• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN) UNTUK MEMINIMALISIR PERCERAIAN DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR - Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PELAKSANAAN KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN) UNTUK MEMINIMALISIR PERCERAIAN DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR - Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Repository"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN) UNTUK MEMINIMALISIR PERCERAIAN DI KANTOR

URUSAN AGAMA KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh Gelar sarjana hukum (SH)

OLEH:

ARIZA 11721203020

PROGRAM S1

JURUSAN HUKUM KELUAGA (AH) FAKULTAS SYARI’AH DAN ILMU HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2022 M/1443 H

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Ariza (2022) : “Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (Suscatin) untuk Meminimalisir Perceraian di Kantor Urusan Agama Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar”.

Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan kursus calon pengantin untuk meminimalisir perceraian dikantor urusan agama kecamatan tambang. dalam hal ini KUA tambang berperan penting dalam pelaksanaan kegiatan kursus calon pengantin dalam wilayahnya,agar calon pengantin mempunyai wawasan lebih tentang kehidupan berumah tangga dalam mengwujudkan kelurga sakinah dalam mengurangi angka perceraian serta kekerasan dalam rumah tangga.

Rumusan masalah dalam penelitian ini Bagaimana Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (Suscatin) Untuk Meminimalisir Perceraian Di KUA Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar dan Bagaimana upaya meminimalisir angka perceraian dengan pelaksanaan kursus calon pengantin (Suscatin) Di KUA Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan kualitatif dengan teknik pengumpulan datanya menggunakan teknik observasi, dokumentasi, wawancara dan angket.populasi dalam penelitian berjumlah 431 peneliti mengambil sampel berjumlah 40 orang dengan mengunakan random sampling.

Hasil dari penelitian pertama kursus calon pengantin merupakan suatu pemberian bekal pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam waktu singkat kepada calon pengantin dalam kehidupan rumah tangga dengan dasar hukum pelaturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor: DJ.II/491 2009 dan Nomor: DJ.II/542 tahun 2013, serta Keputusan DJ BIMAS Islam No:373 Tahun 2017 Tentang Petunjuk Teknis Bimbingan Calon pengantin.kedua peran kursus calon pengantin guna untuk meminimalisirkan perceraian sangatlah besar.

Karena itulah pihak pemerintah membuat pelaturan tentang kursus calon pengantin ini. pemerintah sangat mengharapkan setiap keluarga bisa hidup rukun sakinah, mawaddah dan warahmah, tentunya terhindar dari perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga.

Kata kunci: Kursus Calon Pengantin, Suscatin, Perceraian, KUA.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta keberkahan-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PELAKSANAAN KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN) UNTUK MEMINIMALISIR PERCERAIAN DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan untuk baginda Nabi Muhammad Saw. yang merupakan seorang pejuang sejati yang telah membawa ummatnya dari kehidupan yang penuh kebodohan sampai kepada kehidupan yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan akhlak mulia sebagaimana kita rasakan sekarang ini.

Dengan penuh rasa syukur, pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Ayahanda tercinta Suardi dan Ibunda tercinta Rojednah, dan saudara-saudara saya, Adek Muhammad Toni, Irfan Gunawan beserta seluruh keluarga saya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan moral maupun moril serta selalu memberikan semangat do’a dan restu dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dr. Hajar Hasan M. Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

3. Bapak Dr. Heri Sunandar M.CL selaku wakil dekan I, Bapak Dr. Wahidin, M.

Ag selaku wakil dekan II, dan Bapak Dr. H. Maghfirah, MA selaku wakil dekan III beserta seluruh civitas Akademik Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

(7)

iii

4. Bapak H. Akmal Abdul Munir Lc., MA Selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga beserta Bapak Ade Fariz Fahrullah, M.Ag Selaku sekretaris Jurusan Hukum Keluarga yang selalu memberikan kontribusi ilmu pengetahuan kepada penulis selama menimba ilmu di kampus UIN Suska Riau.

5. Bapak Afrizal Ahmad, M. Ag yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sehingga bisa diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.

6. Bapak Muhammad Abdi Al Maktsur, M,Ag selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa membimbing penulis dalam proses perkuliahan.

7. Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Tambang , Bapak Dendi Irwandi, MA beserta jajarannya yang telah meluangkan waktunya dalam kelancaran penelitian penulis.

8. Bapak dosen, Ibu dosen, Saudara/I, kerabat dan teman-teman seperjuangan Hukum Keluarga angkatan 2017 yang telah menemani selama lebih kurang lima tahun, serta pihak yang memberikan jasa dan bantuan baik dalam bentuk moril maupun materil.

Terima kasih untuk waktu, dukungan, semangat, dan motivasi yang diberikan sehingga dapat menambah kekuatan di saat penulis mulai gundah.

Akhirnya atas jasa dan bantuan semua pihak, penulis aturkan do’a semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda dan menjadi amal jariyah yang tidak pernah surut mengalir pahalanya. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak. Aamiin.

Pekanbaru, 30 juni 2022 Penulis,

Ariza

NIM. 11721203020

(8)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah 8Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

D. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Dasar Hukum Kursus Calon Pengantin (suscatin) ... 12

B. Kurikulum Kursus Calon Pengantin (suscatin) ... 13

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian... 30

B. Subjek dan Objek Penelitian... 30

C. Populasi dan Sampel ... 31

D. Sumber Data ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Teknik Analisis Data ... 33

G. Teknik Penulisan ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian ... 35

B. Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (suscatin) untuk Meminimalisir Perceraian di KUA Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar ... 44

C. Upaya Meminimalisirkan Angka Perceraian dengan Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (Suscatin) di Kantor Urusan Agama Tambang Kabupaten Kampar ... 49

(9)

v

D. Tinjauan Hukum Islam terhadap Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (Suscatin) untuk Meminimalisir Perceraian di

KUA Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar ... 64 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 68 B. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA

(10)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Daftar Nama Kepala KUA Kecamatan Tambang ... 35 Table IV.2 Daftar Nama Pegawai KUA Kecamatan Tambang ... 38 Tabel IV.3 Jumlah penduduk KecamatanTambang menurut jenis

kelamin Tahun 2015 ... 42 Table IV.4 Jumlah Agama Di Kecamatan Tambang ... 43 Tabel IV.5 Sarana Ibadah Di Kecamatan Tambang ... 43 Tabel IV.6 Daftar Nama Yang Mengikuti Kursus Calon Pengantin

Dikua Tambang ... 53 Tabel IV.7 Tanggapan Responden Mengetahui Tentang Kursus Calon

... 55 Tabel IV.8 Tanggapan Responden Penting Nya Kursus Calon

Pengantin (Suscatin) ... 55 Tabel IV.9 Tanggapan Responden Menjalankan Seperti Yang Telah

Diajarkan Pada Saat Kursus Calon Pengantin (Suscatin) .... 56 Tabel IV.10 Tanggapan Responden Menerima Dan Menjadikan

Pedoman Dalam Rumah Tangga ... 57 Tabel IV.11 Tanggapan Responden Kursus Calon Pengantin (Suscatin)

Berguna Sebelum Melajutkan Rumah Tangga ... 58 Tabel IV.12 Tanggapan Responden Kursus Mudah Dipahami ... 58 Tabel IV.13 Tanggapan Responden Kursus Calon Pengantin (Suscatin)

Bisa Mengurangi Angka Perceraian ... 59 Tabel IV.14 Tanggapan Responden Kursus Calon Pengantin (Suscatin)

Membuka Wawasan Calon Pengantin ... 60 Tabel IV.15 Tanggapan Responden Apakah Catin Merasa Terbebani

Untuk Mengikuti Kursus Calon Pengantin ... 60 Tabel IV16 Tanggapan Responden Kursus Calon Pengantin

Berpengaruh Terhadap Angka Perceraian ... 61 Tabel IV.17 Tanggapan Responden Tentang Pelayanan Dikua

Tambang Seperti Yang Dinginkan ... 61

(11)

vii

Tabel IV.18 Tanggapan Responden Tentang Pengaruh Kursus Calon

Pengantin(Suscatin) Terhadap Kualitas Keluarga ... 62 Tabel IV.19 Tanggapan Responden Apakah Kursus Sangat Membantu

Untuk Calon Pengantin ... 62 Tabel IV.20 Tanggapan Responden Terhadap Tujuan Kursus Calon

Pengantin (Suscatin) ... 63

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga bahagia merupakan dambaan bagi para pasangan suami istri yang telah menikah, semua pasangan suami istri yang sudah menikah pasti mempunyai tujuan untuk membentuk keluarga mereka hidup dengan bahagia.

Akan tetapi harapan dari pernikahan saat memasuki area keluarga tidak selalu seperti yang diharapkan, karena membina sebuah keluarga pasti banyak hal terjadi, yang menjadi sebuah masalah dalam keluarga tersebut, sehingga harapan saat pernikahan dengan adanya masalah saat berkeluarga dapat berujung pada kekerasan dalam rumah tangga bahkan berujung kepada perceraian.

Dalam Kompilasi Hukum Islam menyebutkan bahwa Perkawinan menurut hukun Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.1

Pengertian perkawinan juga telah dijelaskan dalam Undang-Undang Perkawinan yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Undang-undang ini memberikan pengertian dan ketentuan tentang perkawinan yang berlaku untuk semua warga negara Indonesia. Menurut Pasal 1 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan

1Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam (Cet.1;Surabaya:Sinar Sindo Utama 2015). Hlm 341

1

(13)

tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2

Allah mensyariatkan perkawinan dan di jadikan dasar yang kuat bagi kehidupan manusia karena adanya beberapa nilai yang tinggi dan beberapa tujuan utama yang baik bagi manusia, mahluk yang di muliakan Allah SWT.

Untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan menjauh dari ketimpangan dan penyimpangan, Allah SWT telah memberikan syariat dan hukum-hukum Islam agar dilaksanakan manusia dengan baik. Tujuan perkawinan dalam Islam tidak hanya sekedar pemenuhan nafsu biologos atau pelampiasan nafsu seksual, tetapi memiliki tujuan-tujuan penting yang berkaitan dengan sosial, psikologi dan agama.3

Perkawinan merupakan sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk Allah, baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Hal ini telah disebutkan di dalam Al- Qur’an bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodoh adalah naluri segala makhluk Allah SWT, termasuk manusia.4 Allah SWT berfirman dalam Al- Qur’an surah Az- Zuriyat: 49

















Artinya: Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (QS. Az- Zuriyat:49).

2 Ibid ., Hlm 3

3Abdul Aziz Muhammad Azzam Dan Abdul Wahab Sayyid Hawwas,fiqh munakahat,khinah,nikah dan talak, (Jakarta,2009). hlm 39

4 Abdul Rahman Ghozali,Fiqih Munakahat, cet ke-I, (Jakarta:Prenamedia Group,2015).

Hlm 12

(14)

Tujuan per kawinan secara jelas dijabarkan dalam Al-Qur‟an, yaitu didalam surat Al-Rum ayat 21 sebagai berikut:











































Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia meciptakan untuk mu isteri-isteri dari jenis mu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diataramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”(Q.S.

Arrum ayat 21)5

Suatu perkawinan mempunyai tujuan yaitu ingin membangun keluarga yang sakinah mawaddah warohmah serta ingin mendapatkan keturunan yang solih dan solihah keturunan inilah yang selalu didambakan oleh setiap orang yang sudah menikah karena keturunan merupakan generasi bagi orang tuanya.

Perkawinan menjadi proses keberlangsungan hidup didunia ini berlanjut dari generasi ke generasi. Selain juga menjadi penyalur nafsu birahi, melalui hubungan suami istri serta menghindari godaan syetan yang menjerumuskan. Perkawinan juga berfungsi untuk mengatur hubungan laki- laki dan perempuan berdasarkan pada asas saling tolong menolong dalam wilayah kasih saying dan menghormati muslimah berkewajiban untuk mengerjakan tugas dalam rumah tangganya seperti mengatur rumah, mendidik anak, dan menciptakan suasana yang menyenangkan. Supaya suami dapat mengerjakan kewajibannya dengan baik untuk kepentingan dunia dan akhirat.

5 Qs. Ar-Rum /30 :21

(15)

Perceraian ialah penghapusan perkawainan dengan putusan hakim, atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu. Putusnya perkawinan adalah istilah hukum yang digunakan dalam undang-undang perkawinan untuk menjelaskan perceraian atau berakhirnya hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang telah hidup sebagai suami istri.

Sedangkan menurut undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan dijelaskan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

Agama Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar tidak tergesa-gesa dalam melaksanakan suatu hal namun ada sesuatu dimana Islam menganjurkan untuk menyegerakan diantaranya adalah mengubur jenazah, membayar hutang, menghidangkan jamuan untuk musafir yang berkunjung, bertaubat dan menikah. Menyegerakan menikah menjadikan (seseorang) mampu menjaga diri (iffah), merendahkan pandangan dari hal-hal haram, memungkinkan untuk mendidik anak-anak dan mempersiapkan mereka dengan baik untuk kehidupan masa depan mereka. Islam tidak senang kepada orang yang membujang, Membujang termasuk perbuatan yang menimbulkan dasar kebencian Islam terhadap setiap sesuatu yang termasuk insting dan akal.Sesuatu yang tidak mempertimbangkan antara kenyataan dan kebutuhan dasar kehidupan kemanusiaan. Jadi sangat dianjurkan menikah karena menikah adalah sebagai bagian ibadah dan penyempurna bagi Ibadah, karena menikah adalah sebagian dari sunnah Rasulullah.

(16)

Untuk mencapai tujuan tersebut tentu sangat perlu adanya persiapan- persiapan sebelum memulai kehidupan berumah tangga oleh karenanya pemerintah mengekuarkan peraturan mengenai Kursus Calon Pengantin guna untuk mencapai tujuan dari perkawinan itu sendiri.

Peserta kursus calon pengantin (Suscatin) Peserta program kursus calon pengantin (suscatin) sebagian besar merupakan pasangan yang mau menikah baik laki-laki maupun perempuan, yaitu para pasangan muda yang sudah mendaftar di KUA Kecamatan Tambang maupun mereka yang sedang merencanakan mau menikah Salah satu pasangan calon pengantin tersebut (baik pihak laki-laki maupun perempuan) merupakan penduduk Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Peserta kursus calon pengantin yang bukan merupakan pasangan muda yang mau menikah juga diperbolehkan mengikuti program kursus calon pengantin ini, diantaranya mereka adalah orang-orang yang pernah gagal dalam membina rumah tangga bersama pasangannya baik janda (pihak perempuan yang pernah gagal dalam membina rumah tangga) maupun duda (pihak laki-laki yang pernah gagal dalam membina rumah tangga) yang pihak janda maupun duda telah menjadi calon pengantin lagi maupun mereka yang belum berkeinginan untuk menikah kembali (masih memutuskan untuk hidup sendiri) .

Para orang tua dari calon pengantin juga sering ikut mendampingi anak-anaknya, sebagai bentuk dukungan kepada putra-putrinya untuk mengarungi kehidupan berumah tangga. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan tambang .

(17)

Program kursus calon pengantin (suscatin) sebagian besar diikuti oleh para pasangan calon suami istri, laki-laki maupun perempuan yang masih sendirian dan mereka yang pernah gagal membina rumah tangga serta beberapa orang tua dari mereka kadang-kadang juga mengikuti program ini.

Dengan adanya Peraturan Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama No.DJ//II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah atau disebut juga dengan kursus calon pengantin. Peraturan Suscatan ini dimaksud untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga/keluarga dalam mewujudkan keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah serta mengurangi angka perselisihan, percerayan, dan kekerasan dalam rumah tangga. pengertian kursus calon pengantin dalam Peraturan Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama No.DJ//II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah dalam pasal 2 menyebutkan kursus Pra Nikah adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan penumbuhan kesadaran kepada remaja usia nikah tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga.

Dengan adanya peraturan tersebut tentu sangat mengharapkan angka perceraian di Indonesia semakin berkurang, namun pada kenyataannnya meskipun pelaturan mengenai Kursus Calon Pengantin sudah ditetapkan dan dilaksanakan, tak dapat kita pungkiri kasus perceraian di Indonesia dalam kurang waktu beberapa tahun inipun mengalami meningkat fakta ini dapat diketahui dari web site Mahkamah Agung yang di Lansir di Detik.com angka

(18)

perceraian di Indonesia pada tahun 2017 berjumlah 352.592 dan pada tahun 2018 berjumlah 419.269.8 angka perceraian di atas merupakan angka perceraian keseluruhan provinsi yang ada di Indonesia.

Setelah peneliti melakukan observasi awal di Kantor Urusan Agama Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar,peneliti mendapatkan bahwa kegiatan kursus calon pengantin sudah berjalan dan dilakukan pada jam kerja.

Menurut analisis penulis,Namun dengan adanya kursus calon pengantin ini pun perceraian terus meningkat di kecamatan tambang,tujuan suscatin bentuk upaya untu memperkecil angka perceraian nyata nya belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan dimana berdasarkan data dari pengadilan agama kabupaten Kampar,data perceraian 3 tahun terakhir dari tahun 2017,2018,2019.angka perceraian dikecamatan tambang 2017 sebanyak 108 perkara,tahun 2018 sebanyak 321 perkara,dan tahun 2019 terdapat sebanyak 750 perkara. Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan dengan judul ”Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) untuk Meminimalisir Perceraian di KUA Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar”

B. Batasan Masalah

Agar peneliti lebih terarah dan fokus maka peneliti memberikan batasan masalah yaitu Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (Suscatin) Untuk Meminimalisir Perceraian Di Kantor Urusan Agama Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar.

(19)

C. Rumusan Masalah

Dari apa yang telah di paparkan dalam latar belakang permasalahan tersebut, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (Suscatin) Untuk Meminimalisir Perceraian Di KUA Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar?

2. Bagaimana upaya meminimalisir angka perceraian dengan pelaksanaan kursus calon pengantin (Suscatin) Di KUA Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar?

3. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (Suscatin) Untuk Meminimalisir Perceraian Di KUA Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan didalam penelitian ini peneliti tetapkan beberapa tujuan dan kegunaan penelitian berikut ini:

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui Bagaimana pelaksanaan kursus calon pengantin (suscatin) Untuk Meminimalisir Perceraian di KUA Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar?

b. Untuk mengetahui Bagaimana upaya meminimalisir angka perceraian dengan pelaksanaan kursus calon pengantin (Suscatin) Di KUA Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar?

(20)

c. Untuk mengetahui Bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (Suscatin) Untuk Meminimalisir Perceraian Di KUA Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar?

2. Kegunaan penelitian

a. Untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah S1 di Jurusan Hukum Keluarga Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum Universitas Sultan Syarif Kasim Riau.

b. Sebagai salah satu sumber informasi untuk penelitian selanjutnya.

3. Kegunaan teoritis

a. Untuk Menambah pengetahuan dan wawasan di bidang perkawinan kususnya mengenai kursus calon pengantin (Suscatin) sebelum pernikahan untuk meminimalisir percerayan.

b. Untuk Memperluas cakrawala berfikir penulis dan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

4. Kegunaan praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan mengenai kursus calon pengantin (Suscatin) sebelum perkawinan untuk meminimalisir percerayan.

b. Hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman

E. Sistematika Penulisan

Sistematika merupakan suatu penjabaran secara deskriptif tentang hal- hal yang akan ditulis, yang secara garis besar terdiri dari bagian awal, bagian isi dan bagian akhir. Untuk memudahkan penulisan dan penyusunan dalam

(21)

skripsi agar berjalan dengan baik dan terlaksana sesuai apa yang peneliti tentukan sebelumnya, maka dibuatlah sistematika dalam penulisannya.

Penyusuan proposal ini terbagi dalam lima bab, dan setiap bab terdiri dari beberapa sub-bab yang membahas permasalahan-permasalahan tersendiri tetapi tetap saling berkaitan. Hasil penelitian yang diperoleh setelah dilakukan analisis, kemudian disusun dalam bentuk laporan akhir dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang pendahuluan yang membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,dan sistematika penulisan .

BAB II LANDASAN TEORI INI BERISI TINJAUAN UMUM

Landasan teori ini berisi tinjauan umum tentang ,pengertian dari kursus calon pengantin,tata cara pelaksaan kursus calon pengantin, tujuan, memfaatnya, dan pengertian perceraian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang jenis dan lokasi penelitian,subjek dan objek penelitian,populasi dan sampel,sumber data,teknik analisa data,dan teknik penulisan.

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

Berisi tentang pembahasan dan hasil penelitian yang membahas mengenai Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (Suscatin) untuk meminimalisir perceraian di KUA Kecamatan Tambang Kabupaten

(22)

Kampar, Bagaimana upaya meminimalisir angka perceraian dengan pelaksanaan kursus calon pengantin (Suscatin) Di KUA Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar, Bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (Suscatin) Untuk Meminimalisir Perceraian Di KUA Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini merupakan tahap akhir dari penulisan skripsi yang berisi kesimpulan-kesimpulan penelitian dari awal sampai akhir, dalam skripsi ini juga terdiri dari saran – saran penulis tentang persoalan dalam penelitian skripsi ini.

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian dan Dasar Hukum Kursus Calon Pengantin (suscatin)

Pengertian kursus dalam KBBI yaitu pelajaran tentang suatu pengetahuan atau keterampilan, yang diberikan dalam waktu singkat. Jadi dapat peneliti simpulkan bahwa Kursus adalah lembaga pelatihan yang termasuk dalam jenis pendidikan nonformal.6 Kursus merupakan suatu kegiatan belajar-mengajar seperti halnya sekolah. Perbedaannya adalah bahwa kursus biasanya diselenggarakan dalam waktu pendek dan hanya untuk mempelajari satu keterampilan tertentu. Sedangkan Kursus calon pengantin atau yang disingkat SUSCATIN.

Dalam Peraturan Peraturan direkturat jendral bimbingan masyarakat islam nomor : DJ.II/542 Tahun 2013 tentang pedoman penyelenggaraan kursus pra nikah yang dimaksud dengan kursus Pra Nikah adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan penumbuhan kesadaran kepada remaja usia nikah tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga.7

Pemerintah Indonesia merumuskan perundang-undangan yang mempersulit terjadinya perceraian dan membentuk badan penasehat perkawinan atau yang lebih dikenal dengan nama bp4. Bp4 adalah satu – satunya badan yang berusaha dibidang penasehatan perkawinan dan pengurangan perceraian. Fungsi dan tugas bp4 tetap konsisten melaksanakan

6 Subekti, Tjitrosudibio, Kitab Undsng-undang Perata, (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2009), Cetakan ke empatpuluh, hal. 537.

7 Direktorat Jendral Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji Departemen Agama RI, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, Depag RI, …., hal.1.

12

(24)

undang-undang no.1 tahun 1974 tentang perkawinan dan peraturan peundang- undangan lainnya tentang perkawinan. Oleh karenanya fungsi dan peranan Bp4 sangat diperlukan masyarakat dalam mewujudkan kualitas perkawinan.

Dalam undang-undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan, pasal 1 disebutkan:”perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa, untuk membina dan terciptanya suatu rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah.

Kelestarian sebuah penikahan tidak hanya diupayakan setelah terjadinya masalah dalam rumah tangga. Namun pelestarian sebuah pernikahan harusnya diupayakan sedini mungkin, yaitu sejak sebelum terjadi atau dilangsungkannya suatu perniakahan tersebut. Melalui keoutusan menteri agama (KMA) no.477 tahun 2014, pemerintah mengamanatkan agar sebelum pernikahan dilangsungkan setiap calon pengantin harus diberikan wawasan terlebih dahulu tentang arti sebuah rumah tangga melalui kursus calon pengantin atau kursus pra nikah.

B. Kurikulum Kursus Calon Pengantin (suscatin)

Materi kursus calon pengantin meliputi delapan sesi yakni, Akad Nikah, Hukum Perkawinan, Reproduksi Sehat, Psikologi Perkawinan, Problematika Yang Muncul Dalam Keluarga, Penanaman Nilai Keimanan, Ketaqwaan Dan Ahlakul Karimah, Tuntunan Ibadah Serta Pendidikan Agama Dalam Keluarga.8

8 Departemen Agama RI,Modul TOT Kursus Calon Pengantin,(Jakarta: Departemen Agama RI Dirjen Bimas Islam Dan Penyelenggaraan Haji,2001),ix.

(25)

1. Akad Nikah

Materi tentang akad nikah ini meliputi beberapa aspek yakni:

a. Pemberitahuan kehendak nikah

b. Pemberitahuan kehendak nikah dapat dilakukan oleh calon mempelai atau orang tua atau wakilnya dengan membawa surat – surat yang diperlukan :

1) Surat persetujuan kedua calon mempelai(N3)

2) Akte kelahiran atau surat kenal lahir atau surat keterangan asal-usul (N2)

3) Surat keterangan mengenai orang tua (N4)

4) Surat keterangan untuk kawin dari Kepala Desa yang mewilayahi tempat tinggal yang bersangkutan(N1)

5) Surat izin kawin dari pejabat yang ditunjuk oleh MENHANKAM PANGAB bagi calon mempelai TNI/POLRI.

6) Surat kutipan buku pendaftaran talak/cerai atau surat talak cerai jika calon mempelai seorang janda/duda.

7) Surat keterangan kematian suami/istri dari kepala desa yang mewilayahi tempat tinggal atau tempat matinya suami/istri

8) Surat izin atau dispensasi bagi calon mempelai yang belum mencapai umur menurut ketentuan undang –undang nomor 1 tahun 1974 pasal 6 ayat 2 sampai dengan pasal 7 ayat 2.

9) Surat dispensasi camat bagi perkawinan yang akan dilangsungkan kurang dari sepuluh hari kerja sejak pengumuman.

(26)

10) Surat izin poligami dari Pengadilan Agama bagi calon suami yang hendak beristri lebih dari seorang

11) Surat keterangan tidak mampu dari Kepala Desa bagi mereka yang tidak mampu.

12) Surat kuasa yang disahkan oleh pegawai pencatat nikah,apabila salah seorang calon mempelai tidak dapat hadir karena sesuatu alasan yang penting,sehingga mewakilkan kepada orang lain.

Pegawai Pencatat Nikah atau penghulu yang menerima pemberitahuan kehendak nikah meneliti dan memeriksa calon suami,calon istri dan wali nikah,tentang ada atau tidaknya halangan perkawinan,baik dari segi hukum munakahat maupun dari segi peraturan perundang-undangan perkawinan.9

2. Perjanjian Perkawinan

Kedua calon mempelai dapat mengadakan perjanjian perkawinan dalam bentuk taklik talak,atau perjanjian lain yang tidak bertentangan dengan hukum islam,dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Isi taklik talak tidak boleh bertentangan dengan ketentuan hukum islam b. Apabila keadaan yang disyaratkan dalam taklik talak benar-benar

terjadi,tidak dengan sendirinya talak jatuh,supaya talak sungguh – sungguh jatuh istri harus mengajukan persoalannya ke Pengadilan Agama.

9 Kementrian Agama RI, Pegangan Calon Pengantin, (Surabaya: Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Kementrian Agama, 2010).

(27)

c. Perjanjian taklik talak bukan merupakan suatu perjanjian yang wajib diadakan pada setiap perkawinan,akan tetapi ketika telah diikrarkan taklik talak tidak dapat dicabut kembali.

3. Penasihatan Perkawinan

Penasehat perkawinan harus diberikan oleh pihak yang memiliki pengalaman,baik pengalaman bagaimana mempraktekan metode penasehatan maupun mempraktekan masalah yang dinasehatkan sampai pada batas batas tertentu.10

Penasehat perkawinan adalah suatu pelayanan sosial mengenai mengenai masalah keluarga,khususnya hubungan suami istri,tujuan yang hendak dicapai adalah terciptanya suasana yang menyenangkan dalam suatu hubungan suami istri,dengan suatu hubungan yang menyenangkan, tersebut suatu keluarga dapat mencapai kebahagiaan.

4. Hukum perkawinan

Materi hukum perkawinan adalah materi pada sesi kedua, yang memiliki tujuan agar perserta mengetahui atau mengenal hukum perkawinan secara rinci dan dapat menyampaikan tujuan perkawinan dan mampu mengamakanya.materi ini diberikan dengan ceramah dan Tanya jawab.durasi pemberian materi hukum perkawinan ini selama 1,5 jam pelajaran.

10 Ibid., Hlm. 8

(28)

a. Tujuan perkawinan

Tujuan perkawinan yang pertama dalam hukum islam adalah sebagaimana yang terdapat dalam Q.S.An-Rum:21:











































Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia meciptakan untuk mu isteri-isteri dari jenis mu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diataramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.(Q.S. Arrum ayat 21).11 Tujuan yang kedua adalah untuk menenangkan pandangan mata dan menjaga kehormatan diri.tujuan ketiga adalah untuk mendapatkan keturunan yang sah,kuat iman,kuat ilmu dan kuat amal sehingga mereka dapat membagun masa kedepanya yang lebih baik bagi dirinya,keluarganya dan masyarakat serta bangsa dan Negaranya.

b. Hukum perkawinan

Hukum perkawinan adalah wajib bagi orang yang mampu memberikan nafkah dan ia takut akan tergoda pada perzinahan.makruh bagi orang yang tidak mampu memberi nafkah,dan haram hukumnya bagi orang yang menikah hanya untuk menyakiti pasangannya.

c. Akibat yang Timbul dari Perkawinan 1) Hak dan Kewajiban Anak

Anak berhak mendapatkan pemeliharaan dan pendidikan yang baik dari orang tua, dan anak berhak untuk menjadi ahli waris ketika

11 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Solo: Tiga Serangkai, 2017).

Hlm 406

(29)

orangtuanya meninggal, selain hak-hak tersebut, anak memiliki kewajiban kepada orangtua, yakni menghormati dan menaati orangtua, dan ketika telah mencapai usia dewasa anak berkewajiban untuk memelihara orang tua menurut kemampuannya.12

2) Hak dan Kewajiban Suami Isteri

Mengenai hak dan kewajiban suami isteri dalam Undangundang disebutkan bahwa suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat, untuk itu dapat dikatakan bahwa:

a) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat;

b) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum;

c) Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumahtangga.

Adapun mengenai kewajiban suami isteri undang-undang menyebutkan bahwa suami isteri wajib saling mencintai, menghormati, setia, dan memberi bantuan satu sama lain. Untuk itu dapat dikatakan:

a) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan keperluan hidup rumahtangga sesuai dengan kemampuannya.

b) Isteri wajib mengatur urusan rumahtangga dengan sebaikbaiknya

12 Undang-undang pokok perkawinan,(Jakarta: Sinar Grafika, 2007),14.

(30)

c) Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya, masingmasing dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan.

d. Harta Keluarga

Sebagaimana terdapat dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 35 adalah sebagai berikut:

1) Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.

2) Harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah dibawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

Pasal 36

a) Mengenai harta bersama, suami atau isteri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak.

b) Mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan isteri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya.

e. Reproduksi Sehat

Materi seputar masalah reproduksi sehat ini diberikan selama 3 jam pelajaran, dengan metode ceramah dan tanya jawab atau diskusi.

Dengan tujuan utama agar peserta mengetahui dan memahami aspekaspek kesehatan reproduksi serta penyakit-penyakit yang penularannya melalui hubungan seksual. Materi yang diberikan diantaranya:

(31)

1) Anatomi Pria dan Wanita Diantaranya:

a) Zakar/ penis, berbentuk bulat memanjang dan memiliki ujung seperti helm (disebut glans). Ujung penis ini dipenuhi serabut syaraf yang peka.

b) Buah zakar/ testis, jumlahnya sepasang, bentuknya bulat lonjong menggantung pada pangkal penis. Testis ini lah yang menghasilkan sperma.

c) Saluran kencing atau uretra saluran ini untuk mengeluarkan air mani dan air kencing, akan tetapi tidak secara bersamaan. Pada saat air mani dikeluarkan secara otomatis katup kandung kemih tertutup.

d) Kelenjar prostat, menghasilkan cairan yang berisi zat makanan untuk menghidupi sperma.

e) Kelenjar seminalis, fungsinya hampir sama dengan kelenjar prostat kelenjar ini merupakan alat reproduksi pria bagian dalam.

f) Bibir luar (labia mayora g) Bibir dalam (labia minora)

h) Kelentit/ klitoris, yang sangat peka karena banyak mengandung serabut syaraf

i) Mulut vagina, merupakan rongga penghubung rahim dengan bagian luar tubuh. Lubang vagina ditutupi oleh selaput dara (hymen), yaitu jaringan tipis yang berbentuk cincin

j) Vagina (kemaluan)

(32)

2) Hubungan Suami Isteri

Kehendak untuk melaksanakan hubungan seksual merupakan kebutuhan biologis dan kehendak naluriah setiap mahluk hidup untuk melangsungkan keturunan. Pada manusia tingkah laku dan adab seksual diatur dan dipengaruhi oleh adat istiadat, moral dan agama. Islam mengatur dalam hubungan seksual menggunakan selembar kain atau selimut untuk menutupi badan keduanya. Ketika melakukan hubungan suami isteri hendaknya tidak menghadap kiblat. Dan dijelaskan bahwa untuk menggauli isteri terlebih dahulu merangsang isteri dengan menggunakan perkataan atau ciuman.

3) Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang menular melalui hubungan seksual. Penyakit seksual ini akan lebih beresiko jika melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal.

4) Imunisasi

Upaya untuk meningkatkan kesehatan keluarga tanpa diimbangi dengan imunisasi maka tidak akan mencapai sebuah hasil maksimal sebagaimana yang diharapkan. Oleh sebab itu perlu diberikan imunisasi kepada anggota keluarga.

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu

(33)

penyakit, dengan cara memasukkan vaksin kedalam tubuh manusia. Diantaranya imunisasi polio, tetanusi, TBC dan lain sebagainya.

5) Psikologi Perkawinan

Psikologi perkawinan adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau gejala-gejala kejiwaan dan perbuatan manusia pada umumnya sehubungan dengan perkawinan.

Untuk mencapai sebuah ketenangan dalam perkawinan maka diperlukan kematangan, baik kematangan fisik, mental dan sosial. Kematangan fisik yakni usia dewasa dan kesehatan calon pengantin juga menjadi faktor yang penting agar dapat tercapai tujuan dari perkawinan yakni untuk membentuk keluarga yang bahagia.

Kehidupan rumahtangga tentunya akan mengalami problematika,yang menuntut kematangan mental dalam menyelesaikannya. Karena ketika mengalami permasalahan sedang belum terdapat kesiapan atau kematangan mental, permasalahan tersebut dapat menyebabkan kehidupan rumahtangga berujung pada perceraian.

Kematangan sosial dipandang penting, karena ketika hidup ditengah-tengah masyarakat, maka dibutuhkan hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar utamanya tetangga. Karena tak dapat dipungkiri tetangga merupakan orang terdekat yang akan peduli dan membantu ketika terjadi permasalahan.

(34)

Hubungan yang harmonis adalah hubungan yang dilaksanakan secara selaras, serasi dan seimbang. Artinya adalah hubungan yang diwujudkan melalui pola sikap dan prilaku antara suami isteri, yang saling peduli, saling menghormati, saling menghargai, saling membantu disamping saling mencintai dan menyayangi.

Pada dasarnya kehidupan berumahtannga pasti ada pasang surutnya, hal ini hendaknya dijadikan sebagai ujian oleh suami isteri. Untuk mencapai keluarga yang sakinah maka antara suami dan isteri harus saling memahami hak dan kewajiban yang erat kaitannya dengan kehidupan keluarga sehingga terbentuk keluarga yang sakinah yang diidamkan bersama.13

Materi ini diberikan selama 3 jam pelajaran, dengan tujuan agar peserta memahami arti psikologi sebagai ilmu hubungan dengan tingkah laku manusia pada umumnya, maupun yang bersangkutan dengan perkawinan pada khususnya. Materi ini diberikan dengan metode ceramah, simulasi dan diskusi.

f. Problematika yang Muncul dalam Keluarga

Materi ini diberikan selama 3 jam pelajaran, dengan tujuan agar peserta dapat mengidentifikasi masalah yang akan timbul dalam keluarga dan memberikan solusi yang baik terhadap permasalahan tersebut.

13 Departemen Agama RI, Modul TOT Kursus Calon Pengantin, 121

(35)

Problematika yang muncul dalam kehidupan rumahtangga tersebut diantaranya adalah:

1) Cemburu

Cemburu adalah perasaan tidak senang terhadap hal yang dilakukan oleh seorang yang dicintai karena dinilai mengabaikan kepentingan dirinya.14

Cemburu dalam sebuah hubungan juga diperlukan, akan tetapi cemburu tetap ada batasnya. Dalam Islam memperbolehkan cemburu, dengan tujuan agar suami isteri dapat hidup tenang, mesra serta dijauhkan dari perbuatan yang hina atau kotor.

Cemburu juga dapat menjadi faktor pencetus permusuhan antar suami isteri. Oleh sebab itu baik suami maupun isteri harus dapat menjauhkan diri dari perbuatan yang dapat menimbulkan kecemburuan. Baik berupa perkataan maupun perbuatan. Sehingga tercipta sebuah keluarga yang sakinah.

2) Ekonomi

Kelancaran sebuah rumahtangga tidak terlepas dari kestabilan ekonomi. Tak jarang permasalahan ekonomi menjadikan hubungan perkawinan berujung pada perceraian.

Kestabilan ekonomi merupakan salah satu penunjang terwujudnya keluarga sakinah. Apabila sebuah keluarga mengalami ketidakstabilan dalam hal ekonomi maka keluarga tersebut harus

14 Kementrian Agama RI Pegangan Calon Pengantin,93.

(36)

selalu berusaha dan tidak dianjurkan untuk pasrah, berdiam diri dan hanya menerima keadaan. Selain berusaha dengan mencari nafkah bagi suami maka isteri pun dianjurkan untuk memprioritaskan kebutuhan, dengan cara menentukan kebutuhan sekunder dan tersier.

3) Selingkuh

Dalam kehidupan berumahtangga perselingkuhan merupakan sebuah permasalahan yang besar. Perselingkuhan tidak hanya terjadi pada kaum laki-laki, akan tetapi dapat terjadi pula pada perempuan. Orang-orang yang berselingkuh dapat dipastikan tidak terdapat keharmonisan dalam kehidupan rumahtangganya.

orang yang berselingkuh secara otomatis tidak ingin peerselingkuhannya diketahui oleh keluarga, oleh sebab itu dalam kehidupan rumahtangga yang ia jalani akan timbul kebohongan, dan dirinya sendiri akan merasa tidak tenang karena dihantui oleh rasa bersalah. Oleh sebab itu perselingkuhan dapat dikategorikan sebagai permasalahan yang dapat menyebabkan keluarga tidak harmonis bahkan berujung pada perceraian.

g. Penanaman Nilai Keimanan Ketaqwaan dan Akhlakul Karimah

Orangtua berkewajiban mengasuh dan menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan terhadap anak-anaknya karena keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang paling awal dan sangat mempengaruhi perkembangan seorang anak. Orangtua hendaknya

(37)

berusaha menciptakan kehidupan rumahtangga yang harmonis dan didasari oleh nilai-nilai agama sehingga anak memperoleh kehidupan yang baik sejak dini.

Materi ini diberikan selama 3 jam pelajaran, dengan tujuan agar peserta menanamkan, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

h. Tuntunan Ibadah

Tuntunan ibadah ini merupakan materi yang diberikan meliputi tuntunan ibadah, tentang salat, puasa, zakat, dan haji. Materi ini diberikan selama 3 jam pelajaran dengan tujuan agar peserta memahami/ menghayati tuntunan ibadah dalam Islam serta manfaat dari segala aturan yang terkandung pada ajaran Islam.

i. Pendidikan Agama dalam Keluarga

Materi ini diberikan selama 3 jam pelajaran, dengan tujuan umum yakni peserta dapat memahami tentang pengembangan dan pengenalan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlakul karimah dalam kehidupan berkeluarga.

Kursus calon pengantin atau disingkat dengan SUSCATIN adalah pemberian bekal pengetahuan,pemahaman dan keterampilan dalam waktu singkat kepada catin tentang kehidupan rumah tangga/keluarga. Pada dasarnya suscatin merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah yang dalam hal ini BP4 untuk membekali calon pengantin dalam menyongsong

(38)

mahligai rumah tangga agar dalam praktek rumah tangga nanti keduanya atau pasangan suami istri memiliki da mampu menerapkan bekal psikis dan ketrampilan dalam menghadapi prolematika keluarga.Dengan demikian,cita-cita terbentuknya keluarga yang sakinah,mawaddah,dan rahmah akan lebih mudah tercapai dan sekaligus terwujud pula masyarakat yang harmonis,serta terhindar dari konflik dan perceraian.Cakupan materi suscatin yang diselenggarakan oleh KUA sudah cukup lengkap yakni meliputi tatacara dan prosedur perkawinan ;pengetahuan agama;peraturan perundangan di bidang perkawinan dan keluarga;hak dan kewajiban suami istri.

SUSCATIN juga merupakan sebuah sarana yang ancangkan untuk mengurangi dan bahkan mencegah terjadinya perceraian di lingkungan masyarakat muslim yaitu BP4 dengan perangkat suscatin-nya.Oleh karna itu,dalam rangka menghindari persepsi pasangan suami-istri bahwasanya pembagian peran rumah tangga merupakan sesuatu yang baku,dan selajutnya juga diharapkan dapat mengurangi tingginya angka perceraian diindonesia,maka peran suscatin sangat menentukan.

Peran suscatin adalah untuk mempersulit terjadinya perceraian dan membentuk badan penasehat perkawinan atau lebih dikenal BP4.

Pelestarian sebuah pernikahan tidak bisa diupayakan setelah terjadinya masalah dalam rumah tangga.Namun pelestarian sebuah pernikahan harus diupayakan sejak sebelum terjadinya pernikahan.calon suami dan istri harus memahami hak dan kewajibannya serta memiliki pengetahuan tentang konsep membentuk keluarga sakinah.

(39)

a. Pengertian perceraian

1) Perceraian dalam pandangan fiqih

Menurut as-sayyid sabiq, secara harfiyah talak akar kata dari al-ithlaq artinya melepaskan dan meninggalkan.

Dihubungkannya kata talak dalam arti kata ini dengan putusanya perkawinan karena suami dan istri sudah lepas hubungannya atau masing-masing sudah bebas.Dalam mengemukankan arti talak secara terminologis kelihatannya ulama mengemukakan rumusan yang berbeda namun esensinya sama.15

Setidak nya ada 4 kemungkinan yang dapat terjadi dalam kehidupan rumah tangga yang dapat memicu terjadinya perceraian yaitu:

a) Terjadi Nusyuz dari pihak istri

Nusyuz bermakna kedurhakaan istri terhadap suami nya.al-Qur’an memberikan tuntunan bagaimana mengatasi nusyuz istri agar tidak terjadi perceraian. Sebagaimana firman Allah dalam an-Nisa’ ayat 34.

b) Nusyuz suami terhadap istri

Kemungkinan nusyuz ternyata tidak hanya datang dari istri tetapi datang juga dari suami.

15 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, …., hal. 198.

(40)

c) Terjadinya syiqaq

Syiqaq adalah percekcokan antara suami dan istri,dan alasan untuk terjadinya perceraian lebih disebabkan oleh alasan syiqaq.

d) Fahisyah

Fahisyah yaitu salah satu pihak melakukan perbutan zina,yang menimbulkan saling tuduh menuduh antara keduaya.

2) Perceraian menurut UU no 1/1974 dan KHI

Putusnya perkawinan yang didalam kitab fiqih disebut talak sudah diatur secara cermat dalam UU Perkawinan No.9 Tahun 1975 sebagai aturan pelaksanaan dari UU perkawinan dan juga secara panjang lebar diatur dalam KHI.16 Pasal 38 UU Perkawinan menjelaskan untuk putusanya perkawinan karena :

a) Kematian b) Perceraian

c) Atas keputusan pengadilan

16 Ibid, Hlm. 227-228.

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong jenis penelitian lapangan atau metode penelitian jenis kualitatif maka sumber data yang dikumpulkan adalah data yang diperoleh dengan cara wawancara dengan pihak yang bersangkutan atau menyaksikan langsung proses pelaksanaanya.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di KUA Tambang, Kabupaten Kampar.

Adapun alasan penulis memilih lokasi ini karena ingin melihat tingkat perceraian dan untuk meminimalisir perceraian dalam perkawinan yang terjadi di Tambang kab. kampar . Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut.

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat di dalam penelitian, yaitu, Kepala KUA Tambang, Penghulu KUA Tambang, Staf KUA Tambang, Catin putri dan Catin putra KUA Tambang Kab.Kampar . 2. Objek Penelitian

Objek yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pelaksanaan kursus calon pengantin (suscatin) Untuk Meminimalisir Perceraian di KUA Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar.

30

(42)

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Oleh sebab itu populasi dalam penelitian ini adalah Kepala KUA Tambang (1), Penghulu KUA Tambang (3), Staf KUA Tambang (4) , Catin putri dan Catin putra KUA Tambang Kab.Kampar (431) bila populasi besar, peneliti tidak mungkin mengambil semua untuk penelitian karna terbatas nya dana,tenaga,waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. maka peneliti mengambil sampel dengan mengunakan teknik random sampling adalah suatu metode dalam menggunakan sampel yang dilakukan secara acak. dalam hal ini,setiap anggota populasi yang berpartisipasi dalam sampling memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel.

D. Sumber Data

1. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Sumber data primer didapat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti. Data primer dapat berupa opini subyek orang secara individu maupun kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda(fisik).17 Adapun sumber data primer pada penelitian ini langsung dari Kepala KUA Tambang Kab.Kampar , Penghulu KUA Tambang , Staf KUA Tambang, Catin putri dan Catin putra KUA Tambang Kab.Kampar.

17 Etta Mamang Sangadji dan Sopia, Metodologi Penelitian, (Malang: Penerbit Andi, 2010). Hal. 171

(43)

2. Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui pihak media perantara(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip(data documenter) yang dipublikasikan maupun tidak dipubliksikan.18

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data yang akurat dengan guna mengungkapkan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan yang mencari data yang dapat digunakan untuk memberi suatu kesimpulan. Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan langsung ke KUA kec. Tambang, Kab.Kampar untuk mendapatkan gambaran secara nyata tentang permasalahan yang diteliti.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap narasumber atau sumber data.

18 Ibid, hal. 44

(44)

3. Studi Kepustakaan

Yaitu penulis mengambil buku-buku referensi yang ada kaitannya dengan persoalan yang diteliti.

4. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan terbentuk dokumentasi serta mengumpulkan data-data yang ada dalam penelitian.

5. Angket

Angket yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengedarkan formulir daftar pertanyaan, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapatkan jawaban (tanggapan, respon) tertulis seperlunya.

F. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data pada penelitian ini menggunakan Teknik deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, data yang muncul lebih banyak berwujud kata-kata, bukan angka. Maka analisa data proses menyusun secara sistematis data yang diperoleh hasil dari angket, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara menjabarkannya, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami diri sendiri maupun orang lain.19

19 Ibid, Hal. 201-202

(45)

G. Teknik Penulisan

Setelah data diperoleh, maka data tersebut akan ditulis dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1. Deduktif

Deduktif yaitu uraian penulisan yang diawali dengan menggunakan kaidah-kaidah umum, kemudian dianalisis dan diambil kesimpulan kesimpulan secara khusus;

2. Deskriptif

Deskriptif yaitu suatu uraian penulisan yang menggambarkan secara utuh dan apa adanya tanpa mengurangi dan menambahnya sekalipun sesuai dengan keadaan-keadaannya.

(46)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan yang terdapat pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Kegiatan kursus calon pengantin di KUA Tambang sudah berjalan dengan baik , meskipun belum sesuai dengan Peraturan yang ada, namun pihak KUA sudah berupaya dengan sebaik mungkin untuk menjalankan kegiatan kurus calon pengantin, Kursus calon pengantin di KUA Kecamatan Tambang dilakukan seminggu Satu Kali yaitu setiap hari Selasa mulai pukul 10 sampai selesai, yang di ikuti oleh seluruh peserta calon pengantin, baik duda janda yang memang gagal dalam membina rumah tangga sebelumnya. Materi yang disampaikan tentang fiqh munakahat, UU perkawinan, Kesehatan dan penyuluhan KB, keluarga sakinah dan materi dasar yang berkaitan dengan kehidupan rumah tangga. Dengan harapan agar materi yang disampaikan itu benar-benar diketahui, dipahami dan dihayati serta diterapkan dalam kehidupan berumah tangga bagi calon pengantin.

Dengan metode ceramah fasilitator dapat menyampaikan materi- materi kepada peserta kursus calon pengantin secara lisan, dalam hal ini materi yang disampaikan adalah tentang pernikahan dan metode diskusi atau tanya jawab dapat mempermudah fasilitator mengetahui tingkat kepahaman peserta dalam materi yang telah disampaikan.

68

(47)

2. Adapun upaya KUA dalam meminimalisir angka perceraian yaitu dengan dimasukkannya suscatin sebagai salah satu syarat prosedur pernikahan.

Berharap pasangan calon pengantin sudah memiliki wawasan dan bekal ilmu seputar kehidupan rumah tangga yang pada gilirannya akan mampu secara bertahap untuk mengurangi angka perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga. Menyususn segala management dan susunan aturan yang apik untuk menjalankan dengan baik dan hasil yang memuaskan.

B. Saran

Bagi pasangan suami istri yang harus diperhatikan nantinya dalam sebuah perkawinan selain untuk mejalin hubungan yang bahagia hal yang harus diperhatian lainya adalah mencintai Allah SWT dan menerapkan segala Ajara-Nya. Dari nilai-nilai dalam ajaran yang telah dipaham oleh masingmasing pasangan suami istri. Dapat dikatan bahwa keluarga adalah bagian unit terkecil dari segenap masyarakat yang mendukung berkembangnya bangsa dan masyarakat yang beradap dengan menjalani kehidupan yang sesuai moralitas dan membentuk pasangan suami Istri yang berkualitas Tinggi.

Sungguh trobosan yang sangat menunjang ketika peraturan baru di keluarkan mengenai dana pelaksanaan suscatin dari pemerintah agar terlaksananya suscatin di manapun kantor urusan agama berada. Terkadang ketidak pahaman peserta mengenai pembahasan materi karena keterbatasan umur dari calon pengantin pihak KUA harus meningkatkan kembali suatu ketelitian dan pengetahuan yang lebih sehingga dapat mengetahui kriteria dari

(48)

masing-masing peserta, untuk itu kualitas dan eksistensi yang di miliki oleh anggota KUA sekaligus pegawainya lebih diperhitungkan kembali, kerena itu semua dapat berpengaruh besar pada calon pengantin.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

A.Gani isa, Nasrullah Jakfar, dkk, Modul Kursus Calon Pengantin, (badan penasihatan pembinaan dan pelestarian perkawinan (BP4)

Abdul Aziz Muhammad Azzam Dan Abdul Wahab Sayyid Hawwas 2009, Fiqh Munakahat,Khinah,Nikah Dan Talak, Jakarta,

Abdul Rahman Ghozali 2015,Fiqih Munakahat, Jakarta:prenadamedia group, ,cet ke 1,

Ali Yusuf As-Subki 2012 , Fiqh Keluarga, Jakarta: Amzah, Alika 2016, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta.

Etta Mamang Sangadji dan Sopia 2010. , Metodologi Penelitian, Malang: Penerbit Andi,

Imam Suprayogo dan Tabroni 2011, Metode Penelitian Sosial Agama, Bandung:

Posda Karya, .

Imam Suprayogo dan Tabroni 2011, Metode Penelitian Sosial Agama, Bandung:

Posda Karya, .

Jusuf Soewadji 2012, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Mitra Wacana Media, .

Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor : DJ.II/542 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah Sugiono 2016., Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R & D,Bandung

: Alfabeta,

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 2015 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam Cet.1;Surabaya:Sinar Sindo Utama

(50)
(51)
(52)
(53)

Gambar

Tabel IV.1  Daftar Nama Kepala KUA Kecamatan Tambang ...............   35  Table IV.2   Daftar Nama Pegawai KUA Kecamatan  Tambang ...........
Tabel IV.18  Tanggapan  Responden  Tentang  Pengaruh  Kursus  Calon

Referensi

Dokumen terkait