• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Sampah Organik Kulit Jeruk dan Kulit Nanas sebagai Bahan Dasar Pembutan Eco Enzyme dalam Menunjang Pembangunan Berkelanjutan

N/A
N/A
Naura Syifa XIII AK 1

Academic year: 2024

Membagikan "Pemanfaatan Sampah Organik Kulit Jeruk dan Kulit Nanas sebagai Bahan Dasar Pembutan Eco Enzyme dalam Menunjang Pembangunan Berkelanjutan "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding SAINTEK: Sains dan Teknologi Vol.1 No.1 Tahun 2022 1

Pemanfaatan Sampah Organik Kulit Jeruk dan Kulit Nanas sebagai Bahan Dasar Pembutan Eco Enzyme dalam Menunjang

Pembangunan Berkelanjutan

Utilization of Citrus Peel and Vegetable Organic Waste Basic Materials for Making Eco Enzymes to Support Sustainable Development

Naura Syifa Rachmani1

1Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Pelita Bangsa

1[email protected]

Abstract

Waste is inevitable in any aspect of life. Any human activity inevitably produces waste. Organic waste is waste from living things. Organic waste is divided into two parts wet organic waste and dry organic waste. Organic waste decomposes quickly if not handled properly because of its high water content. Not only can this cause unpleasant odors but the accumulated waste can also cause disease. The amount of household waste is increasing day by day especially organic waste from daily consumption items. Examples include orange peels and vegetable slices. Ecozyme is a liquid derived from fermented organic waste that has many benefits. With proper treatment orange peel and vegetable waste are beneficial to both organisms and the environment.

Keywords: Eco Enzyme, Citrus, Pineapple, Organic Waste

Abstrak

Dalam setiap aspek kehidupan, sampah adalah suatu hal yang tak dapat dihindari. Dalam setiap kegiatan manusia tentu akan menghasilkan sampah. Sampah Organik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup. Sampah Organik dibagi menjadi dua yaitu sampah organik basah dan sampah organik kering. Bila tidak ditangani dengan baik, sampah organik dapat dengan cepat mengalami pembusukan mengingat kandungan air yang terdapat dalam sampah organik cukup tinggi. tak hanya menimbulkan aroma tidak sedap, sampah yang bertumpuk pun akan menyebabkan timbulnya penyakit. Peningkatan volume sampah rumah tangga kian hari kian meningkat terutama sampah organik yang cenderung berasal dari makanan pokok sehari hari. contohnya kulit jeruk dan sisa sayuran. Eco enzyme adalah cairan yang berasal dari hasil fermentasi sampah organik dengan segudang manfaat di dalamnya. Dengan pengolahan yang tepat, kulit jeruk dan limbah sisa sayuran dapat memiliki nilai keuntungan baik bagi makhluk hidup atau lingkungannya.

Kata kunci: Eco Enzyme, Jeruk, Nanas, Sampah Organik,

(2)

Prosiding SAINTEK: Sains dan Teknologi Vol.1 No.1 Tahun 2022 2 Pendahuluan

Jumlah populasi penduduk Indonesia mendominasi hampir 50% penduduk di Asia Tenggara, bahkan menduduki peringkat keempat dengan jumlah 275,77 juta jiwa pada tahun 2022 (menurut data BPS, 2022).

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia pada tahun 2022 sebesar 1,17% lebih kecil dibanding tahun sebelumnya. Besarnya jumlah penduduk ini tentu saja dibarengi dengan segala aktifitas harian manusia dalam segala bidang kehidupan. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk Indonesia dengan segala aktifitasnya, menyebabkan meningkatmya jumlah konsumsi masyarakat yang diikuti produksi sampah rumah tangga, perkantoran, industri kecil maupun besar.[1]

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dinyatakan bahwa total produksi sampah nasional telah mencapai 67,8 juta ton pada tahun 2020. Artinya, ada sekitar 185.753 ton sampah setiap harinya dihasilkan oleh 270 juta penduduk, atau sekitar 0,68 kilogram sampah per hari/penduduk. Terjadi peningkatan jumlah sampah dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Produksi sampah nasional pada tahun 2018 mencapai 64 juta ton dari 267 juta penduduk. Sampah.[1]

Produksi sampah kian meningkat selaras dengan bertambahnya jumlah populasi manusia di dunia.

Sampah adalah bahan sisa yang dibuang sebagai hasil dari proses produksi, baik industri maupun rumah tangga. Bahan-bahan sisa yang dimaksud disini adalah bahan yang berasal dari manusia, hewan ataupun tumbuhan yang sudah tidak terpakai. Wujud dari sampah biasanya dalam bentuk padat, cair ataupun gas.

Menurut World Health Organization (WHO), sampah adalah barang yang berasal dari kegiatan manusia yang tidak lagi digunakan.[2]

Dalam Undang-Undang No.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat dan sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus. Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka akan semakin banyak pula jumlah sampah yang dihasilkan. Pada tahun 2016, jumlah timbulan sampah di Indonesia mencapai 65,2 juta ton per tahun menurut Badan Pusat Statistik, 2018 dalam [3]

Sampah dibedakan menjadi dua jenis yang berbeda dilihat berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya. Sampah dibedakan menjadi sampah organik, sampah anorganik, dan sampah B3(Bahan Berbahaya dan Beracun). Sampah organik berasal dari lingkungan biotik atau makhluk hidup. Sampah organik dibedakan menjadi dua jenis yaitu sampah organik basah atau sampah organik yang memiliki kadar air yang cukup tinggi dan sampah organik kering atau sampah organik yang memiliki kadar air rendah.

Sedangkan sampah anorganik adalah limbah yang berasal dari bahan yang bisa kembali digunakan. Berbeda dengan sampah organik dan anorganik, sampah B3 adalah jenis sampah yang memiliki badan khusus dalam pengolahannya, mengingat sampah B3 mengandung zat kimia organik atau logam-logam berat yang berbahaya bagi makhluk hidup. menurut Noelaka, 2008 dalam [2]

(3)

Prosiding SAINTEK: Sains dan Teknologi Vol.1 No.1 Tahun 2022 3 Sampah dapat menjadi salah satu senyawa organik yang dapat larut dalam air atau menjadi sebuah endapan atau residu di dalamnya. Mikroorganisme yang terkandung di dalamnya dapat menjadikan konsentrasi mikroorganisme dalam air menjadi tinggi. Dalam menjaga ekosistem tentunya diperlukan pemantauan secara berkala agar jumlah zat organik yang larut dalam air tidak memiliki konsentrasi yang sangat tinggi. [4]

Industri pangan adalah salah satu sektor yang memproduksi sampah dengan tingkat sampah tertinggi.

Sampah yang dihasilkan berasal dari hasil proses produksi dan hasil samping. Hadirnya industri pengolahan sampah tentunya sangat membantu dalam menangani masalah yang satu ini. Industri pengolahan sampah organik hadir sebagai salah satu peluang dalam mengatur masalah sampah sehingga dapat menjadi daya nilai jual serta dapat membantu menjaga kelestarian lingkungan. menurut Egea et al, 2018 dalam [5]

Buah dan sayuran merupakan limbah yang dihasilkan dari sektor pangan terbesar ke tiga. Buah dan sayuran merupakan limbah organik yang mengandung banyaknya kadar air dan zat organik sehingga dapat memicu timbulnya mikroba. Sehingga diperlukan treatment khusus agar limbah organik ini tidak memberikan dampak negative bagi lingkungan. menurut Egea et al, 2018 dalam [5]

Limbah yang berasal dari hasil pertanian tentunya dapat diuraikan kembali pada tanah sebagai tambahan zat organik dan nutrisi dengan berbagai macam teknik pengolahan seperti dilakukannya pengomposan, anaerobic digester, bahkan hingga dijadikannya sebagai salah satu produk biogas. Dilain sisi, limbah yang dihasilkan industri sangat beragam. Terdapat limbah yang berbahaya dan tidak berbahaya. menurut Asokan et al., 2006 dalam [6]

Dini ini, sampah menjadi masalah yang cukup besar dan berdampak langsung di kota-kota besar di Indonesia. Penanganan yang tepat sangat perlu dilakukan untuk saat ini agar keseimbangan lingkungan akan tetap bisa didapatkan mengingat apabila sampah tidak diproses dengan baik akan sangat merugikan bagi kelangsungan hidup bahkan akan mencemari tanah, air, dan udara. Dalam setiap proses pengelolaan sampah, dibutuhkan penanganan yang tepat agar dapat memiliki nilai keuntungan atau nilai tambah dalam setiap pengolahannya.

Sampah organik basah adalah sampah organik yang memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Bila suatu benda memiliki kadar air yang tinggi, benda tersebut akan rentan mengalami pembusukan mengingat bakteri akan lebih cepat berkembang biak dalam kondisi yang lembab atau terdapat kandungan air dalam suatu benda. Bau busuk yang dihasilkan sampah organik yang tidak tetangani dengan baik tentu saja sangat mengganggu terhadap kegiatan aktivitas sehari-hari. Maka dari itu, pemanfaatan limbah oragnik sisa kulit jeruk dan sayur akan sangat menguntungkan bila dapat dilakukan dengan baik dengan pembuatan eco enzyme yang dapat digunakan sebagai pupuk bahkan menjernihkan air.

(4)

Prosiding SAINTEK: Sains dan Teknologi Vol.1 No.1 Tahun 2022 4 Jeruk atau dalam Bahasa latinnya Citrus L. merupakan salah satu dari sekian banyaknya buah di dunia yang mengandung senyawa fitokimia aktif yang dapat menjaga kesehatan tubuh. Kulit jeruk memiliki karakteristik yang unik ditandai dengan aroma yang khas, dagingnya yang berasa masam. Jeruk pun merupakan salah satu buah yang kaya akan sumber vitamin c. perisa jeruk seringkali digunakan sebagai perasa untuk beberapa jenis obat.[7]

Jeruk biasanya dimakan secara langsung atau dapat dibuat menjadi jus, tentunya kulit jeruk selalu menjadi limbah walaupun dalam kulit jeruk memiliki kadar antioksidan yang cukup tinggi. Dilansir pada laman FAO, kuantitas jeruk menembus 144 ton pertahunnya, hal ini tentunya seiras dengan jumlah limbah kulit jeruk yang dihasilkan setiap tahunnya. Dalam sebuah studi dinyatakan bahwa jeruk kaya akan vitamin, mineral, serat, beta karoten, polifenol, dan minyak atsiri membuat jeruk manjadi salah satu buah yang sangat menyehatkan.[7]

Tak hanya jeruk, nanas merupakan salah satu komoditas buah unggulan Indonesia yang menempati urutan keempat setelah pisang, mangga, dan jeruk siam (menurut Safitri dan Kartiasih, 2019 dalam[8]).

Nanas merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropis. Saat ini nanas sudah tersebar di seluruh dunia, terutama daerah yang beriklim tropis yang berada disekitar khatulistiwa. Buah nanas merupakan salah satu komoditas perdagangan yang berperan penting dalam subsector tanaman pangan di sektor pertanian.

Komoditas buah nanas adalah salah satu komoditas unggulan daerah serta masih banyak dibudidayakan oleh petani. Tanaman nanas di Indonesia banyak ditanam di tegalan dataran rendah sampai dataran tinggi menurut Sunarjono, 2008 dalam [8]

Dalam mengonsumsi nanas dan jeruk, tentunya menghasilkan limbah berupa kulit buah. Limbah kulit buah nanas dan kulit buah jeruk tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan eco enzyme.

Pemanfaatan limbah kulit nanas dan jeruk menjadi eco enzym ini dapat memberikan manfaat tambahan bagi masyarakat seperti untuk membersihkan lantai atau bisa menjadi desinfektan dengan aroma yang khas fermentasi dan jeruk. menurut Larasati, dkk., 2020 dalam [8]

Eco enzyme atau garbage enzyme adalah cairan hasil dari fermentasi sampah organik. Beberapa fungsi dari hasil fermentasi eco enzyme antara lain sebagai cairan pembersih lantai, pembersih sayur dan buah, penangkal serangga serta penyubur tanaman. Manfaat dari hasil fermentasi eco enzyme sebagai desinfektan karena mengandung alkohol dan asam asetat. Eco enzyme adalah hasil dari aktivitas enzim yang terkandung di dalam bakteri atau fungi. Tingkat keberhasilan dari eco enzyme kulit buah nanas, kulit buah jeruk, serta perpaduan antara kulit nanas dan jeruk dapat dianalisis jika telah mencapai waktu panen setelah 90 hari . menurut Win, 2011 dalam [8]

(5)

Prosiding SAINTEK: Sains dan Teknologi Vol.1 No.1 Tahun 2022 5 Eco enzyme atau dalam Bahasa Indonesia disebut eko enzim merupakan larutan zat organik kompleks yang dihasilkan dari proses fermentasi sisa organik, gula, dan air. Cairan Eco enzym ini berwarna coklat gelap dan memiliki aroma yang asam/segar yang kuat (menurut M. Hemalatha, 2020 dalam [9]). Bermula dari penemuan Dr. Rosukon Poompanvong, seorang peneliti dan pemerhati lingkungan dari Thailand.

Inovasi ini memberikan distribusi yang cukup besar bagi lingkungan. Dr. Rosukon juga merupakan seorang pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand (Organic Agriculture Association of Thailand) yang bekerjasama dengan petani di Thailand bahkan Eropa dan berhasil menghasilkan produk pertanian yang bermutu tetapi ramah lingkungan. Dari usaha dan inovasi yang dilakukan ini, ia dianugerahi penghargaan oleh FAO Regional Thailand pada tahun 2003.[9]

Dalam proses fermentasi, terjadi reaksi antara bahan baku dan mikroorganisme dengan reaktan dan hasil sebagai berikut:

CO2 + N2O + O2 → O3 + NO3 + CO3

Setelah menjalani proses fermentasi sempurna, barulah eco-enzyme terbentuk. Hasil samping dari reaksi yang terjadi adalah dihasilkannya residu tersuspensi di bagian bawah yang merupakan sisa zat organik. Residu dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Sedangkan likuid eco-enzyme itu sendiri, dapat dimanfaatkan sebagai pembersih lantai, disinfektan, insektisida, dan cairan pembersih selokan. [10]

Pembuatan eco enzim memberikan dampak yang luas bagi lingkungan secara global baik dilihat dari sisi lingkungan maupun dari segi ekonomi. Dilihat selama proses fermentasi berlangsung, eco enzyme menghasilkan gas O3 yang merupakan gas ozon (menurut Rubin, 2001 dalam [9]). Selain itu, dalam produk ecoenzyme terkandung senyawa Asam Asetat (CH3COOH) yang dapat membunuh kuman, virus dan bakteri.

Sedangkan kandungan Enzyme itu sendiri adalah Lipase, Tripsin, Amilase dan Mampu membunuh /mencegah bakteri Patogen. Selain itu juga dihasilkan NO3 (Nitrat) dan CO3 (Karbon trioksida) yang dibutuhkan oleh tanah sebagai nutrient. Dari segi ekonomi, pembuatan enzim dapat mengurangi konsumsi untuk membeli cairan pembersih lantai ataupun pembasmi serangga. [10]

Parameter keberhasilan dapat dianalisis dari nilai pH, TDS, kadar alkohol, warna, aroma dan volume produk eco enzyme yang dihasilkan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang produk eco enzyme dari kulit buah nanas, kulit buah jeruk berastagi, serta perpaduan antara kulit buah nanas dan jeruk. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan produk eco enzyme berdasarkan waktu inkubasi dan perbedaan bahan baku. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi untuk mengurangi limbah kulit buah nanas dan jeruk berastagi serta limbah organik dari rumah tangga pada umumnya. [10]

(6)

Prosiding SAINTEK: Sains dan Teknologi Vol.1 No.1 Tahun 2022 6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan dilakukan adalah metode penelitian secara kualitatif dengan mengadakan survey dan literasi terhadap beberapa jurnal mengenai manfaat dari penggunaan limbah kulit jeruk sebagai bahan dasar pembuatan eco enzyme yang kemudian penulis akan mengambil beberapa referensi dari berbagai jurnal untuk dijadikan tinjauan literatur. Menurut Robert Groves, survey adalah menghasilkan informasi yang secara alami bersifat statistic atau merupakan bentuk dasar kuantitatif. Metode survey merupakan suatu pendapat terhadap responden terhadap kepercayaan, pendapat, dan karakteristik yang sedang terjadi[11].

Survey akan dilaksanakan pada Bulan Desember 2023 hingga Januari 2024 terhadap 10 orang rekan penulis.

Hasil dan Pembahasan

Fermentasi dalam bidang ilmu biokimia berarti proses katabolisme yang menghasilkan energi. Namun, fermentasi memiliki arti lain dalam bidang ilmu mikrobiologi. Arti dari kata fermentasi menjadi lebih luas jika dibandingkan dengan bidang ilmu biokimia yaitu membentuk produk baru dengan memanfaatkan aktivitas metabolisme mikroorganisme atau bagiannya dengan kualitas yang lebih baik. Maka dari itu fermentasi dapat mencakup produksi sel, enzim, metabolit, produk rekombinan, dan produk transformasi.

menurut Hidayat, dkk. 2020 dalam [8]

Dilansir dari jurnal milik Suprayogi, dkk. Yang diterbitkan pada tahun 2022 dengan judul “Analisis Produk Eco Enzyme dari Kulit Buah Nanas dan Jeruk Berastagi dikatakan bahwa pada penelitian yang dilakukan, penulis mengunakan tambahan mikroorganisme molase dalam proses fermentasi. Sedangkan dalam proses fermentasi, terjadi metabolisme mikroorganisme dari bahan kulit limbah yang digunakan.

Secara tidak langsung proses fermentasi ini memberikan kualitas fisik-kimia dan mikrobiologi produk fermentasi dengan terkontrol dari mikrooganisme pembusuk (menurut Meiyasa dan Nurjanah, 2021 dalam [8]). Mikroorganisme yang terdapat pada limbah kulit buah nanas dan jeruk akan mengeluarkan aroma asam karena terbentuk asam asetat yang kemudian menjadi media untuk pertumbuhan bakteri, kapang, maupun khamir. menurut Mardiyah, 2017 dalam [8]

Selain mengandung Vitamin C, jeruk pun mengandung bebrapa zat mineral lainnya yang bermanfaat bagi tubuh. Rasanya yang masam dan segudang manfaat ternyata tidak hanya dimiliki oleh buah jeruk saja, tetapi kulit jeruk pun dapat bermanfaat dan memiliki daya nilai jual bila dapat diolah dengan baik. Dalam 100 gram buah jeruk, tidak hanya mengandung vitamin C saja tetapi terkandung pula mineral lainnya yaitu, [12]

No Kandungan Satuan (g)

1 Protein 0,9 g

2 Karbohidrat 11,8 g

3 Gula 9,4 g

4 Serat 2,4 g

5 Lemak 0,1 g

Tabel 1. Kandungan dalam buah jeruk per 100 gram

(7)

Prosiding SAINTEK: Sains dan Teknologi Vol.1 No.1 Tahun 2022 7 Indonesia dengan iklim tropis tentunya memiliki buah yang beraneka ragam buah yang tumbuh. Tak hanya buah jeruk, buah nanas pun sering kita jumpai. Buah nanas pun memiliki berbagai macam vitamin dan mineral, antara lain[13]

No Kandungan Nilai per 100 gram

1 Vitamin C 16,9 mg

2 Vitamin B1 0,078

3 Vitamin B6 0,106

4 Asam Folat 11 mg

5 Vitamin A 3 mg

Tabel 2. Kandungan dalam buah nanas per 100 gram

Limbah kulit buah nanas pun dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan eco enzyme. Pemanfaatan limbah kulit nanas dan jeruk menjadi eco enzym ini dapat memberikan manfaat tambahan bagi masyarakat seperti untuk membersihkan lantai atau bisa menjadi desinfektan dengan aroma yang khas fermentasi dan jeruk. (menurut Larasati, dkk., 2020 dalam [8]).

Dalam proses pembuatan ecoenzyme, diperlukan bahan berupa Limbah organik : Gula : Air dengan perbandingan 3 : 2 : 1 dengan alur proses pembuatan sebagai berikut.[14]

Gambar 1. Alur Proses Pembuatan Eco Enzyme

Menurut Larasati, 2020 dalam [1] menyatakan bahwa fermentasi bahan organik melalui mikroorganisme menghasilkan aktivitas enzim menghasilkan gas CO2 dan alkohol. Proses tersebut menyebabkan terjadinya perubahan sifat pada bahan organik. Proses fermentasi limbah sayur dan buah oleh metabolisme bakteri pada kondisi anaerob secara alami menghasilkan ecoenzyme.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Azmah, dkk., 2023, dinyatakan bahwa perbedaan jenis jeruk menghasilkan warna, aroma, penampilan yang berbeda. Peneliti melakukan tes organoleptic terhadap 12 orang responden dan dihasilkan data berupa[15]

Kulit Buah Nanas dan Buah Jeruk

Penimbangan

Pencacahan

Penambahan gula

Fermentasi

Filtrasi

Ecoenzyme

(8)

Prosiding SAINTEK: Sains dan Teknologi Vol.1 No.1 Tahun 2022 8 Gambar 2. Uji Organoleptik terhadap responden mengenai larutan ecoenzyme

Penulis pun melakukan survey terhadap 10 orang responden mengenai seberapa tahu Masyarakat sekitar tentang ecoenzyme ini. Setelah dilakukan survey didapat data berupa

Gambar 3. Kepahaman Masyarakat sekitar mengenai larutan ecoenzyme

Kesimpulan

Eco enzyme adalah zat organik yang berupa larutan kompleks yang dihasilkan dari proses fermentasi limbah organik, gula, dan air. Memiliki karakteristik berwarna coklat gelap serta aroma yang khas. Dalam proses fermentasi yang terjadi, limbah organik yang mengandung karbohidrat diurai menjadi asam volatil.

Limbah organik sisa rumah tangga, pasar, maupun industri tentunya dapat diubah menjadi barang yang bernilai jual seperti dibuat menjadi pupuk serta ecoenzyme. Dalam proses pembuatan ecoenzyme, dihasilkan hasil samping berupa residu tersuspensi yang terletak di bagian bawah yang merupakan sisa limbah organik yang tidak terurai. Bagian cairan adalah ecoenzyme yang dapat digunakan sebagai pembersih lantai, desinfektan, dan insektisida. Bagian residu yang tersuspensi pun tetap dapat digunakan sebagai pupuk organik yang dapat berguna sebagai penyubur tanaman.

0 1 2 3

Warna Aroma Penampilan

Uji Organoleptik Eco Enzyme

Citrus Reticulata Citrus x Sinensis Citrus Limon

0 2 4 6 8

Tahu Tidak Tahu

Kepahaman Masyarakat sekitar mengenai larutan ecoenzyme

(9)

Prosiding SAINTEK: Sains dan Teknologi Vol.1 No.1 Tahun 2022 9 Hanya 2 dari 10 masyarakat yang paham mengenai tentang ecoenzyme ini, sehingga penulis yakin bahwa diangkatnya jurnal ini bermanfaat bagi beberapa Masyarakat yang m asih awam terhadap ecoenzyme ini. Tak hanya sebagai ilmu yang baru, tetapi Masyarakat juga dapat turut menjaga kelestarian lingkungan dengan cara mendaur ulang limbah-limbah organik yang dapat menyebabkan penyakit. Seiras dengan prinsip utama sustainable development yaitu, Pembangunan harus berjalan beriringan dengan pelestarian. Sehingga kemajuan teknologi dapat dicapai diiringi dengan lingkungan yang asri untuk generasi yang akan dating.

Daftar Rujukan

[1] S. Buah and D. A. N. Rimpang, “Eco-Enzyme dari Fermentasi Sampah Organik,” vol. 4, 2023.

[2] D. Suhasman, “Kajian Lingkungan Tempat Pemilahan Sampah di Kota Makasar,” J. Inov. dan Pelayanan Publik Makasar, vol. 1, pp. 14–27, 2017, [Online]. Available: https://bppd-makassar.e-journal.id/inovasi-dan- pelayanan-publik/article/view/25%0Ahttps://bppd-makassar.e-journal.id/inovasi-dan-pelayanan-

publik/article/download/25/13.

[3] J. Dobiki, “Analisis Ketersedian Prasarana Persampahan Di Pulau Kumo Dan Pulau Kakara Di Kabupaten Halmahera Utara,” J. Spasial Vol., vol. 5, no. 2, pp. 220–228, 2018.

[4] N. Ademollo et al., “The analytical problem of measuring total concentrations of organic pollutants in whole water,” Trends Anal. Chem., vol. 36, pp. 71–81, 2012, doi: 10.1016/j.trac.2012.01.008.

[5] T. C. G. Oliveira, C. Caleja, M. B. P. P. Oliveira, E. Pereira, and L. Barros, “Reuse of fruits and vegetables biowaste for sustainable development of natural ingredients,” Food Biosci., vol. 53, no. April, p. 102711, 2023, doi: 10.1016/j.fbio.2023.102711.

[6] Y. A. Hajam, R. Kumar, and A. Kumar, “Environmental waste management strategies and vermi transformation for sustainable development,” Environ. Challenges, vol. 13, no. April, p. 100747, 2023, doi:

10.1016/j.envc.2023.100747.

[7] N. Benny, R. Shams, K. K. Dash, V. K. Pandey, and O. Bashir, “Recent trends in utilization of citrus fruits in production of eco-enzyme,” J. Agric. Food Res., vol. 13, no. May, p. 100657, 2023, doi:

10.1016/j.jafr.2023.100657.

[8] D. Suprayogi, R. Asra, and R. Mahdalia, “Analisis Produk Eco Enzyme dari Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L.) dan Jeruk Berastagi (Citrus X sinensis L.),” J. Redoks, vol. 7, no. 1, pp. 19–27, 2022, doi:

10.31851/redoks.v7i1.8414.

[9] N. Rochyani, R. L. Utpalasari, and I. Dahliana, “Analisis Hasil Konversi Eco Enzyme Menggunakan Nenas ( Ananas comosus ) dan Pepaya( Carica papaya L .),” vol. 5, pp. 135–140, 2016.

[10] Eviati & Sulaeman, “Analisa Kimia Tanah, Tanaman, Air Dan Pupuk. Bogor : Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian,” 2009.

[11] R. Groves, “Survey Methodology,” vol. 2, 2010.

[12] T. Widiyani, O. P. Astirin, E. Herawati, S. Listyawati, and A. Budiharjo, “Peningkatan Kualitas Dan Kuantitas Produk Umkm Sari Buah Jeruk Sebagai Minuman Imunostimulan Alami Untuk Menarik Daya Beli Masyarakat di Masa Pandemi,” Sarwahita, vol. 19, no. 01, pp. 182–192, 2022, doi: 10.21009/sarwahita.191.16.

[13] Ek. Sulistiono, “Buah Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) sebagai Sebagai Em-Organik Untuk Meningkatkan Produktifitas Tambak,” J. Enviscience, vol. 1, no. 1, p. 4, 2017, doi: 10.30736/jev.v1i1.89.

[14] N. H. Nur Faidah Munir, Sriwati Malle, “Karakteristik Fisikokimia Ekoenzim Limbah Kulit Jeruk Pamelo

(10)

Prosiding SAINTEK: Sains dan Teknologi Vol.1 No.1 Tahun 2022 10 (Citrus maxima (Burm.) Merr.) dengan Variasi Gula,” pp. 631–637.

[15] A. Nururrahmani, M. R. Hibatulloh, R. A. Nabila, and P. Djuarsa, “Ekoenzim dari Berbagai Jenis Kulit Jeruk,”

2021.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pelatihan pengolahan sampah organik menjadi eco enzyme bagi masyarakat khususnya pedagang buah dan sayur

Eco-enzyme yang berasal dari kulit buah nanas mampu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab jerawat, yaitu S.aureus dan P.acnes dengan nilai KHM 50% karena mengandung tanin dan saponin

Hasil Produk Eco-enzyme Penerapan TTG melibatkan masyarakat dan kelompok tani untuk diajak merasakan manfaat yang dihasilkan dari kegiatan sosialisasi dan praktek pemanfaatan sampah