• Tidak ada hasil yang ditemukan

pedoman model - Perpustakaan Poltekkes Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pedoman model - Perpustakaan Poltekkes Malang"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

Pada tahun 2015 Java sudah memasuki tahap eliminasi, kini sudah memasuki tahun 2018 yang artinya sudah melewati tahap eliminasi terakhir. Apabila masih ditemukan kasus pribumi pada indeks kasus yang ada, maka penghapusannya akan ditunda 3 tahun lagi. Perlu diketahui, kriteria eliminasinya sendiri mensyaratkan dua hal, yakni Annual Parasit Incidence (API) <1/1000 dan tidak ada kasus asli dalam kasus indeks. Indeks kasus pribumi sebagai salah satu indikator juga patut dikritisi, karena bila hal ini terjadi maka terjadi transmisi lokal.

Sebenarnya bukan itu masalahnya, pada tingkat eliminasi yang menjadi pertanyaan terpenting adalah apakah terjadi penularan infeksi apabila terdapat indeks kasus malaria di suatu daerah, apalagi jika model penularannya berbentuk klaster (kelompok). ). Pagedongan mengalami peningkatan sebesar 50% pada malaria impor dan hal ini menyebabkan terjadinya wabah (Sunaryo, 2011) dan sampai saat ini masih terdapat kasus malaria di Banjarnegara, baik impor maupun lokal, serta di Kabupaten Purbalingga, dari 100 kasus yang ada. 19% import case (Ramadhani T, 2012), dan Kabupaten Banyumas hampir 10 tahun tidak pernah mempunyai kasus malaria, tiba-tiba terjadi wabah setelah PE mengakibatkan introduksi kasus (imported first generation cases), hasil update data dari Provinsi Jawa Tengah menunjukkan peningkatan kasus impor di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Purworejo, Banjarnegara dan Banyumas, dari 2180 kasus 43,1% kasus impor (Dinkes Prop Jawa Tengah, 2013), Kabupaten Purworejo pada tahun 2015 terdapat 1411 kasus yang tersebar di enam Puskesmas. Pusat yang menyatakan KLB, pada tahun 2017 Kabupaten Purworejo masih tertinggi dengan enam kecamatan yang indeks endemis malaria. Pada kasus pribumi, salah satu Kecamatan Kemiri sudah beberapa tahun dinyatakan bebas, namun kasus impor justru bermunculan dan menyebar ke masyarakat. Upaya menghentikan penularan malaria lokal di suatu wilayah geografis tertentu tidak berarti tidak ada kasus malaria impor dan tidak ada vektor malaria di wilayah tersebut.

Kasus malaria kedua tertular kasus indeks pada wilayah geografis yang terbatas (dalam jangkauan penularan kasus indeks sangat bergantung pada media penularannya, jika merupakan vektor maka jarak terbang nyamuk Anopheles Spp antara 400- 1500 meter). Menghasilkan informasi berupa peta mobilitas, indeks kasus impor, kasus introduksi, dan kasus lain yang berasal dari indeks kasus impor.

Gambar 1. Peta eliminasi malaria di Indonesia
Gambar 1. Peta eliminasi malaria di Indonesia

KEGIATAN SURVEILANS MIGRASI MALARIA

  • Fungsi pokok
  • Fungsi pendukung
  • Mutu surveilans respons
  • Struktur surveilans respons

Konfirmasi epidemiologi setelah ditemukannya suatu kasus, pada hari kedua dilakukan penyelidikan epidemiologi, hal ini untuk mengetahui apakah sudah masuk kasus tersier dan sebagainya, dengan menganalisis variabel-variabel epidemiologi yaitu waktu, tempat dan orang, sedangkan determinannya. Media penularan yang berupa vektor perlu diteliti pada tempat perkembangbiakannya, tempat peristirahatannya dan tempat perangkap nyamuk. Hal ini dapat dilakukan oleh Puskesmas dan ahli entomologi kabupaten, namun untuk memastikan vektor tersebut masih memerlukan waktu, pendidikan dan sumber daya. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan oleh pihak ketiga, dalam hal ini adalah pusat vektor yang sudah mempunyai sumber daya yang lebih baik.

Staf PE minimal terdiri dari 2 orang, untuk melakukan wawancara untuk mengetahui indeks kasus dimana terjadi infeksi lokal atau impor dan untuk melakukan investigasi kontak, JMD harus dilibatkan, jika pasien lain diketahui memiliki gejala malaria, bahkan ada yang memiliki gejala malaria. positif pada radius kurang dari 500 m, maka sarannya lakukan IRS. Pertama, karena penularan yang terjadi pada saat itu dengan vektor yang sama dan dilakukan SBM 10-12 hari kemudian, jika ada yang positif maka pasien tersebut tertular dari pasien sebelumnya, namun jika pasien tersebut positif. terinfeksi dalam waktu kurang dari 7 hari dengan vektor yang diduga sama. Hal ini penting karena SOP pengobatan tidak lagi dibawa oleh JMD, melainkan harus mendapat persetujuan dari tim medis Puskesmas. Penanggung jawab penyakit malaria di Puskesmas, begitu mendapat laporan JMD bahwa ada pasien positif, langsung merespons dalam waktu 1 x 24 jam setelah pemberian obat. Laporan tersebut diteruskan ke Dinas Kesehatan Tingkat II Kabupaten.

Pemeriksaan kontak dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang mempunyai gejala yang mengindikasikan penyakit malaria (Survei Demam Massal), atau dilakukan pemeriksaan darah, baik mikroskopis maupun RDT, dilanjutkan dengan penjajakan kemungkinan penularan, termasuk pemeriksaan larva. penelitian nyamuk dewasa dan pengukuran kondisi lingkungan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan memperhatikan sumber daya yang dimiliki puskesmas. Jika hal ini tidak memungkinkan, kirimkan laporan ke dinas kesehatan kabupaten yang merinci keterbatasan sumber daya dan sumber daya yang diperlukan untuk puskesmas; Pemeriksaan ini dilakukan maksimal dua hari, pada hari ketiga ada rekomendasi tindakan yang diteruskan ke Dinas Kesehatan Kabupaten. Apabila terjadi kejadian luar biasa dan dinas kesehatan kabupaten tidak mampu menanganinya, laporan tersebut akan diteruskan ke dinas kesehatan provinsi untuk meminta bantuan ahli epidemiologi dan melakukan studi konfirmasi vektor longitudinal.

Pelatihan berlangsung secara bertahap; Untuk JMD dilakukan RDT dan microscopic retraining, karena fakta penelitian analis di tingkat Puskesmas hanya ada satu, dia tidak hanya mengerjakan kegiatan laboratorium rutin Puskesmas, tapi kalau sudah waktunya mobilitas, KLB maka itu menyebabkan kelebihan beban, sehingga target yang diperiksa 1 x 24 jam terlampaui.

PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, PENYAJIAN, ANALISIS DATA DAN REKOMENDASI

  • Pengumpulan data 1. Beberapa pengertian
  • Pengolahan data 1. Ruang lingkup
  • Penyajian data 1. Tabel
  • Analisis data
  • Rekomendasi

Data diperoleh peneliti atau pengamat secara langsung, maksud langsungnya adalah peneliti mencari data dalam bentuk mentah, belum disajikan dalam bentuk visual atau naratif. Data yang diperoleh peneliti tidak bersifat langsung, artinya peneliti memperoleh data tersebut berupa visualisasi atau informasi yang diolah. Data yang diperlukan: Data jumlah penduduk di wilayah desa menurut jenis kelamin, umur dan pekerjaan; Hal ini dimaksudkan untuk melihat proporsi pendatang di masing-masing daerah.

Hal ini biasanya dilakukan dalam studi epidemiologi, riwayat kasus gejala penyakit, dan studi wabah yang menggunakan dinamika penularan. Misalnya, ketika menyelidiki penyakit malaria, jika ada migran yang positif dan terjadi penularan lain, mereka akan ditanya seberapa jauh jarak mereka dari indeks kasus migran dan kapan mereka mulai mendiagnosis kasus malaria. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah penularan disebabkan oleh kasus indeks atau tidak, sedangkan jarak untuk memastikan apakah penularan disebabkan oleh vektor yang sama atau berbeda. karena jika membentuk cluster di . penularan penyakit berbasis vektor, diyakini dilakukan oleh vektor lokal).

Pengumpulan data kualitatif mengikuti perkembangan di lapangan, hal ini dikenal dengan teknik bola salju, dimana peneliti memulai dari satu kasus; Informasi selanjutnya mengikuti hasil wawancara mendalam dengan informan pertama. Indeks kasus diwawancarai selama 2 minggu mereka melakukan perjalanan, hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah melibatkan penularan lokal (sendiri) atau infeksi impor dari luar desa yang bersangkutan. b) Mengalami gejala, hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah masih ada gejala. spesifik atau non-spesifik. Data yang diinginkan didasarkan pada konstruksi hubungan antar variabel dan telah terstruktur sebelumnya sehingga pola narasinya pada akhirnya dikembangkan berdasarkan data yang ada, tidak mengikuti alur bidang yang berkembang.

Waktu pelaporan mengikuti laporan penyakit bulanan, sedangkan untuk kasus positif malaria mengikuti alur pelaporan segera setelah setiap kejadian. Metode analisis membaca data terbesar dan data terkecil, desa terjangkit malaria terbesar adalah desa Sigaluh sebesar 53,3% dan terkecil adalah Sumberrejo sebesar 2,67%. Cara mencari nilai minimum diambil pada bulan tersebut, sedangkan median dicari dengan mengurutkan data dengan data tengah; Jika datanya genap, ambil dua bagian tengahnya, jumlahkan, lalu bagi dua.

Cara pembacaan grafik tersebut mengutamakan kasus-kasus yang disajikan, yaitu migran yang dapat menjadi sumber penularan penyakit kepada penduduk lokal. Diagram lingkaran paling baik ditampilkan jika data bersifat kategoris dan tidak terlalu banyak, sebaiknya tidak lebih dari lima kategori. Penafsiran data deskriptif didasarkan pada variabel-variabel yang ada, namun tidak menutup kemungkinan dapat dibuat hubungan dengan data lain, sehingga data yang satu dibandingkan dengan data yang lain, tidak mencari hubungan sebab akibat dalam suatu statistik. maksudnya, namun dengan pendekatan teoritis, misalnya pada kasus migran yang ditemukan positif, di wilayah HCI ditemukan entri, tetapi di zona bebas ada migran positif tetapi tidak ditemukan entri, sehingga analisis teoritis yaitu pada daerah HCI terdapat vektor, sedangkan pada daerah bebas tidak terdapat vektor.

Berdasarkan data pada Gambar 2. Migran yang menjadi sumber penularan bagi warga lokal terjadi pada delapan bulan tahun 2015. Sebagai pemegang program malaria, sebaiknya melakukan survei kontak di sekitar rumah tangga indeks kasus migran, berapa orang Anda. pernah mengalami gejala yang spesifik dan tidak spesifik, maka segera periksa darah tepi, jika ditemukan positif.

Tabel digunakan untuk membuat data dalam bentuk tabulasi angka. Data  dalam bentuk ini baik digunakan untuk penyajian data sesaat  yaitu data  satu  waktu  tertentu
Tabel digunakan untuk membuat data dalam bentuk tabulasi angka. Data dalam bentuk ini baik digunakan untuk penyajian data sesaat yaitu data satu waktu tertentu
  • Pelabuhan, bandara dan terminal
  • Di rumah
    • Positif lakukan PE survei kontak 2. Analisis dinamika penularan
    • Follow up 4, 7, 14 dan 28 hari sesudah pengobatan
    • Jika masih positif pengobatan lanjutan 3. Jika negatif hentikan pengobatan
    • Jika terjadi penularan dengan model cluster IRS
  • Pengalaman Penelitian
  • Pemakalah Seminar No. Nama pertemuan
  • Karya Buku

Transportasi laut menjadi pilihan utama para pendatang dari kawasan timur yakni Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Mengingat perjalanannya yang jauh, ada baiknya jika ada pemeriksaan kesehatan gratis, salah satunya pemeriksaan malaria. Apabila migran tidak memiliki buku pemeriksaan kesehatan malaria maka petugas pelabuhan dapat memberikan buku tersebut kepada migran dengan melakukan tes darah hanya menggunakan RDT dan bila positif maka dilakukan pengobatan radikal.

Biaya pemeriksaan kesehatan dapat dibebankan pada tiket kapal ditambah Rp 30.000 (Rupiah 30.000), mengingat biaya RDT sudah Rp 25.000 (Rupiah 25.000). Segmen yang menggunakan moda transportasi ini adalah kalangan menengah ke atas, sehingga kantor kesehatan pelabuhan bisa menggunakan thermal scanner untuk kedatangan di luar Pulau Jawa. Peran petugas mungkin menunggu di terminal atau tempat penempatan kerja; Di sinilah pemeriksaan bisa dilakukan.

Boewono DT, Sustriayu NT, Sularto, Mujiono & Soekarno, 1997, Penentuan vektor malaria di Kabupaten Teluk Dalam Nias. Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan, (artikel elektronik) diambil pada 20 Juni 2009 dari http://www.USA.gov/. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, 2009b, Artesunat sekarang tersedia untuk mengobati malaria parah di AS, Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan, diakses 20 Juni 2009 di http://www.USA.gov/.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, 2009f, Dampak malaria, penyebab utama kematian di seluruh dunia. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, 2009i, Lingkungan dan Ekologi Malaria, Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan, diakses pada 20 Juni 2009 di http://www.USA.gov/. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007a, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 275/MENKES/SK/III/2007 tentang Pedoman Pengendalian Malaria Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan di Permukiman Daerah.

293/MENKES/SK/IV/2009 tentang Pemberantasan Malaria di Indonesia, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta. Endah S, Sri M, Emantis R & Kusuma A, 2008, Kajian ekologi perkembangbiakan nyamuk vektor malaria di Desa Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan, Jurusan Biologi F.MIPA Universitas Lampung. Janna AN, Arsin A, Ansariadi, 2012, Tinjauan Implementasi Pengendalian Epidemiologi Malaria di Wilayah Mamuju Utara, Universitas Hasanuddin Makassar.

MOBILITAS MALARIA DI PULAU JAWA UNTUK MENJAGA EKSKLUSI NASIONAL. upaya mencari SOP pengawasan mobilitas sebagai alternatif solusi). PERANCANGAN MODEL SURVEILLANCE MOBILITY MALARIA DI JAWA UNTUK MENJAGA EKSKLUSI NASIONAL (upaya mencari SOP surveilans mobilitas sebagai alternatif solusi).

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait