Fakultas Teknik
PEMANFAATAN LIMBAH HASIL PENGUJIAN BETON PADA PROYEK BYPASS (BIL) MANDALIKA SEBAGAI PENGGANTI
SEBAGIAN AGREGAT KASAR BETON NORMAL
THE WASTE OF CONCRETE TESTING BYPASS (BIL) MANDALIKA PROJECT AS A PARTIAL REPLACEMENT FOR CONCRETE COASE
AGGREGATE
Evrianti Syntia Dewi
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Al Azhar Mataram [email protected]
ABSTRAK
Limbah beton merupakan salah satu limbah yang jarang dimanfaatkan dan semakin menumpuk seiring dengan meningkatnya pembangunan dan renovasi gedung. Desa penujak, tepatnya berada di Kabupaten Lombok tengah Kabupaten pujut menghasilkan limbah beton yang merupakan hasil uji tekan beton sikinder pembangunan jalan Bypass BIL Mandalika. Jalur Bypass BIL Mandalka ini memiliki 4 lajur dengan panjang 17,363 km. Limbah beton tersebut apabila tidak dimanfaatkan dapat menjadi sumber pencemaran lingkungan.
Dalam penelitian ini, peneliti memanfaatkan limbah beton hasil uji tekan pada pembangunan Bypass BIL Mandalika untuk menggantikan sebagian agregat kassar. Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm digunakan sebagai sampel pengujian tekan , dengan mutu beton rencana 30 MPa. Variasi persentase penggantian sebagian agregat kasar dengan limbah beton yang diguunakan pada penelitian ini berturut-turut 15%,29%,25% dan 30%. Standar tata cara pembuatan rencana campurn beton normal mengacu pada SNI 03-2834-2000
Hasil pengujian menujukkan bahwa kuat tekan meningkat pada penggantian 20% sebagian agregat kasar dengan limbah beton. Nilai kuat tekan yang didapat sebesar 31,29 Mpa. Kuat Tekan menurun seiring dengan peningkatan persentasi penggantian agregat kasar dengan limbah beton..
Pada penambahan 30% Limbah beton kuat tekan menurun hingga sebesar 25,55 Mpa.
ABSTRACT
Concrete waste is one of the wastes that is rarely used and is piling up along with the increasing construction and renovation of buildings. Penujak village, located in Central Lombok, produces concrete waste which is the result of a compression cylinder concrete test for the construction of the BIL Mandalika Bypass road. The BIL Mandalka Bypass line has 4 lanes with a length of 17,363 km. The concrete waste if not utilized can be a source of environmental pollution. In this study, the researchers utilized concrete waste from the compression test results in the construction of the Mandalika BIL Bypass to replace some of the coarse aggregate. Cylindrical specimens with a diameter of 15 cm and a height of 30 cm were used as samples for compression testing, with a mix design concrete quality of 30 MPa.
The variation in the percentage of partial replacement of coarse aggregate with waste concrete used in this study was 15%, 29%, 25% and 30%, respectively. The standard procedure for making normal concrete mix plans refers to SNI 03-2834-2000
The test results show that the compressive strength increases at the replacement of 20% of the
coarse aggregate with waste concrete. The compressive strength value obtained is 31.29 MPa. The compressive strength decreases along with the increase in the percentage of replacement of coarse aggregate with waste concrete. At the addition of 30% of waste concrete the compressive strength decreases to 25.55 Mpa
Keywords : Coase Agregates, Concrete, Compressive Strength, Waste.
PENDAHULUAN
Beton merupakan salah satu material konstruksi yang mudah dan cepat dalam pengerjaan serta ketersediaan bahan material nya. Seiring dengan perkembangan konstruksi bangunan baik dari segi fungsi dan bentuk serta model, maka bangunan lama otomatis banyak yang di renovasi karena perubahan fungsi serta banyaknya bangunan banyak dirubuhkan karena bentuk/model, fungsi dan luas dari bangunan tersebut
Dengan renovasi atau perubuhan bangunan yang memberikan efek banyaknya limbah beton yang tidak berfungsi. Selain itu pada pelaksanaan konstruksi, banyak limbah-limbah beton hasil dari pengujian dan pembongkaran bangunan maupun jalan serta limbah-limbah beton hasil dari pengujian di labolatorium. Limbah beton jika dibiarkan akan merusak lingkungan jika tanpa adanya penanganan limbah tersebut.
Di lombok tepatnya di Desa Penujak, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah diIakukan pembangunan jalan Bypass (Bil)- Mandalika merupakan jalur penghubung antara Bandara Internasional Lombok dengan Sirkuit Mandalika. Jalan Bypass ini miliki 4 lajur dengan panjang 17,363 KM salah satu limbah beton yang di hasilkan pada pembangunan ini yaitu limbah hasil uji kuat tekan beton silinder yang sudah tidak terpakai lagi sehingga bisa menjadi pencemaran lingkungan di daerah tersebut. Penanganan limbah beton dengan mendaur ulang limbah beton yang berasal dari bongkaran konstruksi bangunan ataupun jalan menjadi agregat kasar. Limbah beton adalah salah satu upaya yang peduli lingkungan. Limbah beton merupakan material yang keras seperti agregat. Jika karakateristik yang dimiliki oleh limbah beton sesuai dengan persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) maka limbah beton tersebut dapat dimanfaatkan untuk bahan campuran beton,
Pemakaian limbah padat sebagai pengganti agregat kasar pembuatan beton di harapkan mampu mengurangi penggunaan material alam.
Limbah padat tersebut berupa bongkaran beton dari kontruksi banguna atau jalan. Oleh karna itu dalam penelitian ini limbah beton akan dicoba sebagai material bahan pengisi campuran beton dan untuk melihat apakah dapat memberikan dampak positif terhadap kuat tekan beton.
DASAR TEORI
Penelitian limbah beton sebagai agregat kasar beton telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dimana limbah beton memiliki potensi sebagai agregat kasar campuran beton
(Hamid et al., 2014; Mulyati & A, 2014; Salain et al., 2016; Soelarso et al., 2016; Soleha, 2016).
Agar dapat dimanfaatkan sebagai agregat kasar, limbah beton harus dihancurkan menggunakan alat pemecah batu, sehingga diperoleh hasil pecahan limbah beton sesuai dengan ukuran agregat yang dibutuhkan. Secara fisik agregat kasar limbah beton menyerupai agregat kasar alam, namun memiliki perbedaan karakteristik.
Dalam penelitian ini, dibuat benda uji silinder beton normal sebagai kontrol kekuatan beton.
Kuat tekan rencana dipakai 25 MPa dengan mengikuti standar beton normal (SNI 03-2834- 2000). Untuk pembuatan benda uji silinder dengan substitusi agregat kasar limbah beton dipakai komposisi campuran setiap kelipatan 10%
hingga maksimum 100%, sehingga jumlah total komposisi campuran sebanyak 9 variasi.
Berdasarkan penelitian
(Sudika.,dkk,2019) dilakukan dengan membuat sampel benda uji dengan mutu beton rencana f’c
= 22 MPa dengan variasi kandungan agregat kasar limbah benda uji beton sebanyak 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% terhadap berat agregat kasar yang dibutuhkan. Hasil penelitian menghasilkan kuat tekan tertinggi dicapai saat substitusi agregat limbah benda uji beton sebanyak 25% dari berat total agregat kasar yang diperlukan yaitu 25.76 MPa pada umur 14 hari dan 29.82 MPa pada umur 28 hari. Kuat tekan terendah ditunjukkan saat substitusi agregat limbah beton sebanyak 100%, dengan kuat tekan sebesar 22.36 dan 26.61 MPa masing-masing saat benda uji berumur 14 dan 28 hari
Harianto, (2018) Melakuakan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Limbah Bangunan Sebagai Pengganti Agregat Kasar Pada Pembuatan Beton Normal” Pemanfaatan limbah bangunan sebagai pengganti agregat kasar dengan proporsi 0%, 40%, 60% dan 100% pada pembuatan beton ini memiliki pengaruh terhadap nilai kuat beton rencana (f’c = 20MPa). Nilai kuat tekan yang dihasilkan proporsi 0%, 40%, 60% dan 100% tidak masuk kriteria batas selisih yang disyaratkan yaitu 10%. Nilai kuat tekan beton pada umur 28 hari yang dihasilkan untuk proporsi 0% sama dengan nilai kuat tekan beton rencana (f’c = 20 MPa), sedangkan nilai kuat tekan untuk proporsi 40%, 60% dan 100% kurang dari nilai kuat tekan yang direncanakan. Proporsi 40 menghasilkan kuat tekan f’c = 15,18MPa (selisih 24,1% terhadap kuat tekan beton rencana).
Proporsi 60% menghasilkan kuat tekan f’c = 14,13MPa (selisih 29,35% terhadap kuat tekan beton rencana). Dan untuk proporsi 100%
menghasilkan kuat tekan f’c = 13,51MPa (selisih
Fakultas Teknik
3 32,45% terhadap kuat tekan beton rencana) . Hal
ini menunjukan bahwa setiap penambahan proporsi agregat halus dari limbah bangunan mengakibatkan penurunan yang signifikan dari nilai kuat tekan rencana (f’c = 20MPa).
Saputro S (2022) Melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Penggunaan Limbah Beton Sebagai Pengganti Agregat Kasar Terhadap Kuat Tekan Beton” Penelitian ini merencanakan beton normal dengan kuat tekan yang ditargetkan adalah K-225 kg/cm2 dan menggunakan slump 60 dan 80 mm serta menggunakan semen tonasa. Air yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan air PDAM dan Pengujian beton dilakukan pada umur 3, 7, 14, 21, dan 28 hari masing-masing terdiri dari 3 buah benda uji. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kuat tekan yang dihasilkan limbah beton dengan menggunakan slump 60 mm adalah 181.582 kg/cm2 atau setara 15.071 Mpa sedangkan limbah beton yang menggunakan slump 80 mm adalah 185.234 kg/cm2 atau setara 15.374 Mpa.
Limbah beton dapat digunakan sebagai pengganti agregat kasar pada pekerjaan dengan syarat agregat kasar limbah beton tidak memenuhi syarat maksimum kadar lumpur karena melebihi 1%, Maka limbah beton harus dicuci sebelum dipergunakan dan melakukan soundness agar mengetahui keausan agregat
Definisi Beton
Beton adalah suatu bahan bangunan yang telah digunakan secara luas. Bahan tersebut diperoleh dengan cara mencampurkan semen, air dan agregat pada perbandingan tertentu, dimana dalam jangka waktu tertentu akan mengeras (Rosida, 2007 dalam Supriadi,2016)
Pada landasan teori ini akan memaparkan hal-hal yang berkenaan dengan gambaran umum beton, material-material penyusun beton,dengan bahan agregat kasar limbah hasil dari uji kuat tekan beton proyek Bypass (Bil)-Mandalika 1. Beton
Beton biasa diartikan sebagai hasil pengerasan campuran antara semen portland, air, dan agregat (dan kadang dengan bahan tambah yang bervariasi) dengan perbandingan tertentu.
Campuran tersebut apabila dituang dalam cetakan kemudian dibiarkan maka akan mengeras seperti batuan. Pengerasan itu terjadi oleh peristiwa reaksi kimia antara air dan semen, yang berlangsung selama waktu yang panjang, dan akibatnya campuran itu selalu bertambah keras setara dengan umurnya. Beton yang sudah keras dapat dianggap sebagai batu tiruan, dengan rongga – rongga antara butiran yang besar (agregat kasar, kerikil atau batu pecah) diisi oleh butiran yang lebih kecil (agregat halus, pasir), dan pori – pori antar agregat halus ini diisi oleh semen dan air atau pasta semen
Beton memiliki kelebihan dibanding material lain, diantaranya adalah sebagai berikut ini.
1. Beton termasuk bahan yang mempunyai kuat tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap pengkaratan atau pembusukan dan tahan terhadap kebakaran.
2. Harga relatif murah karena menggunakan bahan dasar dari lokal, kecuali semen portland.
3. Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk yang sesuai keinginan.
4. Kuat tekan yang tinggi, apabila dikombinasikan dengan baja tulangan dapat digunakan untuk sruktur berat.
5. Beton segar dapat disemprotkan pada permukaan beton lama yang retak, maupun diisikan ke dalam cetakan beton pada saat perbaikan, dan memungkinkan untuk dituang pada tempat-tempat yang posisinya sulit.
6. Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang pada tempat- tempat yang posisinya sulit.
7. Beton termasuk tahan aus dan kebakaran, sehingga biaya perawatannya relatif rendah.
Adapun kekurangan beton adalah sebagai berikut ini:
1. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak.
2. Beton segar mengalami susut pada saat pengeringan, dan beton segar mengembang jika basah.
3. Beton keras mengeras dan menyusut apabila terjadi perubahan suhu.
4. Beton sulit kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak tulangan beton.
5. Beton bersifat getas sehingga harus dihitung dan didetail secara seksama agar setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail.
Bahan Penyusun Beton
Adapun bahan-bahan yang akan digunakan sebagai bahan dasar penyusun beton dengan agregat kasar limbah hasil pengujian kuat tekan beton proyek mandalika ialah sebagai berikut
Semen Semen portland menurut SNI15- 2049-2004 adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen Portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan
digiling bersama-sama dengan
bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambah lain.
Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat sehingga membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara diantara butir-butir agregat. Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi penting (Mulyono, 2005).
Dalam pencampuran beton semen dan air sebagai kelompok aktif sedangkan pasir dan kerikil sebagai kelompok pasif adalah kelompok yang berfungi sebagai pengisi (Tjokrodimulyo, 2007). Menurut SNI 03-2834-2000, Agregat halus
(pasir) adalah pasir alam
sebagai hasil desintegrasi secara alami dari batu atau pasir yang di hasilkan oleh industry pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5,0 mm.
Agregat halus untuk beton dapat berupa
pasir alam sebagai hasil
disintergrasi alami dari batu batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditetapkan terhadap berat kering), yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang melalui ayakan 0.063 mm.
apabila kadar lumpur melampaui 5% maka agregat halus harus dicuci. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak yang harus dibuktikan dengan percobaan.
Agregat kasar berupa pecahan batu, pecahan kerikil atau kerikil alami dengan ukuran butiran minimal 5 mm dan ukuran butiran maksimal 40 mm. ukuran maksimum dari beton bertulang diatur berdasarkan kebutuhan agregat tersebut harus dengan mudah dapat mengisi cetakan dan lolos dari celah-celah yang terdapat diantara batang-batang baja tulangan.
Berdasarkan berat jenisnya, agregat kasar dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan (Tri Mulyono, 2005), yaitu : 1. Agregat Normal. Agregat normal adalah agregat yang berat jenisnya antara 2.5-2.7 gram/cm3.
Air diperlukan pada pembuatan beton dan batako untuk memicu proses kimiawi semen.
Air yang digunakan untuk campuran adukan mortar semen yang paling baik merupakan air yang memenuhi syarat air bersih. Air yang mengandung senyawa-senyawa seperti garam, minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran adukan mortar semen akan menurunkan kualitas dan kekuatannya.
Kotrol penggunaan air pada campuran mortar juga harus dilakukan dengan tepat, karena menurut Wijanarko (2008) Air yang digunakan dalam proses pembuatan beton jika terlalu sedikit
maka akan menyebabkan beton akan sulit dikerjakan, tetapi jika air yang digunkan terlalu banyak maka kekuatan beton akan berkurang dan terjadi penyusutan setelah beton mengeras.
Menurut Laintarawan, dkk (2009)
Limbah beton banyak terdapat di beberapa laboratorium pengujian beton dan hasil pembongkaran struktur bangunan gedung bertingkat, hingga sekarang masih menumpuk dikarenakan sulitnya mencari lokasi pembuangannya. Salah satu cara mengurangi penumpukan limbah beton tersebut adalah dengan cara di daur ulang sebagai agregat kasar dari campuran material beton.
(Kusumawardhana,2019)
Apabila dikaji sifat-sifat fisik beton hampir sama dengan sifat fisik batuan. Dari persamaan tersebut, bahan hasil dari pecahan beton silinder dicoba sebagai alternatif pengganti agregat kasar dalam pembuatan beton. Agregat daur ulang memiliki beberapa kualitas, sifat fisik dan kimia.
Variabilitas kualitas ini mengakibatkan perbedaan sifat-sifat material beton yang dihasilkan dan cenderung menurunkan kuat tekan beton.
(Soelarso, dkk. 2016)
Ditinjau dari segi ekonomis bahan dalam pembuatan beton silinder tanpa mengurangi kekuatan standar beton, maka dilakukan penelitian terkait dengan penggunaan campuran beton limbah sebagai bahan alternatif pengganti sebagian dari agregat kasar. Menurut (Hardjasaputra, 2008)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Universitas Islam Al Azhar Mataram. Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Fakultas Teknik
5 Gambar 1. Bagan Alir Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Dari hasil pemeriksaan bahan-bahan pembuat beton diperoleh hasil sebagai berikut:
Berat Satuan Agregat
Hasil pemeriksaan menunjukkan berat satuan lepas rata-rata 1,289 gr/cm3 untuk pasir dan 1,314 gr/cm3 untuk kerikil, sedangkan untuk berat satuan padat rata-rata 1,375 gr/cm3 untuk pasir dan 1,422 gr/cm3 untuk kerikil. Hasil ini menunjukkan baha kedua material ini termasuk dalam jenis agregat normal yang memiliki berat satuan Antara 1,2 – 1,6 gr/cm3
Gradasi Agregat Halus dan Agregat Kasar Pada penelitian ini agregat halus yang digunakan berasal dari Korleko. Berdasarkan Tabel 2.1 klasifikasi gradasi agregat halus dan hasil analisis ayakan agregat halus pada lampiran 1, maka kurva gradasi agregat halus dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:
Gambar 2. Gradasi Agregat
Pada grafik zone pasir didapat hubungan antara lubang ayakan dengan presentasi pasir lewat ayakan. Nilai presentasi lewat ayakan diplotkan ke dalam grafik, maka akan diketahui pasir yang digunakan termasuk dalam katagori pasir agak kasar, atau halus. Pada penelitian ini bahan pasir yang digunakan termasuk pada zone II yaitu pasir agak kasar dan didapatkan nilai modulus halus butir (MHB) yaitu suatu indeks yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat sebesar 2,89. Hal ini menunjukkan pasir telah memenuhi persyaratan modulus kehalusan butiran sebesar 1,5 – 3,8 (SK- SNI-04-1989-F)
Berdasarkan hasil dari pengujian gradasi kerikil untuk modulus kehalusan yang didapat sebesar 5,81% dimana nilai moduIus kehaIusan tersebut memenuhi syarat menurut SNI ASTM C136 : 2012 yakni niIai modulus kehaIusan tidak meIebihi 6 % sehingga kerikil ini memenuhi syarat sebagai material utama campuran beton
Pemeriksaan Kadar Lumpur
Hasil penelitian menunjukkan kadar lumpur pasir sebesar 5,532 %. Pasir tersebut dapat dipakai sebagai bahan penyusun beton dan tidak perlu dilakukan pencucian karena kandungan lumpurnya memenuhi standar disyaratkan yaitu kurang dari 5% (SK SNI S-04-1989-F).
Berat Jenis Agregat
Berdasarkan hasil pengujian berat jenis pasir dan penyerapan air menunjukkan bahwa berat jenis kering pasir pringgabaya yang didapatkan daIam pengujian sebesar 2,50 gr/ml dan untuk berat jenis daIam kondisi SSD (Saturated Surface Dry) yang didapatkan sebesar 2,458 gr/ml. Sedangkan, hasil pengujian penyerapan air sebesar 3,220 %. HasiI pengujian berat jenis digunakan untuk
menentukan kebutuhan material berdasarkan voIume yang di tetapkan
Berdasarkan hasiI pemeriksaan berat kerikil dan penyerapan air menunjukkan bahwa berat jenis kering kerikil sebesar 2,59 sedangkan berat jenis kondisi Saturated Surface Dry (SSD) sebesar 2,607 dan penyerapan air sebesar 1,289
%. Dari hasil pengujian tersebut niIai berat jenis dapat menentukan kebutuhan materiaI berdasarkan voIume yang di tetapkan dan niIai penyerapan agregat berpengaruh terhadap niIai absorpsi beton
Perencanaan Adukan Beton (Mix Design)
Proporsi Campuran tiap m
3Kg/m
31 Semen 438.39
2 Air 186.32
3 Agregat Halus 725.39
4 Agregat Kasar 999.52
Variasi krikil untuk krikil normal dengan limbah beton :
Variasi Persentase
Penggantian Agregat Kasar dengn limbah beton
Kg
1 15% 14,87
2 20% 13,99
3 25% 13,12
4 30% 12,24
Pengujian Workability Beton
Pemeriksaan nilai slump pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kecelakaan (warkability) adukan beton dengan campuran bahan tambah limbah pengujian beton sebagai penambah agregat kasar Nilai slump yang di dapatkan pada pengujian dapat di lihat pada tabel sebagai berikut :
Gambar 3. Hasil pengujian workability Dari hasil pengujian slump seperti terlihat pada Tabel 4.8 ,bahwa pada beton normal di dapat nilai slump rata-rata sebesar 8,6, nilai slump pada beton normal adalah yang tertinggi dengan nilai slump rata – rata dari semua sampel, sedangkan nilai terendah berada pada campuran limbah pengujian beton dengan kadar 30 % dengan nilai slump rata – rata adalah 7,3 cm. Hal tersebut menunjukan bahwa limbah beton pengganti sebagian agregat tidak menyerap air dengan baik.
Pemeriksaan Laju Kuat Tekan Beton
Laju kuat tekan beton merupakan peningkatan nilai kuat tekan beton merupakan peningkatan nilaikuat tekan beton pada 28 hari. Pengujian kuat tekan beton dilakuan di lakuakan di Laboratorium PUPR Prov,NTB. Hasil penelitian di dapatkan hasil kuat tekan beton sebagai berikut :
Gambar 4. Hasil pengujian Kuat Tekan
Hasil penelitian menunjukkan perbandingan nilai kuat tekan dari variasi campuran mengalami penurunan dari kuat tekan beton normal. Dimana hasil uji kuat tekan beton normal di dapatkan sebesar 29,69 Mpa, sedangkan limbah pengujian beton penggunaan limbah beton 15 % di dapatkan sebesar 30,68 Mpa,dengan kenaikan sebesar 0,99 % dari beton normal. variasi 3 penggunaan
Limbah beton sebesar 20 % ,kuat tekan meningkat 1,6%,pada limbah pengujian beton 3 dengan penambahan limbah beton 20 % pada variasi limbah pengujian beton 4,menunjukan hasil berbeda berupa penurunan kuat dari limbah pengujian beton 3 sebesar 31,29 menjadi 28,75 yakni 0,94 %,penurunan terjadi di karenakan berkurangnya kekuatan tekan dari agregat kasar yang sebagian terganti oleh hasil limbah pengujian beton penurunan kuat tekan terjadi kembali pada variasi limbah pengujian beton 30 % apabila di bandingkan dengan beton normal penurunan terjadi sekitar 3,92 % hal ini menunjukan bahwa semakin banyak pemakaian limbah beton menurunkan kuat tekan beton tersebut
Pola Keretakan
Fakultas Teknik
7 Pola retakan pada beton setelah di
lakukan pengujian kuat tekan beton,dengan kadar limbah pengujian beton 0 %,15%,20%,25%,30%
mengalami 2 kehancuran yaitu kehancuran kerucut geser dan kerucut belah
Gambar 4. Pola Keretakan Beton Normal dan dengan Pengantian sebagian Agregat sebesar 15% dan 20%
Gambar 5. Pola Keretakan Beton dengan Pengantian sebagian Agregat sebesar 25% dan 30%
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah di lakukan Didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan limbah hasil pengujian beton sebagai pengganti sebagian agregat kasar memiliki pengaruh terhadap kuat tekan. . Dari hasil penelitian diperoleh perbandingan nilai kuat tekan dari variasi 0% sampai 30%
campuran limbah beton mengalami penurunan dari beton normal. Dimana hasil uji kuat tekan beton normal di dapatkan sebesar 29,69 Mpa, sedangkan variasi 2 penggunaan limbah beton 15 % di dapatkan sebesar 30,68 Mpa,terjadi kenaikan sebesar 0,99 % dari beton normal. variasi 3 penggunaan limbah
beton 20 % di dapatkan sebesar 31,29 Mpa,terjadi kenaikan sebesar 1,6 %, dari beton normal.Pada variasi ke 4 pemakaian limbah beton 25% yang di dapatkan sebesar 28,75 Mpa,mengalami penurunan kuat tekan dari beton normal.sebesar 0,94 % Mpa,begitu juga untuk variasi yang 5 30% pengunaan limbah beton sebagai pengganti agregat kasar yang di dapat sebesar 25,77 Mpa, mengalami penurunan dari beton normal sebesar 3,92 % 2. Hasil Penelitian menunjukan bahwa kuat tekan
maksimum didapat pada variasi 3 yaitu 31,29 MPa pada sampel beton yang menggunakan 20% agregat kasar limbah pengujian beton pada umur 28 hari. Semakin banyak penggunaan limbah pengujian beton sebagai pengganti sebagian agregat kasar (kerikil) dapat menyebabkan kuat tekan beton semakin menurun
DAFTAR PUSTAKA
Adhiya Cahyaningrum,(2020)., Institut Teknologi Pln Jakarta, Pengaruh Limbah Beton Tiang Pancang Proyek Jakarta International Stadium Sebagai Subtitusi Agregat Kasar Pada Kuat Tekan Beton Dengan Tambahan Superplasticizer Badan Standarisasi Nasional Indonesia 1990.
Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar. SNI 03- 1968-1990. Indonesia
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2000, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal. SNI 032834- 2000. Indonesia
Firmawan, F. (2007). Karakteristik dan Komposisi Limbah (Construction Waste) pada Pembangunan Proyek Konstruksi.
Unissula, 18, 11
Sudika, I. G. M., I Gusti, N. E. P., I Gede, S.D., 2019. Analisis Limbah Benda Uji Beton Untuk Mensubstitusi Agregat Kasar Pada Campuran Beton. Fakultas Teknik UNR.
11(1): 46-56
Risamawarni, Erniati.B,. Fatmawati.R,. 2020.
Pengaruh Subtitusi Limbah Beton Sebagai Agregat Kasar Terhadap Kuat Tekan Beton Curing Air Laut. Indonesian Journal of Fundamental Sciences . 6 (2):
129-137
Hari Badarsono, B. H. (2010). Pemanfaatan Beton Daur Ulang Sebagai Substitusi Agregat Kasar Pada Beton Mutu Tinggi.
Konfrensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4), 165-172.
Harianto. 2018. Pemanfaatan Limbah Bangunan Sebagai Pengganti Agregat Kasar Pada
Pembuatan Beton Normal. Jurnal Ilmiah Teknosains. 4 (2): 93-102
Mulyono, T. (2004). Teknologi Beton. Jakarta:
ANDI.
Mulyati, A. A. (2014). Pengaruh Penggunaan Limbah Beton Sebagai Agregat Kasar Dan Agregat Halus Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Jurnal Momentum Vol 16, 1-7
Soelarso., Baehaki., Nur. F. S., 2016. Pengaruh Penggunaan Limbah Beton Sebagai Pengganti Agregat Kasar Pada Beton Normal Terhadap Kuat Tekan Dan Modulus Elastisitas. Jurnal Fondasi. 5(2):
22-29
Saputro, S.,2022. Analisis Pengaruh Penggunaan Limbah Beton Sebagai Pengganti Agregat Kasar Terhadap Kuat Tekan Beton.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik.
SNI 03-1968-1990“Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar
Soleha, M. (2016). Studi Pembuatan Beton dengan Pemanfaatan Limbah Beton Sebagai Agregat Kasar. Universitas Negeri Jakarta
Soelarso, Baehaki, & Sidik, N. F. (2016).
Pengganti Agregat Kasar Pada Beton Normal. Jurnal Pondasi, 5(2), 22–29 Tjokrodimuljo, K. 1996. Teknologi Beton. Buku
Ajar, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Tjokrodimuljo, Kardiyono 2007. Teknologi Beton.
Biro Penerbit Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.