• Tidak ada hasil yang ditemukan

pekerja anak pendulang emas di jorong bariang nagari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pekerja anak pendulang emas di jorong bariang nagari"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PEKERJA ANAK PENDULANG EMAS DI JORONG BARIANG NAGARI LUBUK GADANG KECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK

SELATAN

ARTIKEL

BETRA DESBI NPM. 12070048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATRA BARAT

PADANG

2017

(2)

1

(3)

2 BETRA DESBI (12070048), Gold Panner’s Child Worker at Jorong Bariang Lubuk Gadang Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan. Sociology Department of STKIP PGRI West

Sumatera Barat, Padang 2017.

By:

Betra Desbi1 Rio Tutri, M.Si2 Isnaini, M.Si3 Program Studi Pendidikan Sosiologi

STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACK

The background of the research because, Nagari Lubuk Gadang is one of the Nagari in South Solok having a gold mine that serves as a place to earn money for the people of the Sangir district South Solok particularly for communities in Nagari Lubuk Gadang. In the mine there are also children who worked as a gold prospector, the children there are still going to school and there are dropouts. This study aimed to describe forms of activity by children under the gold panners in Nagari Lubuk Gadang, Sangir district of South Solok Selatan. The theory used in this research is social action by Max Weber. This study uses a qualitative approach with descriptive type. Informants in this study amounted to 24 people consisting of 10 children who worked as a gold prospector, 10 parents, and 4 people or adults who worked mined gold. This study uses primary and secondary data to obtain information, and use the data collection techniques used were observation, interviews and document research. The unit of analysis is the group. Analysis of the data used covers four phases: 1) Data collection 2) reducing the data 3) data 4) and conclusion.

The location of this research is done in Nagari Lubuk Gadang, Sangir District of South Solok Selatan. The results of this study indicate that children working as a gold prospector: 1). Children work the way into the hole or cave to collect sand, 2). The tools used for work that is a case of trays, sacks, coconut shell, crowbar, and one small bottle to store gold, 3). Sand taken from a pit or cave that they take the place of a flat manner girded, 4). Then the sand taken them panned clean water, 5). Gold obtained directly sold in the market in order to know how much money you earned while working.

1University student sociology of education student program, school of education STKIP PGRI West sumatera ( 2012)

2Leader I university-level instruktur STKIP PGRI West Sumatera

3Leader I university-level instruktur STKIP PGRI West Sumatera

(4)

3 ABSTRAK

BETRA DESBI (12070048), Pekerja Anak Pendulang Emas di Jorong Bariang Nagari Lubuk Gadang Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan. Program Studi Pendidikan

Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Padang 2017.

Penelitian ini dilatar belakangi karena Nagari Lubuk Gadang adalah salah satu Nagari yang ada di Kabupaten Solok Selatan yang mempunyai tambang emas yang berfungsi sebagai tempat mencari nafkah bagi masyarakat Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan kususnya bagi masyarakat yang ada di Nagari Lubuk Gadang. di tambang emas tersebut ada juga terdapat anak-anak yang bekerja sebagai pendulang emas, anak-anak tersebut ada yang masih sekolah dan ada yang putus sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk aktifitas yang dilakukan anak dalam proses pendulang emas di Nagari Lubuk Gadang Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan sosial menurut Max Weber. Penelitian ini mengunakan metode pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif. Informan dalam penelitian ini berjumlah 24 orang yang terdiri dari 10 orang anak yang bekerja sebagai pendulang emas, 10 orang tua, dan 4 orang masyarakat atau orang dewasa yang bekerja ditambang emas. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder untuk mendapatkan informasi, serta mengunakan teknik pegumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam dan studi dokumen. Unit analisis adalah kelompok. Analisis data digunakan mencangkup empat tahap yaitu: 1) Pengumpulan data 2) reduksi data 3) peyajian data 4) dan penarikan kesimpulan. Lokasi penelitian ini dilakukan di Nagari Lubuk Gadang Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang bekerja sebagai pendulang emas tersebut: 1). Anak-anak bekerja dengan cara masuk kedalam lobang atau goa untuk mengambil pasir, 2). Alat yang digunakan untuk bekerja yaitu sepeti dulang, karung, tempurung kelapa, linggis, dan satu buah botol kecil untuk menyimpan emas, 3). Pasir yang diambil dari dalam lobang atau goa tersebut mereka bawa ketempat yang datar dengan cara disandang, 4). Kemudian pasir yang diambil tersebut mereka dulang di air yang bersih, 5). Emas yang didapatkan langsung dijual dipasar agar tau berapa uang yang didapatkan selama bekerja.

PENDAHULUAN

Pekerja anak merupakan anak yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya, untuk orang lain dan untuk dirinya sendiri yang membutuhkan waktu untuk mendapatkan upah atau imbalan dari hasil kerjanya, selain bekerja sendiri dan membantu keluarga, pada komunitas tertentu misalnya disektor pertanian, perikanan, dan industri kerajian sejak anak-anak biasanya sudah dididik untuk bekerja. Tapi disini anak yang masih berumur 18 kebawah sudah bekerja atau melakukan pekerjaan yang seharusnya belum usianya anak tersebut untuk bekerja Seperti persoalan anak dan kelangsungan pendidikan di Indonesia, belakangan ini kembali mencuat karena dipicu oleh situasi krisis ekonomi yang berkepanjangan. Persoalan pekerjaan anak makin kian kompleks dan sulit terpecahkan tak kalah krisis ekonomi melanda sejumlah negara di Asia terutama di Indonesia. (Suyanto, 2013:113 ).

Pekerja anak pada hakekatnya adalah anak-anak yang harus terjun kedunia kerja sebelum mencapai usia legal untuk bekerja sehingga hak-hak dasar mereka terampas. Beberapa bentuk hak dasar tersebut antara lain adalah hak kebebasan untuk memilih dan jaminan untuk tumbuh kembang secara utuh baik secara fisik maupun mental, termasuk hak untu sekolah (Sulistri, 2007:16).

Menurut ILO (1999), diseluruh dunia saat ini lebih dari 250 juta anak berusia 5-14 Tahun terpaksa bekerja dan kehilangan masa kanak-kanaknya karena mereka harus mencurahkan waktunya terlibat dalam proses produksi, baik di keluarganya sendiri maupun ditempat lain.

Dari jumlah yang dilaporkan ILO tersebut 61% tengarai tersebar di kawasan Asia, dan untuk Indonesia sendiri diperkirakan terdapat sekitar 5 sampai 6,5 juta pekerja anak bahkan ada yang memperkirakan lebih besar lagi yang tersebar diberbagai faktor industri besar maupun usaha rumah tangga.

(5)

4 Dibandingkan kondisi lima atau sepuluh

tahun yang lalu, jelas tantangan yang dihadapi dalam penenganan pekerja anak di Indonesia kini rumit, dan niscaya menuntut kesungguhan serta dukungan dari semua pihak mengeminasi agar masalah ini tidak berkembang makin liar ( Suyanto, 2013:115- 116)

Secara empiris banyak bukti yang menunjukan bahwa keterlibatan anak-anak dalam aktivitas ekonomi baik disektor formal maupun disektor informal yang terlalu dini cendrung rawan eksploitasi, terkadang berbahaya dan mengganggu perkembangan fisik dan sosial anak.

Dampak Pekerja anak di Indonesia bukan terletak pada pekerjaannya, tapi pada pengaruh negatif akibat terlalu dini bekerja, termasuk kurangya kesempatan anak-anak itu untuk memperoleh pendidikan (Suyanto, 2013:122-123).

Dalam lingkungan penyebab pekerja anak sering kali terjadi pada keluarga miskin, beban pekerjaan anak yang terlalu berlebihan. Anak-anak dari kelurga miskin diharapkan belajar dengan baik di sekolah, sambil bekerja kurang lebih penuh.

Hal yang jelas merupakan tugas ganda yang jauh melampaui kemampuan anak-anak, sehingga disini awal mula terjadinya masalah putus sekolah. Disamping itu, yang memprihatinkan adalah dari segi hak anak, anak-anak yang bekerja dalam posisi rentan untuk diperlakukan salah, termasuk eksploitasi oleh orang lain, khususnya orang dewasa atau suatu sistem yang memperoleh keuntungan dari tenaga anak ( Suyanto, 2013:129).

Berbicara dari segi etik dan moral anak-anak seharusnya memang disadari bahwah tidak seharusnya bekerja, apalagi bekerja di disektor berbahaya, karena dunia mereka adalah dunia anak-anak, tapi pada kenyataannya, akibat kemiskinan, tradisi, perubahan proses produksi, kelangkaan pendidikan dan tidak memadainya aturan yang melarang praktik pekerja anak. Maka keterlibatan keterlibatan dan “pemaaksaan”

terhadap anak-anak dalam kegitan produksi

menjadi suatu yang tak

terhindarkan.Berdasarkan data Sakernas 1994, dilaporkan jumlah pekerja anak di Indonesia yang berumur 10-14 tahun

sebanyak 2,08 juta. Sementara itu, irwanto memperkirakan anak di Indonesia tidak mustahil mencapai angka 8 juta jiwa lebih karena berkaitan dengan tingginya jumlah anak yang putus sekolah. Di muka telah disinggung bahwa munculnya pekerja anak berkaitan dengan kemiskinan. Karena tekanan kemiskinan, upaya yang dilakukan selain mengikutsertakan istri dalam kegiatan publik (Ekonomi) juga banyak memanfaatkan tenaga anak Selain faktor kemiskinan ada juga tiga faktor utama yang menyebabkan anak bekerja, yaitu eksploitasi yang lahir dari kemiskinan, kurangnya pendidikan yang relevan, serta tradisi, dan pola yang menempatkan anak pada posisi yang rentan (Suyanto, 2013:130).

Anak adalah karunia dan anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa, anak juga sebagai generasi muda yang menjanjikan dan merupakan aset negara karena dengan terbentuk generasi muda yang idealis maka Bangsa Indonesia ikut maju dan berkembang. Anak merupakan manusia yang belum mandiri maka anak perlu perlindungan dan pemeliharaan dengan penuh kasih sayang agar mereka merasa aman, nyaman, dan sejahtera. Hal itu dilakukan kerena anak merupakan individu yang belum mampu memikul beban atau risiko dari segala perbuatan yang dilakukan seperti halnya orang dewasa (Adi, 2012:124). Anak adalah orang laki-laki atau perempuan yang berumur kurang dari 15 Tahun. (Undang-Undang RI No 25:1997)

Sumatera Barat adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Sumatra, sesuai dengan namanya wilayah provinsi ini menempati sepanjang pesisir barat sumatra bagian tengah dan sejumlah pulau dilepas pantainya seperti kepulauan mentawai, Provinsi Sumatra Barat berbatasan dengan empat provinsi yakni, Provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Bengkulu. Provinsi ini terdiri dari 12 kabupaten dan 7 kota, menurut hasil survei lembaga perlindungan anak (LPA) pada tahun 2013-2014, Provinsi Sumatra Barat terdapat sekitar 13.399 anak usia di bawah 15 tahun sedang bekerja, ada yang bekerja sebagai pengambilan pasir dari sungai, mengeluarkan batu, bekerja di tambang emas, batu bara dan di perkabunan sawit, seharusnya pekerjaan seperti itu tidak beleh di lakukan oleh anak dibawah usia 15 tahun

(6)

5 karna sangat berbahaya untuk pertumbuhan

anak (LPA, 2013-2014)

Solok Selatan adalah kabupaten baru yang terdiri dari enam kecamatan yaitu : Koto Pariak Gadang Di Ateh (KPGD), Sungai Pagu, Sangir, Sangir Jujuan, Sangir Batang Hari, dan Sangir Balai Jenggo.

Masyarakat Solok Selatan memiliki potensi yang besar untuk maju, selain mengandalkan pertanian, masyarakat juga bekerja disektor lain. Hal ini disebabkan Kabupaten Solok Selatan sangat kaya dengan sumber daya alam yang meliputi tanah, air, hutan, dan mineral lainnya. Salah satu potensinya adalah tambang emas yang dikelola oleh masyarakat setempat yang berlokasi di Kecamatan Sangir.

Pertambangan di Solok Selatan yang terdapat di Kecamatan Sangir merupakan pertambangan rakyat, karena pada umumnya masyarakat mendulang emas secara manual dan dikuasai masyarakat setempat, di Kecamatan Sangir terdapat tipologi dalam mencari emas yaitu : dengan cara memakai alat berat seperti mesin excavator, ada dengan cara memakai kapal, mesin dompeng, dan alat manual yaitu mendulang emas dengan jea (dulang).

Masyarakat yang mencari emas dengan alat berat seperti mesin, kapal dan mesin dompeng tersebut hanya sedikit karena memiliki modal yang besar, dalam penelitian ini peneliti menitik beratkan pada masyarakat yang mendulang emas secara tradisional yaitu mendulang emas dengan menggunakan jea (dulang).

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di Jorong Bariang, Nagari Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan pada tanggal 25 September 2016 banyak anak-anak diusia sekolah yang melakukan pekerjaan orang dewasa seperti mendulang emas, di Nagari Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir, terdapat sekitar 10 orang anak-anak yang bekerja sebagai pendulang emas, keadaan seperti ini merupakan hal yang biasa bagi masyarakat setempat, seharusnya anak-anak yang usia tersebut tidak boleh melakukan pekerjaan yang dilakukan orang dewasa, karena bisa merusak pertumbuhan fisik dan mental dari anak-anak tersebut. Anak-anak diusia

tersebut tempatnya di sekolah untuk belajar, bermain dengan teman sebayanya tapi mereka malah berjuang bekerja di tambang emas, ada yang ikut orang tua, dengan teman, dan dengan orang lain.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk aktifitas yang dilakukan anak dalam proses pendulang emas di Jorong Bariang, Nagari Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan

Dalam penelitian tentang pekerja anak sebagai pendulang emas di jorong Bariang Nagari Lubuk Gadang Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan ini digunakan salah satu paradigma yang terdapat dalam ilmu Sosiologi yaitu paradigma definisi sosial, dan teori yang digunakan adalah teori tindakan sosial yang dikemukakan oleh Max Weber.

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan tipe deskriptif. Pemilihan informan dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu pengambilan informan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Informan dalam penelitian ini berjumlah 24 orang yang terdiri dari 10 orang anak yang mendulang, 10 orang tua dari anak yang mendulang emas, dan 4 masyarakat atau orang dewasa yang bekerja di tambang emas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi non-partisipan, wawancara mendalam dan studi dokumen. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data menurut Milles dan Huberman.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Pekerja Anak Penambang Emas.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan menemukan 10 orang anak yang bekerja sebagai pendulang emas.

Mereka rata-rata masih berada pada usia sekolah, yaitu mulai dari umur 12 tahun

(7)

6 sampai umur 17 tahun. Hal ini berarti bahwa

anak-anak yang bekerja sebagai pendulang emas masih berada dibangku Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan ada yang sudah tidak sekolah.

Bentuk aktifitas pekerjaan yang dilakukan oleh anak-anak yang bekerja sebagai penambang emas tersebut yaitu mereka pergi bekerja ada yang pagi hari dan ada yang siang hari, waktu perjalanan yang mereka butuhkan untuk sampai kelokasi tempat mereka bekerja yaitu sekitar 20 menit sampai 30 menit perjalanan karena jalan yang mereka tempuh ke lokasi tempat mereka bekerja tersebut jalannya belum diaspal, jalannya masih banyak berlobang- lobang dan banyak batu, karena itulah perjalanan mereka ada yang sampai 30 menit, itupun kalau motor mereka tidak mengalami kerusakan atau bocor, kalau motor mereka mengalami kerusakan atau bocor bisa jadi perjalanan yang mereka tempuh untuk sampai ke lokasi mereka bekerja 1 jam sampai 2 jam perjalanan.

Bentuk pekerjaan yang dilakukan oleh anak tersebut yaitu mereka masuk kedalam lobang atau goa untuk mengambil pasir, dengan membawa alat-alat yang mereka butuhkan, tapi mereka menunggu orang yang bekerja pakai mesin dompeng atau alat berat selesai bekerja, kalau orang yang bekerja menggunakan mesin atau alat berat tersebut belum selesai bekerja merekapun juga belum bisa bekerja atau belum boleh mengambil pasir, dan kalau orang yang pakai mesin atau alat berat tersebut selesai bekerja baru mereka bisa masuk dan mengambil pasir kedalam lobang tersebut, setelah selesai mengambil pasir, pasir tersebut mereka bawa ke atas atau ketempat yang tinggi supaya mudah untuk mereka dulang dan mendapatkan emas.

Dalam satu karung pasir yang mereka ambil dari dalam lobang tersebut mereka bisa mendulang 4 sampai 5 kali mendulang, setelah satu karung tersebut sudah habis mereka dulang mereka mengambil lagi kedalam lobang tersebut begitu seterusnya bisa sampai 4 atau 5 kali mereka mengambil pasir kedalam lobang tersebut. Dalam satu karung pasir yang mereka ambil tersebut kadang-kadang ada yang mendapatkan emas dan ada yang tidak.

Aktifitas Pekerjaan Yang Dilakukan Segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani dan rohani atau kegiatan-kegiatan yang terjadi secara fisik, dalam keseharian anak-anak yang bekerja sebagai pendulang emas, mereka mempunyai aktifitas yang berbeda-beda dalam melakukan suatu kegiatan yang mereka lakukan baik dirumah ataupun ditempat kerja.

Anak-anak yang bekerja sebagai pendulang emas mereka ada yang masih sekolah dan ada yang sudah tidak sekolah, anak-anak yang masih sekolah aktifitas yang mereka lakukan yaitu pada pagi hari jam 07.00 WIB sampai siang hari sekitar jam 13.00 WIB mereka belajar dan bermain dengan teman di sekolah, setelah pulang sekolah sebelum mereka pergi bekerja sebagai pendulang emas mereka dirumah juga ada yang membantu orang tua, selesai membantu orang tuanya mereka pergi bermain tempat teman, setelah itu baru mereka pergi bekerja mendulang emas, mereka pergi bekerja pulang pergi saja kerena jarak rumah mereka dari tempat bekerja tidak jauh, jaraknya sekitar 5-6 km.

Mereka sudah pernah dilarang orang tuanya bekerja sebagai pendulang emas tapi mereka tidak mau, karena ingin mencari uang untuk tambah belanja agar bisa membeli barang- barang yang mereka butuhkan, seperti membeli baju, sepatu, hanpond (Hp), motor dan lain-lain. Bentuk aktifitas yang dilakukan anak-anak bekerja sebagai pendulang emas yaitu :

a. Anak masuk kedalam lobang atau goa untuk mengambil pasir.

Anak masuk kedalam goa dengan membawa alat-alat yang mereka perlukan seperti karung, linggis, dan tempurung kelapa. Pasir yang diambil tersebut mereka bawa keluar dari goa tersebut.

b. Dalam lobang atau goa tersebut mereka memisahkan batu yang besar dengan pasir.

Dalam lobang atau goa tersebut anak-anak memasukan pasir yang diambil tersebut kedalam karung dengan menggunakan memisahkan batu-batu yang besar, batu-batu

(8)

7 besar tersebut mereka pisahkan supaya

mereka tidak keberatan membawanya keluar.

c. Pasir yang diambil tersebut mereka bawa keluar.

Setelah karung mereka berisi pasir, pasir tersebut mereka bawa keluar dengan cara disandang atau diangkat, samapai di atas setelah pasir yang mereka ambil tadi diletakkan, mereka masuk lagi kedalam lobang atau goa tersebut untuk mengambil pasir sampai mereka capek atau gak kuat lagi mengambil pasir untuk mereka dulang.

d. Mereka dulang di tempat air yang tenang atau bersih.

Setelah pasir yang diambil dari dalam lobang atau goa tersebut sampai keluar kemudian baru mereka bawa ketempat air yang tenang untuk mereka dulang menggunakan jea atau dulang, dan memisahkan batu dan pasir-pasir yang kecil tersebut agar bisa mendapatkan emas.

Dari penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan jenis pekerjaan orang tua dari anak pendulang emas, pekerjaan orang tuanya yaitu mereka ada yang bertani , berdagang, berladang, ada yang bekerja ditambang emas dan ada yang di rumah saja menjadi ibu rumah tangga. Pekerjaan seperti bertani yaitu mereka menanam padi, jagung, dan lain-lain. Pekerjaan berdagang seperti berjualan di pasar, jualan cabe, dan sayur - sayuran, kemudian pekerjaannya yang berladang mereka ada yang menanam kopi, coklat, cabe rawit dan memotong karet.

Selain dengan orang tua dan anak yang bekerja sebagai pendulang emas peneliti juga mewawancarai masyarakat atau orang dewasa yang bekerja ditambang emas.

Pekerjaan yang dilakukan oleh orang dewasa atau masyarakat ada yang bekerja mendulang emas dan ada yang bekerja mengggunakan mesin atau alat berat. Orang yang bekerja menggunakan mesin itu pendapatan atau penghasilan yang mereka dapatkan lebih besar dari pada orang yang bekerja sebagai mendulang emas, begitu juga dengan biaya atau modal yang mereka gunakan itupun juga lebih besar biaya orang yang bekerja menggunakan mesin, karena

mereka banyak menggunakan fasilitas- fasilitas yaitu seperti minyak solar, karpet, paralon, slang dan jinset untuk penerang jika pekerjaan mereka sampai malam. Orang yang bekerja menggunakan mesin dompeng tersebut mereka bekerja bukan sendiri- sendiri atau satu orang saja tapi mereka bekerja secara berkelompok yaitu terdiri dari 7 sampai 8 orang dan mereka membagi-bagi tugas untuk bekerja.

Lama Jam Bekerja

Dalam melakukan sebuah pekerjaan pasti mempunyai waktu ada waktunya yang lama dan ada waktunya yang sebentar tergantung apa pekerjaan yang dilakukannya, dan waktu yang di butuhkan oleh anak dalam bekerja sebagai penambang emas waktunya yang 4 sampai 6 jam. Bagi anak-anak yang masih sekolah mereka bekerja sehari sekitar 2 sampai 4 jam, mereka bekerja sampai sore, kalau hari sudah sore mereka bersiap-siap untuk pulang, karena tidak mau bikin orang tuanya kwatir, kalau sudah sore mereka belum juga pulang mereka ada yang dicari dan dijemput orang tuanya, karena itulah anak-anak tidak mau bikin orang tuanya cemas dan kwatir.

Berbeda dengan anak-anak yang tidak sekolah, lama mereka berada di lokasi pekerjaan ada yang 10 sampai 13 jam sehari, dan lama waktu mereka bekerja sekitar 5 sampai 6 jam dalam satu hari, itupun tergantung kemaun mereka bekerja, ada kerjanya yang sebentar dan ada kerjanya yang lama, mereka bekerja tergantung orang yang menggunakan mesin atau alat berat selesai bekerja, kalau orang yang bekerja pakai mesin dompeng atau alat berat tersebut belum selesai bekerja mereka belum dibolehkan masuk kedalam lobang untuk mengambil pasir, mereka harus bersabar menunggu orang yang menggunakan mesin atau alat berat tersebut selesai bekerja, kadang-kadang mereka ada yang tidak dapat bekerja karena ada orang yang bekerja pakai mesin bekerja sampai malam, orang yang bekerja menggunakan mesin tersebut tidak selalu pekerjaannya lancar karena ada juga mesin mereka yang rusak saat melakukan pekerjaan.

Perbedaan penambang emas dengan pendulang emas yaitu kalau penambang emas kerjanya secara

(9)

8 berkelompok dalam satu kelompok terdiri 7

sampai 8 orang yang bekerja, dan alat yang digunakan untuk bekerja menambang emas tersebut seperti mesin dompeng, minyak solar, paralon, slang dan lain-lain. Kalau bekerja mendulang emas pekerjaannya mengagambil pasir kedalam lobang atau goa orang yang bekerja menambang emas dengan menunggu orang yang pakai mesin dompeng selesai bekerja, kalau orang pakai mesin belum selesai bekerja mereka pun belum bisa untuk mengambil pasir, dan alat- alat yang digunakan untuk mendulang emas yaitu seperti linggs, karung, tempurung kelapa, dan satu buah botol kecil untuk menyimpan emas yang didapatkan.

Alat Yang Digunakan Untuk Bekerja Alat adalah suatu benda yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu pekerjan, baik bekerja bangunan, bertani, dan lain-lain. Agar pekerjan tersebubut lebih mudah dilakukan. Begitu juga bekerja sebagai pendulang emas pasti ada alat-alat yang digunakan untuk mempermudah atau melancarkan pekerjaan. Alat-alat yang digunakan oleh anak bekerja sebagai pendulang emas yaitu seperti dulang, karung dan tempurung kelapa, alat-alat tersebut ada yang mereka beli, dipinjam dan dibikin sama orang tuanya. Alat-alat yang digunakan oleh anak yang bekerja sebagai pendulang emas yaitu :

a. Karung (untuk meletakan pasir yang diambil dari dalam goa) b. Dulang (untuk mendulang pasir

yang diambil dari dalam goa) c. Tempurung kelapa (untuk

mengambil pasir)

d. Linggis (untuk menggali pasir atau tanah yang keras)

e. Botol kecil (untuk menyimpan emas yang didapatkanya)

f. Topi atau pelindung kepala (untuk melindungi kepala dari hangatnya sinar matahari)

Alat-alat yang tersebut diatas mereka gunakan pada saat mereka mulai bekerja, mulai mereka masuk kedalam goa untuk mengambil pasir sampai mereka keluar membawa pasir tersebut untuk mereka dulang, alat-alat tersebut mereka gunakan untuk mempermudah dan

melancarkan mereka pada saat melakukan pekerjaan sebagai pendulang emas. Alat-alat yang mereka gunakan dalam mendulang emas hampir sama semua. Alat-alat yang mereka gunakan seperti dulang, karung, tempurung kelapa, linggis, dan pelindung tubuh dari hangatnya cahaya matahari. Alat- alat tersebut ada yang mereka beli dan ada juga yang dibikin orang tuanya, seperti yang dijelaskan oleh Idep alat-alat yang dia gunakan untuk bekerja mendulang emas di beli semuanya, dan kalau yang dijelaskan oleh Tomi ada yang dia pinjam yaitu seperti dulang di pinjam sama kakaknya dan alat- alat yang lain baru dia beli di beli di pasar.

Pendapatan Anak Pendulang Emas Jumlah Upah

Upah merupakan hasil atau pemberian yang didapatkan setelah bekerja, baik itu bekerja perkantoran, berdagang, berkebun, bertani dan lain-lain. Dan begitu juga dengan anak yang bekerja sebagai pendulang emas, dalam bekerja pasti ada hasil gaji atau pun upah yang di dapatkan setelah bekerja baik itu dalam jumlah banyak atau sedikit itu tergantung pendapatan yang didapatkannya dalam bekerja sebagai pendulang emas.

Uang yang didapatkan dalam bekerja sebagai pendulang emas yaitu pendapatannya tidak menentu itu tergantung pendapatan atau banyak emas yang didapatkannya ada yang mendapatkan banyak dan ada juga yang mendapatkan sedikit, dan ada juga yang tidak dapat, karena mereka bekerja tidak setiap hari mereka bekerja tergantung pada cuaca kalau cuacanya baik mereka bisa bekerja dan kalau cuacanya buruk seperti hari hujan mereka tidak bisa bekerja. Pendapatan tersebut ada juga tergantung lama mereka bekerja kalau mereka bekerjanya lama bisa jadi pendapatannya banyak dan yang kerjanya cuma sebentar bisa jadi pendapatannya sedikit. Emas yang mereka dapatkan tersebut mereka jual hari itu juga, mereka jual di pasar Padang Aro yaitu sama orang yang membeli emas, emas tersebut dijual dengan harga Rp 40.000 samapi Rp 43.000 per bonci atau per gram.

(10)

9 Setelah emas yang didapatkan

dalam bekerja sebagai pendulang, emas tersebut dijual baru tau berapa uang yang didapatkannya, emas tersebut dijual dengan harga yang telah ditentukan setelah mereka menjual emas dan menerima uang dari hasil kerjanya tersebut mereka sangat senang dan bersyukur berat atau susahnya pekerjaan yang mereka lakukan itu tidak terasa lagi oleh mereka. Setelah itu barulah mereka pulang kerumah masing-masing untuk beristihat, uang yang dapatkan tersebut mereka gunakan untuk belanja dan membeli keperluan yang mereka perlukan, dan pada esok harinya mereka kembali melakukan aktifitas yang sama yaitu bekerja sebagai pendulang emas.

Uang yang didapatkan oleh anak- anak dalam bekerja sebagai pendulang emas yaitu tergantung lama mereka bekerja sehari dan tergantung pendapatan yang didapatnya, dan ada yang tidak dapat sama sekali karena orang yang pakai mesin dompeng tersebut mereka ada bekerja yang sampai malam bagi anak-anak yang masih sekolah tidak ada mereka yang menunggu sampai malam karena mereka mau pergi sekolah kalau mereka menunggu sampai malam tentu waktu belajar di sekolah mereka ngantuk karena kurang tidur, kalau mereka bekerja dalam satu hari sekitar 6 sampai 7 jam bisa jadi pendapatan mereka banyak, kalau mereka bekerja cuma sebentar sekitar 4 sampai 5 jam dalam sehari bisa jadi pendapatan mereka sedikit karena emas yang didapatkan juga sedikit bahkan ada yang tidak dapat . Uang yang paling bayak didapatkan oleh bekerja sebagai mendulang emas yaitu Rp. 200.000 dan paling sedikit Rp. 20.000 dalam satu hari.

Beda anak yang masih sekolah dan tidak sekolah yaitu anak yang masih sekolah lama mereka berada dilokasi yaitu 5 sampai 6 jam dalam satu hari karena mereka pergi bekerja pulang sekolah, lama mereka bekerja yaitu 3 sampai 4 jam dalam satu hari, dan anak yang tidak sekolah lama mereka dilokasi yaitu 12 sampai 13 jam sehari, dan lama waktu mereka bekerja yaitu sekitar 5 sampai 6 jam dalam satu hari.

Penggunaan Uang Hasil Kerja

Uang yang didapatkan dalam bekerja tentu ada kegunaan dan keinginan untuk dibelikan uang tersebut baik dibelikan pada makanan atau barang-barang yang lain yang merasa dibutuhkan. Uang yang didapatkan oleh anak sebagai pendulang emas mereka gunakan untuk belanja dan ada untuk memperbaiki motornya kalau terjadi kerusakan, kemudian ada yang mereka kasih sama orang tua untuk membeli kebutuhan sehari-hari, dan sisa uang yang mereka dapatkan mereka simpan karena mereka tau betapa sulitnya mencari uang, mereka tidak mau menghabiskan semua uang yang didapatkannya dalam satu hari.

Dalam kesehariannya uang yang didapatkan oleh anak yang bekerja sebagai pendulang emas sangatlah berarti bagi mereka karena mereka sangat membutuhkan uang untuk membeli sesuatu barang yang ingin mereka, tampa uang yang didapatkannya mereka tidak bisa membeli barang yang ingin mereka miliki karena untuk membeli barang-barang yang mereka inginkan tersebut orang tuanya tidak ada memberi uang maka dari itu anak-anak tersebut ingin bekerja untuk memenuhi kebutuhan yang ingin mereka miliki.

Dari analisis di atas dapat dikaitkan bahwa teori tindakan sosial yang dikemukakan oleh Max Weber, dia mengatakan bahwa sebuah tindakan sosial yaitu sejauh tindakan tersebut memperhatikan tingkah laku dari individu lain dan diarahkan pada tujuan lain. Hal tersebut berorientasi bahwa kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh anak sebagai pendulang emas berhubungan dengan sumber daya yang terbatas dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha dan keinginan yang mereka capai untuk memenuhi kebutuhan barang-barang dan jasa, ini terlihat dari anak-anak yang ingin memiliki barang-barang yang merasa dibutuhkannya yang belum bisa dipenuhi oleh orang tuanya, sehingga anak memilih atau melakukan pekerjaan sebagai pendulang emas yang dinilainya dapat memaksimalkan kebutuhan yang diinginkannya.

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan terlihat bahwa anak bekerja

(11)

10 didasarkan atas tipe rasional instrumental

dan tindakan berorientasi nilai. Keterkaitan tipe tindakan instrumental disebabkan anak- anak memilih bekerja sebagai pendulang emas memungkinkan anak-anak bisa membeli barang-barang yang merasa mereka butuhkan dan yang mereka inginkan agar sama dengan teman-temannya yang lain.

Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar dengan mempertimbangkan yang matang, sedangkan tipe tindakan berorientasi nilai yaitu tindakan yang dilakukan pekerja anak rasional sebab anak bekerja sebagai pendulang emas dengan dasar ingin memperoleh uang agar bisa memenuhi kebutuhan atau keinginan yang dimilikinya.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Jorong Bariang Nagari Lubuk Gadang Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan dapat disimpulan bahwa:

Anak yang bekerja sebagai pendulang emas, berumur 13 tahun samapai 17 tahun, mereka ada yang sedang sekolah dan ada yang sudah tidak sekolah. Bagi anak-anak yang masih sekolah mereka pergi bekerja sebagai pendulang emas yaitu setelah pulang sekolah dan yang sudah tidak sekolah mereka pergi bekerja sekitar jam 09.00 pagi atau jam 10.00 pagi, dan pulang nya sore sekitar jam 18.00, dan mereka membawa nasi untuk makan siang.

Kemudian anak-anak yang masih sekolah mereka pergi bekerja setelah pulang sekolah yaitu sekitar jam 14.00 siang.

Aktifitas pekerjaan yang dilakukan oleh anak-anak tersebut mereka pergi kelokasi pekerjaan setelah sampai dilokasi, mereka bukan lansung bekerja tapi mereka duduk-duduk dulu sambil menunggu orang yang bekerja menggunakan mesin dompeng selesai bekerja, kalau orang yang menggunakan mesin sudah selesai bekerja baru mereka masuk ke dalam lobang atau goa untuk mengambil pasir dengan membawa alat-alat yang mereka butuhkan, alat-alat yang mereka gunakan untuk bekerja yaitu karung, dulang, linggis, tempurung kelapa dan satu buah botol kecil. Pasir yang diambil tersebut mereka bawa ketempat yang datar dengan cara di sandang, sampai ditempat yang datar baru mereka dulang

untuk mendapatkan emasnya. Anak yang bekerja sebagai pendulang emas tersebut, mereka bekerja itu atas keinginannya sendiri, dan tidak ada disuruh orang tuanya, bahkan orang tua mereka melarang untuk pergi bekerja, dan mereka pun tidak mau, mereka tetap memilih untuk pergi bekerja untuk mencari uang untuk belanja, dan untuk membeli barang-barang yang mereka butuhkan.

Saran

1. Bagi orang tua yang mempunyai anak-anak di bawah umur 18 tahun agar berusaha melarang keras kepada anak-anaknya untuk tidak bekerja sebagai pendulang emas, karena bisa merusak pertumbuhan fisik dari anak, anak-anak yang berusia tersebut cukup tempatnya disekolah, dirumah dan bermain sama teman-temannya.

2. Bagi anak- anak yang bekerja sebagai pendulang emas, seherusnya berfikir lagi untuk bekerja, karena pekerjaan tersebut sangat berbahaya.

3. Bagi masyarakat agar tidak membolehkan anak-anak yang usia 18 tahun ke bawah untuk bekerja di tambang emas, kalau perlu buat pengumuman atau informasi bahwa bagi anak-anak yang berusia di bawah umur dilarang bekerja.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Suyanto, Bagong. 2013. Masalah Sosial Anak. Jakarta : Kencana Perdana.

Sulistri.2007. Pekerja Anak, Pendidikan anak Pekerja/Buruh, sketma Bantuan dan Komite Sekolah. Jakarta: KSBSI, KSPSI dan KSPI.

Undang-Undang RI No 25/1997 Tentang Ketenaga Kerjaan Ayat 20.

Lembaga Perlindungan Anak (LPA, 2014)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan menurut Menurut Mangkunegara (2017:67) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab