Kualitas dan fungsi komponen pendidikan menentukan bentuk paradigma pendidikan terkini yang mampu menjawab permasalahan, kebutuhan dan tuntutan zaman. Banyak orang percaya bahwa pendidikan mampu menghasilkan output yang kompeten, ketika ada jaminan kualitas proses pendidikan di sekolah. Proses pendidikan yang berlangsung selama ini dapat dikatakan didominasi oleh transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa.
Dunia pendidikan selalu menghubungkan proses pendidikan dengan masyarakat pada umumnya dan dunia kerja pada khususnya. Idealnya, apa yang telah dipelajari di sekolah dalam proses pendidikan harus menjadi prasyarat untuk menghadapi tantangan dunia luar. Konsep pemisahan dunia pendidikan dengan dunia luar sekolah sudah tidak relevan lagi diterapkan dalam proses pendidikan, yang membutuhkan paradigma baru pendidikan sistemik-organik.
Tanpa menampik dukungan komponen pedagogik lainnya, keberhasilan pelaksanaan pengajaran sistemik-organik merupakan tanggung jawab besar bagi peran guru dalam pembelajaran.
Pengertian Paradigma Pendidikan
Guru harus memiliki kompetensi keilmuan yang dengannya siswa dapat menguasai dimensi kognitif, emosional dan psikomotorik. Sedangkan deigma yang berbentuk verba berarti menunjukkan atau menunjukkan sesuatu. Berdasarkan uraian tersebut, paradigma epistemologi berarti di samping model, di samping pola, atau di samping contoh. Paradigma juga bisa berarti sesuatu yang mengungkapkan suatu pola, model atau contoh 7 Selain sinonim 8. Makna paradigma dapat disamakan dengan prinsip-prinsip pedoman, sikap dasar atau pandangan ilmiah dasar atau kelompok pemikiran, terkadang ada yang menyelaraskannya dengan konteks. Kuhn percaya bahwa teori ilmiah dibangun di sekitar paradigma besar, seperti model tata surya untuk atom, dan perubahan dalam teori ilmiah memerlukan paradigma baru.
Sependapat dengan Kuhn, yang dimaksud dengan paradigma secara terminologis adalah konstruksi realitas sosial melalui mode tertentu dari semua atau inkuiri yang pada tahap tertentu juga akan menghasilkan mode pengetahuan tertentu. Jika kita ingin melangkah lebih jauh dengan menggunakan kedua pengertian paradigma tersebut untuk mendefinisikan ...paradigma pendidikan, maka paradigma pendidikan definitif kurang lebih adalah sebagai berikut:
Pengertian Pendidikan Sistemik‐Organik
Zahara Idris (1987) mengemukakan bahwa sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen atau unsur-unsur atau unsur-unsur sebagai sumber-sumber yang mempunyai hubungan fungsional teratur yang saling membantu untuk mencapai suatu hasil (produk). Contoh tubuh manusia yang merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen; jaringan, otot, tendon, darah, saraf dan tulang. Setiap komponen memiliki fungsi dan saling berhubungan satu sama lain membentuk satu kesatuan yang hidup.
Komponen, bagian dari sistem yang menjalankan suatu fungsi untuk mendukung usaha pencapaian tujuan sistem disebut komponen. Secara teoritis, sistem pendidikan terdiri dari komponen atau bagian yang menjadi inti dari proses pendidikan. Komponen-komponen atau faktor-faktor sistem pendidikan tersebut saling berkaitan erat dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Input adalah siswa dengan berbagai karakteristik yang ada pada diri siswa tersebut seperti bakat, minat, kemampuan, kondisi fisik dan lain-lain. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan sistemik-organik merupakan upaya komponen-komponen yang teratur, berfungsi dan saling terkait untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, dalam upaya mengembangkan sistem pendidikan, setiap unsur pokok dalam sistem pendidikan harus mendapat perhatian dan pengembangan yang utama.
Fungsinya untuk menggerakkan kegiatan sistem, apa yang ingin dicapai oleh sistem pendidikan dan urutan pelaksanaannya, seperti tujuan pendidikan nasional, tujuan kelembagaan yaitu S1, S2 dan S3, tujuan kurikulum yaitu tujuan mata pelajaran atau mata kuliah. Komponen ini bersumber dari sistem nilai dan cita-cita yang merupakan informasi tentang pola kepemimpinan dalam pengelolaan sistem pendidikan, misalnya pemimpin yang mengelola sistem pendidikan bersifat otoriter, demokratis atau laissez-faire. Misalnya pola komunikasi satu arah, artinya guru menyampaikan pelajaran dengan cara berceramah, siswa mendengarkan dan mencatat, atau pola komunikasi dua arah, artinya ada dialog antara guru dan siswa.
Ciri‐Ciri Paradigma Pendidikan Sistemik‐Organik
Pendidikan lebih menekankan pada proses pembelajaran (learning) daripada mengajar (teaching)
Selama ini pendidikan formal didominasi oleh kegiatan mengajar, sehingga ada istilah KBM atau Kegiatan Belajar Mengajar yang lazim dalam dunia pendidikan. Istilah KBM akhir-akhir ini mendapat kritik dari beberapa pemerhati pendidikan, yang setuju untuk menggantinya dengan istilah 'belajar'. bukan tanpa alasan. Banyak orang yang mulai menyadari bahwa pendidikan tidak akan dapat mencapai keberhasilannya jika dilakukan dengan cara demikian. cara tradisional yaitu memberi batasan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Mengajar dalam pengertian ini berarti andil guru dalam proses pembelajaran lebih besar daripada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Guru mendominasi proses pembelajaran di kelas dan seringkali guru dijadikan satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Kegiatan mengajar seringkali mengabaikan potensi yang dimiliki siswa, tidak mengakui bakat siswa sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk berkembang. Belajar terjadi ketika sebuah pengalaman menghasilkan perubahan yang relatif bertahan lama dalam pengetahuan dan perilaku.
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang melibatkan keterampilan kognitif, yaitu perolehan pengetahuan dan pengembangan keterampilan intelektual. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Belajar adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dengan sengaja diatur untuk memungkinkannya terlibat dalam perilaku tertentu dalam kondisi tertentu.
Proses pembelajaran tidak hanya menekankan peran guru di dalam kelas, tetapi melibatkan siswa secara aktif di dalamnya, sehingga siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga keterampilan dan pengalaman langsung dari pembelajaran yang berlangsung. Pembelajaran dengan demikian mampu membuahkan hasil berupa perubahan tingkah laku siswa ke arah yang lebih positif. Pengajaran sistemik-organik lebih berpusat pada kegiatan belajar daripada mengajar, siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran, sehingga kebutuhan, kemampuan, potensi dan bakat siswa dapat terakomodasi di dalamnya. Pembelajaran yang dilakukan dengan baik adalah pembelajaran yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa dalam situasi belajar yang berbeda.
Pendidikan diorganisir dalam struktur yang fleksibel
Manajemen sekolah yang berwenang mengelola organisasi sekolah harus memantau secara ketat proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah, dan di sisi lain juga harus memperhatikan bagaimana budaya sekolah yang berkembang di lingkungan sekolah. Proses pembelajaran yang dilaksanakan juga harus memperhatikan karakter dan kebutuhan siswa sebagai individu serta pola dan gaya belajar siswa. Proses pembelajaran yang memperhatikan karakteristik siswa akan memudahkan siswa dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran yang menyentuh bidang pengalaman akan membekas dalam benak siswa dan dapat direfleksikan oleh siswa secara verbal maupun praktis. Selama ini pembelajaran di kelas masih didominasi oleh penyampaian teori saja, sehingga terjadi pemisahan antara jiwa dan raga siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Dengan demikian, proses pembelajaran yang telah menyentuh ranah pengalaman siswa akan memberikan hasil yang lebih nyata.20 D.
Pembentukan sumber daya manusia meliputi pembentukan keterampilan kognitif, afektif dan psikomotorik.23 Sayangnya, proses pembelajaran yang sampai saat ini masih banyak dilakukan adalah pembelajaran konvensional yang hanya didominasi oleh pembentukan keterampilan kognitif. Proses pembelajaran konvensional telah menciptakan model pembelajaran yang dangkal, tidak menggali kemampuan siswa, dan kurang mampu mengakomodir potensi siswa. Melihat kondisi tersebut, peran guru sangat mendesak, setidaknya menciptakan suasana belajar yang sejalan dengan paradigma pendidikan sistemik-organik.
Penempatan ini hanya dapat dilakukan oleh guru karena guru berperan sebagai fasilitator dari proses pembelajaran yang berlangsung. Tidak heran jika guru menghadapi permasalahan dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelasnya, seperti rendahnya antusiasme siswa, siswa cenderung pasif dalam mengikuti proses pembelajaran, nilai ulangan siswa yang berada di bawah standar kesempurnaan minimal, dan lain sebagainya. masalah. Komitmen guru yang kuat akan mendorongnya untuk kreatif dan inovatif dalam pembelajaran yang berlangsung.
Komitmen yang kuat ini juga akan mendorong guru untuk melepaskan diri dari kebiasaan mengajar konvensional menjadi fasilitator proses pembelajaran yang menyenangkan. Saling menerima adalah penting jika proses pembelajaran yang baik adalah tujuan yang diharapkan dalam proses tersebut.
Pembelajaran yang seimbang dalam porsi pengaturan waktu/jam pelajaran secara fair
Diantaranya adalah: (1) guru harus berpenampilan menarik namun tetap santun; (2) guru ramah dan terbuka terhadap siswa; (3) guru selalu melakukan persiapan sebelum proses pembelajaran, dalam hal ini juga untuk persiapan dalam hal penguasaan materi pembelajaran; (4) guru datang tepat waktu dan menyelesaikan pelajaran sesuai dengan waktu pelajaran yang ditentukan, dsb.
Pembelajaran yang seimbang dalam porsi penyampaian materi (dalam hal ini secara kognisi)
Pembelajaran yang seimbang dalam porsi hard skill dan soft skill
Proses pembelajaran yang seimbang sebagaimana dirumuskan di atas merupakan bagian penting dari penerapan paradigma pendidikan sistemik-organik. Keberhasilan penerapan pendidikan sistemik-organik dari kelas, menyimpang dari komitmen guru untuk memiliki cara pandang modern tentang hakikat penyelenggaraan pembelajaran, dimana guru berfungsi sebagai motor penggerak. Era globalisasi telah mengubah berbagai tatanan kehidupan, sehingga paradigma pendidikan yang tepat dipandang sebagai salah satu solusi dalam menghadapinya.
Paradigma pendidikan sistemik-organik merupakan upaya melalui komponen-komponen yang tertata dan fungsional serta saling berhubungan untuk mencapai tujuan pendidikan. Paradigma pendidikan sistemik-organik menekankan bahwa proses pendidikan formal, sistem persekolahan, harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) pendidikan lebih menekankan pada proses belajar daripada mengajar; (2) pendidikan diselenggarakan dalam struktur yang fleksibel; (3) Pendidikan memperlakukan peserta didik sebagai individu yang berkarakter khusus dan mandiri; Dalam dunia pendidikan nasional, paradigma pendidikan sistemik-organik harus dikembangkan agar pendidikan selaras dengan tuntutan masyarakat dan kebutuhan pasar tenaga kerja.
Terwujudnya pendidikan sistemik-organik pada tataran mikro dapat dimulai dari proses pembelajaran yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa. Guru khususnya harus memiliki komitmen yang kuat dan secara pribadi memelopori pelaksanaan pendidikan sistemik-organik mulai dari pembelajaran di kelas dengan prinsip pembelajaran yang seimbang. Rumusan pembelajaran berimbang ini merupakan bentuk aplikasi pendidikan sistemik-organik dalam ruang lingkup pembelajaran di kelas.
Paradigma pendidikan sistemik-organik ini diharapkan mampu memberikan pengaruh positif bagi guru untuk memulai dalam lingkup pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Selain itu, bermaksud untuk memberikan pandangan tentang pengajaran sistemik-organik yang difokuskan pada proses pembelajaran di kelas, sehingga diharapkan akan muncul berbagai pandangan lain yang dapat menambah pengetahuan dan pemahaman. Namun sebelum tindakan tersebut dilakukan, perlu dilakukan sosialisasi kepada para pelaku dan pemerhati pendidikan untuk memahami makna, tujuan, sasaran, dan koridor kerja yang sesuai dengan konsepsi sistemik-organik pendidikan itu sendiri.