibuat dengan mempertimbangkan aspirasi, kebutuhan, permasalahan serta pengalaman perempuan dan laki-laki, baik dalam proses penyusunannya maupun dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam konteks perencanaan tingkat Pusat, PRG ini direfleksikan dalam Dokumen RPJMN, RKP, Renstra K/L, dan Renja K/L. RPJMN telah secara tersirat menyebutkan bahwa PUG merupakan salah satu strategi pengarusutamaan dalam pembangunan nasional, oleh karenanya harus dipedomani dalam menyusun Renstra K/L, dengan menerjemahkannya sebagai strategi yang digunakan dalam pembangunan di sektor yang bersangkutan, dan kemudian dijabarkan dalam Renja K/L, serta dialokasikan anggarannya dalam APBN.

Perencanaan Responsif Gender yang dilanjutkan dengan Penganggaran Responsif Gender (Selanjutnya disebut Perencanaan dan Penganggaran yang responsif Gender/PPRG) diharapkan dapat menghasilkan Anggaran Responsif Gender (ARG) yang direfleksikan dalam dokumen APBN, dimana kebijakan pengalokasian anggaran disusun untuk mengakomodasi kebutuhan yang berbeda antara perempuan dan laki-laki.

Implementasi PPRG diharapkan dapat:

1. Memenuhi Aspek Ekonomis, Efektif, dan Efisien

Setiap Kegiatan yang ditaging responsif gender harus memenuhi prinsip 3E. Pada analisis situasi/analisis gender dilakukan pemetaan peran, kondisi, kebutuhan serta permasalahan perempuan dan laki-laki. Dengan demikian, analisis gender akan menguraikan dan memberikan jawaban yang lebih tepat untuk memenuhi kebutuhan perempuan dan laki-laki dalam penetapan program/kegiatan dan anggaran, menetapkan kegiatan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi kesenjangan gender, dan siapa

(20)

16 yang sebaiknya dijadikan target sasaran dari sebuah program/kegiatan, kapan, dan bagaimana program/kegiatan akan dilakukan.

2. Mengurangi Kesenjangan Tingkat Penerima Manfaat Pembangunan (Equity) Dengan analisis situasi/analisis gender dapat diidentifikasi adanya perbedaan permasalahan dan kebutuhan antara perempuan dan laki-laki sehingga dapat membantu para perencana maupun pelaksana untuk menemukan solusi dan sasaran yang tepat dalam rangka menjawab permasalahan dan kebutuhan yang berbeda sehingga hasil pembangunan dapat bermanfaat secara lebih adil.

Pelaksanaan PPRG menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Syarat utama untuk melaksanakan PPRG adalah kemauan politik dan komitmen dari pembuat kebijakan publik.

2. Penerapan PPRG fokus pada program dan kebijakan dalam rangka:

a) Penugasan prioritas pembangunan nasional dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs);

b) Pelayanan kepada masyarakat (service delivery) berdasarkan pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM); dan/atau

c) Pencapaian visi dan misi pembangunan.

3. ARG bukan fokus pada perencanaan dan penyediaan anggaran dengan jumlah tertentu untuk Pengarusutamaan Gender saja, tapi lebih luas lagi, bagaimana perencanaan dan anggaran keseluruhan dapat memberikan manfaat yang adil untuk perempuan dan laki-laki. Prinsip tersebut mempunyai arti:

a) ARG bukanlah program dan anggaran yang terpisah untuk perempuan dan laki-laki;

b) ARG sebagai pola anggaran yang akan menjembatani kesenjangan status, peran, dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki;

c) ARG bukanlah dasar atau alasan yang dapat dijadikan untuk meminta tambahan alokasi anggaran;

d) ARG tidak selalu berarti penambahan program dan anggaran yang dikhususkan untuk program perempuan;

(21)

17 e) ARG bukan berarti ada jumlah program dan alokasi dana 50% untuk

perempuan dan 50% untuk laki-laki dalam setiap kegiatan.

Dengan demikian, ARG yang diharapkan adalah setiap program/kegiatan yang terkait dengan pelayanan (service delivery), mendukung prioritas pembangunan nasional, serta percepatan pencapaian SPM dan SDGs harus responsif gender. Sedangkan, program/kegiatan responsif gender yang dimaksud adalah:

1. Program/kegiatan yang dalam proses penyusunannya dilakukan analisis gender, yaitu: 1) Menggunakan data pembuka wawasan; 2) Program/kegiatan yang disusun terkait secara logis dengan masalah yang ingin diatasi; 3) Mengakomodasi kebutuhan praktis dan strategis gender.

2. Program/kegiatan yang memiliki indikator kinerja yang memenuhi kriteria SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, Timebound).

3. Program/kegiatan yang memiliki alokasi anggaran memadai dan menerapkan prinsip ekonomis, efisien, efektif, dan berkeadilan dalam penyusunan anggarannya.

4. Program/kegiatan responsif gender ditandai dengan adanya Gender Budget Statement (GBS) pada tahap penganggarannya.

PPRG dilakukan melalui analisis gender dan penyusunan GBS. Hasil analisis gender yang dilakukan dan GBS yang dibuat menjadi acuan dalam menyusun seluruh dokumen penganggaran. Analisis gender diintegrasikan ke dalam dokumen perencanaan baik itu yang bersifat nasional seperti RPJMN, maupun di tingkat K/L seperti Renstra K/L dan Renja K/L. Hasil analisis gender secara konsisten mempengaruhi dan dijabarkan dalam dokumen lainnya. Dalam dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah (lima tahunan), isu-isu gender dalam RPJMN dijabarkan lebih lanjut dalam Renstra K/L. Dalam dokumen perencanaan pembangunan tahunan, isu gender diidentifikasi dan direncanakan melalui program/kegiatan Renja K/L untuk mengurangi kesenjangannya. Selanjutnya, hasil analisis gender dalam dokumen perencanaan dituangkan dalam dokumen penganggaran sebagai respon dari sisi alokasi anggaran, RKP dituangkan dalam RAPBN dan Renja

(22)

18 K/L dituangkan dalam RKA K/L. Untuk memastikan bahwa penganggaran sudah merespon kesenjangan dalam analisis gender, dibutuhkan satu pernyataan bahwa ada alokasi anggaran dalam program dan kegiatan untuk mengatasi permasalahan kesenjangan gender. Pernyataan ini dituangkan dalam GBS yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari RKA K/L.

Berikut adalah tahap-tahap yang dilakukan dalam penyusunan PPRG:

1. Menganalisis adanya isu kesenjangan gender dalam output kegiatan.

Pada proses ini diperlukan perangkat untuk melakukan analisis gender dengan menggunakan Gender Analisis Pathway (GAP) atau perangkat analisis gender lainnya. Penyusunan GAP mengacu pada Juklak PPRG untuk Pemerintah Pusat yang merupakan Lampiran 1 dari Surat Edaran Bersama Menteri Bappenas/PPN No.270/M.PPN/11/2012, Menteri Keuangan No. SE33/MK.02/2012, Menteri Dalam Negeri No.

050/4379A/2012 dan Menteri PP&PA No. SE 46/MPP-PA/11/2012 tentang Percepatan Pengarusutamaan Gender melalui Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender. Adapun komponen-komponen yang ada dalam analisis gender dengan GAP diimplementasikan dengan 9 langkah analisis meliputi:

Tabel 2.2 Langkah-Langkah GAP

LANGKAH URAIAN MUATAN

Langkah 1 Nama

Kebijakan/Program/Kegiatan Berisi nama kebijakan/program/kegiatan yang dipilih untuk analisis berikut tujuan dan sasaran.

Kebijakan/program/kegiatan yang dipilih merupakan kebijakan/program/kegiatan yang:

a) mendukung pencapaian prioritas pembangunan nasional dan target-target SGDs;

b) merupakan prioritas

(23)

19

LANGKAH URAIAN MUATAN

pembangunan K/L;

c) mempunyai alokasi anggaran yang besar;

d) penting terkait isu gender.

Langkah 2 Data Pembuka Wawasan Berisi data terpilah menurut jenis kelamin dan usia atau data terkait isu gender. Data dapat berupa hasil kajian, riset, dan evaluasi yang digunakan sebagai pembuka wawasan untuk melihat apakah ada kesenjangan gender (baik data kualitatif maupun kuantitatif). Jika data terpilah tidak tersedia, dapat menggunakan data-data proksi dari sumber lainnya.

Langkah 3 Faktor Kesenjangan Berisi hasil identifikasi faktor- faktor penyebab kesenjangan berdasarkan:

a) akses, yaitu identifikasi apakah kebijakan/program

pembangunan telah

memberikan ruang dan kesempatan yang adil bagi perempuan dan laki-laki;

b) partisipasi, yaitu identifikasi apakah kebijakan atau program pembangunan melibatkan secara adil bagi perempuan dan laki-laki dalam menyuarakan kebutuhan, kendala, termasuk dalam pengambilan keputusan;

c) kontrol, yaitu identifikasi apakah kebijakan/program memberikan kesempatan penguasaan yang sama kepada perempuan dan laki-laki untuk mengontrol sumber daya pembangunan;

d) manfaat, yaitu identifikasi apakah kebijakan/program memberikan manfaat yang adil bagi perempuan dan lakilaki.

(24)

20

LANGKAH URAIAN MUATAN

Langkah 4 Sebab Kesenjangan Internal Berisi sebab kesenjangan di internal lembaga (budaya organisasi yang menyebabkan terjadinya isu gender).

Langkah 5 Sebab Kesenjangan

Eksternal Berisi sebab kesenjangan di eksternal lembaga, yaitu di luar unit kerja pelaksana program,

sektor lain, dan

masyarakat/lingkungan target program.

Langkah 6 Reformulasi Tujuan Berisi reformulasi tujuan kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan menjadi responsif gender (bila tujuan yang ada belum responsif gender).

Reformulasi ini harus menjawab kesenjangan dan penyebabnya yang diidentifikasi di langkah 3, 4, dan 5.

Langkah 7 Rencana Aksi Berisi rencana aksi yang mencakup prioritas, output, dan hasil yang diharapkan dengan merujuk isu gender yang telah diidentifikasi. Rencana aksi tersebut merupakan rencana kegiatan untuk mengatasi kesenjangan gender.

Langkah 8 Basis Data (Baseline) Berisi baseline atau dasar yang dipilih untuk mengukur suatu kemajuan atau progres pelaksanaan kebijakan atau program. Data dasar tersebut dapat diambil dari data pembuka wawasan yang relevan dan strategis untuk menjadi ukuran.

Langkah 9 Indikator Kinerja Berisi indikator kinerja yang mencakup capaian output maupun outcome yang mengatasi kesenjangan gender di langkah 3, 4, dan 5.

untuk mempermudah pemahaman dan alur pikir, hasil analisis GAP disusun dalam Tabel 2.3 seperti di bawah ini:

(25)

21 Tabel 2.3 Tabel GAP

NAMA KEBIJA KAN/PR OGRAM /KEGIA TAN

DATA PEMB

UKA WAW ASAN

ISU GENDER KEBIJAKAN DAN RENCANA

KE DEPAN

PENGUKURAN HASIL FAK

TOR KES ENJ ANG AN

SEBA B KESE NJAN GAN INTER NAL

SEBA B KESE NJAN GAN ERNAEKST

L

REFOR MULAS

I TUJUA

N

RENC A N A AKSI

BASIS DATA (BASE

LINE)

INDIKA TOR KINERJ

A

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

2. Menyusun Gender Budget Statement (GBS)

GBS atau Pernyataan Anggaran Gender (PAG) disebut juga dengan Lembar Anggaran Responsif Gender (Lembar ARG) merupakan dokumen akuntabilitas yang berperspektif gender dan disusun oleh lembaga pemerintah untuk menginformasikan suatu kegiatan telah responsif terhadap isu gender yang ada, dan apakah telah dialokasikan dana yang memadai pada kegiatan bersangkutan untuk menangani permasalahan gender tersebut.

GBS disusun pada saat persiapan penyusunan RKA K/L. GBS memuat komponen-komponen sebagai berikut:

a. Kebijakan/Program/Kegiatan

Merupakan informasi mengenai kebijakan/program/kegiatan telah dianalisis dan dialokasikan anggarannya untuk merespon isu gender, dimana rumusannya sesuai hasil restrukturisasi program/kegiatan yang tercantum dalam dokumen perencanaan (RKA). Jika program

(26)

22 yang dicantumkan merupakan program multiyears, maka GBS disusun cukup satu saja, tetapi setiap tahun dilakukan penyesuaian sesuai dengan capaian program.

b. Analisis Situasi

Berisi uraian ringkas yang menggambarkan persoalan yang akan ditangani/dilaksanakan oleh kegiatan yang menghasilkan output.

Analisis ini mencakup data pembuka wawasan, faktor kesenjangan, dan penyebab permasalahan kesenjangan gender, serta menerangkan bahwa keluaran dan hasil kegiatan yang akan dihasilkan mempunyai pengaruh kepada kelompok sasaran tertentu. Pengambilan butir-butir dari langkah GAP disusun dalam bentuk narasi yang singkat, padat, dan mudah dipahami. Isu gender dapat diidentifikasi melalui aspek akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat.

c. Rencana Aksi

Terdiri atas kegiatan, berikut masukan, keluaran, dan hasil yang diharapkan. Tidak semua kegiatan dicantumkan. Kegiatan yang dicantumkan merupakan kegiatan prioritas yang secara langsung mengubah kondisi ke arah kesetaraan gender.

d. Indikator Kinerja

Merupakan indikator-indikator kinerja yang akan dicapai dengan adanya kegiatan-kegiatan untuk mendukung tercapainya tujuan program. Capaian program terdiri dari tolok ukur serta indikator dan target kinerja yang diharapkan.

e. Anggaran

Merupakan jumlah keseluruhan alokasi anggaran yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan dari program yang dianalisis.

Berikut adalah contoh format sebagaimana dalam Juklak PPRG adalah sebagai berikut ini:

(27)

23 Tabel 2.4 Format GBS

PERNYATAAN ANGGARAN GENDER (GENDER BUDGET STATEMENT) Nama K/L : (Nama Kementerian Negara/Lembaga) Unit Organisasi : (Nama Unit Eselon I sebagai KPA) Unit Eselon II/

Satker : (Nama Unit Eselon II di kantor pusat yang bukan sebagai Satker/nama Satker

Program : Nama Program hasil

restrukturisasi/penyempurnaannya

Kegiatan : Nama Kegiatan hasil

restrukturisasi/penyempurnaannya Indikator

Kinerja Kegiatan

: Nama Indikator Kinerja Kegiatan hasil restrukturisasi/ penyempurnaannya

Keluaran (output) kegiatan

: Jenis, volume, dan satuan suatu keluaran (output) kegiatan hasil restrukturisasi/penyempurnaannya Analisis Situasi uraian ringkas yang menggaambarkan persoalan yang

akan ditangani/dilaksanakan, meliputi: data pembuka wawasan, faktor kesenjangan, dan penyebab permasalahan kesenjangan, dan penyebab permasalahan kesenjangan gender.

dalam hal data pembuka wawasan (berupa data terpilah) untuk kelompok sasaran baik laki-laki/perempuan tidak tersedia data kuantitatif maka dapat menggunakan data kualitatif.

keluaran (output)/sub-output kegiatan yang akan dihasilkan mempunyai pengaruh kepada kelompok sasaran tertentu.

Isu gender pada komponen ...

(isu/kesenjangan gender yang ada pada komponen inputnya)

(hanya komponen yang terdapat isu/kesenjangan gendernya)

Rencana Aksi

Komponen Tahapan dari suatu keluaran (output).

komponen ini harus relevan dengan keluaran (ouput) kegiatan yang dihasilkan

Komponen Dipilih hanya sub-output yang secara langsung mengubah kondisi ke arah kesetaraan gender

Alokasi Anggaran Keluaran (Output) Kegiatan

Jumlah anggaran (Rp) yang dialokasikan untuk mencapai keluaran (output) kegiatan

(28)

24 Dampak/Hasil

Keluaran (Output) Kegiatan

Dampak/hasil secara luas dari keluaran (output) kegiatan yang dihasilkan dan dikaitkan dengan isu gender serta perbaikan ke arah kesetaraan gender.

Jakarta, --- Penanggung Jawab

--- NIP.

Setelah berakhir periode pelaksanaan program/kegiatan, unit organisasi menyusun laporan pelaksanaan GBS untuk mendokumentasikan baik capaian kinerja maupun keuangan. Laporan tersebut dapat dituangkan dalam Tabel 2.4 seperti di bawah ini:

Tabel 2.5 Format Laporan Pelaksanaan GBS Unit Organisasi : ...

TA : ...

NO.

PROGRAM/KEG IATAN YANG DILENGKAPI DENGAN GBS

KEUANGAN KINERJA

Alokasi Anggar

an

Rea lisa

si Persentase Tar

get Realisa

si Persenta se (1) (2) (3) (4) (5=(4/3)*1

00%) (6) (7) (8=(7/6)*

100%)

B. Arti Penting Pengawasan PPRG

Pengawasan terhadap PPRG secara keseluruhan merupakan upaya penguatan pelaksanaan dan pelembagaan PPRG dalam sistem perencanaan dan penganggaran di Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Pengawasan ini menjadi bagian yang sangat penting dalam PPRG untuk menguatkan pelaksanaan PPRG di Kementerian Kelautan dan Perikanan

(29)

25 dengan mengoptimalkan peran Inspektorat sebagai institusi yang memiliki peran melakukan pengawasan. Lingkup pengawasan PPRG sampai kepada output kegiatan, untuk memastikan bahwa indikator kinerja output yang terdapat isu gender di dalamnya telah tercapai dan berkontribusi kepada kesetaraan dan keadilan gender yang dalam pelaksanaannya akan dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Hal ini sejalan dengan reformasi pengelolaan keuangan negara, baik di tingkat pusat dan tingkat daerah yang salah satunya menekankan penguatan pengendalian intern instansi pemerintah.

(30)

26 BAB III

PELAKSANAAN PENGAWASAN INTERN

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah mendefinisikan bahwa Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik.

Sebagai salah satu bentuk implementasi Peraturan Pemerintah tersebut, Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menerbitkan Peraturan Inspektur Jenderal Nomor 115/PER-ITJEN/2020 tentang Pedoman Pengawasan Lingkup Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Pengawasan pengarusutamaan gender melalui perencanaan dan penganggaran responsif gender di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan dilakukan dalam bentuk audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya.

A. Metodologi Pengawasan Pelaksanaan PPRG

Metodologi pengawasan PPRG pada dasarnya sama dengan pengawasan yang selama ini dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan. Perbedaannya hanyalah pada ruang lingkup yang difokuskan pada pengawasan pelaksanaan program/kegiatan yang telah memiliki GBS dan inisiasi program/kegiatan yang mempunyai potensi untuk bisa di tagging atau ditandai menjadi program/kegiatan yang responsif gender. Metodologi Pengawasan PPRG mencakup 7 tahapan kegiatan berikut ini:

(31)

27 1. Menentukan kriteria;

Pada tahap ini, yang dilakukan adalah menyusun kriteria dan standar berdasarkan Strategi Nasional Percepatan PUG melalui PPRG, kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan tentang PPRG (baik dalam bentuk peraturan menteri, keputusan menteri, peraturan dan/atau keputusan Eselon I, dan bentuk lainnya) dan dokumen perencanaan dan penganggaran Kementerian Kelautan dan Perikanan (terutama Renstra, Renja, DIPA, RKA K/L, KAK/TOR, dan RAB).

Kriteria yang digunakan dalam pengawasan pelaksanaan PPRG mencakup:

1) pemenuhan atas ketersediaan GBS;

2) kualitas GBS; dan 3) pelaksanaan GBS.

2. Mengukur kegiatan yang dilakukan;

Langkah ini dilakukan dengan mendapatkan informasi mengenai program/ kegiatan yang dilakukan, baik melalui review dokumen maupun wawancara atau diskusi dengan pihak pelaksana kegiatan dan penerima manfaat. Pengumpulan informasi difokuskan untuk mengetahui praktik pelaksanaan PPRG sehingga APIP memiliki data dan informasi yang memadai terkait tiga aspek yang ditetapkan, yaitu ketersediaan GBS, kualitas GBS dan pelaksanaan GBS.

3. membandingkan realisasi dengan kriteria;

Langkah ini dilakukan dengan membandingkan antara hasil pengukuran kegiatan dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan di langkah pertama. Dalam membandingkan antara realisasi dengan kriteria dan standar, pengawas perlu memfokuskan pada kriteria sebagaimana kriteria tabel berikut ini:

(32)

28 Tabel 3.1 Penilaian Realisasi PPRG

NO. ASPEK KRITERIA TEMUAN

Regulasi Standar

1. Pemenuhan Ketersediaan GBS

a. SEB Stranas Percepatan PUG melalui PPRG;

b. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 4/PERMEN-KP/2014 tentang Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Kementerian Kelautan dan Perikanan; dan c. Peraturan terkait

lainnya.

Unit Kerja menyusun GBS

2. Kualitas GBS a. SEB Stranas Percepatan PUG melalui PPRG;

a. Program/kegiatan yang dipilih untuk disusun GBS merupakan program strategis dan prioritas, yaitu

program/kegiatan yang:

Mendukung

pencapaian prioritas pembangunan

nasional dan target- target SDGs

Merupakan kegiatan prioritas sebagaimana termuat dalam

dokumen perencanaan Penting dilakukan untuk mengatasi isu gender di sektor terkait

b. Petunjuk

Pelaksanaan PPRG sebagai lampiran Stranas Percepatan PUG melalui PPRG

b. Analisis situasi

menyajikan data yang relevan, baik berupa data terpilah atau data spesifik gender

c. Petunjuk

Pelaksanaan PPRG c. Analisis situasi

menyajikan isu gender

(33)

29

NO. ASPEK KRITERIA TEMUAN

Regulasi Standar

sebagai lampiran Stranas Percepatan PUG melalui PPRG

secara jelas

d. Petunjuk

Pelaksanaan PPRG sebagai lampiran Stranas Percepatan PUG melalui PPRG

d. Ada keterkaitan secara logis antara analisis situasi dengan rencana aksi dan indikator kinerja

3. Pelaksanaan

GBS a. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 4/PERMEN-KP/2014 tentang Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Kementerian Kelautan dan Perikanan; dan b. Peraturan terkait

lainnya.

Indikator output tercapai

Untuk memudahkan proses analisis, lembar kertas kerja penelaahan GBS digunakan sebagai alat bantu.

Tabel 3.2 Lembar Kertas Kerja Penelaahan GBS

Unit Organisasi : Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut

Unit Kerja Eselon II : Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

NO. PERTANYAAN KETERANGAN CATATAN

1. Program/Kegiatan/Komponen a. Program/Kegiatan yang dipilih

merupakan Program Prioritas Nasional dalam RPJMN

b. Program/Kegiatan yang dipilih merupakan kegiatan yang terkait dengan pelayanan kepada masyarakat.

c. Program/Kegiatan yang dipilih merupakan dukungan pada d. Perumusan tujuan

(34)

30 2. Analisis Situasi

a. Isu gender yang teridentifikasi didukung oleh data terpilah dan atau data spesifik gender yang relevan.

b. Mencantumkan isu kesenjangan gender dan penyebabnya dari internal lembaga dan/atau di eksternal.

c. Kesenjangan gender tercermin jelas dalam rumusan isu kesenjangan.

d. Tercantum indikator (tercantum dalam RPJMN/Renstra) yang akan digunakan sebagai baseline dalam pengurangan kesenjangan gender.

4. Rencana Aksi

a. Rencana aksi dapat menjawab isu gender dan penyebabnya (internal dan eksternal).

b. Rencana aksi mempunyai alur logis dengan tujuan.

c. Indikator Kinerja SMART 5. Anggaran:

Alokasi anggaran output kegiatan sesuai dengan yang tercantum dalam pagu indikatif.

6. Dampak:

Dampak/hasil output kegiatan berkontribusi pada pengurangan kesenjangan gender.

7. Keterkaitan dengan RPJMN:

Outoput terkait langsung dengan indikator yang ada di RPJMN

Rekomendasi Perbaikan:

Jakarta, --- ---

Peneliti Biro Perencanaan Pereviu Inspektorat

(---

---) (---)

(35)

31 4. Memberikan saran rekomendasi perbaikan;

Berdasarkan temuan yang didapatkan pada langkah ketiga, APIP menyusun saran dan rekomendasi perbaikan. Rekomendasi difokuskan pada perbaikan pelaksanaan PPRG di masa berikutnya yang disesuaikan dengan capaian pelaksanaan PPRG saat ini. Rekomendasi dapat disusun untuk masing-masing pemangku kepentingan, antara lain rekomendasi kepada Kepala Unit Kerja/Satker, Pokja PUG, dan Focal Point PUG. Materi inti rekomendasi adalah sebagai berikut:

a. bagi Unit Kerja/Satker yang belum menyusun GBS, maka rekomendasi ditekankan pada perlunya komitmen Unit Kerja/Satker untuk menyusun GBS;

b. bagi Unit Kerja/Satker yang sudah menyusun GBS, namun belum berkualitas, maka rekomendasi ditekankan untuk meningkatkan kualitas dari GBS yang disusun; dan

c. bagi Unit Kerja/Satker yang sudah menyusun GBS dan sudah berkualitas, maka rekomendasi ditekankan pada penguatan implementasi dan pengembangan.

5. Memaparkan hasil temuan dan rekomendasi;

Pada tahap ini, APIP menyampaikan hasil temuan dan saran rekomendasi yang disusun dalam proses pengawasan kepada pelaksana. Pemaparan ini bertujuan untuk mendapatkan tanggapan atau klarifikasi agar pengawasan tidak hanya dilakukan secara sepihak. Masukan yang didapat dalam tahapan ini digunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan.

6. Melakukan pemantauan tindak lanjut;

Pada tahap ini, APIP mengumpulkan informasi mengenai sejauh mana tindak lanjut yang telah dilakukan atas saran dan rekomendasi laporan hasil pengawasan tahun sebelumnya. APIP perlu mencatat hal-hal yang telah dilaksanakan dan capaiannya serta kendala yang dihadapi dalam melaksanakan rekomendasi tahun sebelumnya. Hasil dari pemantauan

(36)

32 tindak lanjut akan dituangkan dalam draft laporan, di bagian tentang Pemantauan Tindak Lanjut.

7. Menyusun laporan.

Pada tahap ini, yang dilakukan adalah menyusun laporan yang bahannya berasal dari output yang dihasilkan dari langkah-langkah sebelumnya. Laporan disusun berdasarkan format yang telah diatur dalam Peraturan Inspektur Jenderal Nomor 115/PER-ITJEN/2020 tentang Pedoman Pengawasan Lingkup Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan.

B. Komponen-Komponen Pengawasan Pelaksanaan PPRG

Komponen-komponen pengawasan atas pelaksanaan PPRG mencakup:

1. instrumen PPRG yang dinyatakan dalam Peraturan/Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan.

2. obyek pengawasan, yaitu semua unit kerja di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan, untuk melihat sejauh mana komitmen unit kerja dalam melaksanaan PPRG yang dibuktikan dengan keberadaan dokumen Gender Budget Statement (GBS).

3. pelaku pengawasan, yaitu auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan yang dalam pelaksanaannya dapat melibatkan pemangku kepentingan (stakeholder) yang lain.

4. hasil pengawasan, berupa laporan hasil pengawasan pelaksanaan PPRG Kementerian Kelautan dan Periakanan yang formatnya merujuk pada Peraturan Inspektur Jenderal Nomor 115/PER-ITJEN/2020 tentang Pedoman Pengawasan Lingkup Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan.

C. Instrumen Pengawasan Pelaksanaan PPRG

Instrumen Pengawasan Pelaksanaan PPRG Kementerian Kelautan dan Perikanan, mencakup:

(37)

33 1. Format Program Kerja Pengawasan

Format Program Kerja Pengawasan Pelaksanaan PPRG disusun sebagai bentuk operasionalisasi lanjutan dari pedoman pengawasan PUG melalui PPRG.

2. Format Kertas Kerja Pengawasan Pelaksanaan PPRG

Format kertas kerja pengawasan pelaksanaan PPRG merupakan instrumen yang dibuat untuk memandu APIP dalam membandingkan kondisi di lapangan dengan kriteria yang telah ditetapkan dan membandingkan antara rencana dan realisasi. Format Kertas Kerja Pengawasan pelaksanaan PUG melalui PPRG merupakan operasionalisasi pengawasan untuk menjawab program kerja pengawasan.

3. Format Laporan Hasil Pengawasan

Format laporan hasil pengawasan pelaksanaan PUG melalui PPRG disusun berdasarkan Peraturan Inspektur Jenderal Nomor 115/PER- ITJEN/2020 tentang Pedoman Pengawasan Lingkup Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan.

(38)

34 BAB IV

PELAPORAN

Setelah melakukan tugas pengawasan PUG melalui PPRG, Tim Inspektorat Jenderal wajib membuat laporan hasil pengawasan dan menyampaikan kepada pimpinan. Laporan hasil pengawasan yang dilakukan Inspektorat Jenderal terdiri dari Laporan Hasil Audit, Reviu, Evaluasi, Pemantauan, dan Kegiatan Pengawasan Lainnya. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai mekanisme penyusunan laporan, format dan distribusi laporan, serta ikhtisar laporan pengawasan yang dibuat oleh Inspektorat Jenderal.

A. Mekanisme Penyusunan Laporan

Salah satu hal yang cukup penting dalam pelaporan adalah penyusunan laporan melalui tahapan pembahasan-pembahasan untuk menjamin mutu/kualitas laporan. Beberapa hal penting dalam penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup Inspektorat Jenderal KKP, antara lain:

1. Peer Review (telaahan sejawat) dapat dilaksanakan untuk setiap laporan hasil audit dihadiri oleh Tim Audit (PM, PT, KT, AT) dan Auditor Inspektorat bersangkutan;

2. Wewenang penandatanganan Laporan Hasil Pengawasan, yang meliputi Laporan Hasil Audit (LHA), Laporan Hasil Reviu (LHR), Laporan Hasil Evaluasi (LHE), dan Laporan Hasil Pemantauan, dilakukan oleh Pengendali Mutu;

3. Semua rekomendasi yang terdapat pada Laporan Hasil Pengawasan harus dipantau tindak lanjutnya oleh masing-masing inspektorat dan Bagian Pemantauan Hasil Pengawasan yang akan diatur dalam mekanisme tersendiri.

4. Mekanisme penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup Inspektorat Jenderal KKP sebagai berikut:

(39)

35 a. Penyusunan laporan hasil Audit Kinerja atau Audit Tujuan Tertentu menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP) Audit Kinerja atau Standar Operasional Prosedur (SOP) Audit Tujuan Tertentu;

b. Penyusunan Laporan Hasil Reviu menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP) Reviu;

c. Penyusunan Laporan Hasil Evaluasi menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP) Evaluasi;

d. Penyusunan Laporan Hasil Pemantauan menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemantauan;

e. Penyusunan Laporan Hasil Pengawasan Lainnya menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengawasan Lainnya;

B. Format dan Distribusi Laporan 1. Format Laporan

Bentuk laporan hasil pengawasan dapat berbentuk bab atau surat sebagaimana tertuang dalam Peraturan Inspektur Jenderal Nomor 115 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengawasan Lingkup Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan.

2. Distribusi Laporan a. Audit

LHA disampaikan kepada Kepala Satker/KPA yang bersangkutan, dengan tembusan kepada Menteri, Pejabat Eselon I terkait dan/atau atasan langsung Kepala Satker, Gubernur/Bupati/Walikota (jika terkait dana dekonsentrasi atau tugas pembantuan) dan Badan Pemeriksa Keuangan.

b. Reviu

LHR disampaikan kepada Eselon I/Menteri KP/Instansi terkait.

c. Evaluasi

LHE disampaikan ke Satker/Unit Kerja/Eselon I terkait dan Menteri Kelautan dan Perikanan.

d. Pemantauan

(40)

36 Laporan Hasil Pemantauan tindak lanjut dan kegiatan pengawasan disampaikan ke Satker/Unit Kerja/Eselon I/Menteri KP/Instansi terkait.

e. Kegiatan Pengawasan Lainnya

Laporan kegiatan pengawasan lainnya ditujukan kepada Sekretaris Inspektorat Jenderal dan Inspektur terkait dan digunakan untuk kepentingan internal sebagai bahan laporan kinerja Inspektorat Jenderal.

C. Ikhtisar Laporan Hasil Pengawasan

Ikhtisar Laporan Hasil Pengawasan (ILHP) disampaikan kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya dengan tembusan kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Semester I selambat-lambatnya tanggal 1 September tahun yang sama, sedangkan Semester II yang merupakan akumulasi dari Semester I diserahkan selambat-lambatnya tanggal 1 Maret tahun berikutnya.

Format dan cara pengisian ikhtisar laporan mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor:

42 Tahun 2011, tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Ikhtisar Laporan Hasil Pengawasan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.

D. Jaminan Mutu Pengawasan

Dalam rangka menjamin kualitas keandalan kegiatan pengawasan yang terfokus pada program/kegiatan yang mengandung risiko/kerawanan tinggi, perlu ditetapkan kriteria penilaian risiko dan disetujui oleh Komite Audit sepanjang Komite Audit telah dibentuk. Sebelum komite audit terbentuk, kegiatan strategis ditetapkan oleh Inspektorat Jenderal.

(41)

37 BAB V

PENUTUP

Pedoman Pengawasan Pengarusutamaan Gender melalui Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Lingkup Inspektorat Jenderal Kementerian dan Kelautan ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan kinerja Inspektorat Jenderal dalam rangka mendorong terwujudnya peningkatan kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan. Harapan lain dari tersusunnya pedoman ini adalah perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan pengawasan dapat dilakukan secara sistematis untuk menghasilkan rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti oleh Auditi dalam perbaikan kinerja.

INSPENTUR JENDERAL

MUHAMMAD YUSUF

Gambar

Tabel 2.1 Prasyarat PUG
Tabel 2.2 Langkah-Langkah GAP
Tabel 2.5 Format Laporan Pelaksanaan GBS   Unit Organisasi    : ....................
Tabel 3.2 Lembar Kertas Kerja Penelaahan GBS

Referensi

Dokumen terkait

Telah ditetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan. Penataan organisasi

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 34/PERMEN-KP/2016 tentang Tanda Pengenal di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita

Peraturan Menteri Kelautan Perikanan Nomor PER.25/PERMEN-KP/2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan

Berdasarkan peran Sekretariat Jenderal yang dimandatkan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 48/PERMEN-KP/2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 60/PERMEN-KP/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung (Berita Negara

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 63/PERMEN-KP/2017 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2015- 2019 (Berita Negara Republik

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 48/PERMEN-KP/2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16/PERMEN-KP/2014 tentang Pengelolaan Satuan Kerja Inaktif di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita