Jurnal Mardika, Masyarakat Berdikari dan Berkarya https://ejurnalunsam.id/index.php/mardika
Volume 01 | Nomor 03 | Desember |2023 e-ISSN: xxxx-xxxx dan p-ISSN: xxxx-xxxx
DOI: xxxxx/xxxxx/xxxxx
PEMANFAATAN ALAT PENGERING ASAM SUNTI (AVERRHOA BILIMBI L) TIPE LORONG MENGGUNAKAN BLOWER DAN BERBAHAN BAKAR GAS DI DESA GEDUBANG JAWA
Iskandar1, Nazaruddin Abdul Rahman2, Zainal Arif 3 , Amalia Harmin4
Kata Kunci:
Asam Sunti;
Averrhoa Bilimbi L;
Teknik Pengering;
Arduino Uno.
Corespondensi Author
Teknik Mesin, Universitas Samudra Langsa Kota
Email: [email protected] History Artikel
Received: 25-10-2023;
Reviewed: 27-10-2023 Revised: 10-11-2023 Accepted: 15-11-2023 Published: 30-12-2023
Abstrak. Asam sunti (Averrhoa Bilimbi L) salah satu tanaman yang banyak tumbuh dipekarangan dan dimanfaatkan oleh masyarakat Aceh. Di Aceh, asam sunti digunakan sebagai bumbu masakan, baik itu dalam bentuk segar, maupun dalam bentuk olahan. Pengeringan yang kurang efisien akan mempengaruhi pengeringan, misalnya faktor cuaca dan faktor lamanya proses pengeringan yang disebabkan oleh cahaya matahari yang didapatkan tidak penuh 24 jam.
Pengeringan merupakan salah satu cara efektif untuk mengawetkan asam sunti agar dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengatasi keterbatasan ataupun kekurangan pada pengeringan tenaga matahari maka dibuatlah alat pengering asam sunti yang mampu digunakan setiap waktu dan menjamin kehigienisan asam sunti yang dikeringkan. Alat ini didesain berbentuk seperti lorong dengan drum minyak yang didalam nya di letakkan rak untuk menaruh asam sunti dengan menggunakan Arduino sebagai kontrol, sensor Thermocouple type K dan MAX 6775 sebagai sensor suhu untuk mengetahui berapa waktu terbaik dalam pengeringan. Kegiatan ini melibatkan aparat desa, masyarakat dan mahasiswa. Hasil dari penelitian ini beupa produk asam sunti yang dikeringkan dengan menggunakan alat pengering yang dapat digunakan langsung untuk bumbu masakan. Pelatihan ini diharapkan bisa diaplikasikan oleh masyarakat sehingga pembuatan asam sunti menjadi lebih efisien.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License
Pendahuluan
Asam sunti (Averrhoa Bilimbi L) merupakan belimbing sayur yang tumbuh pada ketinggian 5 sampai 500 meter di atas permukaan laut. Asam sunti salah satu tanaman yang banyak tumbuh dipekarangan dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Asam sunti adalah sejenis tanaman buah dari keluarga Oxalidaceae, marga Avverhoa.
Tanaman belimbing dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu belimbing buah dan belimbing sayur atau yang sering dikenal dengan asam sunti dikalangan masyarakat Aceh (Gendrowati, 2015). Tumbuhan Asam sunti memiliki batang yang kasar berbenjol-benjol, bercabang sedikit, arahnya condong ke atas. Cabang dua berambut halus seperti beludru, warna coklat muda. Daunnya majemuk menyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak daun (Herbie, 2015).
Karena rasanya yang sangat asam, sangat jarang untuk sebagian orang mengonsumsinya secara lansung. Di Aceh, asam sunti sangat banyak digunakan sebagai bumbu masakan, baik itu dalam bentuk segar, maupun dalam bentuk olahan (Baihaqi, 2014). Asam sunti yang sudah melalui proses pengeringan merupakan suatu produk yang
dijadikan sebagai bumbu dapur yang khas dari Aceh, misalnya Kuah Asam Keueung, Asam Eungkot Kareng, Asam Udeung, Keumamah, dan sebagainya (M. Aleha, 2013).
Di Aceh, proses pengeringan buah asam sunti untuk pada umumnya masih menggunakan metode tradisional dengan memanfaatkan sinar matahari secara langsung. Pengeringan dengan metode ini merupakan kurang efisien karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengeringan, misalnya faktor cuaca dan faktor lamanya proses pengeringan yang disebabkan oleh cahaya matahari yang didapatkan tidak penuh 24 jam. Kualitas dari suatu asam dipengaruhi oleh tingkat kecerahan sinar matahari, dimana bila musim hujan atau cuaca kurang baik maka akan menambah waktu proses pengeringan, (Juliani, 2021).
Berdasarkan hasil wawancara dari narasumber yang terkait dengan produksi asam yang diolah dari asam sunti jika keadaan cuaca sangat mendukung, maka proses pengeringan dapat berlangsung selama 6-7 hari. Sedangkan jika tidak, dapat berlangsung hingga 10 hari atau lebih. Selain itu, metode tradisional juga dapat menyebabkan tidak higienisnya asam yang diperoleh karena proses pengeringan yang dilakukan di tempat terbuka yang dapat menyebabkan asam mudah terkena debu yang berasal dari lingkungan sekitar pengeringan.
Pengeringan merupakan salah satu cara efektif untuk mengawetkan asam sunti agar dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama (Dina, 2019). Oleh karena itu sangat perlu sekali dirancangan sebuah alat untuk meningkatkan olahan asam sunti dan tentunya yang dapat menghindari faktor penghambat pengeringan pada asam sunti. Menurut (Armiga, 2020) untuk mempercepat proses produksi dari asam sunti sangat diperlukannya suatu perangkat atau alat yang dapat mengeringkan asam sunti tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang disebutkan di atas. Namun pada penelitian tersebut, masih menerapkan metode control on-off yang membuat respon sistem.
Pengeringan asam sunti memiliki prinsip penguapan dan penurunan kadar air bahan dengan tujuan agar perkembangan mikroorganisme akan terhenti dan terhambat. Pengeringan asam sunti di Indonesia sebagian besar dilakukan dengan cara konvensional dengan menggunakan peralatan dasar, dan perlu memperhatikan aspek sanitasi dan kebersihan sehingga dapat mengganggu kesehatan lingkungan. Pada kenyataannya masyarakat masih mengolah asam sunti dengan cara menebarkan di atas tikar atau di jalan yang kotor sehingga kurang steril.
Kekurangan yang disebabkan oleh pengeringan tradisional meliputi: penampilan yang kurang bagus, kontrol suhu yang merepotkan, dan kontaminasi dari udara terbuka secara langsung. Melihat kekurangan-kekurangan yang ditimbulkan oleh pengeringan tradisional, pada saat ini beberapa alat pengering seperti oven telah dikembangkan sehingga produk selanjutnya terlihat lebih bersih dan steril.
Untuk mengatasi keterbatasan ataupun kekurangan pada pengeringan tenaga matahari maka dibuatlah alat pengering asam sunti yang mampu digunakan setiap waktu dan menjamin higienisan asam sunti yang dikeringkan.
Alat ini didesain berbentuk seperti lorong dengan drum minyak yang didalam nya di letakkan rak untuk menaruh asam sunti dengan menggunakan Arduino sebagai kontrol, sensor Thermocouple type K dan MAX 6775 sebagai sensor suhu untuk mengetahui berapa waktu terbaik dalam pengeringan
Penelitian pebuatan asam sunti secara mekanis dengan mesin pengering telah dilakukan oleh Hayati (2002), pada penelitian tersebut proses pembuatan asam sunti yang umur petiknya 34 hari setelah bunga mekar. Hasil asam sunti terbaik diperoleh pada perlakuan penggaraman awal saat pengeringan dengan suhu pengeringan 60℃
menggunakan cabinet dryer. Penggaraman dilakukan dengan penambahan 10% garam dalam tiga kali penambahan (Zuhra dan Syamsuddin,2007).
Setelah dilakukan perhitungan, rancang bangun alat menggunakan motor 180 watt, drum yang digunakan memiliki kapasitas 60 liter dan kapasitas asam sunti yang dikeringkan sebanyak 9 liter. Dari beberapa penelitian tersebut peneliti juga telah memikirkan tentang pembuatan mesin pengering yang temperaturnya dapat dilihat menggunakan arduino unoR3 SMD Clone CH340 yang akan dibahas pada penelitian ini.
Metode
Vol 01 No 03, Desember 2023
Metode penelitian ini dilakukan dengan metode survey lapangan dan pendekatan langsung, dimana masyarakat dan aparat desa dilibatkan langsung dalam proses pengabdian ini. Adapun pelaksanaannya meliputi:
a. Survey lapangan dan persiapan
Pada tahap survey lapangan dan persiapan tim pengabdian melakukan diskusi dengan aparat desa dan masyarakat yang bertujuan untuk:
1. Memberikan informasi tentang maksud dan tujuan program yang akan dilaksanakan 2. Melakukan pendataan masyarakat yang memproduksi asam sunti secara konvensional 3. Melakukan diskusi mengenai program yang akan dilaksanakan
4. Mendiskusikan tempat dan jadwal program yang akan dilaksanakan b. Sosialisasi
Tim pengabdian menyiapkan materi sosialisasi yang akan disampaikan kepada masyarakat dan aparat desa yang hadir. Materi yang disajikan meliputi:
1. Membuka wawasan pentingnya kehigienisan makanan yang akan dikonsumsi 2. Memberikan informasi tentang pemanfaatan alat pengering
3. Tahapan dalam membuat alat pengering 4. Tahapan mengeringkan asam sunti c. Proses pelaksanaan
Proses pengeringan pada prinsipnya adalah proses mengurangi kadar air dalam asam sunti. Untuk mencegah bakteri dan enzim bekerja dalam , selain mengurangi kadar air dalam asam sunti, diperlukan juga pengendalian temperature. Proses pengeringan dilakukan dengan menjemur asam sunti selama ± 3 hari jika cuaca cerah dan membalik-balik asam sunti sebanyak 4-5 kali agar pengeringan merata, dan bisa 5-7 hari jika cuaca tidak baik. Pengeringan tradisional ini memerlukan tempat yang luas karena asam sunti yang dikeringkan tidak bisa ditumpuk saat dijemur. Pada saat udara luar terlalu kering dan panas, pengeringan dapat terjadi terlalu cepat sehingga terjadi case hardening (permukaan daging asam sunti mengeras). Masalah lain adalah kebersihan higienitas asam sunti yang dikeringkan sangat kurang karena proses pengeringan dilakukan di tempat terbuka yang memungkinkan dihinggapi debu dan lalat.
Pengeringan ini mengenai hubungan suatu peristiwa perpindahan massa dan energi yang terjadi dalam pemisahan cairan atau kelembaban dari suatu bahan sampai batas kandungan air yang ditentukan dengan menggunakan sumber panas dan penerima uap cairan. Pengeringan merupakan proses mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Semakin banyak kadar air dalam suatu bahan, maka semakin cepat pembusukannya oleh mikroorganisme. Dengan demikian, bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih lama dan kandungan nutrisinya masih ada.
Untuk standar kadar air pengeringan ikan terdapat 3 jenis yaitu:
1. Dikatakan basah apabila kadar air nya mencapai : 50% – 83%
2. Dikatakan lembab apabila kadar air nya mencapai : 21% - 49%
3. Dikatakan kering apabila kadar air nya mencapai : kurang dari 20%
Hasil Dan Pembahasan
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dengan judul “Alat Pengering Asam Sunti (Averrhoa Bilimbi, L) Menggunakan Sistem Tipe Lorong Memakai Blower dan Menggunakan Bahan Bakar Gas dengan Kontrol Arduino Uno dan Sistem Otomatis” dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Oktober 2023. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh anggota masyarakat Gampong Gedubang Jawa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa dan mendapat respon yang positif dari stakeholder di wilayah Kota Langsa. Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan peningkatan wawasan dosen dan perwujudan yang ke 3 (tiga) Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat sebagai kontribusi sumbangan pemikiran Dosen kepada masyarakat umum. Bentuk pengabdian dosen kepada masyarakat sangat dibutuhkan untuk mengaplikasikan dan membantu segala kebutuhan atau keluhan dari masyarakat untuk diselesaikan dengan bidang keilmuan yang telah dipelajari di kampus.
Pengabdian ini juga perlu mendapatkan dukungan dari semua pihak termasuk pihak pemerintahan desa sebagai mitra dalam melaksanakan pengabdian. Pihak universitas juga turut hadir selalu mendampingi desa binaan dan terus berkomitmen dalam kerjasama yang telah disepakati.
Kegiatan ini sangat membantu masyarakat khususnya para masyarakat dengan ekonomi menengah dan memiliki tumbuhan belimbing wuluh untuk bisa terus dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi asam sunti. Pengolahan asam sunti dilakukan secara sederhana dan efisien, namun memiliki keunggulan yang sangat baik dan membantu menjaga kelestarian lingkungan. Proses pemanfaatan alat pengering dapat dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan yang ada disekitar dengan harga terjangkau. Teknologi yang digunakan tidak terlalu sulit untuk diaplikasikan di daerah yang terpencil. Butuh ketekunan dan konsistensi dalam mengembangkan potensi asam sunti yang ada disekitar lingkungan.
Gambar 1: Tim Memberikan Materi dalam Pelatihan
Gambar 2. Asam sunti hasil pengeringan
Kesimpulan
Pelatihan pemanfaatan alat pengering untuk mengeringkan asam sunti sangat membantu masyarakat yang akan menghasilkan dan mengolah belimbing menjadi asam sunti. Dengan menggunakan alat pengering waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan asam sunti menjadi lebih singkat dan tidak bergantung pada adanya sinar matahari juga menjadi lebih higienis. Sebagai saran, banyaknya pohon belimbing yang tumbuh di Kota Langsa memiliki potensi ekonomi yang tinggi sehingga sosialisasi lebih luas perlu dilakukan agar pemanfaatan dari alat pengering ini dapat dilakukan oleh khalayak ramai.
Daftar Rujukan
Vol 01 No 03, Desember 2023
A.Firdaus, “Perancangan dan Analisa Alat Pengering Belimbing Wuluh dengan Memanfaatkan Energi Briket Batubara”, Jurnal Teknik Mesin, Vol. 5, No. 4, p. 1, 2017.
Adriansyah, “Perbedaan Pengeringan dan Dehidrasi pada Buah”, pp. 3-11, 2015.
D. Sitompul, Devin dan Malinda, “Pemodelan Karakteristik Pengeringan dan Analisis Perpindahan Panas pada Pengeringan Kentang (Solanum Tuberosum, L)”, Jurnal Rekayasa Hijau, Vol. 5, No. 2, p. 1, 2017.
E. A. Prastyo, “Arduino Mega 2560”, Arduino Indonesia, 2020.
E. P. Sianti, M. F. Rohardjo, N. Sulistiono, “Makanan Ikan Seriding Ambassis Nalua (Hamilton 1822) di Teluk Pabean, Jawa Barat”, Jurnal Iktiologi Indonesia, Vol. 17, No. 1, p. 45, 2017.
F. Swastawat dan A. Syakur, “Teknologi Pengeringan Belimbing Wuluh Modern”, Vol. 4, No. 1, Semarang, Indonesia: UNDIP Press, 2019.
F. Savira dan Y. Suharsono, “Elemen Pemanas”, Jurnal. Chem. Model, Vol. 1, No. 1, pp. 1689-1699, 2013.
Habibirrahmah, “Analisa Pengaruh Jumlah Sudu Impeler pada Unjuk Kejra Blower Sentrifugal, 2019.
Haryati R, “Kajian Penggaraman dan Pengeringan Belimbing Wuluh (Averhoa Bilimbi, L) dalam Pembuatan asam sunti dari Aceh”, [tesis], Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, 2002.
I. Piramida “Rancang Bangun Alat Pengering Kerupuk Tipe Tray dengan Media Udara Panas”, p. 67, 2015.
M.A. Leha, “Pengembangan Alat Pengering Ikan”, Majalah Biam, Vol. 9, N0.1, pp. 1-6, 2013.
M. Syaiful, “Mekanisme Perpindahan Energi”, Cetakan Pe. Bogor, Indonesia: IPB Press, 2009.
N. A. Mufarinda, “Perpindahan Panas & Massa pada Spray Dryer”, Indonesia: Pustaka Abadi, 2016.
N. Asisah dan M. Djaeni, “Konsep Dasar Proses Pengeringan Pangan”, 2021.
R. F. Waluyo, Ahmad Edi, M. Imha Ainun Najib, Erna Mutiasari, Miftahul Inayah, “Pemanfaatan Teknologi dalam Pengeringan Ikan”, pp. 331-334, 2017.
S. Yuliati et al, “Rancang Bangun Tray Dryer Sistem Hybrid (Surya-Heater) untuk Pengeringan Ikan Asin”, J.
Kinet, Vol. 11, No. 2, pp 10-18, 2020.
U. S. Utara, “Penggunaan Thermocouple Type K pada Oven Pemanggang Kue sebagai Sensor Tempertur berbasis Mikrokontroler Atmega 328”, 2019.
Y. M. Bintang, J. Pongoh, H. Onibala, “Konstruksi dan Kapasitas Alat Pengering Ikan Tenaga Surya Sistem Bongkar Pasang”, Media Teknologi Has. Perikan, Vol. 1, No. 2, pp.40-43, 2013