Saat ini sedang menempuh pendidikan S3 di Program Doktor Ilmu Manajemen Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang. Mufti Agung W merupakan mahasiswi program doktor Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Bab 1. Peran Transformasional Manajemen Sumber Daya Manusia di Era Covid-19 dan New Normal
Bab 4. Tata Kelola Kolaboratif pada New Normal Economy Mutamimah
Daftar Isi
KONSEKUENSI COVID-19 TERHADAP SDM
NEW NORMAL ATAU PUNAH?
Virus Corona 2019 atau Covid-19 merupakan penyakit yang menular melalui kontak antar manusia, sehingga penyebarannya sangat cepat ke seluruh dunia. Munculnya pandemi Covid-19 menyebabkan masyarakat mengadopsi cara hidup baru di rumah (stay at home).
Peran Transformasional Manajemen
Oleh karena itu, perubahan dan penambahan peran manajemen sumber daya manusia (SDM) dalam organisasi sangat penting untuk membantu mencegah penularan Covid-19 bagi anggota organisasi, terutama untuk menjaga kelangsungan hidup organisasi di tengah pandemi Covid-19. 19 krisis.
Sumber Daya Manusia di Era Covid-19 dan New Normal
Mengingat periode baru yang sedang berlangsung setelah Covid-19, peran divisi pengelolaan sumber daya. Bahkan cara bekerja pun digantikan dengan cara daring atau virtual untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19.
Keterlibatan SDM di Era New Normal
Oleh karena itu, posisi karyawan non-engaged di era new normal dapat mengalami peningkatan persentase dibandingkan indeks yang diterbitkan Gallup Management Indonesia, karena survei keterikatan karyawan dilakukan sebelum pandemi Covid-19 merebak. Karyawan yang merasa terhubung dengan perusahaan akan menggunakan seluruh kemampuannya dalam melakukan pekerjaannya.
Pemulihan Kesehatan SDM dampak Covid-19 melalui Manajemen Qolbu
Survei dilakukan dengan menanyakan secara online apa yang dirasakan responden (terkait kesehatan mental yaitu kecemasan, depresi, dan trauma psikologis) selama masa Covid-19. Orang yang berkarakter dasar Qalbu akan menyikapi keadaan Covid-19 dan New Normal dengan hal-hal yang pasti dan benar-benar diyakininya.
KETANGGUHAN BISNIS DI ERA DAN SESUDAH KRISIS COVID-19
Pandemi Covid-19 telah berdampak pada tingkat kesehatan dan perekonomian masyarakat baik di Indonesia maupun negara lain, yang secara umum berujung pada krisis ekonomi pada tahun 2020. Bahkan lembaga-lembaga pemerintah dan swasta pun turut serta memberikan solusi atas dampak dari Covid-19. -19 di bidang kesehatan dan ekonomi, namun mereka melakukannya sendiri, sendiri dan tidak bekerja sama.
Tata Kelola Kolaboratif pada New Normal Economy
Pandemi Covid-19 sangatlah unik dan misterius, dan belum diketahui secara pasti kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian terlihat dari ambruknya beberapa perusahaan besar dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Konsep paradigma pemangku kepentingan ini mengawali kolaborasi antar pemangku kepentingan dalam menyelesaikan permasalahan perekonomian yang terdampak pandemi Covid-19.
Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan perpajakan dan non-pajak untuk membantu masyarakat, korporasi, dan usaha kecil dan menengah yang terdampak pandemi Covid-19. Oleh karena itu, permasalahan dan korban pandemi Covid-19 sangat memerlukan kerja sama masyarakat, perguruan tinggi, dan lembaga non-bank lainnya. Pandemi Covid-19 bukanlah permasalahan individu, bukan pula permasalahan kelompok tertentu, melainkan permasalahan kolektif, tanggung jawab bersama, yang diselesaikan melalui kerja sama antar pemangku kepentingan yang disebut dengan Collaborative Governance.
Pandemi Covid-19 menjadi determinan baru yang berujung pada krisis ekonomi dengan kompleksitas permasalahan yang sangat berbeda dengan krisis-krisis sebelumnya.
Manajemen Krisis bagi Keberlanjutan
Lembaga Keuangan Mikro Masa Pandemi Covid-19
Kita tahu bahwa usaha kecil rentan terhadap krisis, namun sedikit yang mengetahui bagaimana mereka mengatasi dampak krisis yang berkepanjangan, seperti dampak pandemi Covid-19. Sebagai lembaga keuangan yang memberikan layanan kepada nasabah yang sebagian besar merupakan rumah tangga dan Usaha Kecil Menengah (UKM), kedua sektor ini sangat terdampak oleh pandemi Covid-19. Artikel ini bertujuan untuk membahas dampak pandemi Covid-19 terhadap LKM dan memberikan panduan manajemen krisis untuk keberlanjutan LKM.
Dari sisi analisis non finansial, pandemi Covid-19 merupakan risiko eksternal sehingga kecil kemungkinan untuk melakukan tindakan preventif. Artikel ini memberikan wawasan tentang bagaimana LKM merespons krisis akibat pandemi Covid-19 dan merumuskan rekomendasi untuk merumuskan upaya menghadapi dampak krisis. Dalam penelitian ini penulis memaparkan manajemen krisis bagi LKM melalui 6 kegiatan yang dapat dilakukan yaitu pembentukan gugus tugas pencegahan Covid-19; Analisis aktivitas kritis; Analisis Pemangku Kepentingan; Analisis finansial dan non finansial; Analisis skenario;
Artikel ini bertujuan untuk membahas bagaimana industri pariwisata, perjalanan, dan perhotelan dapat pulih dan mampu beradaptasi terhadap perubahan signifikan pasca pandemi Covid-19.
New Normal Mengarahkan Perilaku Baru di Industri Pariwisata
Era New Normal memerlukan inovasi radikal untuk memanfaatkan peluang yang muncul di pasar industri pariwisata. Perkembangan destinasi pariwisata di masa pandemi dan era new normal memaksa pengelola destinasi untuk terus bergerak. New Normal merupakan hal yang perlu dilakukan oleh sektor pariwisata dan ekonomi kreatif pascapandemi Covid-19.
Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang sangat besar terhadap industri pariwisata, namun ketika pandemi ini berakhir maka new normal akan membawa perubahan baik bagi industri pariwisata. Kebutuhan akan pengetahuan terkait Covid-19 sangat diperlukan sebagai landasan pelaksanaan pelayanan dengan protokol normal baru di bidang pariwisata. Perencanaan (fungsi perencanaan), pengorganisasian (organisasi) pengarahan (direction) personel, pengendalian terhadap segala perubahan sesuai protokol New Normal.
Era new normal memerlukan inovasi radikal untuk memanfaatkan peluang yang muncul di pasar sektor pariwisata dan diwujudkan dalam inovasi yang dapat menciptakan identitas destinasi.
UMKM Menuju Pemulihan Ekonomi Setelah Pandemi Covid-19
Kemudian perlu adanya pengembangan kebijakan dan regulasi asuransi bagi usaha kecil dan menengah agar memiliki rasa aman dan keselamatan dalam berusaha di masa pandemi Covid-19. Pandemi Covid 19 berdampak langsung pada dunia usaha, baik skala besar maupun kecil (Sansa, 2020; Ruiz Estrada et al., 2020) maupun usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Dunia usaha juga menghadapi beban stagnasi persediaan, suku bunga, upah pekerja, dan biaya sewa untuk mengatasi pandemi Covid-19 (Allin dan Tran, 2020).
Sehingga kita bisa menggali faktor-faktor penting yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup UMKM dalam konteks pandemi Covid-19. Dengan demikian, para pelaku UMKM dapat menjamin keberlangsungan dan perkembangan usahanya, khususnya dalam rangka pengembangan UMKM di era pandemi Covid-19. Konsep pembangunan ekonomi berbasis UMKM dengan fokus pembangunan di masa pandemi Covid-19 memerlukan dukungan kebijakan dari pemerintah mengenai dukungan perpajakan dan kebijakan relaksasi perbankan.
Perlu adanya pengembangan polis asuransi bagi UMKM agar pelaku UMKM merasa aman dan nyaman di masa pandemi Covid-19.
PELUANG DAN STRATEGI PEMASARAN PASCA PANDEMI COVID-19
Dengan demikian, orientasi kewirausahaan sangat penting dalam proses kewirausahaan suatu perusahaan, termasuk pengenalan peluang, inovasi dan eksploitasi peluang (Chen et al., 2012). Inovasi merupakan salah satu alat strategis perusahaan dalam mengelola aktivitas pasar sasaran untuk memasuki pasar baru, meningkatkan penjualan atau mempertahankan pangsa pasar yang sudah ada, menghadapi manuver pesaing yang muncul atau menghambat masuknya pesaing baru ke dalam pasar yang dimasuki, dan merupakan sarana yang tepat untuk membangun keberlanjutan. keunggulan kompetitif (Carbonell dan Rodriguez, 2006; Iyer et al., 2006; Gunday et al., 2011; Alpay et al., 2012). Selalu berusaha untuk meningkatkan jumlah lini produk/layanan baru yang diluncurkan (Lee dan Lim, 2008; Li et al., 2009).
Ada kecenderungan kuat untuk proyek-proyek berisiko tinggi (dengan peluang pengembalian yang sangat tinggi) (Lee dan Lim, 2008; Li et al., 2009). Ada kecenderungan kuat untuk menjadi yang terdepan dalam memperkenalkan ide atau produk baru (Li et al., 2009). Lebih menyukai pemasaran produk dan layanan baru yang agresif melalui Internet (Lee dan Lim, 2008; Li et al., 2009).
Orientasi pemasaran, yang mengacu pada penciptaan intelijen pemasaran yang luas dalam organisasi tentang kebutuhan pelanggan saat ini dan masa depan, penyebaran informasi ini antar departemen dan ketanggapan seluruh organisasi terhadap informasi yang diperluas (Jaworski dan Kohli, 1993), akan menjadi landasan bagi perusahaan untuk mengembangkan kemampuan pemasaran dan -side out, out-side dan spanning (Kaur et al., 2019); kapabilitas tingkat tinggi dalam bentuk branding, hubungan pelanggan, dan kapabilitas inovasi (Alnawas dan Hemsley-Brown, 2019);
Inovasi dan Kreatifitas pada Masa New Normal
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk melakukan inovasi bisnis di era New Normal, mempromosikan produk atau layanan di tengah krisis Covid-19 dengan cara yang selaras dengan konsumen, dan digital marketing dalam rangka mengadopsi era new normal. Dalam menciptakan inovasi bisnis di era New Normal, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan yaitu (Lararenjana, 2020). Banyak perusahaan mungkin melanjutkan beberapa praktik yang mereka terapkan pada awal krisis saat mereka kembali beroperasi penuh di era normal baru ini.
Toko online juga sangat cocok dijadikan sebagai pengganti pemasaran tatap muka di era new normal. Departemen pemasaran di era New Normal menghadapi tantangan pemikiran kreatif dan inovatif untuk menavigasi bisnis melalui New Normal ini. Riset pasar berfungsi untuk memprediksi kondisi pasar di masa depan setelah era new normal dimulai.
Di era new normal seperti ini, perusahaan perlu memanfaatkan digitalisasi sebagai bagian dari strategi pemasarannya untuk mempertahankan dan berkembang.
Media Sosial sebagai Jembatan Pemasaran dimasa Pandemi Covid-19
Tren penggunaan media sosial untuk meningkatkan pemasaran terus berkembang dengan variasi selama pandemi saat ini. Berbagai kreativitas dan inovasi terus dilakukan, sejumlah cara dilakukan untuk memaksimalkan pemasaran media sosial. Nah, artikel ini bertujuan untuk membahas media sosial sebagai jembatan pemasaran di era pandemi Covid-19.
Populasi global menggunakan media sosial di berbagai platform dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan media sosial sebagai jembatan pemasaran. Saat ini, orang-orang di seluruh dunia menggunakan media sosial dalam berbagai bentuk (misalnya feed berita di Facebook dan Twitter, pesan pribadi di WhatsApp dan WeChat, dan forum diskusi di Reddit) untuk berbagai tujuan. Media sosial telah dijadikan sebagai media pemasaran untuk mendukung peluang usaha mandiri di masa pandemi Covid-19 Hak Cipta © 2020 Jurnal JSTPM Juli 2020).
Dalam situasi pandemi global yang masih berlangsung hingga saat ini, media sosial berperan penting dalam pola pemasaran.
Penerapan Strategi Agility dalam Kebijakan Pemerintah pada Masa Pandemi Covid-19
Tenaga kesehatan dan relawan: Perekrutan tenaga kesehatan, analis laboratorium, dan relawan kesehatan untuk menangani Covid-19. Dibandingkan dengan SARS dan MERS, Covid-19 menyebar lebih cepat, sebagian disebabkan oleh meningkatnya globalisasi dan fokus epidemi (Peeri, Shrestha dkk., 2020). Keempat, pembatasan jalur transportasi dan infrastruktur lainnya, jalan tol, pembatasan jadwal kereta api, penetapan jadwal penerbangan dan jadwal kapal merupakan bagian dari ketangkasan organisasi pemerintah dalam menangani Covid-19.
Di sisi lain, hal ini juga merupakan bagian dari strategi mitigasi masyarakat, sebagai upaya untuk menghambat penyebaran penularan dan dapat berdampak pada penyebaran virus Covid-19 (Ebrahim, Ahmed et al. 2020). Kebijakan perilaku terbaru, Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2020 tentang Penegakan Disiplin dan Penegakan Hukum Penanganan Covid-19, bertujuan untuk memastikan efektivitas seluruh upaya pemerintah dalam penanganan Covid-19 dan menegakkan disiplin masyarakat mengenai protokol kesehatan. Pandemi Covid-19 membebani sumber daya kesehatan di seluruh dunia, sehingga mendorong dilakukannya pembatasan sosial untuk mengurangi intensitas penularan.
Jumlah jarak sosial yang diperlukan untuk membendung epidemi Covid-19 dalam konteks penularan yang beragam dan tidak terlihat (Kissler, Tedijanto dkk., 2020).
DAMPAK NEW NORMAL BAGI BISNIS
Akibat ketidakpastian kapan pandemi Covid-19 akan berakhir, mau tidak mau perusahaan harus mengubah cara berbisnis mengikuti kondisi era New Normal yang tidak lepas dari protokol kesehatan. Contohnya adalah cara para pemimpin layanan kesehatan memasukkan praktik UKM ke dalam pandemi Covid-19. Perubahan Covid-19: Covid-19 mengutamakan kesejahteraan perusahaan karena keamanan fisik, mental, dan finansial adalah yang terpenting.
Perubahan pada COVID-19: Covid-19 menunjukkan bahwa meskipun teknologi dapat membantu dan melengkapi pekerjaan, teknologi tidak dapat menggantikan kebutuhan manusia. Perubahan akibat Covid-19: Covid-19 menciptakan kebutuhan dan kemudahan akses terhadap data tenaga kerja yang berwawasan luas dan berwawasan ke depan. Artikel ini bertujuan untuk membahas perlunya motivasi berwirausaha bagi UKM untuk bertahan di masa pandemi Covid-19.
UKM adalah pihak yang paling menderita pada saat krisis, seperti pandemi Covid-19 saat ini, dan paling tidak siap dibandingkan organisasi bisnis lainnya.