82
PENGARUH PROFIL RISIKO TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi pada Perbankan yang Terdaftar di BEI Periode 2015-2017)
Helma Sami1 , Redawati 1
1)Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
Abstrak
Penelitian ini menguji bagaimana pengaruh dari profil risiko (PDN, NPL, dan LDR) terhadap kinerja keuangan (ROA) selama tiga tahun yaitu dari periode tahun 2015 hingga tahun 2017. Data keuangan diambil dari situs resmi IDX, dengan jumlah sampel 25 perusahaan yang dipilih melalui metode perposive sampling dan berjenis penelitian asosiatif. Hasil uji regresi linear berganda menyatakan pergerakan ROA tidak dipengaruhi oleh PDN dan NPL, namun variabel LDR dinyatakan dapat mempengaruhi pergerakan ROA secara positif dan juga signifikan. Profil risiko ini adalah wujud dari pengawasan risiko yang sering dialami oleh perusahaan sub sektor bank. Bank Indonesia telah memberi batasan nilai maksimal dari setiap profil risiko, agar setiap perbankan dapat meminimalkan dampak risiko. Sehingga PDN dan NPL dalam penelitian ini tidak mempengaruhi ROA, karena masih berada di bawah batas maksimal. Implikasi praktis diharapkan setiap perbankan terus mengawasi pergerakan profil risiko. Terutama pada LDR karena selama periode penelitian sempat menyentuh nilai maksimal yang disyaratkan oleh Bank Indonesia.
Kata Kunci : Profil Risiko, Posisi Devisa Neto, Kredit Bermasalah, Loan to Deposit Ratio, Return On Asset
Abstract
This study examines how the influence of risk profiles (NOP, NPL, and LDR) on the financial performance (ROA) for three years, from 2015 to 2017. Financial data is taken from official IDX site with a sample of 25 companies selected with perposive sampling method and associative research type.
The results of multiple linear regression test showed that the movement of ROA is not influenced by NOP and NPL, but LDR can positively and significantly influence the movement of ROA. This risk profile is a way for monitoring of risk that often experienced by banking companies. Bank Indonesia has limited the maximum value of each risk profile, so each bank can minimize the impact of risk. NOP and NPL in this study have not an effect on ROA, because it was still below the maximum limit. Practical implications for all banking to pay more attention to the risk profiles. Most important to LDR, because in 2015 LDR touched the maximum value.
Keywords : Risk Profile, Net Open Position, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, Return On Asset
Hal. 82 - 91
http://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/jsmk
Alamat surat elektronik penulis, e-mail: [email protected]
83 PENDAHULUAN
Bisnis diciptakan untuk memenuhi keinginan pelanggan dan memperoleh laba dengan cara menyediakan produk atau jasa. Jika suatu negara dapat mengelola bisnis mereka dengan baik, maka kesempatan untuk memiliki tingkat kemakmuran tinggi akan semakin besar. Seluruh kegiatan bisnis memerlukan keberadaan perantara dalam bentuk lembaga keuangan untuk menjalankan kegiatan mereka. Terutama dalam sub sektor bank, karena semua perusahaan membutuhkannya untuk mendapatkan modal, perantara transaksi, dan kegiatan lainnya. Maka dari itu perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam sub sektor bank diharapkan dapat menangani berbagai masalah yang mereka alami dengan baik, agar perusahaan dalam sektor lain tidak terkena dampak hingga mengganggu perekonomian negara. Mengingat pentingnya peran perbankan dalam kegiatan bisnis, Bank Indonesia telah mengatur peraturan dengan tujuan agar seluruh perusahaan yang berada dalam sub sektor bank telah beroperasi dengan baik, yaitu (SEBI No. 13/24/DPNP, 2011) yang menyatakan bahwa untuk menilai kesehatan perusahaan sub sektor bank terdapat empat faktor yaitu 1) profil risiko, 2) good corporate governance, 3) pendapatan, dan 4) permodalan.
Risiko adalah segala sesuatu yang dampaknya merugikan perusahaan, atau hasil yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Risiko bersifat mutlak, artinya kita tidak dapat menghilangkan risiko sepenuhnya. Hanya dapat mengendalikan risiko tersebut sehingga dapat mengurangi dampaknya seminimal mungkin (Hanafi M. M., 2014, hal. 2).
Gambar 1. Manfaat Implementasi Manajemen Risiko
Berdasarkan gambar 1 yaitu Survei Nasional Manajemen Risiko 2018 yang dilakukan oleh
Center of Risk Management Studies Indonesia (CRMS Indonesia) penerapan manajemen risiko terbukti dapat mempengaruhi performa keuangan secara keseluruhan dalam suatu perusahaan yaitu sebesar 65.3%. Hasil survei ini berjalan lurus dengan hasil beberapa penelitian sebelumnya, salah satunya penelitian (Attar, Islahuddin, &
Shabri, 2014), secara simultan kinerja keuangan dipengaruhi oleh manajemen risiko.
Risiko yang wajib untuk dinilai berdasarkan (SEBI No. 13/24/DPNP, 2011) bagi perusahaan sub sektor bank ada delapan, yaitu 1) risiko kredit, 2) risiko pasar, 3) risiko likuiditas, 4) risiko operasional, 5) risiko stratejik, 6) risiko kepatuhan, 7) risiko hukum, dan 8) risiko reputasi. Namun, penelitian ini hanya akan menganalisis pengaruhi dari tiga risiko yang dapat dikuantifikasikan, yaitu: 1) risiko pasar, 2) risiko kredit, dan 3) risiko likuiditas.
Penggunaan Return on Asset (ROA) dalam mengukur kinerja keuangan dilakukan karena melalui rasio ini dapat mengetahui tingkat keberhasilan perusahaan sub sektor bank untuk mendapatkan keuntungan dari pengelolaan seluruh aset yang dimiliki (Hanafi & Halim, 2016, hal. 157). Karena tidak sedikit dari dana yang diperoleh oleh sub sektor bank berasal dari tabungan yang disalurkan masyarakat, rasio ROA ini dinilai tepat untuk mengukur laba perusahaan perbankan karena menunjukkan keuntungan yang diperoleh oleh bank atas penggunaan seluruh aset. Baik yang disalurkan oleh masyarakat, maupun aset dari ekuitas.
Gambar 2. Tingkat kematangan penerapan manajemen risiko
Berdasarkan survei yang sama, yaitu Survei Nasional Manajemen Risiko 2018 yang dilakukan oleh Center of Risk Management
84
Studies Indonesia (CRMS Indonesia, 2019), tingkat kematangan penerapan manajemen risiko pada beberapa perusahaan di Indonesia didominasi oleh klasifikasi baik sebesar 29,78%.
Hal ini berarti bahwa sebanyak 29,78%
responden survei yang terdiri dari 366 responden dengan sebanyak 26% perusahaan dari sektor keuangan dan asuransi mengatakan bahwa perusahaan mereka telah menerapkan manajemen risiko berupa prinsip tertulis dan pelatihan dasar.
Namun sayangnya, tingkat klasifikasi lemah dan sangat lemah juga tidak bisa dikatakan rendah dengan angka 13,11% dan 12,30%. Hal ini sungguh mengkhawatirkan. Oleh sebab itu, diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu faktor pendorong agar perusahaan dapat menerapkan manajemen risiko sebaik mungkin
Gambar 3. Risiko terbesar yang dihadapi perusahaan di Indonesia
Risiko yang paling besar dan sering dialami pada tahun 2018 oleh semua perusahaan secara umum adalah risiko perubahan arah perusahaan, risiko reputasi, risiko kerja sama dengan pihak ketiga dan risiko ketidakpastian kebijakan pemerintah. Dengan tingkat persentase secara berurutan yaitu 44.8%, 44.8%, 40.7% dan 37.4%.
Karena risiko ketidakpastian kebijakan pemerintah menjadi salah satu risiko yang paling besar, dapat disimpulkan bahwa risiko ini turut mempengaruhi kinerja keuangan. Sebab itu penelitian ini mengambil periode penelitian dari tahun 2015, di mana menurut situs setkab.go.id, pada tahun tersebut mulai diberlakukan paket kebijakan ekonomi yang resmi dikeluarkan oleh pemerintah dengan pokok kebijakan meliputi inflasi, subsidi, investasi, kredit, dan lain-lain.
Berdasarkan masalah yang temukan dan telah dijabarkan di atas , penulis tertarik melakukan penelitian dengan tiga permasalahan penelitian yaitu: (1) apakah PDN memiliki pengaruh terhadap ROA perbankan, (2) apakah NPL memiliki pengaruh terhadap ROA perbankan,
dan (3) Apakah LDR memiliki pengaruh terhadap ROA perbankan.
TINJAUAN PUSTAKA
Profil Risiko
Profil risiko merupakan sistem nilai untuk mengetahui risiko inheren dan juga kualitas dari manajemen risiko dalam operasional perusahaan sub sektor bank (SEBI No. 13/24/DPNP, 2011).
1. Risiko Inheren
Yaitu risiko yang berkaitan erat dengan risiko perbankan. Baik itu yang dapat dianalisis dengan menggunakan angka dan juga tidak, serta berpotensi mengganggu kinerja keuangan perbankan. Karakteristik dari risiko inheren ini yaitu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, seperti strategi, karakteristik, produk dan aktivitas, domisili, dan yang terakhir adalah kondisi ekonomi.
2. Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Dengan tujuan yaitu untuk mengetahui tingkat kualitas dari setiap manajemen risiko perusahaan sub sektor bank, penilaian ini mencakup seluruh risiko yang wajib diterapkan sesuai arahan dari Bank Indonesia. Penilaian yang dimaksud meliputi: 1) pengelolaan risiko, 2) kerangka manajemen risiko, 3) proses penerapan manajemen risiko, dan yang terakhir yaitu 4) sistem untuk mengendalikan risiko.
Keempat nilai ini sangat memperhatikan karakteristik suatu perusahaan sub sektor bank.
Risiko Pasar
Berdasarkan peraturan OJK (Nomor 18/POJK.03/2016), risiko pasar merupakan kondisi di mana perusahaan sub sektor bank mengalami ancaman kerugian yang bersumber dari keadaan atau pergerakan pasar.
Risiko Kredit
Situasi di mana debitur tidak mampu memenuhi kewajibannya, merupakan kondisi di mana risiko kredit terjadi. Banyaknya terjadi gagal bayar dalam perusahaan baik nasional maupun internasional menjadi salah satu alasan kenapa risiko ini menjadi begitu penting untuk diterapkan dalam perusahaan perbankan (Hanafi M. M., 2014, hal. 165). Usaha yang dilakukan untuk mengurangi risiko kredit oleh bank atau perusahaan pembiayaan dan investor yaitu dengan cara memastikan apakah dana yang ditanamkan investor dan diberikan pada kreditor
85 dapat dikembalikan dalam batas waktu yang telah
disepakati.
Risiko Likuiditas
Menurut (Hanafi M. M., hal. 239), risiko likuiditas adalah suatu keadaan di mana perusahaan tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek mereka. Hal ini dapat membahayakan keadaan perusahaan karena risiko likuiditas ini berpotensi meningkat menjadi risiko solvabilitas atau kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban dan mengalami ancaman kebangkrutan.
Bank
Menurut (Abdullah & Tantri, 2014, hal. 2-15), bank adalah salah satu sub sektor keuangan yang bergerak dalam bidang jasa berupa memberi pinjaman, pengedaran mata uang, pengawasan mata uang, meyimpanan benda berharga, mendapatkan modal perusahaan, dan kegiatan lainnya.
Kinerja Keuangan
(Fahmi, 2014, hal. 2-4) berpendapat bahwa kinerja keuangan adalah kegiatan dalam melihat bagaimana perusahaan atau organisasi melaksanakan operasi mereka apakah telah dijalankan sesuai aturan keuangan dengan baik atau tidak. Seperti dalam pembuatan laporan keuangan, apakah telah memenuhi persyaratan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau tidak.
Pengaruh profil risiko (PDN, NPL dan LDR) terhadap kinerja keuangan (ROA) perbankan.
Jika biaya valas nilainya lebih kecil dibandingkan pendapatan valas, maka ROA perusahaan sub sektor bank akan meningkat. Itu artinya, apabila perhitungan PDN menghasilkan angka yang kecil, maka risiko pasar yang dialami pun juga kecil. Menurut penelitian sebelumnya, yaitu oleh (Makmunah, 2016), kinerja keuangan perusahaan dipengaruhi oleh Posisi Devisa Neto (PDN) secara positif dan signifikan.
Apabila nilai dari kredit bermasalah dalam suatu perusahaan sub sektor bank masuk kategori tinggi, itu artinya kualitas kredit yang dimiliki terbilang tinggi. Hal tersebut sama artinya dengan semakin tinggi nilai kredit bermasalah yang dihasilkan, akan memberi pengaruh negatif terhadap kinerja keuangan. Menurut penelitian sebelumnya oleh (Attar, Islahuddin, & Shabri, 2014), (Fitri, 2016), (Kansil, Murni, & Tulung, 2017), dan (Firdausy, 2016), kinerja keuangan
sub sektor bank dipengaruhi NPL secara negatif dan signifikan.
Risiko likuiditas (LDR) memberi penjelasan atas kemampuan perusahaan akan pembayaran kembali dana yang telah dipinjam dan memenuhi penarikan dana oleh debitur. Semakin tinggi angka LDR yang dihasilkan, maka perusahaan tersebut dinyatakan berbahaya atau tidak likuid karena terlalu banyak menyalurkan kredit. Dana yang dimiliki pihak bank terlalu sedikit atau bahkan tidak cukup apabila debitur hendak melakukan penarikan dana dengan jumlah yang besar. Berdasarkan penelitian (Puspitasari, 2009), kinerja keuangan dipengaruhi oleh LDR secara positif dan signifikan.
Kerangka Pikir dan Hipotesis Kerangka Pikir
Kerangka pikir penelitian ini disusun berhasarkan hasil dari penelitian sebelumnya, yaitu:
1. Pengaruh Risiko Pasar (PDN) terhadap Kinerja Keuangan (ROA) perusahaan sub sektor bank (hasil penelitian (Makmunah, 2016)).
2. Pengaruh Risiko Kredit (NPL) terhadap Kinerja Keuangan (ROA) perusahaan sub sektor bank (hasil penelitian (Attar, Islahuddin, & Shabri, 2014), (Fitri, 2016), (Kansil, Murni, & Tulung, 2017), dan (Firdausy, 2016)).
3. Pengaruh Risiko Likuiditas (LDR) terhadap Kinerja Keuangan (ROA) perusahaan sub sektor bank (hasil penelitian (Puspitasari, 2009)).
Berdasarkan berbagai penelitian sebelumnya sebagaimana di atas, disusun kerangka pikir sebagai berikut:
Gambar 4. Kerangka Pikir Penelitian Sumber: (Makmunah, 2016), (Attar, Islahuddin,
& Shabri, 2014), (Fitri, 2016), (Kansil, Murni, &
86
Tulung, 2017), (Firdausy, 2016), dan (Puspitasari, 2009)
Hipotesis
Berdasarkan uraian teori dan juga penelitian sebelumnya, didapatlah hipotesis yang telah disusun dan dijabarkan berikut ini:
H1 : Risiko Pasar (PDN) berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan (ROA) perbankan H2 : Risiko Kredit (NPL) berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan (ROA) perbankan H3 : Risiko Likuiditas (LDR) berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan (ROA) perbankan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah asosiatif dengan populasi seluruh perusahaan sub sektor bank yang terdaftar di BEI, studi ini meneliti pengaruh profil risiko selama tiga tahun periode yaitu dari tahun 2015 hingga tahun 2017. Sampel penelitian diambil berdasarkan metode perposive sampling dan diperoleh 25 perusahaan sub sektor bank.
Menggunakan teknis analisis dokumen, data diambil dari website perbankan yang bersangkutan dan juga www.idx.co.id, lalu dianalisis menggunakan regresi linear berganda.
Definisi Operasional Penelitian
Tabel 1. Definisi Operasional
Variabel Definisi Rumus Skala Sumber
Risiko Pasar (PDN)
Posisi Devisa Neto (PDN) adalah selisih dari aset serta kewajiban valuta asing (on / off balance sheet) dengan seluruh modal yang dimiliki.
Rasio (SEBI No.
13/24/DPNP, 2011)
Risiko Kredit (NPL)
Non Performing Loan (NPL) gross adalah seluruh kredit yang masuk dalam kategori bermasalah, kemudian dibagi dengan seluruh kredit yang dikeluarkan
Rasio (SEBI No.
13/30/DPNP, 2011)
Risiko likuiditas (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah hasil pembagian antara seluruh kredit yang dikeluarkan dengan dana yang diserahkan oleh pihak ketiga baik itu berupa deposito, giro, ataupun tabungan.
Rasio (SEBI No.
13/30/DPNP, 2011)
Kinerja Keuangan (ROA)
Return on Asset (ROA) adalah perbandingan laba sebelum dikenai pajak dan juga nilai
dari rata-rata seluruh aset yang dimiliki.
Rasio (SEBI No.
13/30/DPNP, 2011)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data keuangan yang diolah berdasarkan laporan keuangan perusahaan sub sektor bank yang telah dipublikasikan pada website resmi perusahaan itu sendiri dan juga situs resmi IDX.
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberi kejelasan bagaimana kinerja keuangan dapat dipengaruhi pergerakannya oleh profil risiko (PDN, NPL, dan LDR).
Terdapat sebanyak 43 perusahaan yang berada dalam sub sektor bank yang terdaftar di BEI dan menjadi populasi penelitian. Kemudian sampel berjumlah 25 perusahaan diperoleh dengan metode purposive sampling, dianalisis selama tiga tahun. Yaitu dari tahun 2015 hingga tahun 2017.
87 Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui nilai mean atau rata-rata, nilai terbesar, nilai terkecil, standar deviasi, variance, modus, nilai frekuensi, dan yang lainnya, dilakukanlah uji statistik deskriptif. (Supriyadi, 2014, hal. 43).
Tabel 2. Statistik Deskriptif
N Min Max Mean
Std.
Deviation PDN 75 0,0000 0,1190 0,0153 0,01834 NPL 75 0,0000 0,0854 0,0263 0,01401 LDR 75 0,5061 1,1107 0,8467 0,1346 ROA 75 0,0009 0,0400 0,0165 0,0091
Valid N 75
Sumber: Data Diolah (2019)
Berdasarkan pada Tabel 2 diatas, dapat diketahui bahwa:
1. Terdapat 75 sampel penelitian untuk variabel risiko pasar (Posisi Devisa Neto/PDN) yang diolah dalam penelitian ini.
Dari 75 sampel, 0,0000 adalah nilai terkecil dan 0,1190 sebagai nilai terbesar. Selain itu, nilai rata-rata variabel X1 penelitian ini adalah 0,0153 dengan standar deviasi 0,0184.
2. Terdapat 75 sampel untuk variabel risiko kredit (Non Performing Loan/NPL) yang diolah dalam penelitian ini. Dari 75 sampel, 0,0000 adalah nilai terkecil dan 0,0854 sebagai nilai terbesar. Selain itu, nilai rata- rata variabel X2 penelitian ini adalah 0,0264 dengan standar deviasi 0,0141.
3. Terdapat 75 sampel untuk variabel risiko likuiditas (Loan to Deposit Ratio/LDR) yang diolah dalam penelitian ini. Dari 75 sampel, 0,5061 adalah nilai terkecil dan 1,1107 sebagai nilai terbesar. Selain itu, nilai rata- rata variabel X3 penelitian ini adalah 0,8467 dengan standar deviasi 0,1346.
4. Terdapat 75 sampel untuk variabel kinerja keuangan (Return on Asset/ROA) yang diolah dalam penelitian ini. Dari 75 sampel, 0,0009 adalah nilai terkecil dan 0,0400 sebagai nilai terbesar. Selain itu, nilai rata- rata variabel Y penelitian ini adalah 0,0165 dengan standar deviasi 0,0091.
Uji Normalitas
Untuk memastikan bahwa nilai residual masuk ke dalam kategori normal, maka dilakukanlah uji normalis (Supriyadi, 2014, hal.
84). Hanya data yang punya nilai Kolmogorov- Smirnov lebih dari (>) 0,05, yang berkategori normal.
Tabel 3. Uji Normalitas
Kolmogorov – Smirnov Z 0,098
Asymp. Sig. 0,069
Sumber: Data Diolah (2019)
Diketahui nilai signifikan adalah sebesar 0,069. Karena 0,069 > 0,05 maka data variabel tidak terikat yang terdiri dari PDN (X1), NPL (X2), dan LDR (X3) dinyatakan telah berdistribusi secara normal.
Uji Multikolinearitas
Untuk menganalisis nilai dari koefisien korelasi setiap variabel tidak terikat, dapat dilakukan dengan melihat besaran tolerance dan juga VIF. Besaran angka yang diperoleh haruslah
> 0,1 untuk tolerance dan juga < 10 untuk VIF (Supriyadi, 2014, hal. 83).
Tabel 4. Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF Kesimpulan PDN (X1) 0,916 1,092 Tidak terdapat
multikolinearitas NPL (X2) 0,959 1,043 Tidak terdapat
multikolinearitas LDR (X3) 0,885 1,130 Tidak terdapat
multikolinearitas Sumber: Data Diolah (2019)
Seluruh variabel tidak terikat dalam penelitian ini dinyatakan tidak memiliki masalah multikolinearitas, karena nilai toleransi dari ketiga variabel tidak terikat yaitu lebih dari 0,1 yaitu 0,916, 0,959, dan 0,885. Selain itu, nilai dari VIF seluruh variabel tidak terikat kurang dari 10 yaitu 1,092, 1,043, dan 1,130.
Uji Heteroskedastisitas
Untuk memastikan bahwa persamaan regresi dalam penelitian telah memenuhi syarat pengujian heteroskedastisitas, dilakukanlah pengujian dengan melihat nilai signifikan yang dimiliki yaitu sig > 0,05 (Supriyadi, 2014, hal.
88
80). Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara korelasi spearman’s rho.
Tabel 5. Uji Heterokedastisitas
Variabel Sig
Posisi Devisa Neto (X1) 0,847
Non Performing Loan (X2) 0,612
Loan to Deposit Ratio (X3) 0,663 Sumber: Data Diolah ( 2019)
Nilai signifikan uji heteroskedastisitas penelitian ini yaitu 0,847, 0,612, dan 0,663.
Karena nilai signifikan tersebut melebihi nilai yang disyaratkan yaitu 0,05, maka ketiga variabel tidak terikat penelitian ini dinyatakan tidak teridentifikasi memiliki masalah heteroskedastisitas di dalamnya.
Uji Autokorelasi
Umumnya metode Durbin Watson (DW test) dilakukan untuk mengidentifikasi autokorelasi.
DW test memiliki klasifikasi sebagai berikut:
- Nilai dU < DW < 4-dU, artinya tidak ada autokorelasi
- Nilai DW < dL atau DW > 4-dL, artinya terjadi autokorelasi
- Nilai dL < DW < dU atau 4-dU < DW < 4- dL, artinya metode DW test ini tidak mampu memberi pernyataan atas ada atau tidak adanya autokorelasi.
Karena metode sebelumnya tidak mampu mendeteksi apakah ada atau tidak adanya keberadaan autokorelasi, maka dilakukanlah metode kedua yang dapat digunakan untuk melihat autokorelasi yaitu runs test.
Tabel 6. Runs Test
Z 1,281
Asymp. Sig. 0,200
Sumber: Data Diolah (2019)
Melalui metode runs test, data penelitian ini dinyatakan terbebas dari gejala autokorelasi karena nilai signifikan yang dimiliki lebih besar dari 0,05, yaitu sebesar 0,200.
Regresi Linear Berganda
Terdapat sebanyak tiga buah variabel tidak terikat yaitu PDN, NPL, dan LDR. Selain itu, penelitian hanya mempunyai satu variabel terikat
yaitu ROA. Sebab itulah uji regresi linear berganda digunakan.
Tabel 7. Regresi Linear Berganda
Sumber: Data Diolah (2019)
R Square memiliki nilai sebesar 0,112.
Artinya 12,2% dari pergerakan kinerja keuangan perbankan disebabkan oleh tiga variabel tidak terikat dalam penelitian ini. Sedangkan penjelasan lainnya (100% - 12,2% = 87,8%) dapat disebabkan oleh komponen lain, selain variabel tidak terikat penelitian ini. Contohnya seperti tingkat efisiensi operasional (BOPO) dan Net Interest Margin (NIM) (Purwoko &
Sudiyatno, 2013). Sedangkan menurut penelitian (Sukarno & Syaichu, 2006), selain NPL dan LDR, pergerakan kinerja keuangan suatu perusahaan sub sektor bank juga dapat dipengaruhi oleh Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan efisiensi operasional (BOPO).
Keterangan
1. Dengan nilai konstanta 0,006, meski variabel tidak terikat yang meliputi Posisi Devisa Neto (PDN), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) dinyatakan bernilai nol, kinerja keuangan (ROA) masih bernilai positif sebesar 0,006.
2. Dengan nilai koefisien risiko pasar (Posisi Devisa Neto/PDN) sebesar 0,080, maka diketahui setiap peningkatan PDN satu satuan akan meningkatkan kinerja keuangan (Return on Asset/ROA) sebesar 0,080 satuan dengan asumsi variabel lain bernilai nol.
3. Dengan nilai koefisien risiko kredit (Non Performing Loan/NPL) sebesar -0,115, maka diketahui setiap peningkatan NPL satu satuan akan menurunkan tingkat kinerja keuangan (Return on Asset/ROA) sebesar Variabel
Dependen Variabel Independen Koefisien Return on
Asset (Y)
Posisi Devisa Neto (X1)
Non Performing Loan (X2)
Loan to Deposit Ratio (X3)
0,080 -0,115 0,137 Konstanta
R R Square
0,006 0,349 0,122
89 0,115 satuan dengan asumsi variabel lain
bernilai nol.
4. Dengan nilai koefisien risiko likuiditas (Loan to Deposit Ratio/LDR) sebesar 0,137, maka diketahui setiap peningkatan LDR satu satuan akan meningkatkan kinerja keuangan (Return on Asset/ROA) sebesar 0,137 satuan dengan asumsi variabel lain bernilai nol.
Uji F
Apabila hendak mengidentifikasi dapatkah variabel tidak terikat secara bersamaan mempengaruhi variabel terikat, kita bisa melakukan Uji F dengan membandingkan nilai Fhitung dan juga Ftabel dengan syarat niai signifikan sebesar kurang dari 0,05. Apabila nilai Fhitung >
Ftabel maka dipastikan variabel tidak terikat
secara bersamaan telah memberi pengaruh terhadap variabel terikat.
Tabel 8. Uji F
F Sig
3,292 0,025
Sumber: Data Diolah (2019)
Diketahui nilai dari Fhitung adalah 3,292 sedangkan nilai dari Ftabel adalah 2,733. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Devisa Neto (PDN), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) mempengaruhi Return on Asset (ROA) secara bersamaan karena Fhitung
(3,292) > Ftabel (2,733). Selain itu, nilai signifikan Uji F penelitian ini adalah sebesar 0,025. Karena angka tersebut lebih kecil dibandingkan 0,05, maka variabel terikat yaitu kinerja keuangan (ROA) perusahaan sub sektor bank dipengaruhi secara bersamaan dan signifikan oleh variabel tidak terikat yaitu risiko pasar (PDN), risiko kredit (NPL), dan risiko likuiditas (LDR).
Uji T
Dalam pembuktian hipotesis yang diajukan apakah benar setiap variabel tidak terikat secara parsil dapat mempengaruhi pergerakan variabel terikat maka dilakukanlah Uji T dengan perbandingan antara nilai Thitung dan Ttabel . Setelahnya, juga melihat tingkat signifikan.
Apabila Thitung > Ttabel dan sig < 0,05 maka kesimpulannya memang benar variabel terikat dapat dipengaruhi pergerakannya oleh
keberadaan variabel tidak terikat dalam penelitian dan hipotesis dapat diterima atau tidak ditolak.
Tabel 9. Uji T
Variabel t hitung sig
PDN (X1) 1,185 0,240
NPL (X2) -1,327 0,189
LDR (X3) 2,369 0,021
Sumber: Data Diolah (2019)
Nilai dari Ttabel signifikansi 0,05 dan df = 79 adalah sebesar 1,993. Hasil uji hipotesis telah dijabarkan sebagai berikut:
1. Risiko Pasar / Posisi Devisa Neto (PDN) Diketahui nilai Thitung (1,185) < Ttabel (1,993), dan angka signifikan sebesar 0,240. Maka pergerakan Return on Asset dinyatakan tidak dipengaruhi oleh Posisi Devisa Neto.
2. Risiko Kredit / Non Performing Loan (LDR) Diketahui nilai -Thitung (-1,327) > -Ttabel (- 1,993), dan angka signifikan sebesar 0,189.
Maka pergerakan Return on Asset dinyatakan tidak dipengaruhi oleh Non Performing Loan.
3. Risiko Likuiditas / Loan to Deposit Ratio (LDR)
Diketahui nilai Thitung (2,369) > Ttabel (1,993), dan angka signifikan sebesar 0,021. Maka pergerakan Return on Asset dinyatakan bahwa memang dipengaruhi oleh Loan to Deposit Ratio secara positif serta signifikan.
Pengaruh risiko pasar (Posisi Devisa Neto/PDN) terhadap kinerja keuangan (Return on Asset/ROA)
Pergerakan dari kinerja keuangan (ROA) secara parsial tidak dipengaruhi oleh risiko pasar (PDN) karena Thitug dari PDN memiliki nilai sebesar 1,185 < Ttabel (1,993) dengan nilai signifikan 0,240. Hal tersebut berarti H1 yang menyatakan bahwa risiko pasar (PDN) memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA) perbankan tidak dapat diterima atau ditolak.
Berdasarkan teori, PDN dapat mempengaruhi pergerakan dari kinerja keuangan perusahaan sub sektor bank. Hal ini terjadi karena perubahan valuta asing dapat mengakibatkan naik ataupun menurunnya pendapatan bagi perbankan yang memiliki aktiva dan pasiva valuta asing.
Perbedaan antara teori dan hasil penelitian disebabkan oleh selama tiga tahun periode penelitian valuta asing mengalami fluktuasi.
Sempat menyentuh angka lebih dari Rp 14.000 di tahun 2015, lalu menurun pada tahun 2016
90
hingga berada di bawah Rp 13.000, mengalami kenaikan lagi di tahun 2017, meski tidak sampai Rp 14.000. Sedangkan ROA sempat mengalami kenaikan di tahun 2016 dan berada di angka yang sama pada 2017, yang berarti bahwa kenaikan valuta asing di tahun 2017 tidak memberi dampak terhadap besaran rata-rata ROA perbankan. Selain itu, nilai maksimal PDN yang disyaratkan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 20%, sedangkan rata-rata PDN selama periode penelitian berada jauh di bawahnya yaitu di bawah 2%. Sehingga pergerakan valuta asing tidak berpengaruh terhadap ROA.
Pengaruh risiko kredit (Non Performing Loan/NPL) terhadap kinerja keuangan (Return on Asset/ROA)
Pergerakan dari kinerja keuangan (ROA) secara parsial tidak dipengaruhi oleh risiko kredit (NPL) karena Thitug dari NPL memiliki nilai sebesar -Thitung (-1,327) > -Ttabel (-1,993) dengan nilai signifikan 0,189. Hal tersebut berarti H2 yang menyatakan bahwa risiko kredit (NPL) memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA) perbankan juga tidak dapat diterima atau kembali ditolak.
Berdasarkan teori, NPL dapat mempengaruhi pergerakan dari kinerja keuangan perusahan sub sektor bank. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh fakta bahwa salah satu pendapatan yang diperoleh oleh perbankan adalah hasil dari pemberian kredit kepada para debitur. Apabila debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka perbankan akan mengalami kerugian.
Berbedanya teori yang beredar dengan hasil penelitian ini terjadi karena selama periode penelitian rata-rata NPL mengalami peningkatan setiap tahunnya, sedangkan ROA mengalami stagnan di tahun 2017 meski sempat mengalami peningkatan pada tahun 2015 ke tahun 2016.
Selain peningkatan tersebut, angka rata-rata NPL masih berada di bawah nilai maksimal yang telah disyaratkan oleh Bank Indonesia sebesar maksimal 5%, yaitu tidak menyentuh angka 3%
(2,42%, 2,60%, dan 2,89%). Sehingga pergerakan angka yang tidak terlalu besar pada kredit bermasalah atau NPL tidak memberi pengaruh terhadap besaran ROA.
Pengaruh risiko likuiditas (Loan to Deposit Ratio/LDR) terhadap kinerja keuangan (Return on Asset/ROA)
Pergerakan dari kinerja keuangan secara parsial dapat dipengaruhi oleh risiko likuiditas
(LDR) dengan positif dan juga signifikan karena Thitug dari LDR memiliki nilai sebesar (2,369) >
Ttabel (1,993) dengan nilai signifikan 0,021.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H3 yang menyatakan bahwa risiko likuiditas (LDR) berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA) perbankan dapat diterima.
Berdasarkan teori, kinerja keuangan yang diproksi dengan ROA dapat dipengaruhi oleh risiko likuiditas yang diproksi dengan LDR. Oleh sebab itu Bank Indonesia telah menetapkan besaran LDR untuk mengawasi pergerakannya.
Berdasarkan SEBI No. 6/23/DPNP setiap perusahaan sub sektor bank harus memiliki LDR yang berada di kisaran 50% - 85% karena angkat tersebut masih berada dalam peringkat baik atau aman. Apabila nilai LDR berada di bawah 50%, maka bank dinyatakan bermasalah karena terlalu sedikit mengeluarkan kredit, sehingga laba yang mereka peroleh pun tidak banyak. Sedangkan apabila LDR bank menyentuh angka lebih dari 85%, juga dianggap mulai membahayakan karena terlalu banyak mengeluarkan kredit. Bank yang terlalu banyak mengeluarkan kredit masuk ke dalam kategori berbahaya karena apabila mereka tidak dapat mengelola kredit dengan baik serta efektif, maka dapat meningkatkan nilai kredit bermasalah (kredit macet).
Kesesuaian hasil akhir penelitian ini dengan teori yang telah dikemukakan di atas didapat karena selama periode penelitian nilai rata-rata LDR menurun setiap tahunnya, sehingga nilai ROA meningkat, meskipun di tahun 2017 mengalami stagnan. Selain itu, nilai rata-rata LDR selama periode penelitian sempat menyentuh batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu 85,02%, 84,68%, dan 84,32%.
Sehingga pergerakan yang dibuat oleh LDR meskipun kecil tetap akan mempengaruhi kinerja keuangan (ROA) perbankan.
Implikasi Hasil Penelitian
Bertentangan dengan teori, pergerakan dari ROA dinyatakan tidak dipengaruhi PDN dan NPL selama periode 2015-2017 karena tergolong aman atau memiliki nilai di bawah batas maksimal yang diajukan oleh Bank Indonesia.
Sesuai teori, LDR dinyatakan berpengaruh terhadap ROA selama periode 2015-2017 karena berada sangat dekat dengan batas maksimal yang diajukan oleh Bank Indonesia. Melalui hasil penelitian ini diharapkan kesadaran atas pentingnya penerapan manajemen risiko semakin meningkat. Dengan selalu mengawasi besaran
91 setiap risiko, perusahaan mampu meminimalkan
dampak dari pergerakan risiko terhadap kinerja keuangan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Bersumber dari hasil penelitian yang didapat dan telah dikemukakan sebelumnya, maka didapatlah kesimpulan penelitian yaitu meliputi:
1. Risiko pasar (Posisi Devisa Neto/PDN) tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan (Return on Asset/ROA) perbankan.
2. Risiko kredit (Non Performing Loan/NPL) tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan (Return on Asset/ROA) perbankan.
3. Risiko likuiditas (Loan to Deposit Ratio/LDR) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan (Return on Asset/ROA) perbankan.
Saran
Bersumber dari hasil penelitian yang didapat dan telah dikemukakan sebelumnya, maka saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Meskipun risiko pasar (Posisi Devisa Neto/PDN) dan juga risiko kredit (Non Performing Loan/NPL) masih berada di batas aman, yaitu di bawah dari besaran yang disyaratkan oleh Bank Indonesia, tetap harus tetap diperhatikan pergerakannya. Apabila pihak perbankan lalai mengawasinya, tidak menutup kemungkinan nilai PDN dan NPL meningkat hingga melewati batas aman.
2. Risiko likuiditas (Loan to Deposit Ratio/LDR) harus diawasi lebih ketat lagi, karena nilai yang dimiliki sudah melebihi batas atas Bank Indonesia. Kondisi ini tentu berbahaya karena jika kredit yang dikeluarkan terlalu tinggi selain akan berpotensi meningkatkan nilai NPL apabila kredit tidak dikelola dengan baik, bank juga dinyatakan tidak likuid karena kekurangan dana yang tersedia apabila debitur hendak menarik dana dengan jumlah besar.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T., & Tantri, F. (2014). Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Bank Indonesia. (2011, Oktober 25). SEBI No.
13/24/DPNP. Dipetik April 13, 2019, dari Surat Edaran Bank Indonesia:
www.bi.go.id
Bank Indonesia. (2011, Desember 16). SEBI No.
13/30/DPNP. Dipetik April 9, 2019, dari Surat Edaran Bank Indonesia:
www.bi.go.id
CRMS Indonesia. (2019, Februari 19). Survei Nasional Manajemen Risiko 2018.
Dipetik 2019, dari Center for Risk Management studies: crmsindonesia.org Fahmi, I. (2014). Analisis Kinerja Keuangan.
Bandung: ALFABETA.
Hanafi, M. M. (2014). Manajemen Risiko.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Hanafi, M. M., & Halim, A. (2016). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Otoritas Jasa Keuangan. (2016). Nomor 18/POJK.03/2016. Dipetik Juli 3, 2019, dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan:
www.ojk.go.id
Purwoko, D., & Sudiyatno, B. (2013). Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank (Studi Empirik pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia).
Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol. 20 No. 1, 25-39.
Sukarno, K. W., & Syaichu, M. (2006). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia. Jurnal Studi Manajemen & Organisasi Vol. 3 No. 2, 46.
Supriyadi, E. (2014). Perangkat Lunak Statistik SPSS + Amos. Jakarta: Penerbit In Media.