1
PEMANFAATAN Trigona sp. (Hymenoptera: Meliponinae) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI POLONG KACANG PANJANG
(Vigna sinensis L.) (Savi ex Hassk) DI PALAK JUHA VII KOTO PADANG PARIAMAN
Rivaldi Putra Jamal, Jasmi, Novi
Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat
e-mail: [email protected] ABSTRAK
Long beans is one of the agricultural community of West Sumatra. One of the areas in West Sumatra that produces long beans are Pariaman. Survey on the BPS office showed there has been a decline in production of beans in this area, seen from the data in 2012 planting area 18 ha, the production of 48.0 / ton, in 2013 planting area 39 ha, production 43.1 / ton. The decline in production is estimated to pollinate the crops of beans do not go well because not all the flowers that managed to become pods. This study aims to determine the role of Trigona sp.
in increasing the production of pods of beans by using colony Trigona sp. in pollinating plants beans. The research was conducted in the village of Palak Juha VII Koto Padang Pariaman in April-May 2016. This study used an experimental method of two treatments, using bees and without bees with one long bean treatment plant using 10 units of long beans. Total interest chickpea using bee at the age of 37-43 days is 131 and the flower that manages to be pollinated pods after 15 days at 111 pods. Total interest long beans without using bee at the age of 37-43 days is 137 flowers and who managed to become pods after 15 days of self-pollination is 99 pods.
Keywords : Utilization , long beans ( Vigna sinensis L. ) ( Savi ex Hassk ) , Production , Trigona sp . PENDAHULUAN
Kacang panjang adalah salah satu hasil pertanian masyarakat di Sumatera Barat. Hasil pertanian ini sangat mudah ditemukan pada pasar-pasar tradisional di daerah ini. Kacang panjang banyak dikonsumsi masyarakat Sumatera Barat sebagai sayuran dan biasanya digunakan sebagai bahan pelengkap makanan.
Kacang panjang merupakan tanaman yang memilki habitus herba (Backer and Brink, 1968), dan merupakan jenis tanaman semusim yang bersifat memanjat dengan membelit. Kacang panjang sangat digemari oleh setiap orang karena rasanya enak dan gurih. Selain itu, kacang panjang banyak mengandung zat gizi seperti protein dan vitamin A, Vitamin B, dan vitamin C (Sunarjono, 2007).
Salah satu daerah yang memproduksi kacang panjang di Sumatera Barat adalah Pariaman. Berdasarkan survey yang
dilakukan pada kantor Badan Pusat Statistik (BPS, 2014) telah terjadi penurunan produksi kacang panjang di daerah Pariaman, hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh sebagai berikut, pada tahun 2012 luas tanam 18ha, produksinya 48.0/ton. Sedangkan pada tahun berikutnya 2013 luas tanam 39ha, produksinya hanya 43.1/ton. Daerah lain di Sumatera Barat yang juga mengalami penurunan produksi kacang panjang adalah daerah Belimbing di kota Padang. Survey pada beberapa petani kacang panjang di daerah tersebut mengungkapkan bahwa jumlah bunga pada kacang panjang adalah sekitar 70 bunga, namun bunga yang berkembang menjadi polong hanya sekitar 50-55 polong saja, berarti persentase bunga yang berkembang jadi polong hanya sekitar 74% dan sekitar 26% tidak berkembang menjadi polong .Berdasarkan kondisi ini diperkirakan kegagalan bunga kacang panjang berkembang menjadi polong disebabkan
2 proses penyerbukan pada tanaman kacang panjang tidak berjalan dengan baik.
Penyerbukan adalah proses perpindahan tepung sari dari anther ke stigma sebagai proses perkawinan.
Tumbuhan tidak dapat bergerak melakukan perkawinan untuk melaksanakan reproduksi seksual maka tumbuhan membutuhkan sarana bantuan dari luar untuk membantu proses penyerbukan (Widhiono, 2015).
Tanaman memerlukan agen sebagai pembantu penyerbukan dan lebah madu merupakan serangga yang berpotensi melakukan kerja tersebut di samping angin (Liferdi, 2008).
Salah satu jenis lebah madu yang berfungsi sebagai serangga penyerbuk adalah Trigona sp. Trigona sp. atau dikenal dengan nama Galo-galo, merupakan lebah yang termasuk ke dalam golongan lebah tak bersengat. Lebah tersebut menghasilkan madu, dan juga berfungsi sebagai serangga penyerbuk (Salmah, 1990).
Galo-galo sangat membantu proses penyerbukan di alam, terutama di hutan- hutan begitu juga untuk tanaman yang mempunyai bunga yang kecil, dimana serangga lain agak sukar untuk melakukan penyerbukan (Salmah, 1989). Sehubungan dengan hal di atas maka telah dilakukan penelitian tentang Pemanfaatan Trigona sp.
(Hymenoptera: Meliponinae) untuk meningkatkan produksi polong kacang panjang (Vigna sinensis L.) (Savi ex Hassk) di Palak Juha VII Koto Padang Pariaman.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2016 di Palak Juha VII Koto Kabupaten Padang Pariaman, parameter yang diamati dilapangan adalah jumlah bunga menjadi polong, sedangkan untuk pengukuran parameter seperti berat
polong, jumlah biji, dan panjang polong dilakukan di Laboratorium Botani STKIP PGRI Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dua perlakuan. Perlakuan pertama, tanaman kacang panjang menggunakan lebah dan perlakuan kedua tanaman kacang panjang tanpa menggunakan lebah.
Tahapan pelaksanaan penelitian dilapangan meliputi: lebah dimasukkan ke dalam rumah percobaan tanaman kacang panjang yang menggunakan lebah pada saat usia kacang panjang berumur 37- 43 hari.
Pada hari ke 37- 43 tersebut, bunga yang muncul akan ditandai dengan pemberian label pada tangkai bunga tanaman kacang panjang yang menggunakan lebah dan tanaman kacang panjang tanpa menggunakan lebah. Koloni lebah dimasukkan kedalam rumah percobaan tanaman kacang panjang yang menggunakan lebah pada pukul 19.00 WIB dan pengamatan akan dilakukan besoknya setiap pukul 08.00- 10.00 WIB selama satu minggu. Koloni lebah dikeluarkan dari rumah percobaan setelah dilakukan pengamatan. Setelah hari ke 43, koloni lebah tidak lagi dimasukkan kedalam rumah percobaan tersebut. Panen polong kacang panjang dilakukan setelah 15 hari diserbuki dan bersamaan dengan tanaman kacang panjang tanpa menggunakan lebah juga ikut dipanen, panen dilakukan dengan cara memotong tangkai polong kacang panjang dengan gunting agar tidak merusak tanaman. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan rumus t-test. (Sudjana, 2001).
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Hasil penelitian pemanfaatan Trigona sp. (Hymenoptera: Meliponinae) untuk meningkatkan produksi polong kacang panjang (Vigna sinensis L.) (Savi ex Hassk) ditampilkan pada Tabel 1, 2, 3 di bawah ini.
Tabel 1. Rata-rata jumlah bunga, jumlah bunga yang menjadi polong, berat polong, jumlah biji, dan panjang polong tanaman kacang panjang menggunakan lebah dan tanpa menggunakan lebah
Waktu Pengamatan
(Hari)
Jumlah Bunga Kacang panjang
Jumlah bunga yang menjadi
polong
Berat polong
(gr) Jumlah Biji Panjang polong
L TL L TL L TL L TL L TL
1 17 19 14 13 447.1 393,4 271 225 76,29 61,93
2 17 18 13 15 298,1 256,3 246 239 72,18 57,62
3 19 18 17 14 457,3 350,7 274 226 69,60 55,15
4 19 19 16 14 464,3 308,7 277 203 73,01 55,79
5 22 25 20 18 484,5 296,2 286 234 71,31 51,83
6 19 16 14 10 311,5 167,5 197 125 70,55 52,41
7 18 22 17 15 289,3 286,2 192 129 69,31 69,06
Jumlah 131 137 111 99 2752,1 2059 1743 1381 502,25 403,79 Rata-rata 18,71 19,57 15,86 14,14 393,16 294,14 249 197,29 71,75 57,68 L : Menggunakan Lebah
TL : Tanpa Menggunakan Lebah
Tabel 2. Hasil analisis t-test pemanfaatan Trigona sp. untuk meningkatkan produksi polong kacang panjang di Palak Juha VII Koto Padang Pariaman
Perlakuan Jumlah bunga menjadi polong
Berat polong (gr) Jumlah Biji panjang polong
thitung ttabel thitung ttabel thitung ttabel thitung ttabel
Menggunakan Lebah dan tanpa
menggunakan lebah
1,34ns 2,18 2,32* 2,18 2,19* 2,18 5,77** 2,18
ns : Non signifikan/ Tidak berbeda nyata (thitung < ttabel α 5%)
* : Berbeda nyata (thitung > ttabel α 5%)
** : Berbeda sangat nyata (thitung > ttabel α 1%)
Tabel 3. Pengukuran unsur cuaca di sekitar lokasi penelitian meliputi suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan lama penyinaran matahari.
Waktu Pengamatan
Suhu (0C)
Kelembaban (%)
Kecepatan Angin (Knot)
Lama penyinaran matahari (jam)
1 26,2 91 1,3 3,6
2 27,2 89 1,6 6,2
3 25,4 94 1,9 2,4
4 25,8 92 1,1 1,7
5 26 87 2,6 9,1
6 26,4 87 0,5 7
7 25,2 96 0,8 7
Rentangan 25,2-27,2 87-96 0,5-2,6 1,7-9,1
Sumber data: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG Sicincin, 2016).
4 PEMBAHASAN
a. Jumlah bunga yang menjadi polong Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan tidak adanya perbedaan jumlah bunga yang menjadi polong pada tanaman kacang panjang yang menggunakan lebah dengan tanaman kacang panjang tanpa menggunakan lebah.
Tidak berbedanya hasil dari jumlah bunga yang menjadi polong ini disebabkan karena kecilnya peluang penyerbukan yang dapat dilakukan serangga pada tanaman kacang panjang. Mengacu pada Haryanto dkk (2007) yang menyatakan bahwa bunga kacang panjang merupakan tipe bunga menyerbuk sendiri, namun penyerbukan silang dengan bantuan serangga dapat juga terjadi dengan kemungkinan 10%. Kecilnya persentase kemungkinan penyerbukan yang dapat dilakukan serangga pada tanaman kacang panjang tersebut menyebabkan tidak terdapatnya perbedaan antara jumlah bunga yang menjadi polong pada tanaman kacang panjang menggunakan lebah dengan tanaman kacang panjang tanpa menggunakan lebah.
b. Berat polong
Dilihat dari berat polong tanaman kacang panjang yang menggunakan lebah dengan tanaman kacang panjang tanpa menggunakan lebah pada penelitian ini didapatkan hasil yang berbeda, ini diduga karena kerja dari lebah sebagai serangga penyerbuk sudah berhasil mentransfer serbuk sari ke kepala putik sehingga proses penyerbukan dapat terjadi dan dapat menghasilkan polong dengan bobot yang lebih berat karena memiliki jumlah biji yang lebih banyak pada perlakuan menggunakan lebah. Peran serangga penyerbuk adalah dalam aktivitas pencarian pakan, dalam mengunjungi bunga serangga secara tidak sengaja memindahkan tepung sari dari anther ke stigma yang merupakan proses penyerbukan (Widhiono, 2015).
Pada penelitian ini jika dipersentasekan kenaikan berat didapat sebesar 33,66%.
c. Jumlah biji
Dilihat dari jumlah biji kacang panjang antara tanaman kacang panjang
menggunakan lebah dengan tanaman kacang panjang tanpa menggunakan lebah menunjukkan jumlah yang juga berbeda.
Didapatkan hasil berbeda dari jumlah biji dalam polong kacang panjang yang menggunakan lebah ini diduga karena pada saat lebah hinggap pada bunga kacang panjang Trigona sp. dapat menggetarkan bunga tersebut sehingga berhasil mentransfer serbuk sari ke kepala putik.
Hasil transfer serbuk sari yang banyak ke kepala putik akan mempengaruhi jumlah biji yang terdapat di dalam polong. Suhri (2015) melaporkan dalam penelitiannya bahwa kehadiran serangga penyerbuk pada tanaman tomat juga dapat meningkatkan jumlah biji dalam buah tersebut sebesar 189%. Pada penelitian ini Jika dipersentasekan kenaikan jumlah biji polong kacang panjang adalah 26,21%.
d. Panjang polong
Panjang polong kacang panjang yang didapatkan dalam penelitian ini berbeda antara panjang polong kacang panjang yang menggunakan lebah dengan tanpa menggunakan lebah. Terdapatnya perbedaan ini diduga dipengaruhi oleh jumlah biji yang terdapat dalam polong tersebut. Jika dilihat dari jumlah biji dalam polong kacang panjang yang menggunakan lebah dalam penelitian ini memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan kacang panjang tanpa menggunakan lebah. Jika dalam satu polong kacang panjang terdapat banyak biji maka jumlah biji tersebut akan mempengaruhi ukuran panjang dari polong kacang panjang tersebut. Auoar-sadli et al dan Kingha et al dalam Widhiono (2015) menyatakan bahwa bunga kacang panjang yang dikunjungi oleh serangga penyerbuk mempunyai ukuran polong yang lebih panjang dan jumlah biji yang lebih banyak.
Hal ini sesuai dengan yang didapatkan dari hasil penelitian dimana ukuran panjang polong kacang panjang yang menggunakan lebah lebih panjang dari polong kacang panjang tanpa menggunakan lebah karena polong kacang panjang yang menggunakan lebah memiliki jumlah biji yang lebih banyak.
Panjang polong jika dipersentasekan memperlihatkan kenaikan sebesar 24,38%.
5 Kunjungan Trigona pada bunga kacang panjang dapat menggetarkan tangkai benang sari, sehingga putik dapat menerima serbuk sari dan proses penyerbukan pada bunga kacang panjang berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan mutu produksi polong yang diperlukan untuk konsumsi dan budidaya.
Dari Tabel 3 terlihat bahwa rentangan suhu pada kisaran yang termasuk rendah untuk aktivitas Trigona sp. yaitu 25,2ºC-27,20C. Suhu yang rendah tersebut dapat mengurangi tingkat aktivitas kunjungan Trigona sp. pada bunga sehingga proses penyerbukan bunga untuk menjadi polong berjalan kurang baik.
Menurut Amano (2004) dalam Guntoro (2013) Trigona sp. tidak bisa bertoleransi dengan suhu rendah, tetapi Trigona bisa bertahan pada suhu 34 - 36ºC karena Trigona sp. lebih kuat pada suhu panas ketimbang Apis.
Persentase kelembaban juga termasuk tinggi yaitu mencapai 96%.
Tingginya persentase kelembaban ini juga turut mengganggu aktivitas kunjungan Trigona sp. pada bunga. Menurut Ruslan (2015), kelembaban mempengaruhi lebah dalam mencari pakan. Tingginya persentase kelembaban menyebabkan kandungan gula dalam nektar yang disekresikan oleh bunga lebih rendah. Jika nektar yang disekresikan oleh bunga rendah, maka aktivitas kunjungan Trigona sp. pada bunga akan rendah pula sehinga proses penyerbukan berjalan kurang baik dan dapat berpengaruh terhadap jumlah bunga yang menjadi polong.
Pengukuran kecepatan angin didapatkan hasil yang sangat mendukung aktivitas kunjungan lebah khususnya Trigona sp. jika dilihat pada Tabel 3 di atas, terlihat kecepatan angin yang tidak terlalu kuat yang hanya berkisar antara 0,5-2,6 knot sehingga tidak akan mengganggu aktivitas terbang lebah dalam mengunjungi bunga. Sedangkan untuk lama penyinaran matahari juga termasuk tinggi mencapai 9,1 jam. Lebah sangat memerlukan cahaya dalam beraktivitas. Kunjungan lebah pada bunga sangat ditentukan oleh cahaya, karena lebah akan memulai aktifitas ketika cahaya sudah muncul.
KESIMPULAN
Jumlah bunga kacang panjang yang menggunakan lebah saat berumur 37-43 hari adalah sebanyak 131 bunga dan yang berhasil menjadi polong setelah 15 hari diserbuki adalah sebanyak 111 polong.
Jumlah bunga kacang panjang tanpa menggunakan lebah saat berumur 37-43 hari adalah sebanyak 137 bunga dan jumlah bunga yang berhasil menjadi polong setelah 15 hari penyerbukan sendiri adalah sebanyak 99 polong. Trigona sp. dapat meningkatkan produksi kacang panjang pada berat polong dengan persentase kenaikan 33,66%, jumlah biji yang lebih banyak dengan persentase kenaikan sebesar 26,21% dan panjang polong dengan persentase kenaikan sebesar 24,38%. Faktor cuaca yang diukur seperti suhu, kelembaban, kecepatan angin dan lama penyinaran matahari didapatkan rata-rata suhu 25,2- 27,2ºC, kelembaban 87-96%, kecepatan angin 0,5-2,6 knot dan lama penyinaran matahari 1,7-9,1 jam.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Jasmi, M.Si, Ibu Novi, M.Si, Ibu Rina Widiana, M.Si, Bapak Abizar, M.Si dan Bapak Rizki, S.Si., M.P yang telah memberikan banyak saran, kritikan serta masukan dalam penulisan artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA
Backer, C. A. and Brink, R, C. B. V. D.
1968. Flora of Java (Spermatophytes Only) Vol. I Gymnospermae, Families 1-7 Angiospermae, Families 8-110. Wolters-Noordhoff N. V.
Groningen – The Netherland.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2016. Data Iklim Stasiun Klimatologi Sicincin (Kab. Padang Pariaman). Stasiun Klimatologi Sicincin. Sumatera Barat.
Badan Pusat Statistik. 2014. Pariaman Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat. Padang.
Guntoro, Y. P. 2013. Aktivitas dan Produktivitas Lebah Trigona
6 laeviceps di Kebun Polikultur dan Monokultur Pala (Myristica fragrans). Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan.
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, 2007.
Budidaya Kacang Panjang. Penebar Swadaya, Jakarta.
Liferdi, L. 2008. Lebah Polinator Utama Pada Tanaman Hortikultura. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika.
Iptek Hortikultura No. 4-Agustus 2008.
Ruslan, W., Afriani, Miswan, Elijonnaldi, Nurdiyah, M. Sataral, Fitrallisan dan Fahri. 2015. Frekuensi Kunjungan Lebah Apis cerana dan Trigona sp.
Sebagai Penyerbuk pada Tanaman Brassica rapa. Jurnal of Natural Science Vol 4 (1):65-72.
Salmah, S. 1989. Jenis lebah penghasil madu dan potensinya di sumatera barat. Laporan penelitian. BKS-B dan USAID Pusat Penelitian Universitas Andalas. Padang.
Salmah, S. 1990. Penyuluhan Cara Beternak Lebah Madu. Team FMIPA Universitas Andalas. Padang.
Sudjana. 2001. Metoda Statistika Edisi Keenam. Tarsito. Bandung.
Suhri, A. G. M. I. 2015. Diversitas, Aktivitas Kunjungan, dan Efektivitas Lebah Penyerbuk pada Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill: Solanaceae). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sunarjono. H. 2007. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Bogor.
Widhiono. I . 2015. Strategi Konservasi Serangga Pollinator. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.