Rencana strategis PPATK yang ditetapkan dalam Peraturan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan no. 03 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Tahunan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, merupakan pedoman bagi seluruh pegawai PPATK dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dalam 5 (lima) tahun mendatang, sebagaimana diatur dalam undang-undang no. 8 Tahun 2010. Rencana strategis PPATK disusun berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan rencana strategis periode analisis kepentingan dan perubahan pemangku kepentingan serta dinamika perubahan lingkungan hidup pada tingkat global dan nasional, serta tantangan dalam pelaksanaan reformasi birokrasi PPATK. Selain itu, rencana strategis ini juga disusun berdasarkan RPJMN dan dimaksudkan untuk mendukung dan berkontribusi terhadap keberhasilan pencapaian tujuan dan agenda pembangunan nasional sesuai dengan visi Presiden dan Wakil Presiden yaitu “Terwujudnya Indonesia Maju” ". yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berdasarkan gotong royong”.
Sesuai visi Presiden dan Wakil Presiden, visi PPATK adalah “Mewujudkan stabilitas perekonomian dan integritas sistem keuangan Indonesia melalui pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang guna mewujudkan Indonesia yang berkemajuan, berdaulat, mandiri, dan berkeadilan. berkepribadian yang dilandasi gotong royong”. Untuk mewujudkan hal tersebut, seluruh pimpinan dan pegawai PPATK harus mempunyai komitmen yang kuat untuk menjalankannya secara bertanggung jawab, efektif dan efisien, serta senantiasa mengupayakan kinerja terbaik. Untuk menjamin terlaksananya Rencana Strategis PPATK Tahun 2020-2024, maka akan dilakukan evaluasi setiap tahunnya, dan apabila diperlukan serta mempertimbangkan kebutuhan organisasi dan perubahan lingkungan strategis, maka dapat dilakukan perubahan isi rencana tersebut. Rencana Strategis. Semoga renstra PPATK ini dapat memberikan arah untuk mencapai tujuan PPATK yaitu terwujudnya Indonesia bebas dari TPPU dan TPPT.
Potensi dan Permasalahan
- Analisis Permasalahan
 - Potensi
 - Kelemahan
 - Peluang
 - Tantangan
 
- Misi
 - Tujuan
 - Sasaran Strategis
 - MATRIK SASARAN STRATEGIS dan IKU eselon I
 - Sasaran strategis eselon I
 - Sasaran Strategis dan IKSS Eselon II
 - Struktur Organisasi PPATK
 
Meningkatkan kegunaan hasil analisis, hasil review, hasil penelitian dan rekomendasi kebijakan dalam tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris. Meningkatkan keandalan sistem informasi dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris. Lebih besarnya pemanfaatan rekomendasi PPATK dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris.
Penguatan regulasi dan peningkatan efektivitas pelayanan hukum di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris. Persentase kesepakatan peraturan di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris. Persentase rekomendasi Indonesia mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris yang diterima di forum internasional.
1 Meningkatkan pemanfaatan rekomendasi PPATK untuk mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris. Persentase kebijakan pencegahan APU/PPT yang dilaksanakan oleh anggota komite. Peningkatan kepatuhan terhadap peraturan dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris.
Persentase kepatuhan terhadap produk hukum di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana seperti pencucian uang dan pendanaan teroris. 5 Lebih banyak kerja sama nasional dan internasional dalam mencegah dan memberantas tindak pidana seperti pencucian uang dan pendanaan teroris. Meningkatkan efektivitas kerja sama dengan otoritas dalam negeri dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana di bidang pencucian uang dan pendanaan teroris.
6 Meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan dan masyarakat dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme. Meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan dan masyarakat dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme.
Arah Kebijakan dan Strategi PPATK
Memperkuat dukungan pemangku kepentingan dan masyarakat untuk mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris. Aktif di berbagai media sosial dalam kampanye pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris. Terpenuhinya produk hukum yang berkualitas dan memiliki daya ungkit dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris.
Memberikan informasi hukum yang berkualitas dan mudah diakses terkait pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris. 6 Meningkatkan kualitas pelayanan hukum dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. Meningkatkan kualitas legal opinion dan penyidikan hukum di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Memperkuat fungsi preventif dengan memitigasi risiko terjadinya tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris oleh pihak pelapor. 8 Memperkuat peran aktif PPATK sebagai fokal point dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris di Indonesia. Meningkatkan peran PPATK dalam membangun sinergi antar instansi dalam membangun rezim melawan pencucian uang dan pendanaan teroris.
11 Memperkuat koordinasi yang efektif dengan aparat penegak hukum dan instansi terkait dalam rangka pemantauan hasil analisis dan hasil audit PPATK. Efektivitas pemberian dukungan dalam menangani kasus pencucian uang, terorisme dan kejahatan lainnya. Kerangka Peraturan PPATK Tahun 2020-2024 disusun dan diarahkan untuk memfasilitasi, mendorong dan/atau mengatur seluruh pemangku kepentingan terkait pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan teroris di Indonesia.
Sepanjang tahun ini, PPATK akan menyiapkan berbagai peraturan perundang-undangan terkait pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris, antara lain: TPPU.
Kerangka Regulasi
Kerangka peraturan jangka menengah adalah kebutuhan peraturan dan/atau arah kerangka peraturan yang akan dibentuk dan diarahkan untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2020-2024. Kerangka peraturan disusun sebagai instrumen untuk menyelesaikan permasalahan yang penting, mendesak dan mempunyai dampak besar terhadap pencapaian tujuan pembangunan nasional.
Kerangka Kelembagaan
FATF merupakan forum kerja sama antar negara yang bertujuan untuk menetapkan standar global rezim anti pencucian uang dan anti pendanaan teroris, sehingga permohonan Indonesia untuk menjadi anggota FATF memiliki kepentingan strategis. Selain dapat ikut serta dalam penetapan kebijakan dan standar internasional dalam menangani TPPU dan TPPT, juga dimaksudkan untuk menghilangkan diskriminasi antar pelaku usaha nasional dalam perdagangan internasional dan menciptakan iklim investasi yang baik. Selain mengejar keanggotaan FATF, PPATK juga telah mengambil peran penting di lembaga-lembaga internasional terkait pencegahan dan pemberantasan kejahatan pencucian uang dan pendanaan teroris, seperti Unit Intelijen Keuangan Grup Egmont (Egmont Group) dan Asia-Pacific Money. Kelompok Pencucian (APG).
Di sisi lain, perkembangan teknologi TI yang diikuti dengan perbaikan teknologi keuangan dan sistem pembayaran juga meningkatkan modus operandi TPPU dan TPPT, sehingga PPATK harus menyikapi hal tersebut. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 28 Tahun 2019 menyebutkan bahwa untuk mewujudkan birokrasi yang lebih dinamis dan profesional sebagai upaya meningkatkan efisiensi dan menunjang kinerja pelayanan publik kepada masyarakat, perlu adanya penyederhanaan birokrasi. dengan menyamakan jabatan administratif dengan jabatan fungsional. Melalui kajian ini dapat diketahui tugas dan fungsi satuan kerja yang perlu dipertajam, ditambah, dikurangi atau dialihkan ke satuan kerja lain.
Pembentukan satker diperlukan untuk meningkatkan efektivitas pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme. Kebutuhan pembentukan satuan kerja baru ini antara lain mencakup unit penelitian dan pengembangan serta kemungkinan adanya kantor perwakilan di daerah. Pemisahan satu unit kerja menjadi dua unit tersendiri guna mempertegas cakupan tugas dan fungsinya.
Pertama, hasil kajian tersebut menjadi bahan pertimbangan, sehingga upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris dapat lebih berhasil dan efektif. Melaksanakan analisis beban kerja (ABK) dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan penambahan jumlah personel PPATK. Peningkatan koordinasi antar pemangku kepentingan untuk pencegahan dan pemberantasan TPPU dengan melibatkan kementerian/lembaga terkait penegakan hukum.
Persentase rekomendasi PPATK yang ditindaklanjuti pemangku kepentingan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris. 2 Penguatan regulasi dan peningkatan efisiensi pelayanan hukum di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris.
Target Kinerja Level Kegiatan
Persentase perubahan status perkara tindak pidana pencucian uang, tindak pidana pendanaan teroris, dan/atau tindak pidana asal sebagai tindak lanjut kegiatan dukungan manajemen perkara. Meningkatkan efektivitas kerja sama dengan lembaga dalam negeri dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris.
Kerangka Pendanaan
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, PPATK mengemban misi mewujudkan stabilitas perekonomian dan keutuhan sistem keuangan Indonesia melalui pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang guna mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian. gotong royong'. 01-Persentase rekomendasi PPATK yang ditindaklanjuti pemangku kepentingan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris. 01-Persentase pengaturan peraturan di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris.
04-Meningkatkan penerapan produk Intelijen Keuangan PPATK untuk mencegah dan memberantas tindak pidana berupa pencucian uang, pendanaan terorisme, dan tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana pencucian uang. 01-Persentase pemanfaatan hasil analisis untuk mendukung pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, pendanaan terorisme, dan tindak pidana lain yang terkait dengan tindak pidana pencucian uang. 01-Persentase rekomendasi Indonesia untuk pencegahan dan pemberantasan kejahatan pencucian uang dan pendanaan teroris yang diterima di forum internasional.
01-Persentase kepatuhan terhadap produk hukum dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. 01-Persentase kebijakan anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan teroris dari Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Pencucian Uang yang dilaksanakan oleh anggota komite. 01-Persentase perubahan status perkara pencucian uang, tindak pidana pendanaan teroris, dan/atau tindak pidana asal sebagai tindak lanjut dari kegiatan yang memberikan dukungan pemrosesan perkara.
01-Persentase perubahan status perkara pencucian uang, tindak pidana pendanaan teroris, dan/atau tindak pidana asal sebagai tindak lanjut dari kegiatan pemberian dukungan manajemen perkara. 03-Meningkatkan efektivitas kerja sama dengan lembaga dalam negeri untuk mencegah dan memberantas kejahatan pencucian uang dan pendanaan teroris. 01-Persentase Pihak Pelapor yang mengurangi risiko terjadinya tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris.
Pemanfaatan transaksi keuangan nontunai melalui lembaga keuangan berguna untuk membatasi transaksi tunai yang sering disalahgunakan oleh pelaku kejahatan sebagai sarana pencucian uang. Hasil Penilaian Risiko Kejahatan Pencucian Uang dan Pendanaan Teroris di Indonesia menunjukkan bahwa Teknologi Finansial (FinTech) dan penggunaan Aset Virtual/Mata Uang Kripto telah menjadi ancaman baru di Indonesia. Implikasinya bagi penyedia teknologi keuangan dan aset virtual sebagai reporter adalah berupaya mengurangi risiko pencucian uang dan pelanggaran pendanaan teroris.
Pemerintah telah menetapkan penyelenggara teknologi keuangan dan aset virtual sebagai pihak pelapor melalui penyusunan rancangan peraturan pemerintah tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2015 tentang pihak pelapor dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.