• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Pembentukan Karakter Religius Siswa Melalui Pembiasaan Pembacaan Asmaul Husna Di SMP Sultan Agung Seyegan Sleman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Pembentukan Karakter Religius Siswa Melalui Pembiasaan Pembacaan Asmaul Husna Di SMP Sultan Agung Seyegan Sleman"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Risalah: Jurnal Pendidikan dan Studi Islam

P-ISSN : 2085-2487; E-ISSN : 2614-3275 Vol. 9, No. 3, (September) 2023.

Journal website: jurnal.faiunwir.ac.id

Research Article

Pembentukan Karakter Religius Siswa Melalui Pembiasaan Pembacaan Asmaul Husna Di SMP Sultan Agung Seyegan

Sleman

Fathiyatun Nisa Ihsanti

Program Magister Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, [email protected]

Copyright © 2023 by Authors, Published by Risalah: Jurnal Pendidikan dan Studi Islam. This is an open access article under the CC BY License (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0).

Received : June 7, 2023 Revised : July 16, 2023

Accepted : August 22, 2023 Available online : September 25, 2023

How to Cite: Fathiyatun Nisa Ihsanti. 2023. “Pembentukan Karakter Religius Siswa Melalui Pembiasaan Pembacaan Asmaul Husna Di SMP Sultan Agung Seyegan Sleman”. Risalah, Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam 9 (3):1363-73. https://doi.org/10.31943/jurnal_risalah.v9i3.600.

Abstract. This study aims to determine the process of carrying out the habituation of reading Asmaul Husna, the supporting and inhibiting factors in the process of implementing the habituation, in order to shape the religious character of students at Sultan Agung Seyegan Middle School. The type of research used is field research (field research) with a qualitative descriptive approach. The data collection method was carried out in three stages, namely: observation, interviews and documentation.

While the data analysis techniques are: data reduction, data presentation, and drawing conclusions.

The results of this study found that: 1) The formation of the religious character of students at Sultan Agung Seyegan Middle School is carried out by making the habit of reading the asmaul husna every morning before learning begins and balanced with prayer activities before and after learning and other activities such as congregational prayers, duha prayers , and reading Yasiin every Friday. 2) Supporting factors in the formation of the religious character of students at Sultan Agung Seyegan Middle School, namely: There is support from parents, There is a desire for students to succeed, Commitment of teachers in schools, and Adequate facilities. While the inhibiting factors found were: the association and environment of the students, the awareness of students who were still lacking, and the different backgrounds of students

Keywords: Formation of Character, Habituation of Asmaul Husna, Sultan Agung Seyegan Middle School Sleman.

(2)

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan pembiasaan pembacaan asmaul husna, faktor pendukung dan penghambat dalam proses pelaksanaan pembiasaan, guna membentuk karakter religius siswa di SMP Sultan Agung Seyegan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan tiga tahap yaitu: Observasi, wawancara dan dokumentasi.

Sedangkan Teknik analisis datanya adalah: Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa: 1) Pembentukan karakter religius siswa di SMP Sultan Agung Seyegan dilakukan dengan pembiasaan pembacaan asmaul husna setiap pagi sebelum pembelajaran dimulai dan di imbangi dengan kegiatan berdo’a sebelum dan sesudah pembelajaran serta kegiatan lain seperti sholat berjamaah, sholat duha, dan membaca Yasiin setiap hari jum’at. 2) Faktor pendukung dalam pembentukan karakter religius siswa di SMP Sultan Agung Seyegan yaitu:

Adanya dukungan dari orang tua, Adanya keinginan siswa untuk berhasil, Komitmen para guru di Sekolah, dan Fasilitas yang memadai. Sedangkan faktor penghambat yang ditemukan yaitu: Pergaulan dan lingkungan dari peserta didik, Kesadaran siswa yang masih kurang, dan Keadaan latar belakang siswa yang berbeda-beda.

Kata Kunci : Pembentukan Karakter, Pembiasaan Asmaul Husna, SMP Sultan Agung Seyegan Sleman.

PENDAHULUAN

Pendidikan Peserta didik merupakan seorang yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis secara fitrahnya.

Sehingga dalam prosesnya setiap individu memerlukan bimbingan dan juga pengarahan secara terus menerus atau konsisten untuk menghasilkan sesuatu yang maksimal (Desmita & Didik, 2012, hlm. 39). Sedangkan dalam proses pendidikan, peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral.

Peserta didik menjadi pokok persoalan dan tumpuan perhatian dalam semua proses transformasi yang disebut pendidikan.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan ialah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Nasional, 2009). Pendidikan karakter berlandaskan pada karakter dasar manusia itu sendiri yang bersumber pada nilai moral universal yang bersifat absolut yang bersumber dari agama yang disebut juga dengan golden rule. Pendidikan karakter memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak pada nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikologi, beberapa nilai karakter dasar tersebut anatara lain cinta kepada Allah swt dan ciptaan-Nya, tanggung jawab, jujur, hormat, santun, kasih sayang, peduli dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai dan cinta persatuan. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak pada nilai-nilai karakter dasar manusia yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau tinggi (sifatnya tidak absolut, relative) sesuai kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri (Alkrienciehie & Salahudin, 2013, hlm. 33).

Pendidikan karakter dimaknai juga sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan

(3)

sehingga dapat menjadi manusia insan kamil. Penanaman nilai kepada warga sekolah maknanya bahwa pendidikan karakter baru akan efektif jika tidak hanya siswa, tetapi juga para guru, kepala sekolah dan tenaga non-pendidik di sekolah semua harus terlibat dalam pendidikan karakter (Samani & Hariyanto, 2011, hlm. 46). Pendidikan di sekolah terutama pendidikan agama mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembentukan karakter religius seseorang. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang No 2 Tahun 1989 yang menyatakan bahwa sasaran yang ingin dicapai dari pendidikan agama adalah membentuk manusia beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, disiplin, bekerja keras, tanggung jawab, mandiri, terampil, sehat jasmani dan rohani.

Dalam ajaran agama islam, akhlak atau moral adalah hal yang sangat penting (UU No.

2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional [JDIH BPK RI], t.t.). Salah satu misi penting yang diberikan Allah swt kepada Rasulullah saw adalah untuk menyempurnakan akhlak masyarakat yang telah rusak. Dengan penuh kesabaran, Rasulullah mampu mengubah akhlak masyarakat yang telah rusak menjadi masyarakat yang berakhlakul karimah. Pentingnya akhlak adalah untuk memberikan bimbingan moral. Diantara akhlak mulia yang tercermin dalam sifat-sifat kerasulan yang ada pada pribadi Rasulullah saw adalah sifat siddiq, Amanah, tabligh, dan fatonah. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah surah Al-Ahzab ayat 21.

Dalam proses pembelajaran, guru merupakan unsur manusiawi yang menempati posisi dan memegang peranan penting karena guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar, tetapi juga berperan dalam usaha pembentukan watak, tabiat maupun pengembangan sumber daya yang dimiliki oleh peserta didik. Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar yang hanya mentransfer pengetahuan dan menyalurkan nilai-nilai untuk pembentukan akhlak atau perilaku perilaku anak didik (Interaksi & motivasi belajar-mengajar / Sardiman A.M. | OPAC Perpustakaan Nasional RI., t.t., hlm. 125). Sedangkan dalam agama Islam, guru menempati kedudukan yang sangat mulia. Guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar, namun juga bertugas membentuk anak didik menjadi insanul kamil (manusia yang sempurna) sebagai khalifah yang mulia diatas bumi ini, oleh karena itu guru disamping ditutut untuk memiliki keahlian khusus, ia juga harus mengedepankan moral dan etika dalam berinteraksi dengan anak didiknya agar ia dapat menjadi contoh dan teladan untuk anak didiknya.

Keberhasilan pendidikan karakter di sekolah sangat dipengaruhi oleh guru yang juga menentukan berkembang tidaknya kepribadian siswa secara utuh.

Dikatakan demikian, karena guru merupakan tokoh utama, serta contoh dan teladan bagi peserta didik. oleh sebab itu, pendidikan karakter guru harus dimulai dari dirinya sendiri agar sesuatu yang dilakukan dengan baik akan menjadi baik pula pengaruhnya terhadap peserta didik (Mulyasa, 2022, hlm. 63). Dalam implementasinya, kualitas guru dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi proses dan segi hasil. Dari segi proses, guru dikatakan berhasil apabila dapat melibatkan Sebagian besar peserta didik secara aktif, khususnya mental, dan social dalam proses pendidikan karakter di sekolah.

Sementara itu dari segi hasil, guru dapat dikatakan berhasil apabila pendidikan karakter yang dilaksanakan mampu mengadakan perubahan karakter pada sebagian besar peserta didik kearah yang lebih baik.

(4)

Menyadari pentingnya karakter religius seharusnya dikembangkan dalam lingkungan yang religius juga melalui tradisi, perilaku, dan pembiasaan secara terus menerus secara konsisten. Dalam hal ini semua tidak lepas dari pengawasan, pemantauan, dan pembinaan yang harus dilakukan oleh pihak sekolah. SMP Sultan Agung Seyegan adalah sekolah berstatus swasta dengan akreditasi “B” yang berfokus pada pendidikan karakter religius. SMP Sultan Agung Seyegan mempunyai visi yaitu taqwa, cerdas, akhlaqul karimah yang ber Ahlussunnah Waljama’ah dan berwawasan global. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, SMP Sultan Agung Seyegan mengadakan program pengembangan diri untuk peserta didik seperti kegiatan pembiasaan membaca asmaul husna di pagi hari, pembacaan surat Yasiin di pagi hari, shalat berjamaah, wisata religi dan edukasi dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas karakter religius peserta didik yang berasal dari latar belakang yang berbeda- beda.

Melihat dari segi keagamaan, berdasarkan observasi yang dilakukan, terkait dengan menurunnya karakter religius siswa di SMP Sultan Agung Seyegan masih terlihat dari rendahnya pengetahuan dan pemahaman dalam membaca Al-Qur’an.

Hal ini terbukti ketika pembiasaan membaca surah Yasiin, beberapa siswa belum bisa membaca ayat Al-Qur’an dengan benar, kurangnya kesadaran siswa untuk belajar membaca Al-Qur’an ketika di luar sekolah, siswa cenderung diam dan hanya mendengarkan teman lainnya membaca Al-Qur’an maupun asmaul husna. Hal ini terbukti dari hasil wawancara terhadap beberapa siswa yang belum bisa dalam membaca ayat Al-Qur’an. Ketika mereka di rumah, mereka tidak membaca Alquran, dan mereka masih belum cukup gigih atau sadar untuk melakukan shalat wajib.

Mengingat banyaknya kepribadian siswa yang bermasalah dengan agamanya, maka perlu dilakukan pembinaan melalui praktik keagamaan di sekolah guna menanamkan nilai-nilai agama dalam jiwa pribadi siswa.

Dengan demikian pendidikan karakter religius merupakan salah satu karakter yang perlu dikembangkan dalam diri siswa dalam menumbuhkan perilaku sesuai dengan ajaran agama Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits. Banyaknya siswa yang bertindak tidak sesuai dengan nilai-nilai agama Islam yang berlaku baik itu di sekolah maupun di masyarakat. Maka pendidikan karakter religius perlu diterapkan dan direalisasikan di SMP Sultan Agung Seyegan. Pembiasaan merupakan salah satu unsur penting dalam pembentukan karakter siswa yang religius. Kegiatan sebelum kelas dimulai merupakan strategi pembentukan kebiasaan yang baik untuk perkembangan agama siswa. Kegiatan yang mengarah pada pembiasaan dapat dilatih dan dibiasakan setiap hari. Rutinitas sehari-hari yang diulang-ulang akan selalu menjadi kebiasaan yang dapat diingat dan mudah dilakukan oleh siswa tanpa perlu diingatkan oleh gurunya.

Dalam hal tersebut, penelitian ini lebih memfokuskan pada proses pelaksanaan pembentukan karakter religius siswa pada program pembiasaan asmaul husna.

Peserta didik diharapkan mampu membaca, menghafal dan mampu menerapkan pembiasaan membaca asmaul husna dalam kegiatan-kegiatan religi yang ada di masyarakat luas. Dalam program ini guru diharapkan mampu meningkatkan karakter religius pada peserta didik yang datang dari latar belakang yang berbeda-beda terutama dari karakter religius yang kurang dimiliki oleh peserta didik. Adanya program ini di SMP Sultan Agung Seyegan, bertujuan untuk membentuk karakter

(5)

religius peserta didik dan menumbuhkan akhlakul karimah sesuai ajaran ahlussunnah wal jama’ah agar menjadi suatu kebiasaan peserta didik menuju jalan kesuksesan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) karena didasarkan pada data-data yang terkumpul secara langsung ke lapangan untuk melakukan pengamatan ke tempat objeknya yaitu SMP Sultan Agung Seyegan.

Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan data yang berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang ada, di samping itu penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah yang apa adanya sehingga bersifat sekedar menggunkan fakta (Nawawi, 2015, hlm. 31).

Penelitian ini dilakukan di SMP Sultan Agung Seyegan tepatnya beralamat di Jl. Kebon Agung Sipanji No.17 Susukan, Margokaton, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, DIY. SMP Sultan Agung Seyegan merupakan sekolah swasta di bawah Yayayan LP Ma’arif yang memiliki 160 siswa dari kelas VII hingga kelas IX. Sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru PAI dan beberapa siswa. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder (Afifuddin & Saebani, 2009). Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dengan cara langsung dari sumbernya. Adapun sumber data primer tersebut ialah data yang diperoleh sari hasil pengamatan atau observasi dan wawancara terhadap pihak sekolah yang terlibat.

Sedangkan data sekundernya diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada buktinya, catatan dan file dalam pengumpulan. Dalam hal ini data yang berkaitan dengan pembentukan karakter religius siswa melalui pembiasaan pembacaan Asmaul Husna untuk membentuk karakter religius peserta didik di SMP Sultan Agung Seyegan.

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) Observasi. Observasi adalah Teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan, baik secara langsung maupun tidak langsung tentang hal- hal yang diamati dan mencatatnya pada alat observasi (Sanjaya, 2015, hlm. 270).

Metode observasi ini penulis gunakan untuk mendapatkan data tentang kondisi sekolah, kegiatan pembiasaan yang dilakukan sebelum proses pembelajaran dan pelaksanaan pembiasaan kegiatan pembentukan karakter religius tersebut. 2) Wawancara. Wawancara adalah Teknik penelitian yang dilakukan dengan cara berdialog baik secara tatap muka ataupun tidak tatap muka yang melalui media tertentu antara pewawancara denfan yang diwawancarai sebagai sumber data.

Menurut Sugiyono, wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga bisa dikonstruksikan makna dalam satu topik. Kegunaan metode wawancara ialah untuk mendapatkan data pelaksanaan metode pembiasaan guna menumbuhkan karakter religius peserta didik serta faktor pendukung dan penghambatnya. Adapun yang menjadi sumber data yaitu kepala sekolah dan siswa untuk mengetahui respon mereka terhadap pembiasaan pembacaan asmaul husna serta sejauh mana siswa telah melaksanakan pembiasaan yang ada di sekolah. 3) Dokumentasi. Dokumentasi dapat dilakukan dengan mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan-catatan, buku-buku, surat kabar, notulen,

(6)

agenda, dan sebagainya (Sanjaya, 2015, hlm. 74). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang jumlah siswa, guru, struktur organisasi, sarana dan prasarana, letak dan keadaan geografis di SMP Sultan Agung Seyegan tahun pelajaran 2022-2023.

Analisis data adalah prosedur mencari dan mengumpulkan informasi secara metodis dari catatan lapangan, wawancara, dan sumber lain sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dan hasilnya dapat dibagikan kepada orang lain. Pada tahap ini penulis menggunakan tiga alur kegiatan, yaitu 1) Reduksi data. Reduksi data adalah proses pemilihan data, merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang hal yang tidak perlu. 2) Penyajian data. Penyajian data adalah mengelompokkan data yang serupa kemudian menuliskan dengan bentuk naratif, bisa juga tabel dan grafik sehingga mempermudah untuk menarik kesimpulan. 3) Penarikan Kesimpulan, setelah mengumpulkan data dan menganalisis data, langkah selanjutnya adalah interpretasi yang kemudian disusun dalam bentuk kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Pembentukan Karakter Religius Siswa di SMP Sultan Agung Seyegan Ketika prinsip-prinsip agama tertanam dalam siswa, maka mereka memiliki keyakinan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta memiliki pandangan yang positif baik terhadap sesama manusia maupun hewan ciptaan Allah SWT. Hal ini memenuhi syarat terbentuknya karakter religius pada siswa.

Pelaksanaan kegiatan pembiasaan sebelum proses kegiatan pembelajaran di SMP Sultan Agung Seyegan dikatakan dapat berjalan secara efektif karena program pembiasaan tersebut dapat diikuti oleh seluruh siswa, para guru, dan karyawan yang ada di sekolah tersebut. Pembiasaan kegiatan keagamaan di SMP Sultan Agung Seyegan di laksanakan di lingkungan sekolah sebelum jam pembelajaran dimulai dan waktu istirahat. Kegiatan pembiasaan keagamaan yang dilakukan secara rutin di SMP Sultan Agung Seyegan adalah pembacaan asmaul husna di pagi hari, sholat dhuha pada hari kamis jum’at, dan sholat duhur berjamaah setiap hari senin-kamis.

Pembiasaan yang dilaksanakan secara rutin akan membantu terbentuknya akhlakul karimah dari setiap siswa. Hal ini sesuai dengan sudut pandang Thomas Lickona tentang pendidikan karakter, yang mengarahkan siswa ke pengalaman nilai dunia nyata melalui pengenalan nilai secara afektif dan pengenalan nilai kognitif.

Melalui kegiatan rutin yang dilakukan oleh siswa di SMP Sultan Agung Seyegan mencerminkan terwujudnya visi dari sekolah. Rancangan pendidikan yang diharapkan dari sekolah dapat membentuk moral knowing, moral feeling, dan moral action. Hal ini sebagai upaya dalam penanaman nilai religius agar mampu diterapkan dalam kehidupan siswa baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Dengan deimikia, pembiasaan pembacaan asmaul husna akan menjadi budaya religius di sekolah. Kebiasaan positif tersebut menjadi dasar dalam perubahan karakter menjadi lebih baik untuk siswa dan nilai plus atau keunggulan bagi sekolah. SMP Sultan Agung Seyegan mempunyai visi yaitu taqwa, cerdas, akhlaqul karimah yang ber Ahlussunnah Waljama’ah dan berwawasan global. Penggunaan visi tersebut sebagai motivasi bagi seluruh warga SMP Sultan Agung Seyegan dalam mewujudkan keberhasilannya di pendidikan. Dengan harapan yang besar, pembiasaan pembacaan asmaul husna

(7)

tersebut dapat tertanam dalam diri siswa. Sehingga para siswa mempunyai sikap religius yang tinggi.

Pembiasaan karakter religius yang lain di SMP Sultan Agung Seyegan adalah berdoa sebelum pembelajaran di kelas dimulai. Sebelum pembelajaran dimulai, peserta didik bersama-sama membaca do’a dengan didampingi oleh guru kelas maupun guru mata pelajaran lainnnya. Kegiatan berdoa juga dilakukan pada akhir jam pelajaran selesai. Dengan membaca do’a setiap hari, maka siswa akan terbiasa untuk membancanya ketika akan melakukan suatu pekerjaan maupun setelah selesai melakukan pekerjaan. Upaya pembiasaan membaca do’a tersebut berlangsung sebelum dan sesudah pembelajaran merupakan Upaya yang berulang-ulang dilakukan. Hal tersebut jika dilakukan secara berulang-ulang, maka akan membekas pada diri siswa sehingga bisa membentuk karakter religius. Pembiasaan lain yang dilakukan di SMP Sultan Agung Seyegan adalah setiap hari jumat sebelum pembelajaran dimulai setelah berdo’a bersama biasanya dilakukan pembiasaan pembacaan surah Yasiin di pagi hari di dalam kelas. Pembiasaan ini mampu melatih rasa cinta siswa terhadap Al-Qur’an. sehingga setiap tingkah laku siswa dalam kehidupannya sehari-hari dapat tercermin perilaku yang ber akhlakul karimah.

Pembiasaan pembacaan Asmaul Husna diterapkan dari kelas VII hingga kelas IX. Pada awalnya semua siswa masih membaca teks Asmaul Husna yang diberikan oleh guru. Seiring dengan pembiasaan yang dilakukan secara rutin, akhirnya para siswa sudah mampu hafal Asmaul Husna tersebut walaupun masih ada sedikit yang membaca memakai teks. Dengan menumbuhkan kecintaan tersebut, sekolah memupuk karakter yang baik yang dapat diteladani. Sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di masyarakat.

Gambar 1. Pembiasaan pembacaan Asmaul Husna SMP Sultan Agung Seyegan

Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat

Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang non-empirik dan non- eksperimental yang diperoleh manusia. Dalam setiap kegiatan pembiasaan terdapat faktor pendukung dan penghambat dari suksesnya pembentukan karakter religius siswa. Adapun faktor pendukung pembiasaan pembentukan karakter religius siswa dalam pembiasaan pembacaan Asmaul Husna adalah sebagai berikut:

1. Adanya dukungan dari orang tua siswa

Pembentukan karakter religius siswa bukan hanya tugas pihak sekolah.

Sebaliknya, pendukung utama pembentukan karakter religius setiap siswa adalah

(8)

orang tua mereka. Pembentukan karakter religius ini membutuhkan proses yang terus berlangsung. Sehingga tidak hanya proses pendidikan, akan tetapi setelah sampai di rumah masing-masing, siswa adak dibina langsung oleh orang tua dalam pembentukan karakter tersebut. Perhatian orang tua terhadap kebutuhan psikologis anak, seperti rasa kasih sayang, rasa aman, harga diri, rasa kebebasan, rasa penghargaan, dan rasa sukses merupakan faktor terpenting dalam lingkungan keluarga dalam pembentukan karakter religius anak.

Selain perhatian, orang tua juga memberikan teladan yang baik bagi anak- anaknya, ketenangan, kebahagiaan merupakan faktor positif yang terpenting dalan pembentukan karakter religius pada anak.

2. Adanya Keinginan Siswa untuk Berhasil

Dalam kegiatan pembiasaan melalui kegiatan membaca Asmaul Husna tentunya akan terlihat berbeda antara siswa yang memiliki motivasi internal dan karakter yang dimiliki siswa. Apabila siswa melakukan sebuah pembiasaan hanya karena sebuah paksaan atau tuntutan bukan didasari karena adanya keinginan siswa atau karena karakter dari siswa itu sendiri, maka siswa hanya akan memasuki zona yang tidak nyaman dan pembiasaan akan tidak terlaksana. Berdasarkan observasi dan wawancara di lapangan, faktor pendukung untuk melakukan pembiasaan pembacaan asmaul husna ada yang berasal dari kemauan siswa itu sendiri. Kebanyakan siswa yang memiliki tekad dan niat dalam mempelajari dan mengamalkan sebuah pembiasaan yang di lakukan setiap hari adalah siswa yang memang mempunyai keinginan yang jelas dan sudah memiliki karakter yang memang bisa dibuat untuk dikembangkan menjadi lebih baik. Contohnya siswa yang mempunyai motivasi ingin sukses, ingin berhasil, dan ingin memperdalam ilmu agama.

3. Komitmen Para Guru di Sekolah

Pembentukan karakter menjadi tugas bersama bagi kita semua selaku pendidik. Pada dasarnya, pendidikan bermula dari rumah, sehingga pendidikan tidak hanya menjadi tugas seorang guru. Sebuah perubahan membutuhkan kerja sama baik dari guru, kepala sekolah, maupun warga sekolah lainnya. Perubahan tersebut akan sulit dilakukan jika tidak ada komitmen antara guru dengan warga sekolah lainnya. Adanya komitmen bersama diawali dengan adanya pengertian, pengetahuan dan keyakinan warga sekolah di SMP Sultan Agung Seyegan terhadap tujuan bersama. Oleh karena itu, penerapan ajaran agama sebagai tradisi atau kebiasaan dalam berperilaku oleh seluruh warga sekolah merupakan pengembangan karakter religius sekolah. Dengan menjadikan agama sebagai tradisi sekolah, para siswa secara sukarela menegakkan adat istiadat yang telah ditetapkan. Pembentukan karakter siswa akan didukung dengan komitmen penuh dari berbagai pihak. Jadi, tidak hanya siswa saja yang menerapkan karakter religius tersebut tetapi para guru dan warga sekolah lainnya juga ikut menerapkan karakter religius. Hal ini akan berdampak baik bagi sekolah dalam mewujudkan perilaku akhlakul karimah bagi siswa SMP Sultan Agung Seyegan.

4. Fasilitas yang memadai

Fasilitas di sekolah yang sudah memadahi untuk mendukung kegiatan pembentukan karakter religius siswa sangat diperlukan. Di SMP Sultan Agung Seyegan fasilitas tersebut sudah ada yaitu mushola. Mushola tersebut digunakan

(9)

untuk kegiatan keagamaan seperti sholat dhuha, sholat duhur berjamaah, ekstrakurikuler hadroh dan untuk praktik tentang beribadah apapun yang terkait dengan materi pendidikan agama islam. Mushola tersebut dilengkapi dengan tempat wudhu yang memadai, terdapat alat untuk beribadah seperti sarung dan mukena, terdapat Al-Qur’an dan adanya lembar khusus bacaan Asmaul Husna.

Adapun dalam upaya pembentukan karakter religius siswa melalui pembiasaan asmaul husna juga terdapat beberapa faktor yang menghambat. Faktor-faktor penghambatan tersebut adalah:

1. Pergaulan dan Lingkungan peserta didik

Lingkungan yang ada di sekitar tempat tinggal siswa mengambil peran penting dalam terbentuknya karakter siswa. Keberhasilan dan kegagalan dalam pembentukan karakter religius siswa sedikit banyaknya juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Jika keberadaan lingkungan sekitar mampu mencerminkan positif bagi proses pembentukan karakter religius siswa, maka ia mampu memberikan kontribusi yang baik bagi pembentukan karakter religius. Sebaliknya jika kontribusi lingkungan yang kurang baik, tidak relevan dengan proses pembentukan karakter religius siswa, maka jelas akan menghambat proses pembentukan karakter religius siswa. Demikian pula, pergaulan siswa di luar sekolah memiliki dampak yang besar terhadap karakter religius siswa. Karena pergaulan cepat berdampak besar, jika salah satunya negatif maka anak juga akan terkena dampak negatif.

2. Kesadaran peserta didik yang masih kurang

Usaha guru di SMP Sultan Agung Seyegan dalam memprioritaskan pembiasaan pembacaan asmaul husna, sholat dhuha, sholat berjamaah setiap harinya dan memberikan teladan yang baik sudah diberikan secara penuh kepada para siswanya. Akan tetapi, masih banyak para siswa yang belum sadar untuk melaksanakannya dan mengikuti apa yang dicontohkan oleh guru. Para siswa yang kurang sadar akan pentingnya kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh sekolah akan menghambat proses pembentukan karakter religius siswa. Dilihat dari observasi yang dilakukan, siswa sering bermalas-malasan dan ber-alasan untuk menghindari kegiatan keagaaman tersebut. Ada juga yang ketika kegiatan pembiasaan tersebut dimulai, banyak yang mengobrol sendiri dan mengganggu teman yang lain.

3. Latar belakang siswa yang berbeda-beda

Berbagai macam latar belakang siswa berbeda-beda. Keragaman dari siswa tidak hanya dari latar belakang pendidikan orang tua, pekerjaan, dan lainnya.

Lingkungan keluarga merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh terhadap proses pembiasaan yang diterima oleh siswa. Jika siswa tersebut berasal dari keluarga yang mempunyai sikap religius tinggi, maka siswa tersebut membawa dampak yang baik terhadap kepahaman agama baik untuk dirinya dan lingkungannya. Akan tetapi sebaliknya, jika siswa tersebut berasal dari keluarga yang sikap religiusnya kurang, maka siswa tersebut membawa dampak buruk bagi dirinya dan lingkungannya sehingga menghambat proses pembentukan karakter religius yang diterapkan oleh sekolah.

(10)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitin ini tentang pembentukan karakter religius siswa melalui pembiasaan pembacaan Asmaul Husna di SMP Sultan Agung Seyegan, peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan pembiasaan pembacaan Asmaul Husna dilakukan secara efektif karena dilakukan setiap hari di pagi hari sebelum pembelajaran di kelas dimulai. Kegiatan lain yang mendukung pembentukan karakter religius siswa dalah pembacaan surah Yasiin setiap hari jumat pagi, sholat dhuha, dan sholat duhur berjamaah. Faktor pendukung pelaksanaan pembentukan karakter religius siswa ditandai dengan adanya dukungan positif dari orang tua siswa, adanya keinginan untuk berhasil dari siswa, adanya komitmen dari para guru di SMP Sultan Agung Seyegan, dan didukung dengan fasilitas yang memadai. Sedangkan dalam pelaksaan pembentukan karakter religius siswa juga ditemukan faktor penghambatnya yaitu, karena pergaulan dan lingkungan dari siswa, kurangnya kesadaran dari siswa serta berbedanya latar belakang yang berasal dari siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin, B. A. S., & Saebani, B. A. (2009). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung:

Pustaka Setia.

Alkrienciehie, I., & Salahudin, A. (2013). Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasis Agama Dan Budaya Bangsa). Bandung: Pustaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitiaan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Asmani, Jamal Ma‟mur. (2013). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: DIVA Press.

Burhannudin. (2020). Manajemen Gerakan Sekolah Menyenangkan dalam Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di SD Negeri Buayan Kebumen. Jurnal Pendidikan Karakter, Vol.5, No. 1

Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Elihami, E., & Syahid, A. (2018). Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter Pribadi yang Islami. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 2(1), 79-96. https://doi.org/10.33487/edumaspul.v2i 1.17

Firdaus Andrian. (2019). Pembiasaan Membaca Asmaul Husna dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan Pada Anak Di SDIT Abata Lombok (NTB). Jurnal Al- Amin; Kajian Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan, Vol.4, No.2

Hariyanto dan M.Samani. (2017). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Husain, M. (2012). Mulailah Dengan Menyebut Asma Allah. Yogyakarta: Al-Barakah Irwanto A. dan Salahudin Anas. (2013). Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan

Budaya Bangsa. Bandung: Pustaka Setia

Interaksi & motivasi belajar-mengajar / Sardiman A.M. | OPAC Perpustakaan Nasional

RI. (t.t.). Diambil 5 Juni 2023, dari

https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1136421

Jamaluddin, Dindin. (2013). Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam. Bandung:

Pustaka Setia.

Kurniawan, Syamsul. (2013). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

(11)

Lailiyah Nurul dan Rofiqotul Hasanah. (2020). Peningkatan Karakter Religius Peserta Didik Melalui Pembiasaan Membaca Asmaul Husna di SMPN 1 Ngoro Jombang.

Jurnal Urwatul Wutqo: Jurnal Kependidikan dan Keislaman, Vol. 9, No. 2 https://jurnal.stituwjombang.ac.id/index.php/UrwatulWutsqo

Mugholingah, Siti. (2013) Internalisasi Karakter Religius pada Siswa Sekolah Menengah atas. Malang: Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim

Mujtahid. (2011). Pengembangan Profesi Guru. Malang: UIN-MALIKI Press Mulyasa. (2018). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara

Nawawi, Handari. (2015). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Press.

Nasional, K. P. (2009). Undang-undang sistem pendidikan nasional no 20 tahun 2003.

Bandung: Fokus Media.

Sadi dan H.M. Nasikin. (2013). Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti. Jakarta: PT:

Erlangga

Sanjaya,Wina. (2013). PenelitianPendidikan, Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta:

Prenada Media Group.

Sardiman A.M. (2008). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan: Metode Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumani, Muchlas. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Wiyani, N. A. (2011). Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa. Yogyakarta:

Penerbit Teras

UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional [JDIH BPK RI]. (t.t.). Diambil 5 Juni 2023, dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/46794/uu-no-2- tahun-1989

Zubaedi. (2013). Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana

Referensi

Dokumen terkait