• Tidak ada hasil yang ditemukan

pemahaman dewasa awal dalam mempersiapkan diri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pemahaman dewasa awal dalam mempersiapkan diri"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN PESISIR SELATAN

JURNAL

Oleh:

NENGSI AYU GUSNAWATI 10060041

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

2015

(2)

Kabupaten Pesisir Selatan Oleh:

Nengsi Ayu Gusnawati

Program Studi Bimbingan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

This research is motivated by the presence of adults who still do not understand early in the preparing towards family life and fear in running life as husband / wife. This study aimed to describe the understanding of early adulthood in preparing themselves for family life: (1) visits of communication with your partner, (2) seen from the readiness of economic development with a partner. This type of method is descriptive qualitative. This research was conducted by the method of key informant interviews beginning 4 adults and 8 additional informants are parents of each adult early. This data was tested by performing triangulation of data, after which it is analyzed through three stages: (1) data reduction, (2) presentation of data, (3) conclusion. Results of the study revealed that the understanding of early adulthood in preparing themselves for family life are (1) visits of communication with your partner, each adult early to establish good communication with the prospective partner although in communication sometimes encountered differences desires and opinions, but both partners can be overcome. (2) views of readiness to develop the economy with a partner, each beginning with prospective mature couples work together in building the economy and manage your finances well to make ends meet.

Keywords: understanding, preparedness, family life, early adulthood Pendahuluan

Setiap individu mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik secara psikis maupun psikologis dari masa anak-anak, remaja, dewasa awal, dewasa madya dan dewasa akhir, hingga usia lanjut.

Perubahan setiap periode yang dilalui individu akan mengalami masalah dan hambatan. Maka jika pada masa dewasa awal periode yang di lalui menemui masalah atau hambatan maka itu akan mempengaruhi periode kehidupan dewasa awal atau masa selanjutnya. Setiap rentang kehidupan ada satu periode yang disebut masa dewasa awal.

Hurlock (2009:272) menyatakan bahwa masa dewasa awal adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Dan dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.

Periode kehidupan dewasa awal dimulai pada masa transisi dari masa remaja kepada dewasa awal. Menurut Levinson (Prayitno, 2006:12) proses menjadi dewasa dimulai dari umur 17 tahun dan terus berlangsung sampai umur 33 tahun.

Manusia memiliki beberapa tahap dalam kehidupannya, salah satunya adalah masa dewasa awal. Menurut Havighurst (Hurlock, 2009:10) bahwa tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal mulai bekerja, memilih pasangan, belajar hidup dengan tunangan, mulai membina keluarga, mengasuh anak, mengelola rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai warga Negara dan mencari kelompok sosial yang menyenangkan.

Berdasarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa seseorang yang dikatakan dewasa awal yaitu seseorang yang sudah matang secara fisik maupun psikis, sudah mulai memikirkan pasangan hidup dan sudah bisa memutuskan untuk menikah karena menikah merupakan suatu tugas perkembangan yang harus dicapai sebagai simbol sempurnanya perkembangan.

Perkembangan pribadi dewasa awal tampak dari kemampuan mengambil

1

(3)

keputusan dalam memilih jodoh.

Pernikahan lebih banyak terjadi pada periode dewasa awal dibandingkan dengan periode-periode lainnya. Sebelum memutuskan untuk menikah, seseorang perlu tahu siapa yang akan menjadi jodohnya, oleh karena itu perlu diketahui ciri-ciri orang yang pantas dijadikan istri/suami selagi ada peluang untuk menentukan jodoh.

Menurut Lewis dan Landis (Prayitno, 2006:33) ada beberapa pertimbangan dalam memilih jodoh yaitu:

1. Perasaan kebersamaan

2. Ketertarikan antara satu dengan yang lainnya

3. Persamaan latar belakang sosial 4. Kemampuan untuk saling mengisi 5. Kesiapan untuk menikah

6. Memiliki kemandirian ekonomi

7. Memiliki keyakinan atau agama yang sama

8. Memiliki kepribadian yang cocok 9. Tidak memiliki sifat-sifat buruk, seperti

peminum, penjudi, narkoba, pelacur, gigolo, dan sifat-sifat buruk lainnya 10. Beriman atau tidak mudah tergoda oleh

harta dan oleh pria atau wanita lain 11. Mudah membina saling pengertian 12. Mudah saling mempercayai dan tidak

mudah cemburu buta

13. Menampakkan kematangan atau kedewasaan dalam tingkah laku sosial, emosional, moral, dan kognitif

14. Pendidikan yang setara atau mendekati Sehubungan dengan ini menurut Andi Mappiare (1983:151) menyatakan bahwa persiapan pernikahan merupakan titik tekan yang sangat penting bagi para dewasa muda yang masih dalam taraf mempersiapkan diri dalam hidup berkeluarga, semua itu menjadi dasar untuk memperkokoh rumah tangga. Bahkan untuk membina suatu rumah tangga yang harmonis yang memungkinkan langgeng, tidak hanya cinta sebagai dasarnya, boleh dikata cinta merupakan hanya salah satu aspek penting dalam hidup berkeluarga.

Menurut George Murdock (Lestari, 2012:3) keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi dan terjadi proses reproduksi.

Sehubungan dengan ini, Serurin (2010:1) mengemukakan bahwa keluarga adalah kelompok sosial terkecil yang terdiri dari suami, istri beserta anak-anak dalam ikatan pernikahan yang sah secara agama dan negara. Keluarga tersebut yang lazimnya disebut rumah tangga yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah yang mempersatukan keluarga ini.

Memasuki gerbang pernikahan, sering menjadi hal yang menakutkan ketika pasangan mulai memikirkan apa yang akan terjadi ketika mereka sudah berada dalam suatu pernikahan. Pasangan tidak atau belum pernah membayangkan secara konkrit keberadaan mereka di dalam suatu hubungan sebagai suami/istri. Kendati mereka telah banyak mendapatkan informasi tentang permasalahan keluarga, namun bagi diri pasangan hal tersebut memang harus diantisipasi. Bagaimana pasangan membuat strategi dalam menjalankan kehidupan sebagai suami/istri, sebagai sebuah keluarga dan sebagai bagian dari suatu keluarga besar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan empat orang dewasa awal di Kampung Koto Baru Nagari Aur Duri Surantih Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan pada tanggal 06 November 2014, maka dapat diketahui bahwa dewasa awal yang bingung belum ada kesiapan kepribadian yang matang, menganggap pernikahan suatu hal yang menakutkan, beranggapan bahwa sering masalah muncul di dalam sebuah keluarga, takut tidak bisa menjalin komunikasi yang baik dalam kehidupan berkeluarga nantinya, berkomunikasi dengan pasangan dapat menimbulkan konflik dalam hubungan keluarga mereka, mengaggap bahwa permasalahan yang terjadi dalam keluarga hanya dipicu oleh masalah, takut setelah menikah tidak bisa menafkahi keluarganya dan takut ditinggalkan pasangannya.

Apabila semua itu terus berlajut dan tidak adanya pemahaman dalam mempersiapakan diri menuju hidup berkeluarga, maka hal ini dapat memicu terjadinya permasalahan di dalam rumah tangga nantinya, sehingga adanya rasa kecewa dan penyesalan dalam hidup berkeluarga, karena tidak mempunyai

(4)

pemahaman dalam membina kehidupan keluarga yang harmonis.

Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai ”Pemahaman Dewasa Awal dalam Mempersiapkan Diri Menuju Hidup Berkeluarga di Kampung Koto Baru Nagari Aur duri Surantih Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan”.

Berdasarkan dari latar belakang maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yang terjadi di Kampung Koto Baru Nagari Aur Duri Surantih Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan, adanya:

1. Dewasa awal yang bingung belum ada kesiapan kepribadian yang matang.

2. Dewasa awal menganggap pernikahan suatu hal yang menakutkan.

3. Dewasa awal beranggapan bahwa sering masalah muncul di dalam sebuah keluarga.

4. Dewasa awal yang takut tidak bisa menjalin komunikasi yang baik dalam kehidupan berkeluarga.

5. Dewasa awal beranggapan berkomunikasi dengan pasangan dapat menimbulkan perceraian dalam hubungan keluarga mereka.

6. Dewasa awal menganggap bahwa permasalahan yang terjadi dalam keluarga hanya dipicu oleh masalah.

7. Dewasa awal yang takut setelah menikah tidak bisa menafkahi keluarganya .

8. Dewasa awal yang takut ditinggalkan pasangannya.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penelitian ini difokuskan kepada pemahaman dewasa awal dalam mempersiapkan diri menuju hidup berkeluarga, sebagai berikut:

1. Pemahaman dewasa awal dalam mempersiapkan diri menuju hidup berkeluarga dilihat dari komunikasi dengan pasangan.

2. Pemahaman dewasa awal dalam mempersiapkan diri menuju hidup berkeluarga dilihat dari kesiapan membangun ekonomi dengan pasangan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan masalah dari penelitian ini adalah

“Bagaimana pemahaman dewasa awal dalam mempersiapkan diri menuju hidup

berkeluarga di Kampung Koto Baru Nagari Aur Duri Surantih Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan”?.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman dewasa awal dalam mempersiapkan diri menuju hidup berkeluarga dalam hal :

1. Pemahaman dewasa awal dalam mempersiapkan diri menuju hidup berkeluarga dilihat dari komunikasi dengan pasangan.

2. Pemahaman dewasa awal dalam mempersiapkan diri menuju hidup berkeluarga dilihat dari kesiapan membangun ekonomi dengan pasangan.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampung Koto Baru Nagari Aur Duri Surantih Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 01 Juli 2015 sampai dengan tanggal 15 Juli 2015 di Kampung Koto Baru Nagari Aur Duri Surantih, peneliti mendapatkan berbagai informasi tentang bagaimana pemahaman dewasa awal dalam mempersiapkan diri menuju hidup berkeluarga.

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka dapat ditentukan bahwa penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Penulis menggambarkan Pemahaman Dewasa Awal dalam Mempersiapkan Diri Menuju Hidup Berkeluarga di Kampung Koto Baru Nagari Aur Duri Surantih Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan.

Menurut Denzim (Patilima, 2011:3) bahwa penelitian kualitatif merupakan fokus perhatian dengan beragam metode, yang mencakup pendekatan interpretatif dan naturalistik terhadap subyek kajiannya. Artinya penelitian kualitatif mempelajari benda-benda di dalam konteks alamiahnya, yang berupaya untuk memahami, atau menafsirkan, fenomena dilihat dari sisi makna yang dilekatkan pada manusia (peneliti) kepadanya. Hal yang menjadi catatan bahwa penelitian kualitatif mencakup penggunaan subyek yang dikaji dan kumpulan berbagai data empiris studi kasus, pengalaman pribadi, introspeksi, perjalanan hidup, wawancara, teks-teks

(5)

hasil pengamatan, historis, interaksional, dan visual yang menggambarkan saat-saat dan makna keseharian dan problematis dalam kehidupan seseorang.

Selanjutnya, Lehman (Yusuf, 2005:83) penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu, atau mengambarkan fenomena secara detail.

Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman antara pembaca dan peneliti tentang judul penelitian ini, maka perlu dijelaskan variabel penelitian yaitu tentang pemahaman dewasa awal dalam mempersiapkan diri menuju hidup berkeluarga, yang akan dilihat nantinya yaitu komunikasi dengan pasangan meliputi saling pengertian, saling menghargai, saling mencintai, saling menerima dan saling mempercayai, selanjutnya kesiapan membangun ekonomi dengan pasangan meliputi mencari pekerjaan yang layak, berhemat dan manajemen keuangan keluarga.

Dewasa awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seseorang yang memasuki umur 17 tahun sampai dengan 33 tahun, yang masih mempersiapkan diri menuju hidup berkeluarga sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya. Keluarga adalah suami istri yang terbentuk melalui perkawinan dan hidup bersama dengan tujuan untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia.

Informan penelitian di dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan bagaimana langkah yang ditempuh peneliti agar data atau informasi dapat diperolehnya. Karena itu yang paling penting adalah peneliti menentukan informan dan bagaimana peneliti mendapatkan informan. Menentukan informan bisa dilakukan oleh peneliti apabila peneliti memahami masalah umum penelitian serta memahami pula anatomi masyarakat dimana penelitian itu dilaksanakan. Namun apabila peneliti belum memahami anatomi masyarakat tempat penelitian, maka peneliti berupaya agar tetap mendapatkan informan penelitian (Bungin, 2007:106).

Menurut Iskandar (2009:213) informan penelitian merupakan subjek yang

memberikan informasi tentang fenomena- fenomena situasi sosial yang berlaku di lapangan. Informan penelitian merupakan subjek yang memiliki hubungan karakteristik dengan situasi sosial (setting social) yang diteliti. Moleong (2010:132) bahwa informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.

Khusus dalam penelitian ini peneliti menggunakan purposive sampling karena yang menjadi sumber utama dalam penelitian ini adalah empat orang dewasa awal yang akan menjadi sumber utama data dan delapan orangtua menjadi informan pendukung.

Informan kunci yang peneliti tetapkan adalah 4 orang dewasa awal, yang berada di Kampung Koto Baru Nagari Aur Duri Surantih Kecamatan Sutera dengan kriteria sebagai berikut:

1. Dewasa awal yang akan menikah.

2. Dewasa awal yang kurang pemahamannya dalam mempersiapkan diri menuju hidup berkeluarga.

Teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, sebagai berikut :

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh data secara langsung dari subjek yang akan diwawancarai. Menurut Yusuf (2005:278) bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dengan responden atau orang yang diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung.

Metode wawancara kualitatif merupakan salah satu teknik untuk mengumpulkan data dan informasi.

Penggunaan metode ini didasarkan pada dua alasan, pertama, dengan wawancara, peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami subjek yang diteliti, akan tetapi apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian. Kedua, apa yang ditanyakan kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang, dan juga masa mendatang (Patilima, 2011:68).

Menjamin keabsahan data dan kepercayaan data penelitian yang peneliti peroleh dapat dilakukan dengan cara

(6)

sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2011:366), yaitu:

1. Kepercayaan (Credibility)

a. Perpanjangan pengamatan, berarti peneliti kembali ke lapangan melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.

Peneliti melakukan penelitian tidak hanya sehari tetapi berlanjut untuk hari berikutnya dengan melakukan pengamatan dan wawancara dengan sumber data yang baru atau lama.

b. Meningkatkan ketekunan pengamatan, berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Meningkatkan ketekunan ini maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah yang telah ditemui salah atau tidak. Peneliti melakukan pengamatan yang terus menerus terhadap informan.

c. Melakukan triangulasi, terbagi atas : 1) Triangulasi sumber data, yaitu

untuk menguji data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber. Melalui penelitian ini peneliti mengecek data yang diperoleh melalui wawancara lansung dengan informan penelitian.

2) Triangulasi waktu, yaitu menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan berbagai teknik pengumpulan data dalam waktu yang berbeda.

3) Triangulasi metode atau teknik, yaitu untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

d. Menggunakan bahan referensi, yaitu adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Pada

penelitian ini, peneliti menggunakan berbagai sumber buku yang terkait dengan teori yang ditemukan dilapangan.

e. Mengadakan membercheck, yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan pemberi data. Mengecek kembali data yang didapat kepada pemberi data.

2. Keteralihan (Transferability)

Nilai transfer bergantung pada pemakai, hingga manakala hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi lain. Supaya orang lain memahami hasil penelitian kualitatif atau menerapkannya maka peneliti dalam membuat laporan harus memberikan uraian yang jelas, sistematis dan dipercaya, hal ini dilakukan untuk dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.

3. Dapat dipercaya (Depenability)

Depenability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Melalui penelitian ini, tim pembimbing bertindak sebagai auditor dan peneliti menyediakan data seperti: foto, dokumen, dan analisis data. Apabila proses penelitian tidak dilakukan tapi datanya ada, maka peneliti tersebut tidak depenability.

Data yang telah dikumpulkan seterusnya dianalisis, Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011:337) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif ada 3 tahapan analisis, yaitu:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan proses merangkul, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu dari data yang diperoleh di lapangan. Dalam tahap ini peneliti memilih data mana yang relevan dengan tujuan dan fokus penelitian selanjutnya dikelompokkan.

(7)

2. Penyajian Data ( Display Data)

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori atau dalam bentuk teks yang bersifat naratif dengan menyajikan data dapat mempermudah dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan apa yang akan dilakukan selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam tahap ini peneliti menyajikan data berbentuk teks naratif.

3. Penarikan Kesimpulan (Verification) Penarikan kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data dan penyajian data sehingga data dapat disimpulkan dalam bentuk deskriptif sebagai laporan penelitian dan tahap terakhir dari data sudah ada disimpulkan.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Pemahaman dewasa awal dalam mempersiapkan diri menuju hidup berkeluarga dilihat dari komunikasi dengan pasangan

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan bahwa masing-masing dewasa awal menjalin komunikasi yang baik dengan calon pasangannya, meskipun dalam komunikasi kadang dijumpai perbedaan keinginan serta pendapat namun kedua pasangan dapat mengatasinya dengan baik. Kedua pasangan saling menjaga agar kedua belah pihak saling mengerti, saling menghargai, saling mencintai, saling menerima dan saling mempercayai serta menjalin komunikasi yang baik agar bisa saling memahami kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Sesuai dengan pendapat Andi Mappiare (1983:151) persiapan pernikahan merupakan titik tekan yang sangat penting bagi para dewasa muda yang masih dalam taraf mempersiapkan diri dalam hidup berkeluarga, semua itu menjadi dasar untuk memperkokoh rumah tangga. Bahkan untuk membina suatu rumah tangga yang harmonis yang memungkinkan langgeng, tidak hanya cinta sebagai dasarnya, boleh dikata cinta merupakan hanya salah satu aspek penting dalam hidup berkeluarga.

a. Saling pengertian

Berdasarkan hasil penelitian bahwa cara dari masing-masing

mereka (pasangan) dalam mengertikan calon pasangannya berbeda-beda. Dengan adanya sikap saling pengertian di antara mereka (pasangan), maka akan adanya persiapan untuk menuju kehidupan berkeluarga. Karena yang membuat pasangan menjadi bahagia, apabila mereka (pasangan) dapat saling mengerti satu sama lainnya.

Meskipun setelah menikah nanti ada dari salah pihak merasa tidak diperlakukan seperti sediakala, setidaknya mereka (pasangan) sudah dapat saling memahami sikap satu sama lainnya. Untuk dapat saling mengerti maka dewasa awal harus bersikap tegas menghadapi calon pasangan, andaikata ada tindakan yang tidak disenangi katakanlah agar calon pasangan menghentikannya dan juga katakan apa yang seharusnya calon pasangan lakukan.

Karena untuk menuju hidup berkeluarga yang perlu diketahui adalah bagaimana keserasian sikap masing-masing.

Menurut M. Surya (Hasan, 2013:

79-80) sepasangan suami isteri itu harus dapat berkomunikasi dan berinteraksi secara positif satu dengan yang lainnya.

Namun tidak jarang, problematika suami/isteri justru bermula dari komunikasi ini. Seakan sudah saling mengerti, namun ternyata masih banyak yang gagal membangun komunikasi yang nyaman antara suami dan istri, yang dapat menjadi pertengkaran seperti adanya salah paham, ingin menang sendiri, saling menyalakan dan sebagainya. Semua itu sering melanda kehidupan keluarga, yang pada akhirnya membahayakan keutuhan serta kebahagiaan rumah tangga.

b. Saling menghargai

Berdasarkan hasil penelitian bahwa cara dari masing-masing mereka (pasangan) untuk saling menghargai calon pasangannya berbeda-beda, ada dari mereka yang dapat menghargai calon pasangan dan ada juga yang belum bisa bagaimana menghargai calon pasangannya. Hal demikian malah akan menjadi masalah nantinya, karena tidak adanya sikap saling

(8)

menghargai dari mereka (pasangan).

Jika ini dibiarkan akan adanya salah satu pihak merasa kecewa, semua itu perlu dipertimbangkan oleh mereka berdua sebelum memasuki hidup berumah tangga. Dalam mempertahankan sikap saling menghargai, maka mereka (pasangan) harus menjaga sikap dan perkataan yang mungkin dapat menyakiti hati calon pasangan dan cobalah untuk bersikap yang positif.

Misalnya saja, dengan berusaha berkomunikasi dulu sebelum menjadikan suatu masalah sebagai perdebatan.

Temuan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Cooley (Hasan, 2013:46) setiap individu membutuhkan penghargaan dan merasa kecewa apabila tidak dihargai orang lain. Betapa banyak masalah yang terjadi disebabkan kuranganya rasa saling menghargai, sehingga suasana rumah tangga akan menjadi tegang dan hambar serta dapat menimbulkan ketegangan dan antipati satu sama lainnya dan bahkan dapat menimbulkan terjadinya pertengkaran yang berujung pada perceraian apabila ini tidak segera terselesaikan dengan baik. Rasa penghargaan yang perlu dibina antara lain adalah menghargai bakat dan kelebihan serta menghargai kekurangan masing- masing.

c. Saling mencintai

Berdasarkan hasil penelitian bahwa masing-masing dari dewasa awal dalam menunjukkan rasa cintanya kepada calon pasangan berbeda-beda, dengan adanya saling mencintai di antara mereka (pasangan) maka hal tersebut dapat menjadi persiapan untuk mereka (pasangan) dalam menuju kehidupan berkeluarga.

Walgito (2003:49-50) bahwa salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan akan rasa cinta dan kasih sayang, dalam kehidupan keluarga hal ini perlu juga dipikirkan dan dilaksanakan. Hal ini perlu ditekankan mengingat bahwa tidak tertutup kemungkinan bahwa pasangan yang telah lama mengarungi kehidupan keluarga menjadi berantakan karena masalah ini.

Isteri kurang mengerti bahwa suami masih

membutuhkan curahan rasa cinta kasih ataupun sebaliknya, sehingga adanya kemunkinanan bahwa suami atau isteri justru mencari tumpahan rasa cinta kasih itu kepada atau dari pihak lain.

d. Saling menerima

Berdasarkan hasil penelitian bahwa masing-masing dewasa awal dapat saling menerima kelebihan dan kekurangan satu sama lain, dengan adanya sikap saling melengkapi

tersebut. Maka dalam

mempersiapkan diri memasuki hidup berumah tangga dapat tercapai dengan baik dan akan terbinanya keluarga yang sakinah.

e. Saling mempercayai

Berdasarkan hasil penelitian bahwa cara dari masing-masing mereka (pasangan) untuk saling mempercayai calon pasangannya berbeda-beda, ada dari mereka yang mempercayai calon pasangan dengan bersikap saling terbuka dan tidak saling mencurigai satu sama lain dan ada juga yang tidak mempercayai calon pasangannya.

Kepercayaan antara pasangan akan timbul bila masing-masing pihak akan berbuat seperti apa yang dikatakan. Dengan kata lain kepercayaan akan dapat diperoleh kalau apa yang diperbuat itu sama dengan apa yang dikatakan yaitu bersatunya kata dengan perbuatan.

Namun demikian kalau kepercayaan yang telah ada itu kemudian dirusak, hal ini akan cukup sulit dipulihkan kembali. Karena itulah perlu diingat dengan baik, pertahankanlah kepercayaan yang telah ada jangan sampai menjadi hilang. Dengan hilangnya kepercayaan dari masing- masing pihak, maka ini suatu pertanda akan adanya kesulitan dalam kehidupan keluarga nantinya.

2. Pemahaman dewasa awal dalam mempersiapkan diri menuju hidup berkeluarga dilihat dari kesiapan membangun ekonomi dengan pasangan

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan bahwa masing-masing dewasa awal dengan calon pasangan saing bekerja sama dalam membangun perekonomian dan mengelola keuangan

(9)

dengan baik dalam mencukupi kebutuhan keluarga. Meskipun pekerjaan yang tekuni kedua pasangan ada yang penghasilannya mencukupi kebutuhan ada yang belum atau pas- pasan. Artinya penghasilan kedua pasangan hanya bisa memenuhi kebutuhan primer dan belum bisa memenuhi kebutuhan sekunder.

Kemudian kedua pasangan cara mengatasi permasalahan tersebut berbeda-beda. Ada pula mengatakan mencoba untuk berhemat dengan cara dapat mengelolah keuangan dengan bekerja sama dan terbuka, kemudian ada juga membahas sumber-sumber penghasilan keluarga serta bagaimana cara pembagian tugas untuk memenenuhi seluruh pengeluaran yang timbul dalam keluarga nantinya.

a. Mencari pekerjaan yang layak Berdasarkan hasil penelitian bahwa masing-masing dari dewasa awal dalam mencari pekerjaan berbeda-beda, meskipun pekerjaan yang ditekuni memiliki penghasilan yang pas-pasan atau tidak memadai.

Namun mereka (pasangan) akan saling membantu dalam memenuhi kebutuhan keluarga nantinya. Jika dilihat dari kesiapan membangun ekonomi dengan pasangan, maka mereka (pasangan) maka telah siap dan dapat saling memahami kelebihan dan kekuranganya masing-masing.

Menurut Dadang Hawari (Hasan, 2013:6) dalam mempersiapkan perkawinan hendaknya diingatkan apakah sudah menyelesaikan pendidikan pada taraf tetentu. Apakah siap tempat tinggal dan sudah mendapatkan pekerjaan tetap. Karena yang perlu sekali mereka (pasangan) persiapkan faktor sandang, pangan dan papan jangan sampai dilupakan. Mereka (pasangan) dapat mencari pekerjaan dengan serius agar mendapatkan pekerjaan yang layak, layak dapat ditinjau dari jenis pekerjaan. Sedangkan dari segi perolehan hendaknya gaji yang diperoleh cukup untuk membiayai kehidupan kini, esok dan yang akan datang.

b. Berhemat

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dari

masing-masing dewasa awal dalam menerapkan hidup berhemat bermacam-macam, kerena setelah berkeluarga mereka (pasangan) sudah tidak bisa menghabiskan uang seperti dulu lagi, umumnya dua belah pihak harus sedikit berhemat agar bisa menabung untuk membeli rumah, mobil, atau menyediakan dana pendidikan untuk anak. Jika dari pembicaraan tentang penghasilan terlihat jika pendapatan mereka (pasangan) berdua tidak cukup untuk membeli fasilitias atau menyelenggarakan pernikahan mewah, sebaiknya menabunglah lebih banyak. Dengan begitu, tidak akan sulit lagi untuk membagi tanggung jawab bersama dalam mengelolah keuangan keluarga.

Karena dari sekarang, mereka (pasangan) telah berusaha untuk saling memahaminya.

Menurut Hurlock (2009:291-292) masalah penyusuaian dalam hidup perkawinan adalah keuangan, uang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap penyesuaian diri dewasa awal dengan perkawainan. Dewasa ini, sebagai akibat dari pengalaman premarital, banyak istri tersinggung karena tidak dapat mengendalikan uang yang dipergunakan untuk melangsungkan keluarga, dan mereka merasa sulit untuk menyesuaikan keuangan dengan pendapatan suaminya, setelah terbiasa membelanjakan uang sesuka hatinya.

c. Manajemen keuangan keluarga Berdasarkan hasil penelitian bahwa dalam mengelola keuangan

keluarga hendakanya

mengakomodasi keinginan masing- masing pasangan sehingga terbentuk sinergi dan kerja sama dalam membangun keuangan keluarga.

Selain itu mereka (pasangan) dapat juga membahas sumber-sumber penghasilan keluarga dan pembagian tugas untuk memenenuhi seluruh pengeluaran yang timbul dalam keluarga.

Kesimpulan

1. Pemahaman dewasa awal dalam mempersiapkan diri menuju hidup

(10)

berkeluarga dilihat dari komunikasi dengan pasangan

Bahwa masing-masing dewasa awal dapat menjalin komunikasi yang baik dengan calon pasangannya meskipun dalam komunikasi kadang dijumpai perbedaan keinginan serta pendapat namun kedua pasangan dapat mengatasinya dengan baik. Kedua pasangan saling menjaga agar kedua belah pihak saling mengerti, saling menghargai, saling mencintai, saling menerima dan saling mempercayai. Kedua pasangan juga menjalin komunikasi yang baik agar bisa saling memahami kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

2. Pemahaman dewasa awal dalam mempersiapkan diri menuju hidup berkeluarga dilihat dari kesiapan membangun ekonomi dengan pasangan.

Bahwa masing-masing dewasa awal dengan calon pasangan saling bekerja sama dalam membangun perekonomiannya dan mengelolah keuangan dengan baik dalam mencukupi kebutuhan.

Meskipun pekerjaan yang tekuni kedua pasangan ada yang penghasilannya mencukupi kebutuhan ada yang belum atau pas- pasan. Artinya penghasilan kedua pasangan hanya bisa memenuhi kebutuhan primer dan belum bisa memenuhi kebutuhan sekunder.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait, sebagai berikut:

1. Dewasa awal, agar dapat dijadikan sebagai pedoman atau arahan bagi orang dewasa awal dalam mempersiapkan diri menuju hidup berkeluarga.

2. Orang tua, agar bisa memahami dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana cara dalam mempersiapkan diri menuju hidup berkeluarga.

3. Pengelola program studi bimbingan dan konseling, agar dapat memberikan pelayanan kepada mahasiswa dalam pemahaman terhadap persiapan diri menuju hidup berkeluarga.

4. Peneliti, agar dengan melakukan penelitian ini dapat memahami lebih luas mengenai persiapan diri menuju hidup berkeluarga.

5. Peneliti selanjutnya, agar hasil penelitian ini dapat menjadi landasan atau pedoman, dan diharapkan dapat melakukan penelitian tentang upaya dalam memberikan pemahaman dewasa awal dalam mempersiapkan diri menuju hidup berkeluarga.

Daftar Kepustakaan

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya) Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Djamarah, Bahri S. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Hasan, Marwisni. 2013. Psikologi dan Konseling Keluarga. Padang.

Hurlock, E. B. 2009. Psikologi

Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Iskandar. 2009. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga.

Jakarta: Prenada Media Group.

Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.

Moleong, Lexy J. 2010. Metode penelitan Kualitati Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Question 6 5 marks Bird Food Diets of some New Zealand birds New Zealand bird Food eaten by this bird Black backed gull Shellfish, fruit, and a wide range of other food

Hinweis: Der Schaltabstand der Näherungsschalter kann sich durch Verwendung von Schnellmontagehalterungen ändern BST-12B 6947212 Befestigungsschelle für Gewinderohrsensoren, mit