• Tidak ada hasil yang ditemukan

pembagian harta warisan berdasarkan - UMSU REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pembagian harta warisan berdasarkan - UMSU REPOSITORY"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

Masyarakat Batak Toba di Desa Simasom Toruan Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara belum menjadikan waris Islam sebagai aturan dalam pembagian harta warisan, namun masih menggunakan hukum adat dalam urusan waris. PEMBAGIAN PROPERTI WISATA BERDASARKAN HUKUM ADAT BATAK PADA MASYARAKAT MUSLIM DI DESA SIMASOM TORUAN KECAMATAN PAHAE JULU KABUPATEN TAPANULI UTARA.

  • Latar Belakang
    • Rumusan masalah
    • Faedah penelitian
  • Tujuan Penelitian
  • Defenisi Operasional
  • Keaslian Penelitian
  • Metode Penelitian
    • Jenis dan Pendekatan Penelitian
    • Sifat Penelitian
    • Sumber Data
    • Alat Pengumpulan Data
    • Analisis data

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pembagian Harta Warisan Berdasarkan Hukum Adat Batak Pada Masyarakat Muslim di Desa Simasom Toruan Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara.” Apa yang menjadi faktor masyarakat Batak Desa Simasom Toruan yang beragama Islam menggunakan hukum adat sebagai hukum pembagian harta warisan?

Hukum Waris Di Indonesia

Hukum adat pusaka adalah hukum adat yang memuat serangkaian ketentuan tentang sistem dan prinsip hukum waris, tentang harta pusaka, ahli waris dan ahli waris, dan bagaimana harta warisan berpindah dari ahli waris kepada ahli waris. Hukum waris adat adalah undang-undang yang memuat serangkaian ketentuan mengenai sistem dan prinsip hukum kewarisan, tentang harta pusaka, ahli waris dan ahli waris, serta cara pemindahan harta pusaka dari seorang ahli waris kepada ahli waris lainnya. Undang-undang pewarisan adat mengandungi peraturan yang mengawal proses pewarisan dan pemindahan aset ketara dan tidak ketara daripada manusia kepada keturunan mereka. Undang-undang pewarisan konvensional termasuk norma undang-undang yang menentukan apakah kekayaan ketara dan tidak ketara milik seseorang yang boleh diturunkan kepada keturunan mereka.

Dengan demikian, hukum adat merupakan aturan hukum yang mengatur cara mewariskan dan mewariskan harta benda yang berwujud dan tidak berwujud secara turun temurun. Selanjutnya Belanda menanamkan seolah-olah hukum adat adalah milik masyarakat nasional, sedangkan hukum Islam milik orang asing. 19 Agus Wantaka, Pembagian warisan dari sudut pandang hukum Islam dan hukum adat Jawa (studi banding), Jurnal Prosiding Al Hidayah Ahwal Asy-Syakhshiya, Vol.

Waris ialah undang-undang yang mengatur pemindahan harta peninggalan si mati dan akibatnya kepada waris.

Pelaksanaan Pembagian Warisan

Masyarakat Batak Toba merupakan masyarakat yang mempunyai hukum adat yang masih kuat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tradisi Batak Toba terdapat suatu keistimewaan yang masih dilakukan oleh masyarakat Batak Toba di pedalaman yaitu dalam hal pembagian harta warisan, dalam pembagian kedudukan anak perempuan tidak diwajibkan. , namun kedudukan anak laki-laki diutamakan. Pembagian harta warisan Batak Toba yang lebih menitikberatkan pada anak laki-laki dan mengabaikan kedudukan anak perempuan, sangat bertentangan dengan pembagian harta warisan menurut hukum perdata (burgerlijk wetboek).

Hukum dalam masyarakat Batak Toba adalah anak laki-laki dianggap sebagai ahli waris dan perempuan tidak dianggap sebagai ahli waris. Buana Nadapdap, “Distribusi Warisan Budaya Masyarakat Batak Toba (Studi Kasus Masyarakat Batak Toba Kota Pekanbaru)”, dalam Jurnal Jom Fisip Vol. 21Buana Nadapdap, Sebaran Warisan Masyarakat Batak Toba (Studi Kasus Masyarakat Batak Toba Kota Pekanbaru), Jom Fisip Vol.

Ahli waris (AW) adalah orang yang secara sah menerima warisan (HW) dari ahli waris (P) dan mempunyai hubungan darah dengan ahli waris (P) atau kawin dengan ahli waris (P).

Gambaran Umum Masyarakat muslim di desa Simasom Toruan

Bahagian mutlak (Legitime portie) ialah bahagian harta pusaka yang diberikan oleh undang-undang kepada ahli waris dalam garis lurus ke atas dan ke bawah. Bahagian mutlak (legitieme portie) diberikan oleh undang-undang kepada setiap waris dalam talian terus, dan bukan kepada semua yang sah bersama-sama. Jika pasangan suami isteri tidak mempunyai anak lelaki, harta pusaka jatuh kepada saudara lelaki (saudara lelaki bapa).

Simasom Toruan adalah sebuah desa di kecamatan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Indonesia. 25 Wawancara Sapriatno Panggabean, Kepala Desa Simasom Toruan, 16 September 2020 di kantor Kepala Desa Simasom Toruan. Masyarakatnya sebagian besar berprofesi sebagai petani, sebagian masyarakat Simasom Toruan menganut agama Islam dan Kristen sehingga dari segi agama masyarakatnya cenderung lebih condong pada adat istiadat maupun dalam hal pewarisan dalam pembagian harta warisan, dari masyarakat Simasom Masyarakat Toruan lebih banyak yang beragama Nasrani dibandingkan yang beragama Islam. Dari 1612 warga Desa Simasom Toruan, 30 kepala keluarga beragama Islam dan sisanya 301 beragama Kristen, sehingga dalam hal pembagian harta warisan, masyarakat Islam cenderung menggunakan hukum adat.

Masyarakat Muslim Batak di Desa Simasom Toruan Kecamatan Pahae Julu berarti seluruh suku atau masyarakat Batak yang beragama Islam, baik laki-laki maupun perempuan, dewasa muda maupun lanjut usia yang tinggal di Desa Simasom Toruan Kecamatan Pahae Julu dengan ibukotanya. Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara yang berjarak sekitar 302,4 km dari ibu kota provinsi Sumatera Utara yaitu kota Medan.

Pemahaman masyarakat Muslim desa simasom toruan terhadap

Semua waris sama ada lelaki dan perempuan mempunyai hak yang sama seperti ahli waris. 1 Sisa Anak atau asabah  Dapatkan asabah Jika dia bersendirian jika tiada waris lain. Atuk mendapat 1/6 dan ashabah jika ada anak perempuan atau cucu lelaki.

Rehat atau Asabah Dapat Asabah dengan cucu jika tiada anak lelaki, cucu dapat 2, perempuan 1 bahagian. Sebagai contoh, si mati meninggalkan tiga orang cucu lelaki dan empat perempuan, maka harta itu dibahagikan kepada 10 bahagian. 1/3 Jika 2 atau lebih, lelaki atau perempuan, samalah jika tiada anak, cucu, bapa, datuk.

2 Perempuan tidak menerima harta Perempuan boleh menerima harta jika diluluskan oleh waris lelaki.

Penyelesaian Sengketa Warisan Di Masyarakat Simasom Toruan Terhadap

  • Penyelesaian di Luar pengadilan
  • Penyelesaian di pengadilan

Lembaga adat merupakan lembaga musyawarah mufakat adat adat Batak yang terdiri dari para pemuka adat dan pemuka yang benar-benar memahami penguasaan dan penghayatan adat istiadat Batak Toba. Jika proses marhata (musyawarah keluarga) dilakukan bersama anggota keluarga, dan tidak ada kesepakatan penyelesaian, maka permasalahan tersebut dapat dirujuk ke lembaga adat untuk diselesaikan oleh tokoh adat. Biasanya, ketika menyelesaikan perselisihan melalui litigasi, perdamaian jarang ditemukan di antara para pihak.

Pada umumnya masyarakat menghindari cara penyelesaian sengketa melalui pengadilan, selain karena merasa malu, mereka juga menggunakan pengadilan sebagai upaya terakhir jika merasa semua cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang mereka gunakan menemui jalan buntu, karena selain karena caranya yang rumit, juga membutuhkan waktu yang lama. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber selaku Ketua Adat31, dalam penyelesaian sengketa waris pada masyarakat Batak desa Simasom Toruan, musyawarah dan mufakat lebih dominan, dan musyawarah mufakat antar keluarga dinilai tidak mampu menyelesaikan permasalahan tersebut. masalah. , maka permasalahan tersebut akan diselesaikan oleh tokoh adat melalui lembaga adat. Apabila tidak terselesaikan maka akan ditempuh penyelesaian hukum negara melalui pengadilan karena dirasa mempunyai kepastian hukum dan dianggap mampu mengikuti perubahan dan perkembangan zaman yang terjadi. Untuk perkara sengketa waris yang diselesaikan melalui lembaga adat, terdapat dua perkara yang diselesaikan, sedangkan tidak ada yang diselesaikan melalui pengadilan.

31 Wawancara Midian Panggabean, tokoh adat desa Simasom Toruan, 15 September 2020, di rumah tokoh adat.

Faktor masyarakat batak yang beragama islam menggunakan hukum adat

Masyarakat di desa Simasom Toruan tidak seluruhnya beragama Islam, ada juga yang beragama Kristen, sehingga dapat dikatakan masyarakatnya bercampur menjadi satu. Sebab, menurut mereka, mereka lebih dulu mengenal pemahaman sistem adat yang diajarkan nenek moyang mereka dan bukan hukum Islam yang muncul setelah hukum adat. Sebaliknya kepatuhan mereka terhadap hukum adat merupakan bagian dari jati diri mereka sebagai orang Batak.

Sejak masa kanak-kanak, masyarakat telah mengalami proses sosialisasi, sehingga lama kelamaan menjadi suatu kebiasaan untuk menaati aturan-aturan tersebut. Implikasinya adalah bukan hal yang aneh jika orang mengikuti aturan lain hanya untuk mengidentifikasi diri dengan kelompok lain tersebut. Dalam adat Batak, urusan perkawinan, pewarisan, dan kematian merupakan perkara yang syarat-syaratnya diatur dengan sangat rinci dalam hukum adat.

Dengan demikian penjelasan di atas memberikan penjelasan yang konklusif bahwa faktor penyebabnya adalah masyarakat Batak Islam desa Simasom Toruan ternyata masih menggunakan hukum adat dalam praktek hukum warisnya.

Kesimpulan

Dalam proses penyelesaiannya, jika terjadi perselisihan di masyarakat Muslim Batak desa Simasom Toruan, maka ahli waris lebih memilih menempuh jalur di luar pengadilan dengan berkonsultasi terlebih dahulu kepada pihak keluarga yang sudah lanjut usia. Apabila cara perundingan baik melalui musyawarah maupun melalui lembaga adat tidak berhasil bagi kedua belah pihak, maka dapat mengajukan permohonan ke pengadilan agama. Setelah adanya undang-undang tentang peradilan agama, ditegaskan bahwa bagi yang beragama Islam, jika taat dan tunduk pada hukum Islam, maka pembagian harta warisannya harus sesuai dengan hukum Islam. pengadilan agama.

Apabila perselisihan pembagian harta warisan diselesaikan dengan menggunakan hukum waris Islam, maka diketahui siapa ahli waris yang termasuk dalam harta warisan tersebut dan berapa besar penghasilan masing-masing ahli waris.

Saran

Apabila masyarakat Muslim Batak menggunakan hukum waris Islam, maka penyelesaian sengketa waris akan mengutamakan musyawarah berdasarkan hukum Islam jika terjadi sengketa waris, dan ahli waris serta orang lain beritikad baik dengan mengutamakan rasa kekeluargaan. Juli – Desember 2019 Pembagian Warisan Masyarakat Batak Toba (Studi Kasus Masyarakat Batak Toba Kota Pekanbaru), Jom Fisip Vol. Mengapa masyarakat Islam di Desa Simasom Toruan menggunakan hukum adat waris sebagai dasar pembagian harta warisan?

Mengenai hal ini saya ingin bertanya kepada Opung tentang proses pembagian harta warisan di desa ini. Saat ini saya sedang menyelesaikan tugas akhir saya. Sehubungan dengan hal tersebut saya ingin bertanya mengenai proses penyelesaian sengketa waris di desa Simasomtoruan. Bagaimana proses penyelesaian perselisihan antar ahli waris jika terjadi permasalahan pembagian harta warisan di desa Simasom Toruan.

Saat ini saya sedang menyelesaikan tugas akhir saya. Sehubungan dengan hal tersebut saya ingin bertanya mengenai faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Batak Muslim tidak menggunakan syariat Islam sebagai landasan pembagian harta warisan. I: Masalah tidak digunakannya sebenarnya karena masyarakat kita kurang memahami hukum Islam.

Referensi

Dokumen terkait