• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (Studi Kasus pada Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Wonosobo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KAJIAN PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (Studi Kasus pada Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Wonosobo)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

(Studi Kasus pada Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Wonosobo)

Eni Candra Nurhayati1, Bahtiar Efendi2, Aiga Lisa Andriani3

1,2,3Dosen Prodi Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sains Al-Qur’an

enicandra@unsiq.ac.id, bahtiarefd@unsiq.ac.id, aigalisaandriani@gmail.com

URL: https://ejournal.stkipjb.ac.id/index.php/ekonomi/article/view/2909 DOI : https://doi.org/10.32682/jpekbm.v6i2.2909

Abstract

This study aims to determine the effect of women's economic empowerment and its constraints on the Community and Village Empowerment Social Service in Wonosobo Regency. The form of a women's economic empowerment program in an effort to realize sustainable development through KUBE "Maribu", a continuation of the empowerment of Disability Support Families (FSG) Association of Prosperous Independent Families Support Groups (PKKPDMS) Watumalang District. This research method uses descriptive qualitative, located in KUBE

“Maribu” Wonoroto Village. Data collection techniques were carried out through a) interviews with the Head of the Section for Social Empowerment and Poverty Management; TKSK Watumalang District; Head of KUBE

“Maribu”, b) observation and c) documentation. Data validity test was carried out through source triangulation techniques. Data analysis techniques are carried out through data collection, data reduction, and data presentation. The results showed that women's economic empowerment activities at the Social Service for Community and Village Empowerment in Wonosobo Regency through KUBE "Maribu" had a good impact on the development of the FSG PKKPDMS in Watumalang District through the provision of venture capital by the Social Service for Community and Village Empowerment. KUBE "Maribu" can increase the amount of production and increase the variety of products other than dish soap. The obstacle experienced in empowering through KUBE

"Maribu" is the lack of entrepreneurial spirit among the members resulting in a lack of innovation, marketing and product development.

Keyword: Empowerment, Woman’s Empowerment, Disability FSG

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberdayaan ekonomi perempuan dan kendalanya pada Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Wonosobo. Bentuk program pemberdayaan ekonomi perempuan dalam upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui KUBE “Maribu”, keberlanjutan dari pemberdayaan Keluarga Pendukung Disabilitas (FSG) Perkumpulan Kelompok Keluarga Pendukung Disabilitas Mandiri Sejahtera (PKKPDMS) Kecamatan Watumalang. Metode penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif, berlokasi di KUBE “Maribu” Desa Wonoroto. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui a) wawancara dengan Kepala Seksie Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Kemiskinan; TKSK Kecamatan Watumalang; Ketua KUBE

“Maribu” b) observasi dan c) dokumentasi. Uji validitas data dilakukan melalui teknik triangulasi sumber. Teknik analisis data dilakukan melalui pengumpulan data, reduksi data, dan penyajian data. Hasil penelitian menunjukkan

(2)

kegiatan pemberdayaan ekonomi perempuan pada Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Wonosobo melalui KUBE “Maribu” memberi dampak baik terhadap perkembangan FSG PKKPDMS Kecamatan Watumalang melalui pemberian modal usaha oleh Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. KUBE “Maribu”

dapat meningkatkan jumlah produksi dan bertambahnya ragam produk selain sabun cuci piring. Kendala yang dialami dalam pemberdayaan melalui KUBE “Maribu” adalah minimnya jiwa wirausaha para anggota sehingga kurangnya inovasi, pemasaran, maupun pengembangan produk.

Kata Kunci: Pemberdayaan, Pemberdayaan Perempuan, FSG Disabilitas, Pembangunan Berkelanjutan

Pendahuluan

Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Wonosobo terbentuk dari hasil gabungan Subbidang Pemberdayaan, Perlindungan dan Jaminan Sosial dan Subbidang Pelayanan Rehabilitasi Sosial di Bagian Sosial dan Kesra Setda Kabupaten Wonosobo dan Kantor Pemberdayaan Masyarakat dibawah Kementrian Sosial Republik Indonesia. Salah satu fungsi pokonya adalah perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan koordinasi, implementasi kebijakan, pelaksanaan evaluasi, dan pelaksanaan pemberdayaan sosial masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Wonosobo, dalam menjelaskan visi pembangunan kesejahteraan sosialnya menginisiatif kebijakan pembangunan kesejahteraan sosial yang menekankan pentingnya perluasan ruang partisipasi masyarakat. Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita memaparkan beberapa langkah yang dilakukan Kemensos untuk menjangkau dan mengembalikan kegiatan sosial kepada kelompok yang terpinggirkan.

Kelompok tersebut antara lain fakir miskin, disabilitas fisik atau mental, lansia, anak terlantar dan anak bermasalah dengan hukum, korban ketergantungan narkoba, eks napi teroris dan Pemerlu Layanan Kesejahteraan Sosial (PPKS). (Kemensos, 2019) Direktur Jenderal Penanganan Fakir Miskin Kementrian Sosial, Asep Sasa Purnama mengatakan “Sesuai dengan Perpres No. 59 Tahun 2017 tentang pembangunan berkelanjutan, bahwa pembangunan apapun harus berdimensi sosial, ekonomi, dan ramah lingkungan sehingga ekonomi maju diikuti dengan kesejahteraan masyarakatnya.” (Kemensos, 2020).

Sofian Effendi dalam Wibawa (1991) Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang.

Konsep ini mengandung dua unsur, pertama adalah kebutuhan dari kelompok yang kurang beruntung yang sangat perlu diprioritaskan oleh semua negara. Kedua adalah keterbatasan, pengelolaan teknologi dan organisasi sosial harus menyadari keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia sekarang dan di masa depan dengan tujuan pembangunan negara berkembang harus dirumuskan kembali, agar perubahan sosial, ekonomi, dan politik dapat segera dilaksanakan tanpa merusak hubungan yang harmonis antara manusia dan lingkungan.

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDG’s) adalah pembangunan yang secara terus menerus mendukung tumbuhnya kesejahteraan ekonomi masyarakat, pembangunan yang mendukung kelangsungan kehidupan sosial masyarakat,

(3)

pembangunan yang menjaga kualitas lingkungan hidup, dan pembangunan yang menjamin keadilan, serta pelaksanaan pengelolaan yang mampu meningkatkan kualitas hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya. (Bappenas, n.d)

Prinsip Agenda Pembangunan Berkelanjutan adalah tidak ada seorang pun yang tertinggal dalam pencapaiannya (No One Left Behind), berlaku tidak hanya pada penerima manfaat program pembangunan, tetapi juga pada proses dan isi pelaksanaannya. Selain itu, prinsip inklusi melampaui kategori laki-laki dan perempuan, tetapi juga melampaui kelompok rentan lainnya yang selama ini terpinggirkan dan dilupakan dalam pembangunan.

Muhartono (2021) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Menyebutkan RPJMN 2020-2024 menekankan perspektif gender di semua bidang dan tahapan pembangunan. Pemerataan dalam pembangunan tidak lain adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan pembangunan berkelanjutan. Sasaran yang ingin dicapai dalam tujuan pembangunan jangka menengah adalah meningkatkan kualitas hidup perempuan, memperkuat peran perempuan dalam berbagai bidang kehidupan, mengintegrasikan perspektif gender dalam semua tahapan pembangunan dan memperkuat kelembagaan untuk mempertimbangkan kesempatan yang sama. di tingkat pusat dan daerah. Ini juuga sesuai dengan Tujuan kelima pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) ad\alah Mencapai Kesetaraan Gender dan Memberdayakan Perempuan. (Bappenas, 2016)

Dalam mengevaluasi hasil pembangunan yang berperspektif gender digunakan beberapa indikator diantaranya Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). (Dini et al., 2020, p. v)

TABEL 1

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Tahun 2017-2021

71.74 72.1 75.24 75.57

75.1 74.03 72.18 71.73

50.55 51.41 46.29 48.7

2017 2018 2019 2020

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Tahun 2017- 2021

Indonesia Jawa Tengah Wonosobo

(4)

Capaian IDG Kabupaten Wonosobo mengalami fluktuasi, IDG Kabupaten Wonosobo berada di bawah pencapaian IDG Jawa Tengah dan Indonesia. Artinya keterlibatan perempuan di Kabupaten Wonosobo dalam sebagian atau seluruh aspek kegiatan ekonomi yaitu dengan indikator persentase sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja, kegiatan politik dengan indikator keterlibatan perempuan di parlemen, serta dalam pengambilan keputusan melalui indikator perempuan sebagai tenaga manajer, professional, administrasi, teknisi masih rendah.

Melalui dana hibah dari Queensland yang berkerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa KUBE “Maribu” terbentuk.

Beranggotakan 10 ibu-ibu anggota dari Keluarga Pendukung Disabilitas (FSG) Perkumpulan Kelompok Keluarga Pendukung Disabilitas “Mandiri Sejahtera” (PKKPDMS) Kecamatan Watumalang sebagai wujud pemberdayaan ekonomi perempuan yang sesuai dengan program pembangunan berkelanjutan yang diusung pemerintah. KUBE “Maribu” merupakan wadah dukungan dari pemerintah melalui pemberian modal usaha kelompok dalam usaha pembuatan sabun cuci piring cair yang sebelumnya telah berjalan secara mandiri, namun terkendala modal usaha dalam pengembangan usahanya. KUBE “Maribu juga merupakan bagian dari kegiatan pemberdayaan ekonomi anggota FSG PKKPDMS

Berdasarkan Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Tahun 2017-2021 yang menjadi acuan pembangunan berkelanjutan, IDG Tahun 2017-2021 Kabupaten Wonosobo lebih rendah daripada IDG Jawa Tengah maupun IDG Indonesia yang menjadi dasar permasalahan dalam penelitian ini. IDG Wonosobo Tahun 2017-2021 menjadi dasar masalah yang diakibatkan dari kurang maksimalnya keterlibatan perempuan di Kabupaten Wonosobo dalam aspek kegiatan ekonomi yaitu dengan indikator persentase sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja, kegiatan politik dengan indikator keterlibatan perempuan di parlemen, serta dalam pengambilan keputusan melalui indikator perempuan sebagai tenaga manajer, professional, administrasi, teknisi masih rendah. Adapun tujuan penelitian ini adalah : Mengetahui pengaruh dan kendala pemberdayaan ekonomi perempuan pada Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Wonosobo melalui KUBE “Maribu”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dan rekomendasi kepada Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Wonosobo maupun instansi terkait dalam melakukan pemberdayaan ekonomi perempuan mengingat potensi perempuan dalam program pembangunan berkelanjutan, dalam hal ini kendala yang ditemukan dapat dijadikan masukan untuk acuan pemecahan masalah dalam program selanjutnya sehingga program pemberdayaan ekonomi perempuan dapat berjalan dengan maksimal.

Konsep pembangunan yang berkelanjutan yang telah disepakati pada tahun 1987 oleh The Brundtland Comission of The United Nations yaitu, "Sustainable development is defined as development that meet the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs." Atau pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang

(5)

memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan-kebutuhan generasi yang akan datang. (Pertiwi, 2017, p. 7)

Dewi (2011, p. 61) menyampaikan, “Manfaat kesinambungan pencapaian pembangunan akan menjamin tersedianya sumberdaya, menjunjung tinggi harkat dan manfaat setiap individu serta meningkatkan pemerintahan yang baik.” Selain itu, menurut Salim (1980) bahwa pembangunan berkelanjutan umumnya dapat memberikan dampak positif. Dampak positif pembangunan adalah dapat meningkatkan kualitas hidup yang terdiri dari peningkatan kualitas fisik, penurunan angka kematian dan peningkatan kesejahteraan.

Secara istilah “pemberdayaan” (empowerment) berasal dari kata “power” yang berarti kemampuan, tenaga, atau kekuasaan. Dengan demikian, secara harfiah, “pemberdayaan” dapat diartikan sebagai peningkatan kemampuan, tenaga, kekuatan, atau kekuasaan.

Sedangkan menurut Najiyati, dkk. (2005, p. 52) pemberdayaan masyarakat merupayakn

“upaya mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, dan memperkuat posisi tawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan melalui pengalihan pengambilan keputusan kepada masyarakat agar mereka terbiasa dan mampu bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya.”

Firmansyah (2012) dalam jurnalnya memaparkan studi pemberdayaan konseptual memberikan banyak indikator pemberdayaan. Empat di antaranya berhubungan dengan tingkat pemberdayaan yaitu :

a. Tingkat kesadaran dan keinginan untuk berubah (power to).

b. Tingkat kemampuan meningkatkan kapasitas untuk memperoleh akses (power within).

c. Tingkat kemampuan menghadapi hambatan (power over).

d. Tingkat kemampuan kerjasama dan solidaritas (power with).

Marganingsih (2018, p. 79-80) memaparkan bahwa pemberdayaan masyarakat sebagai : a. Sarana untuk menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya

potensi sosial. Kondisi ini didasarkan pada anggapan bahwa setiap individu dan setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Inti dari kemandirian dan keberdayaan masyarakat adalah keyakinan dan potensi masing-masing individu untuk kemandirian.

b. Memberdayakan potensi atau daya masyarakat dengan melakukan langkah-langkah konkrit, mempertimbangkan kontribusi yang beragam, menyediakan infrastruktur dan tujuan yang bersifat fisik dan sosial.

c. Upaya peningkatan keterampilan dan potensi masyarakat, agar masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya dengan sebaik-baiknya, untuk bertahan dan berkembang secara mandiri juga di bidang ekonomi, sosial, agama, dan budaya.

Pemberdayaan bertujuan untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat. Pemberdayaan yang baik berlaku sebagai bukti bahwa kemandirian dan otonomi berasal dari pengelolaan

(6)

lingkunganya. Melalui dampak yang dikaji secara ekonomi, lingkungan dan sosial-budaya, dalam studi kasus pemberdayaan masyarakat Herdiansyah (2019) menemukan sejauh mana pemberdayaan berperan dalam agenda pembangunan berkelanjutan :

a. Keberlanjutan Ekologi

Salah satu dampak yang teridentifikasi sangat signifikan adalah mengubah cara berpikir masyarakat yang dulu menganggap sumber daya alam digunakan tanpa harus memikirkan dampak negatifnya.

b. Keberlanjutan Ekonomi

Keberlanjutan ekonomi merupakan salah satu dampak yang langsung terlihat.

c. Keberlanjutan Sosial Budaya

Keberlanjutan sosial budaya terjadi ketika masyarakat sudah memiliki kemandirian dan otonomi dalam menghadapi lingkungannya. Perubahan perilaku yang digambarkan pada efek sebelumnya melibatkan orang-orang yang sudah mengetahui nilai-nilai pengelolaan lingkungannya agar tersedia untuk generasi mendatang, merupakan salah satu efek yang terlihat.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka. Myers, et al. (2014, p. 6) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami apa yang dikatakan dan dilakukan guna memahami konteks sosial dan budaya suatu tempat secara lebih kompleks. Mampu memahami konteks di mana keputusan dan tindakan berlangsung. Memahami secara mendalam mengapa sesuatu terjadi, motivasi, alasan tindakan mereka, konteks keyakinan dan tindakan. Lebih memahami fenomena dari perspektif objek penelitian, khususnya konteks sosial dan kelembagaan.

Kual didirikan untuk mempelajari fenomena sosial dan budaya. Memahami orang, motif, tindakan, konteks yang lebih luas di mana mereka bekerja dan hidup. Mampu memberikan informasi dan pemahaman baru tentang fenomena.

Jenis penelitian adalah studi kasus dimana hasil dari penelitian berupa kata-kata tertulis atau lisan dari prilaku yang diamati terkait implementasi program pemberdayaan ekonomi perempuan oleh Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Wonosobo melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) “Maribu”. Tidak ada bentuk program pemberdayaan khusus bagi perempuan di Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Wonosobo, namun peneliti mencari sample penerima manfaat pemberdayaan yang beranggotakan perempuan.

Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah responden yang berasal dari Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi :

a. Data Primer: Data primer adalah data atau informasi yang diperoleh dari informan.

b. Data sekunder: Data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada, berupa catatan atau dokumentasi, buku, jurnal, artikel, majalah, dan lain sebagainya.

(7)

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam kajian pemberdayaan ekonomi perempuan adalah :

a. Wawancara

Dalam penelitian kualitatif pada umumnya wawancara tidak dilakukan secara terstruktur ketat. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang mengarah pada kedalaman informasi serta dilakukan dengan cara tidak secara formal terstruktur. Wawancara mendalam dapat dilakukan pada waktu dan kondisi konteks yang dianggap paling tepat guna mendapat data yang rinci, jujur dan mendalam. Berikut beberapa informan dari penelitian ini : 1) Kepala Seksi Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Kemiskinan, 2) TKSK Kecamatan Watumalang, 3) Ketua KUBE “Maribu”

b. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman. Pemberdayaan perempuan oleh Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Wonosobo memalui KUBE “Maribu” ini bertempat di kediaman ketua KUBE “Maribu” Ibu Juwariyah yang berada di Welahan 002/007 Wonoroto Watumalang Wonosobo sekaligus ketua Keluarga Pendukung Disabilitas (FSG) Perkumpulan Kelompok Keluarga Pendukung Disabilitas “Mandiri Sejahtera” (PKKPDMS) Kecamatan Watumalang dibantu Pemerintah Kecamatan Watumalang. Dalam observasi yang saya dapatkan, pertemuan rutin berjalan setiap satu bulan sekali bertempat di masing-masing anggota secara bergiliran.

Kegiatan pertemuan dimulai dengan pembukaan oleh pendamping KUBE “Maribu”.

Dilakukan pengecekan tekanan darah kepada seluruh anggota sebagai salah satu pengecekan kesehatan oleh salah satu anggota. Kegiatan setelah pengecekan tekanan darah sambil menunggu semua anggota hadir adalah pengajian yasin dan tahlil yang mendoakan para penyandang disabilitas yang sudah meninggal.

KUBE “Maribu” juga mengadakan kegiatan simpan-pinjam anggota sebagai keberlanjutan bantuan dari Kecamatan Watumalang senilai Rp. 2.000.000 pada 2020 sebagai bantuan dana produktif atau konsumsi yang bisa dimanfaatkan para anggota. Anggota harus mengembalikan setiap satu bulan sekali dengan bunga Rp. 3.000 per Rp. 100.000 pinjaman, tujuan pengembalian pinjaman setiap bulan ini supaya uang simpan-pinjam anggota tidak macet, dan anggota memiliki jumlah maksimal peminjaman.

Selain kegiatan simpan-pinjam, dalam setiap pertemuan KUBE “Maribu juga mengadakan arisan yang diikuti anggota. Selanjutanya melakukan kegiatan pelaporan hasil usaha KUBE “Maribu”, hasil simpan-pinjam, agenda pertemuan mendatang, kendala dan update perkembangan anggota FSG disabilitas, evaluasi kerja KUBE “Maribu”, dan

(8)

pendampingan dari TKSK Kecamatan Watumalang. Terakhir, pembagian produk usaha KUBE

“Maribu” yaitu sabun cuci piring cair kepada masing-masing anggota untuk dipasarkan.

c. Dokumentasi. Dalam penelitian ini dalam mengumpulkan data yaitu dengan cara melihat kembali literatur atau dokumen serta foto-foto dokumentasi yang relevan dengan tema yang diangkat dalam penelitian ini.

Teknik keabsahan data yang digunakan oleh peneliti adalah triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dari beberapa sumber, di deskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama yang berbeda dan mana yang spesifik dari beberapa sumber tersebut.

Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyono yaitu proses mencari dan mengumpulkan informasi secara sistematis dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan lainnya sehingga mudah dipahami dan hasilnya dapat dibagikan kepada orang lain. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu. H. analisis berdasarkan data yang diterima. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan..

Hasil dan Pembahasan

Pengaruh Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Dalam Upaya Pembangunan Berkelanjutan pada Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Wonosobo melalui KUBE

“Maribu” yang beranggotakan 10 perempuan keluarga penyandang disabilitas anggota DTKS Kabupaten Wonosobo. Bermula dari keprihatinan salah satu anggota melihat Kecamatan lain memiliki FSG disabilitas namun Kecamatan Watumalang belum memiliki FSG terlebih jumlah penyandang disabilitas Kecamatan Watumalang terhitung tinggi. FSG disabilitas ini merupakan himpunan keluarga disabilitas, melalui FSG diharapkan pendataan penyandang disabilitas dapat lebih terakomodir hingga pemenuhan haknya dapat dirasakan oleh seluruh penyandang disabilitas secara merata, yang sebelumnya belum merata dalam mendapatkan bantuan tunai maupun pemenuhan gizi atau atensi dari pemerintah.

Pengusulan ini sudah dilakukan sejak tahun 2016 namun baru dibentuk pada tahun 2018, kemudian disahkan melalui Kementrian Hukum dan HAM RI No. AHU-0012537.AH 01.07 Tahun 2019 pada 07 Januari 2020. Pengfasilitasan tersebut merupakan kepedulian oleh Pemerintah Kecamatan Watumalang pada saat itu.

FSG PKKPDMS Kecamatan Watumalang melakukan upaya dengan dinas terkait yaitu Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Wonosobo selaku pemangku kebijakan demi mensejahterakan anggota FSG disabilitas, salah satunya pemberian atensi peralatan penunjang disabilitas seperti kursi roda atau alat bantu dengar, dll. Tidak hanya itu Dinas

(9)

Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa juga memberikan bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) bagi penyandang disabilitas produktif berupa bantuan modal usaha sembako untuk berjualan kelontong, ternak kambing, atau bantuan modal usaha dan jasa yang sesuai dengan minat. Bantuan tersebut sangat dirasakan manfaatnya untuk penyandang disabilitas agar lebih mandiri juga menaikkan tingkat kesejahteraan dan ekonomi.

Keadaan ekonomi masyarakat sebelum dan setelah adanya program pemberdayaan KUBE

“Maribu” pada FSG PKKPDMS Kecamatan Watumalang sangat membantu masyarakat maupun anggota. karena melalui KUBE, anggota FSG disabilitas mendapatkan peningkatan modal dan penambahan pendapatan melalui usaha pembuatan sabun cuci piring dan sabun mandi dan produk lain yang akan terus berkembang, sekaligus menjadi wadah dalam pemberdayaan keluarga disabilitas dalam mengakses hak penyandang disabilitas. FSG disabilitas sebagai wujud support system sesame keluarga penyandang disabilitas.

September 2022 FSG PKKPDMS Kecamatan Watumalang menerima dana hibah dari Queenland yang bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebagai modal usaha kelompok yang dibentuk yang kegiatan usahanya sudah terbentuk. Melalui pemberdayaan ekonomi Dinas Sosial pemberdayaan masyarakat dan desa Kabupaten Wonosobo Kube maribu dibentuk kube maribu dengan kegiatannya memproduksi dan memasarkan produk berupa sabun cuci piring yang diproduksi oleh keluarga pendukung disabilitas. Diharapkan dapat memberdayakan anggota kelompok keluarga pendukung disabilitas, dapat menimbulkan kemandirian dan penambahan pendapatan yang diharapkan adanya kenaikan kesejahteraan.

Selain sebagai kegiatan usaha, FSG disabilitas memalui dinas sosial pemberdayaan masyarakat dan desa mendapatkan kegiatan pelatihan jahit pelatihan tata boga juga pembagian informasi penting terhadap anak penyandang disabilitas disabilitas. Dinsos juga pernah menghadirkan psikolog sebagai pemateri untuk memberdayakan kelompok keluarga pendukung disabilitas.

Selain itu atensi, juga bantuan yang dimanfaatkan sebagai dana simpan pinjam untuk yang di yang dapat dimanfaatkan kelompok. Sehingga pengaruh pemberdayaan ekonomi perempuan ada Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa melalui Kube “Maribu” adalah :

a. penambahan modal usaha yang digunakan untuk mengembangkan KUBE yang sebelumnya sudah berjalan namun terkendala oleh modal,

b. semakin berkembangnya kegiatan ekonomi dalam FSG melalui KUBE diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota,

c. semakin berkembangnya aktivitas dari keluarga pendukung disabilitas menjadikan mereka lebih terampil cakap dalam bersosial,

d. Peningkatan kesejahteraan anggota melalui peningkatan pendapatan yang diperoleh, terutama karena sebagian besar anggota adalah ibu rumah tangga.

(10)

e. Perkembangan produk hasil KUBE “Maribu” yang bermula hanya sabun cuci piring cari kini mulai mencoba sabun mandi cair.

f. Mulai terbentuknya kemandirian individu.

.

Simpulan

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemberdayaan ekonomi perempuan pada Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa melalui KUBE “Maribu” adalah tingkat sumber daya kualitas sumber daya manusia anggotanya, tercermin dari tingkat pendidikan para anggota dan pekerjaanya sebagai ibu rumah tangga dan petani. Minimnya pengembangan diri melalui kegiatan usaha bersama dirasakan dalam sulitnya pengembangan produk juga pemasaran produk KUBE

“Maribu” masih hanya di wilayah Watumalang hanya dititipkan di sekitar warung warung kelontong sekitar wilayah Watumalang ataupun hanya digunakan oleh para anggota sebagai kebutuhan alat cuci sendiri.

Pemilihan klister usaha yang kurang tepat dan kurang diterima pasar merupakan bagian dari kendala, namun juga salah satu jalan untuk menemukan usaha yang paling tepat. Ini merupakan salah satu kendala sekaligus kekuatan yang peneliti lihat dari semangat FSG disabilitas dalam menjalankan kegiatan usaha dalam kelompoknya. Meski kegiatan usahanya bermula dan berubah-ubah karena tidak berkembang, namun mereka tidak berhenti berusaha.

Kurangnya managerial organisasi, adanya ketimpangan kepengurusan dari kurang aktifnya para anggota baik dalam produksi maupun kepengurusandan tinggak kesungguhan anggota yang menjadikan FSG disabilitas dalam KUBE “Maribu” kurang berkembang.

Belum adanya upaya pemberdayaan lanjut terkait pengembangan inovasi pemasaran dan pengemasan produk menjadi salah satu kendala pembangunan minat dan jiwa wirausaha para anggota yang masih minim menjadikan mereka kurang antusias dalam memasarkan produk.

Terkendala pula dengan pangsa pasar yang sudah memiliki produk unggulan sabun cuci piring menjadikan sabun olahan warga masih jarang diminati.

Pembukuan dan administrasi KUBE “Maribu” masih dirasa kurang memadai mengingat pentingnya pembukuan ini untuk kegiatan evaluasi juga pengambilan keputusan. Pembukuan masih bersifat sederhana dan kurang sistematis.

Tidak dipungkiri aktifitas extra yang harus dijalani keluarga penyandang disabilitas dengan kendala masing-masing penyandang juga membatasi mobilitas mereka untuk beraktifitas.

Minimnya anggaran APBD II Kabupaten menjadi salah satu kendala pemberdayaan ekonomi oleh Dinas Sosial Pemberdayaan masyarakat dan Desa.

(11)

Referensi

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2016), Perempuan dan Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan (SDGs).

https://sdgs.bappenas.go.id/perempuan-dan-tujuan-pembangunan-berkelanjutan-sdgs/

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (n.d). Sekilas SDGs.

https://sdgs.bappenas.go.id/sekilas-sdgs/

Badan Pusat Statistik (n.d). Penyusunan Indeks Kesetaraan dan Pemberdayaan Gender, 2018.

https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/dasar/view?kd=3489&th=2018

Dewi, Yusriani Sapta (2011). Peran Perempuan dalam Pembangunan Berkelanjutan. PLPP : Jurnal Ilmiah Pendidikan Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan Vol. 2, No. 2, h.61 Dini, I. M., Fajriyah, Mahdiah, Y., Fahmadia, E., Lukitasari, I. (2020). Pembangunan Manusia

Berbasis Gender 2020. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

(Kemen PPPA).

https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/50a46-pembangunan-manusia-berbasis-gen der-2020.pdf

Firmansyah, Hairi (2012). Ketercapaian Indikator Keberdayaan Masyarakat dalam Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) di Kota Banjarmasin. Jurnal Agribisnis Perdesaan Vol.

2, No. 2, h.174

Kementrian Sosial Republik Indonesia (2019). Mensos Paparkan Visi Pembangunan

Kesejahteraan Sosial.

https://kemensos.go.id/mensos-paparkan-visi-pembangunan-kesejahteraan-sosial

Kementrian Sosial Republik Indonesia (2020). Dirjen PFM: Pembangunan Harus Berdimensi

Sosial, Ekonomi, dan Ramah Lingkungan.

https://kemensos.go.id/dirjen-pfm-pembangunan-harus-berdimensi-sosial-ekonomi-dan-ra mah

Muhartono, Djoko Siswanto (2020). Pentingnya Regulasi Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Daerah Di Kabupaten Kediri. Publiciana : Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vo. 13, No. 2, h.120

Myers, M. D., Idrus, M. S., Priyono (Ed) 2014. Penelitian Kualitatif di Manajemen Dan Bisnis.

Zifatama Publisher. Sidoarjo : Zifatama Publisher

Najiati, S. Asmana, A. Suryadiputra, I.N.N. (2005). Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut.

Wetlands International

(12)

Pertiwi, Nurlita (2017). Implementasi Sustainable Development di Indonesia. Pustaka Ramadhan.

http://eprints.unm.ac.id/15332/

Wibawa, Samodra (1991). Pembangunan Berkelanjutan : Konsep dan Kasus, Yogyakarta : PT.

Tiara Wacana

Referensi

Dokumen terkait

The need to find worthwhile employment for earning an income, the scope for which is extremely limited in rural West Bengal, especially in the districts mentioned earlier with the