Journal of Social Empowerment jse.stkippacitan.ac.id
P-ISSN: 2503-5371 E-ISSN: 2809-6894 Volume: 08 nomor: 02 Tahun 2023
Pelatihan Pidato bagi Karang Taruna Desa Kweni sebagai Salah Satu Alternatif Melatih Keberanian Berbicara
Anggit Aruwiyantoko1), Zuniar Kamaluddin Mabruri2)
1Stikes Yogyakarta, 2STKIP PGRI Pacitan e-mail: [email protected]1
Received: 18 Agustus 2023 Accepted: 28 Oktober 2023 Final proof: 30 Oktober 2023
Abstrak
Pada dasarnya, bahasa Indonesia masih menjadi salah satu pelajaran yang menakutkan bagi peserta didik terlebih lagi jika harus berbicara di depan umum, tak terkecuali bagi anggota karang taruna yang berusia remaja. Sebagian beranggapan bahwa kualitas bahasa mereka tidak bagus, mereka malu jika orang lain mentertawakan kekeliruan mereka, dan lain sebagainya. Oleh karena itu diperlukan pembimbingan secara intensif agar menumbuhkan keberanian dan ketrampilan mereka ketika berbicara di depan umum.
Mempelajari bahasa Indonesia tidak hanya dalam bentuk materi ataupun ujian dalam bentuk soal tetapi juga dapat diwujudkan dengan memperdalam keterampilan melalui pelatihan dan dalam hal ini adalah pelatihan berpidato dalam bahasa Indonesia atau istilah lain menyebutkan public speaking. Sasaran dalam kegiatan ini adalah anggota karang taruna di Desa Kweni. Metode pelaksanaan kegiatan adalah demonstrasi dan praktik. Hasil dari kegiatan ini berjalan dengan lancar, aman dan tertib. Para anggota karang taruna sangat semangat dan antusias dalam mengikuti kegiatan pelatihan ini. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan mampu melatih dan meningkatkan keberanian serta keterampilan anggota karang taruna dalam berbicara di hadapan orang banyak.
Kata Kunci: Pidato, Karang Taruna, Keberanian Berbicara
Abstract
Basically, Indonesian is still a scary subject for students, especially if they have to speak in public, including youth members who are teenagers. Some think that the quality of their language is not good, they are embarrassed if others laugh at their mistakes, and so on.
Therefore, intensive guidance is needed in order to grow their courage and skills when speaking in public. Learning Indonesian is not only in the form of materials or exams in the form of questions but can also be realized by deepening skills through training and in this case is speech training in Indonesian or other terms mentioning public speaking. The targets in this activity are members of the youth group in Kweni Village. The method of implementing the activity is demonstration and practice. The results of this activity run smoothly, safely and orderly. The members of the youth group were very enthusiastic and enthusiastic in participating in this training activity. With this activity it is hoped that it will be able to train and increase the courage and skills of youth group members in speaking in front of many people.
Key Word: Speech, Youth Organization, Courage to Speak
DOI: 10.21137/jse.2023.8.2.4 | 93 PENDAHULUAN
Minat dan bakat dalam pengunaan bahasa Indonesia yang baku selalu ditumbuhkan dalam setiap jenjang pendidikan, mengingat bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa negara. Pembelajaran maupun pelatihan-pelatihan dipersiapkan agar peserta didik siap menghadapi persaingan dalam skala nasional maupun internasional saat ini.
Mempelajari bahasa Indonesia tidak hanya dalam bentuk materi ataupun ujian dalam bentuk soal tetapi juga dapat diwujudkan dengan memperdalam keterampilan melalui pelatihan dan dalam hal ini adalah pelatihan berpidato dalam bahasa Indonesia atau istilah lain menyebutkan public speaking.
Pada dasarnya, bahasa Indonesia masih menjadi salah satu pelajaran yang menakutkan bagi peserta didik terlebih lagi jika harus berbicara di depan umum, tak terkecuali bagi anggota karang taruna yang berusia remaja. Sebagian beranggapan bahwa kualitas bahasa mereka tidak bagus, mereka malu jika orang lain mentertawakan kekeliruan mereka, dan lain sebagainya. Oleh karena itu diperlukan pembimbingan secara intensif agar menumbuhkan keberanian dan ketrampilan mereka ketika berbicara di depan umum.
Public Speaking atau yang lebih umum disebut dengan keterampilan berbicara di depan umum merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki di era global sekarang ini. Berbicara di depan umum (public speaking skill) adalah kemampuan untuk berbicara di hadapan banyak orang, baik di ruang tertutup maupun di ruang terbuka.
Berbicara di depan umum sangat penting untuk dimiliki di era global seperti sekarang ini. Mengapa demikian? Dengan perkembangan zaman dan teknologi yang begitu pesat sekarang ini, membuat kita harus bersaing meningkatkan kualitas diri. Tidak hanya itu, dengan adanya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), yang membuat persaingan di dunia kerja semakin ketat karena kita tidak hanya akan bersaing dengan orang-orang dari Negara kita sendiri, tapi orang asing juga akan ikut meramaikan bursa kerja di Negara kita. Untuk itu, meng-upgrade ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan adalah wajib bagi kita agar peluang kerja dan masa depan yang lebih baik dapat kita raih. Selain itu ada 5 alasan pentingnya memiliki keterampilan berbicara di depan umum (public speaking skill) yang tidak kalah penting yang diketahui.
1) Meningkatkan keterampilan berbicara
Berbicara di depan umum secara tidak langsung akan meningkatkan keterampilan dalam berbicara. Semakin sering berbicara di depan umum, semakin baik pula keterampilan berbicara yang dimiliki.
2) Meningkatkan kemampuan berpikir kritis
Berbicara di depan umum, akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Kemampuan berpikir kritis terkait dengan kemampuan otak untuk mencari pemecahan dari suatu permasalahan secara cepat dan tepat. Berbicara di depan umum akan merangsang otak untuk memiliki keahlian tersebut.
3) Meningkatkan kualitas diri
Meningkatnya berbagai keterampilan dan keahlian yang dimiliki saat berbicara di depan umum, meningkatkan pula kualitas diri.
4) Meningkatkan kemampuan memimpin
Seringkali orang yang ditunjuk untuk berbicara di depan umum adalah orang yang dianggap memiliki kelebihan, keunggulan maupun keahlian dibidang apapun jika dibandingkan dengan yang lain, termasuk dalam hal kepemimpinan. Berbicara di depan umum secara tidak langsung akan meningkatkan kemampuan memimpin yang dimiliki.
5) Mengatasi rasa takut untuk berbicara di depan umum
Alasan pentingnya memiliki keterampilan berbicara di depan umum (public speaking skill) yang terakhir adalah untuk mengatasi rasa takut berbicara di depan
DOI: 10.21137/jse.2023.8.2.4. | 94 umum. Berbicara di depan umum akan memaksa kita untuk dapat mengalahkan rasa takut. Dengan demikian, semakin sering berbicara di depan umum, semakin mudah bagi Anda untuk mengatasi rasa takut. Ke-5 alasan di atas, semuanya bermanfaat bagi pengembangan diri sendiri atau meningkatkan kemampuan diri. Jadi menguasai keterampilan untuk berbicara di depan public akan sangat bermanfaat untuk kita baik dalam lingkungan pekerjaan maupun dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
Pidato dalam bahasa Indonesia sebenarnya memiliki teknik yang tidak jauh berbeda dengan pidato dalam bahasa lainnya. Hanya saja, setiap orang yang berpidato harus pandai memilih kata-kata. Kata-kata dapat berfungsi untuk mengungkapkan, memperhalus, dan menyembunyikan kenyataan dengan ketentuan kata-kata harus jelas, tepat dan menarik (Dwihartanti, 2005). Oleh karena itu perlu adanya teknik dan penguasaan dalam penyampaian pidato secara efektif.
Pelatihan public speaking dapat dilakukan dengan berbagai metode. Secara garis besar metode public speaking yang banyak disebutkan adalah yang pertama dengan metode Impromtu (metode spontanitas) yang dilakukan tanpa persiapan sama sekali.
Metode yang kedua yakni Manuscript (reading complete text) yaitu metode dengan membaca naskah yang telah disiapkan, metode ini disampaikan dalam acara formal seperti pidato kenegaraan atau pidato di depan khalayak dengan dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan penyebutan istilah-istilah penting. Metode yang ketiga adalah Memoriter, teknik pidato dengan cara menghafal teks, jenis pidato ini banyak disampaikan dalam lomba pidato.
Dalam kehidupan bermasyarakat, sejak jaman dahulu telah berkembang suatu organisasi kepemudaan yang disebut dengan karang taruna. Organisasi ini terdapat di seluruh desa di Indonesia. Karang taruna adalah kumpulan atau wadah organisasi sosial pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa atau kelurahan yang bergerak dibidang kesejahteraan sosial.
Karang taruna merupakan organisasi pembinaan generasi muda khususnya anak yang masih berusia sekolah maupun tidak sekolah guna mendalami dan menerapkan arti pentingnya bersosial dalam masyarakat. Keberadaan kelompok ini sebenarnya untuk memantapkan kegiatan sosial tanpa mengenal status masing-masing orang dalam masyarakat. Yang menjadi anggota karang taruna adalah remaja-remaja di desa yang berkisar antara umur 12 sampai usia belum menikah. Dalam setiap kegiatan organisasi, para remaja dituntut untuk memiliki kepribadian yang mencerminkan pada kepribadian bangsa Indonesia. Ciri khas kepribadian bangsa Indonesia yang tercermin dalam nilai- nilai Pancasila antara lain percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengutamakan musyawarah untuk mencapai suatu mufakat dalam mengambil suatu keputusan bersama, selalu berdasarkan atas kekeluargaan dan gotong royong, serta tidak mudah menyerah walaupun dalam keadaan yang paling sulit.
Karang taruna harus bisa mempertahankan dan menjaga adat istiadat, tetapi juga dituntut untuk ikut serta menghadapi era globalisasi ini. Di era globalisasi karang taruna diharapkan mampu mewakili generasi muda dalam menyukseskan berbagai aktivitas pembangunan diera global ini. Maka dari itu, setiap anggota karang taruna diharapkan dapat terus menambah ilmu pengetahuan agar dapat menjadi generasi muda yang terdepan baik dalam kegiatan adat dan budaya dan juga dalam menghadapi era globalisasi. Mencermati paparan diatas maka perlu diadakan Pelatihan Pidato Karang Taruna Desa Kweni sebagai Salah Satu Alternatif Melatih Keberanian Berbicara. Dengan diadakannya pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan dapat menjadi kegiatan bermanfaat bagi para anggota karang taruna agar mereka dapat memiliki wawasan yang lebih terbuka dan luas serta dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam hal berbicara dan berkomunikasi dengan baik di depan umum.
DOI: 10.21137/jse.2023.8.2.4 | 95 METODE
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memberikan pendidikan dan pelatihan yang meliputi pemberian materi pelatihan, diskusi, dan simulasi (praktik langsung) tentang public speaking kepada para anggota Karang Taruna Desa Kweni. Secara ringkas metode yang diterapkan adalah:
1) Tes Awal: Pada pertemuan pertama sebelum para pengabdi mulai pengabdian dan menjelaskan materi, para peserta diminta untuk mengisi kuisioner terlebih dahulu.
Kuisioner tersebut berisikan 10 pertanyaan yang berhubungan dengan Public Speaking dan apa yang mereka ketahui tentang dunia Public Speaking. Setelah itu, para peserta diminta untuk maju ke panggung atau mimbar untuk melakukan presentasi singkat dengan cara memperkenalkan diri di depan umum. Kegiatan tersebut bermaksud untuk mengetahui kemampuan awal dan seberapa banyak mereka memahami Public Speaking sebelum mereka diberikan materi pelatihan.
2) Evaluasi Awal: Sembari para peserta memperkenalkan diri di depan, para pengabdi memberikan catatan-catatan penting atas penampilan peserta dan melakukan evaluasi awal tentang kemampuan para peserta. Setelah seluruh peserta menunjukkan kemampuan dasar mereka para pengabdi memaparkan terlebih dahulu hasil evaluasi awal mereka dan hasil tersebut dibandingkan dengan evaluasi akhir yang diambil dari tugas akhir mereka setelah selesai mengikuti pelatihan.
3) Orientasi: berupa, pengenalan materi pelatihan, termasuk defisi Public Speaking, tips dan trik, serta tata cara berbicara di depan umum.
4) Latihan: pada tahapan ini, berupa latihan dengan teknik berkomunikasi di depan umum kemudian di evaluasi oleh tim pengabdi. Untuk sesi ini peserta dibagi menjadi beberapa kelompok agar latihan dapat berjalan dengan lebih kondusif dan efektif sehingga harapannya materi pelatihan ini dapat diterima dengan maksimal oleh anggota Karang Taruna Desa Kweni dan dapat diaplikan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Selama latihan berlangsung, setiap peserta melakukan presentasi individu dan seluruh presentasi yang dilakukan akan dimati dengan saksama oleh para pengabdi agar dapat diberikan masukan serta saran untuk memoerbaiki hal-hal yang dirasa masih kurang baik..
5) Umpan-Balik: seusai latihan, peserta diberikan umpan balik, apakah ada pertanyaan mengenai hal yang belum dikuasai, atau ada kendala. Jika terdapat kendala, pengabdi akan memberikan pemantapan lagi, sebaliknya jika semua berjalan lancar, langkah berikutnya dilanjutkan. Setelah itu, dari hasil presentasi peserta yang telah ditampilkan satu persatu tadi, pengabdi akan melakukan evaluasi dari penampilan tiap peserta dan menganalisi kemampuan public speaking mereka.
Karena keterbatasan waktu yang diberikan untuk melaksanakan pelatihan ini yang dikarenakan para anggota Karang Taruna Desa Kweni memiliki berbagai kesibukan dan akan mengikuti acara perlombaan antardesa maka pelatihan ini hanya dilakukan selama dua kali yaitu pada hari Minggu di akhir pekan di dua minggu awal Bulan Agustus, yaitu pada tangga 6 dan 13 Agustus 2023. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan pada malam hari dan berlangsung mulai pukul 19.00 – 21.30. Seluruh kegiatan pengabdian masyarakat ini di selenggarakan di Balai Desa Kweni Panggungharjo Sewon Bantul.
Pengajar dalam pelatihan ini adalah tim pengajar yang terdiri atas ketua dan anggota pengabdi yang berasal dari staf pengajar Bahasa Indonesia. Seluruh peserta mendapatkan modul pelatihan, note book dan alat tulis yang disiapkan oleh pengabdi.
Adapun metode yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah metode tatap muka dan metode evaluasi. Metode tatap muka dilaksanakan dengan memberikan materi secara langsung Pada pertemuan pertama, sesi dibagi menjadi dua dengan durasi pada
DOI: 10.21137/jse.2023.8.2.4. | 96 masing-masing sesi yaitu satu jam untuk sesi pertama dan satu setengah jam untuk sesi kedua. Di sesi pertama, para pengabdi memberian ice breaker berupa permainan- permainan seru untuk mencairkan suasana terlebih dahulu. Di sesi ini para pengabdi membagikan materi pelatihan serta alat tulis bagi peserta. Di sesi kedua pada pertemuan pertama, peserta diarahkan untuk mengisi kuisioner dengan pertanyaan seputar Public Speaking. Setelah itu diberikan pretest berupa setiap peserta pelatihan diwajibkan untuk melakukan pidato singkat dalam waktu maksimal lima menit. Kegiatan tersebut bermaksud untuk mengetahui kemampuan awal Public Speaking para peserta sebelum mereka diberikan materi pelatihan. Setelah seluruh anggota Karang Taruna Desa Kweni yang hadir mengikuti pelatihan ini melakukan pidato singkat satu per satu selesai, maka para pengabdi dan peserta pelatihan yang hadir mulai berdiskusi atas pidato yang mereka tampilkan tadi untuk dapat memberikan komentar serta menarik kesimpulan atas penampilan peserta.
Setelah itu, pengabdi memberikan hasil evaluasi terkait hasil pidato yang dilakukan oleh para peserta. Pengabdi menyampaikan temuan apa yang didapatkan dari hasil pidato kemudian memberikan pengarahan tentang kekurangan dan kelebihan masing-masing peserta saat melakukan praktik pidato. Pengabdi juga menyampaikan bahwa setelah pelatihan ini selesai dilaksanakan, maka akan diadakan evaluasi kembali dan hasil evaluasi di awal akan dibandingkan dengan evakuasi akhir. Tentunya para pengabdi berharap adanya perubahan dan kemajuan dari setiap peserta setelah pengabdian ini selesai.
Setelah sesi evaluasi awal selesai dilaksanakan, pengabdi mulai menyampaikan materi. Setelah penyampaian materi, pengabdi membuka sesi diskusi dan tanya jawab yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada para peserta yang memiliki pertanyaan atau ada hal yang kurang dimengerti selama penyampaian materi tadi.
Pada pertemuan selanjutnya yaitu pertemuan kedua, pengabdi kembali memaparkan materi dan berdiskusi dengan para peserta. Di sesi ini pula para pengabdi memberikan arahan dan ketentuan untuk melakukan Kembali praktik pidato akhir yang dilaksanakan pada pertemuan saat itu. Di sesi ini banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang muncul seputar teknis pidato dan berkaitan juga dengan segala macam persiapan serta Teknik berpidato yang baik.
Di pertemuan ini, para peserta melakukan Kembali praktik pidato dan di sesi ini pula mereka tampak berusahan mengerahkan segala kemampuan mereka dan ditambah dengan pengetahuan yang telah mereka dapatkan melalui pelatihan Public Speaking di pertemuan sebelumnya. Sebagai penutup acara pelatihan ini, pengabdi kembali mengevalusai penampilan peserta dalam melakukan praktik pidato
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Hasil kegiatan pelatihan pidato bagi Karang Taruna Desa Kweni yang berlangsung selama dua kali dengan jumlah total peserta pelatihan 28 orang dan seluruhnya adalah anggota Karang Taruna Desa Kweni. Para pengabdi menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelatihan ini, mulai dari tempat, sarana prasana, konsumsi, alat tulis untuk peserta, materi pelatihan, materi praktik, serta evaluasi.
Pada pertemuan pertama, sesi dibagi menjadi dua dengan durasi pada masing- masing sesi yaitu satu jam untuk sesi pertama dan satu setengah jam untuk sesi kedua.
Di sesi pertama, para pengabdi memberian ice breaker berupa permainan-permainan seru untuk mencairkan suasana terlebih dahulu. Di sesi ini para pengabdi membagikan materi pelatihan serta alat tulis bagi peserta. Di sesi kedua pada pertemuan pertama, peserta diarahkan untuk mengisi kuisioner dengan pertanyaan seputar Public Speaking.
Setelah itu, diberikan pretest berupa setiap peserta pelatihan diwajibkan untuk
DOI: 10.21137/jse.2023.8.2.4 | 97 melakukan pidato singkat dalam waktu maksimal lima menit. Kegiatan tersebut bermaksud untuk mengetahui kemampuan awal Public Speaking para peserta sebelum mereka diberikan materi pelatihan.
Di sesi kedua pada pertemuan pertama, peserta diarahkan untuk mengisi kuisioner dengan pertanyaan seputar Public Speaking. Setelah itu, pengabdi memutarkan beberapa video pidato yang baik sebagai salah satu referensi bagi para anggota Karang Taruna Desa Kweni dalam berpidato. Selanjutnya, para pengabdi menyampaikan materi pelatihan kepada para peserta berupa teknik dan tata cara berpidato yang baik. Pada saat penyampaian materi pelatihan, para peserta tempak sangat antusias dan memerhatikan dengan saksama segala hal yang disampaikan oleh para pengabdi. Setelah seluruh anggota Karang Taruna Desa Kweni yang hadir mengikuti pelatihan ini melakukan pidato singkat satu per satu selesai, maka para pengabdi dan peserta pelatihan yang hadir mulai berdiskusi atas pidato yang mereka tampilkan tadi untuk dapat memberikan komentar serta menarik kesimpulan atas penampilan peserta.
Adapun pemberian materi dalam kegiatan pengabdi ini, yaitu sebagai berikut.
1.
Memberikan pengertian tentang pidato (public speaking).2.
Memberikan motivasi agar para anggota karang taruna mampu berpidato dengan percaya diri.3.
Memutar contoh pidato yang baik dan benar melalui media audio visual.4.
Membantu memilih topik dan menentukan judul pidato.5.
Membimbing cara penyampaian dan teknik berpidato.Di pertemuan pertama ini, pengabdi mengevaluasi hasil pidato yang dilakukan peserta. Pengabdi menyampaikan temuan yang didapatkan dari hasil pidato, kemudian memberikan pengarahan tentang kekurangan dan kelebihan masing-masing peserta saat berpidato. Pengabdi juga menyampaikan bahwa setelah pelatihan ini selesai dilaksanakan, maka akan diadakan evaluasi kembali dan hasil evaluasi di awal akan dibandingkan dengan evaluasi akhir. Tentunya para pengabdi berharap adanya perubahan dan kemajuan dari setiap peserta setelah pengabdian ini selesai
Setelah penyampaian materi, pengabdi membuka sesi diskusi dan tanya jawab yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada para peserta yang memiliki pertanyaan atau ada hal yang kurang dimengerti selama penyampaian materi tadi.
Pada pertemuan selanjutnya yaitu pertemuan kedua, pengabdi kembali memaparkan materi dan berdiskusi dengan para peserta. Di sesi ini pula para pengabdi memberikan arahan dan ketentuan untuk melakukan kembali praktik pidato akhir yang dilaksanakan pada pertemuan saat itu. Di sesi ini banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang muncul seputar teknis berpidato dan tata cara berpidato yang baik.
Di pertemuan ini, para peserta melakukan Kembali praktik pidato dan di sesi ini mereka tampak berupaya mengerahkan segala kemampuan mereka dan ditambah dengan pengetahuan yang telah mereka dapatkan melalui pelatihan yang diperoleh di pertemuan sebelumnya. Sebagai penutup acara pelatihan ini, pengabdi kembali mengevalusai penampilan peserta.
Sejak hari pertama, pelatihan ini mendapat respon yang sangat baik dari seluruh peserta. Selama pelatihan, peserta selalu datang tepat waktu dan sangat antusias dalam mendengarkan penjelasan dari para pengabdi. Para peserta juga sangat aktif dalam sesi diskusi dan banyak pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan. Mereka sangat menyadari bahwa kemampuan Public Speaking termasuk pidato sangat bermanfaat bagi mereka, tidak hanya untuk kehidupan sehari-hari mereka tapi juga untuk membantu meningkatkan kemampuan melakukan berbicara di depan umum di sekolah mereka.
DOI: 10.21137/jse.2023.8.2.4. | 98 PEMBAHASAN
1. Hasil Kuisioner
Dari kuisioner yang dibagikan kepada seluruh peserta memiliki kekompakan jawaban di beberapa pertanyaan seperti mereka memiliki rasa tidak percaya diri dan tegang apabila harus berbicara di depan umum. Kemudian, mereka juga hanya mengetahui dasar-dasar Public Speaking tanpa tahu komponen-komponen lain di dalamnya. Mereka juga awam pada istilah-istilah khusus dalam Public Speaking. Mereka bahkan tidak mengetahui bahwa untuk dapat berbicara di depan umum, bahasa tubuh, variasi vocal dan penguasaan panggung juga perlu dipelajari.
2. Hasil Evaluasi Awal Peserta
Kemampuan dasar peserta dilihat dari praktik pidato awal selamakurang lebih lima menit yang dilakukan oleh peserta di awal pertemuan sebelum pengabdi memberikan teori dan penjelasan yang lebih dalam lagi tentang teknik berpidato. Para pengabdi memberikan kesempatan kepada setiap peserta untuk dapat melakukan praktik pidato terbaik mereka berdasarkan kemampuan mereka saja sebelum pelatihan dimulai. Hal ini bertujuan agar pengabdi dapat mengetahui apa saja yang sudah mereka kuasai dan pahami tentang teknik dan seni berbicara di depan umum terutama berpidato.
Dari penampilan peserta, sebagian besar masih malu-malu untuk berbicara di depan orang banyak walaupun yang mereka hadapi adalah teman-teman mereka sendiri.
Kosa kata dan pemilihan kata pun masih belum tertata dengan baik. Hampir seluruh peserta memiliki kesulitan dalam mengendalikan emosi dan ketegangan mereka. Hal tersebut terlihat jelas ketika mereka melakukan praktik pidato ada yang gemetar, keluar keringat dingin, bicara terpatah-patah, bahkan ada yang diam tak berbicara, lutut bergetar, dan masih banyak hal-hal lain yang mereka lakukan karena tegang untuk berbicara di depan umum.
Beberapa diantara peserta bolak-balik ke kamar kecil karena merasa ingin buang air atau tiba-tiba merasa sakit perut dan sakit kepala ketika giliran mereka untuk berbicara di depan umum. Hal yang menarik terjadi ketika seorang peserta akan tampil dan terlihat gugup maka teman-temannya akan menyoraki dan mencandainya, namun begitu giliran tampil mereka pun terlihat sama tegangnya seperti teman yang disoraki tadi. Hal tersebut sangat wajar karena sebelumnya mereka belum pernah mengikuti pelatihan pidato seperti ini. Walaupun begitu, ada beberapa peserta pelatihan yang bagus dalam berpidato dan tentunya hal tersebut semakin menambah motivasi peserta pelatihan lainnya.
Walaupun banyak peserta pelatihan yang gugup dan tidak siap untuk naik panggung untuk melakukan pidato singkat, tetapi mereka tetap antusias untuk mengikuti pelatihan sampai selesai. Hal tersebut karena mereka menyadari bahwa mereka memerlukan pelatihan ini agar mereka memiliki kemampuan berbicara di depan umum yang lebih baik lagi.
3. Hasil Evaluasi Akhir Peserta
Setelah peserta diberikan pelatihan selama beberapa sesi, terlihat sudah ada kemajuan dan kepercayaan diri mereka mulai muncul. Hal tersebut terlihat dari cara mereka melakukan pidato sudah lebih baik dari sebelum pelatihan diberikan. Mereka juga mengatakan bahwa setelah diberikan pelatihan mereka jadi mengerti lebih dalam lagi tentang teori berpidato dan bahkan bisa langsung mengaplikasikannya ke kehidupan sehari-hari mereka. Bahkan ada beberapa peserta pengabdian yang mengatakan mereka lebih percaya diri lagi karena sudah mengetahui cara-cara dan trik dalam berpresentasi di depan umum.
DOI: 10.21137/jse.2023.8.2.4 | 99 Pidato atau dalam istilah bahasa inggris disebut public speaking adalah seni berbicara di depan umum. Pidato/ public speaking diyakini sebagai pelatihan yang efektif sebagai pembelajaran dan sebagai treatment untuk mengurangi rasa takut berbicara.
(Cunningham, Lefkoe, Schrest, 2006).
Agar pidato berjalan dengan baik, perlu dilakukan beberapa tahapan seperti yang diungkapkan Aries Toteles via Griffin (2012: 294) the five canon of rethoric: pertama yakni Inventio (penemuan), dalam hal ini orator/orang yang berpidato memilih topik yang sesuai dengan khalayak. Kedua adalah Dispositio/Arrangement (penyusunan), yaitu teknik menyusun tahapan pidato agar pesan-pesan orator dapat tersampaiakan dengan baik. Ketiga yaitu Elocutio/style (gaya) adalah penggunaan gaya bahasa dan pemilihan kata/diksi menjadi penting agar pesan dapat tersampaikan dengan baik kepada khalayak/audiens. Keempat Pronunciatio/delivery (penyampaian), dalam hal ini teknik berpidato yang tepat dan paling dapat diterima oleh audiens adalah Impromtu (metode spontanitas) yaitu pidato dilakukan tanpa persiapan samasekali. Kelima adalah Memorial/Memory, di sini peran audiens dalam mengingat topik yang disampaikan, apabila bahasa/penyampaian yang digunakan oleh orator tepat dan dapat diterima dengan baik oleh audiens maka dapat dikatakan orator sukses dalam menyampaikan pidatonya.
Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi. Hal ini didasarkan pada bahasa yang merupakan alat komunikasi antaranggota masyarakat (Widiantara dan Wendra, 2014). Menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat menjadi tolok ukur dalam berpidato. Berpidato memerlukan bahasa yang baik dan benar. Sikap dan kepribadian sangat penting selama berpidato. Sikap dan kepribadian dapat mempengaruhi serta menarik perhatian untuk mengikuti jalannya pidato (Rahmat, 2001). Menurut Hakim (2004: 15) ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut.
1. Berpikir yang rapi, bersih, dan terasa nyaman dipakai. Warna pakaian juga sangat berpengaruh sehingga harus dipilih warna yang tidak mencolak. Pemilihan warna yang mencolok hanya akan membuat perhatian pandangan lebih fokus pada penampilan juru pidato. Selain itu perlu diperhatikan hal-hal kecil seperti kancing baju, dasi, kerudung maupun assesoris lainnya.
2. Apabila melakukan pidato dalam posisi duduk, maka sebelum duduk juru pidato harus berdiri tegak tanpa gerak. Kemudian kuasai dan pandanglah pendengar dari baris depan sampai belakang dengan penuh phu perhatian. Sebelum pendengar/khalayak tenang, jangan mengucapkan kata-kata. Beri salam terlebih dulu baru kemudian duduk dengan posisi dada tegap, angkat kepala dan tarik bahu ke belakang. Posisi seperti tersebut dilakukan dengan wajar dan tidak kaku.
3. Apabila berpidato dalam posisi berdiri, kedua tangan dibiarkan menggantung di sisi badan dan jangan mempermainkan jari. Bila dengan cara tersebut dirasakan kurang nyaman dan masih gugup, maka tarik kedua tagan ke belakang dan dalam batas kewajaran.
4. Jangan sering menggerakkan tangan dengan gerakan yang sama. Sesekali lakukan gerakan yang istimewa untuk member penekanan terhadap kata-kata yang dianggap penting.
5. Perkataan harus sopan, tidak berkata jorok dan hindari mengulang kata-kata.
Kegiatan pembimbingan berpidato dilakukan dengan memberikan pelatihan berpidato bagi anggota karang taruna. Pengulangan pengucapan dan pemilihan kata menjadi penting agar pidato dapat tersampaikan dengan baik kepada khalayak. Selain itu, disampaikan juga beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa takut atau grogi ketika berbicara di depan umum. Kemudian, secara bergiliran beberapa
DOI: 10.21137/jse.2023.8.2.4. | 100 anggota jarang taruna diminta untuk mempraktikkan pidato di depan umum dan anggota yang lain menyimak serta menyampaikan kritik dan saran.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan tatap muka dan mempraktikkan teks dengan gaya berpidato sesuai dengan teknik public speaking secara formal. Beberapa anggota karang taruna yang bersedia diminta untuk mempraktikkan di depan satu persatu sebagai secara bergantian. Dari masing-masing penampilan akan diberikan saran dan kritik terhadap pidatonya.
Gambar 1. Proses Pelatihan
SIMPULAN
Kegiatan pendampingan pelatihan pidato bagi karang taruna RT 08 Desa Kweni dapat diterima dengan baik oleh masyarakat desa. Para anggota karang taruna terlihat sangat antusias dalam mengikuti pelatihan ini, meskipun pada tahapan awalnya mereka enggan mengikutinya. Kegiatan pengabdian berjalan tertib dan lancar karena adanya dukungan dari berbagai pihak. Kegiatan pengabdian yang berupa bimbingan pidato sangat menarik dan dapat memberikan manfaat yang luar biasa bagi para peserta pelatihan. Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut. Kegiatan seharusnya dapat dilakukan secara intensif lagi agar hasil pelatihan lebih maksimal. Kegiatan semacam ini dapat diselenggrakan lagi dengan peserta yang lebih banyak dan lebih luas jangkauannya mengingat betapa pentingnya kemampuan berbicara di depan umum bagi masyarakat, tidak terkecuali anggota karang taruna.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, V., M., Lefkoe, L., Sechrest. 2006. Eliminating Fears: An Intervention that Permanently Eleminates the Fear of Public Speaking. Journal of Clinical Psychology and Psychotherapy 13: 183-193.
Dwihartanti, Muslikhah. 2005. Tata Cara Berpidato. Yogyakarta: Laporan Kegiatan Pengabdian Pada Masyaraka t di Kabupaten Kulonprogo.
Griffin, Emory A. 2012. A First Look at Communications Theory. New York: An Imprint of the McGraw-Hill Companies, Inc.
Hakim, Thursan. (2004). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.
Handayani, Putri Ayu. 2008. Pentingnya Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Bercakap-Cakap. Bandung : Sekolah Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Indayani, Iin. 2011. Peranan Pembimbing Kegiatan Public Speaking dan Kepercayaan Diri
Siswi di Pesantren Darul Hikmah
Medanhttp://jurnal.usu.ac.id/index.php/flow/article/viewFile/11291/4886
DOI: 10.21137/jse.2023.8.2.4 | 101 Rahmat, Jalaludin. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosda Karya.
Wibawa, Agung. Sarwoko. Eko, Cahyono. Suciska, Wulan. 2012. Pelatihan Dasar Public Speaking (Pelatihan Bagi Pegawai Negeri Sipil Dan Tokoh Masyarakat Di Wilayah Desa Taman Bogo Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur). Seminar Hasil- Hasil Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakatdies Natalis Fisip Unila.
Lampung.
Widiantara, I Wayan Pasek dan I Wayan Wendra. (2014). Kajian Retorika dalam Naskah Pidato pada Siswa Kelas X.1 SMA Negeri 1 Pupuan. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha. Vol 2. No.1.
Yuliati,Nova. Roxhim, Muhammad. Lilis, Dede. 2014. Pelatihan Keteramipan Dasar Public Speaking Bagi Siswa Sma Di Kota Bandung.
http://prosiding.lppm.unisba.ac.id/index.php/sosial/article/viewFile/158/96