• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN MAKANAN PADA ANAK BALITA

N/A
N/A
Aditiya Fajar Ichsani

Academic year: 2023

Membagikan "PEMBERIAN MAKANAN PADA ANAK BALITA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN MAKANAN PADA ANAK BALITA MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Gizi & Kesehatan Anak

Yang dibina oleh : Dra. Hj.Sukamti, M.Pd Dr.Candra Utama, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh :

Aditiya Fajar Ichsani (180151602036) Dimas Aji Pradana (180151602273) Ninda Chaesar Septarini (180151602080) Inayah Ari Utami (180151602339)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH MARET 2021

(2)

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan nikmat-Nya sehingga makalah tentang Pemberian Makan Pada Anak Balita ini dapat dengan baik terselesaikan meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Dra. Hj. Sukamti M.Pd dan Bapak Dr. Candra Utama, S.Pd, M.Pd selaku Dosen pengampu mata kuliah Gizi dan Kesehatan Anak yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penyusun, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas ini, semoga Allah SWT, membalas amal kebaikannya. Aamiin.

Dengan segala pengharapan dan doa semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Malang, Maret 2021

Penyusun

i

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan Penulisan...2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Penilaian Balita ... 3

2.2 Karakteristik Balita... 3

2.3 Pemberian Makan Pada Anak Balita... 3

2.4 Faktor Penyebab Balita Gizi Kurang Dan Gizi Buruk...7

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan... 10

3.2 Saran...10

DAFTAR RUJUKAN... iii

(4)
(5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Usia balita merupakan usia ketika seorang anak mengalami tumbuh kembang dan aktivitas yang sangat pesat dibandingkan dengan ketika masih bayi, serta kebutuhan zat gizi anak akan meningkat. Pemberian makanan juga akan lebih sering. Pada usia ini, anak sudah memiliki sifat konsumen aktif, yaitu telah dapat memilih makanan yang disukainya. Seorang ibu yang telah menanamkan kebiasaan makan dengan gizi yang baik pada usia dini akan lebih mudah mengarahkan makanan anak, karena anak telah mengenal makanan yang baik pada usia sebelumnya. Oleh karena itu, pola pemberian makanan sangat penting diperhatikan oleh orang tua. Secara umum, faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya pola makan anak adalah faktor ekonomi, sosial budaya, agama, pendidikan, dan lingkungan. Pola makan yang baik perlu dibentuk sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan gizi dan pola makan anak yang tidak sesuai, serta dapat menyebabkan asupan gizi berlebih atau kekurangan.

Asupan makanan yang berlebih dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit lain yang disebabkan oleh kelebihan gizi. Sedangkan asupan makanan yang kurang dari yang dibutuhkan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit.

Oleh karena itu, pola makan yang baik perlu dikembangkan untuk menghindari interaksi negatif dari zat gizi yang masuk dalam tubuh. Interaksi dapat terjadi antara suatu zat gizi dengan yang lain, atau dengan zat non gizi. Interaksi yang terjadi dapat bersifat positif (sinergis), negatif, dan kombinasi di antara keduanya. Interaksi dapat dikatakan positif jika membawa keuntungan dan dapat disebut negatif jika merugikan. Interaksi antara zat gizi dapat meningkatkan penyerapan atau mengganggu penyerapan zat gizi lain.

Pola makan pada balita sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan karena dalam makanan banyak mengandung gizi. Gizi merupakan bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan. Gizi memiliki keterkaitan yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan dan kecerdasan. Gizi juga sangat berpengaruh terhadap nafsu makan anak. Jika pola makan tidak terlaksana dengan baik pada balita maka pertumbuhan balita akan terganggu, tubuh kurus, pendek bahkan bisa terjadi gizi buruk pada balita.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari balita ? 2. Apa saja karateristik balita ?

3. Bagaimana pemberian makanan pada anak balita ? 4. Apa saja faktor penyebab gizi buruk pada balita ? 1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu : 1. Untuk mengetahui pengertian balita 2. Untuk mengetahui karakteristik dari balita

3. Untuk mengetahui mengenai pemberian makanan pada anak balita 4. Untuk mengetahui factor penyebab gizi buruk pada balita

(7)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Balita

Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk yang berada dalam rentan usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan batita (2-3 tahun), dan golongan prasekolah (>3-5 tahun). Adapun menurut WHO, kelompok balita adalah 0- 60 bulan (Adriani dan Bambang, 2014).

2.2 Karakteristik Balita

Menurut Persagi (1992) dalam buku Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi (Balanced Nutrition in Reproductive Health), berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “batita” dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia “prasekolah”(Irianto, 2014). Karakteristik balita, yaitu :

1. Anak usia 1-3 tahun. Pada usia 1-3 tahun anak akan menerima makanan yang disediakan orang tuanya. Laju pertumbuhan pada usia batita lebih besar dari usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar.

Tetapi, pada usia batita perut anak lebih kecil sehingga menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan dapat lebih kecil dibandingkan dengan anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan pada anak usia 1-3 tahun adalah makanan dengan porsi yang kecil namun frekuensinya sering.

2.

Anak usia prasekolah (3-5 tahun). Pada usia 3-5 anak sudah mulai aktif memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak cenderung akan mengalami penurunan karena anak beraktivitas lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak makanan yang disediakan orang tuanya.

2.3 Pemberian Makan pada Anak Balita

Masa balita merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan perlu perhatian yang serius. Pada masa ini balita perlu memperoleh zat gizi dari makanan

(8)

sehari-hari dalam jumlah yang tepat dan kualitas yang baik (Adriani dan Bambang, 2014).

Strategi Nasional Peningkatan pemberian ASI dan MP-ASI merekomendasikan pemberian makan yang baik dan tepat bagi bayi dan anak 0-24 bulan adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah lahir minimal selama satu jam, pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, mulai memberikan makanan pendamping ASI yang sesuai rekomendasi WHO dan UNICEF mulai usia enam bulan, meneruskan pemberian ASI sampai usia 2 tahun atau lebih.

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri untuk dapat menyusu pada ibu segera dalam satu jam pertama setelah lahir yang bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibu. Bayi dibiarkan setidaknya satu jam di dada ibu, sampai dia menyusu sendiri. Karena inisiatif untuk menyusu diserahkan kepada bayi maka istilah yang digunakan adalah inisiasi menyusu dini. Kebutuhan gizi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sampal usia 6 bulan cukup dipenuhi hanya dari ASI saja karena ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh kebutuhan gizi selama kehidupan.

Pemberian makanan yang terlalu dini dan tidak tepat mengakibatkan banyak anak yang menderita kurang gizi. Untuk Itu perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan sejak lahir secara rutin dan berkesinambungan.

Pada usia 6 sampai 9 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) yang berbentuk lumat halus karena bayi sudah memiliki reflek mengunyah. Contoh MP-ASI berbentuk halus seperti bubur susu, biskuit yang ditambah air atau susu, pisang dan pepaya yang dilumatkan. MP-ASI mulai diberikan sejak bayi berumur 6 bulan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan anak selain dari ASI.

MP-ASI harus mengandung gizi seimbang agar dapat memberikan semua nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serta serat. MP-ASI harus dimulai dengan makanan yang sudah dihaluskan atau bisa juga makanan encer yang sudah disaring. Perubahan tekstur makanan dari encer atau cair ke padat dapat dilakukan secara bertahap.

MP-ASI harus diberikan saat ASI eksklusif sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Sejak usia 6 bulan, ASI saja sudah tidak mencukupi kebutuhan energi, protein zat besi, vitamin D, seng, vitamin A sehingga diperlukan makanan

(9)

5

pendamping ASI yang dapat melengkapi kekurangan zat gizi makro dan mikro tersebut. Meskipun sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan zat gizi secara lengkap, pemberian ASI tetap dianjurkan karena dibandingkan dengan susu formula bayi, ASI mengandung zat fungsional seperti imunoglobulin, hormon, oligosakarida, dan lain- lain yang tidak ada pada susu formula bayi.

Pada usia 9 sampai 12 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lembek yaitu berupa nasi tim/bubur saring dengan frekuensi dua kali sehari. Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi dapat ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber zat lemak, yaitu santan atau minyak kelapa/margarin. Bahkan makanan ini dapat menambah kalori bayi, disamping memberikan rasa enak juga mempertinggi penyerapan vitamin A dan zat gizi lain yang larut dalam lemak. Nasi tim bayi harus diatur secara berangsur.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan MP-ASI pada bayi, yaitu : 1. Kesiapan Bayi. Selain usia, kesiapan bayi untuk menerima MP-ASI dapat

terlihat dari beberapa tanda berikut.

 Suka memasukkan tangan atau mainan ke dalam mulut.

 Sudah bisa duduk dan menahan kepalanya dalam posisi tegak, walau masih membutuhkan sandaran untuk menahan tubuhnya.

 Tertarik saat melihat seseorang makan, misalnya dengan bersuara

“aah” atau mencoba meraih sendok atau makanan yang sedang dipegang oleh orang tuanya.

 Adanya respons dari bayi dengan membuka mulutnya saat diberikan makanan atau sendok.

 Dapat meraih makanan dan memasukkannya ke mulut.

2. Jenis makanan yang diberikan. MP-ASI yang dapat diberikan kepada bayi secara bertahap adalah sebagai berikut.

Bubur khusus bayi. Bubur khusus bayi atau sereal bayi adalah salah satu jenis MP-ASI awal yang praktis dan mudah dibuat. Ibu dapat mencampurkan bubur atau sereal bayi dengan ASI atau susu formula.

MP-ASI sayur dan buah. Sesekali bayi dapat diberi sayur rebus atau kukus. Beberapa jenis sayuran yang baik untuk diberikan sebagai MP-ASI yaitu kentang, brokoli, wortel, bayam, dan ubi.

(10)

Selain itu, buah-buahan, seperti melon, apel, alpukat, pisang, dan pepaya, juga baik untuk diberikan sebagai MP-ASI untuk bayi.

Finger food. Finger food adalah makanan yang dipotong kecil hingga seukuran jari ibu agar mudah digenggam dan dimakan oleh bayi. Ibu dapat memberikan potongan pisang atau alpukat yang sudah matang sebagai finger food. Namun, finger food biasanya baru boleh diberikan kepada bayi mulai usia 9-12 bulan.

Makanan lanjutan. Jika sudah terbiasa mengonsumsi MP-ASI, ibu dapat memberikan makanan lain, seperti nasi, roti, tahu, tempe, telur rebus, serta ikan dan daging. Jenis makanan ini sudah bisa diberikan kepada bayi saat usianya 9 bulan.

3. Frekuensi dan jumlah MP-ASI. Awalnya, bayi dapat diberi makan setidaknya 2-3 kali sehari, dengan 1 kali makanan selingan. Namun, setelah berusia 8-9 bulan, bayi sudah mulai bisa makan sebanyak 3 kali sehari. Pada usia 12 bulan ke atas, bayi sudah bisa untuk makan 3-4 kali sehari. Jumlah MP-ASI awal yang disarankan adalah sekitar 2-3 sendok makan.

4. Kebersihan makanan. Kebersihan makanan juga menjadi hal penting yang harus diperhatikan, makanan yang diberikan pada anak hendaknya memenuhi beberapa persyaratan, yaitu bersih dari kotoran dan kuman, telah dimasak, telah dicuci dan mengandung gizi yang cukup.

Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan penimbangan anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) (Proverawati dan Erna, 2010).

Anak yang berusia 1 sampai 3 tahun akan mengalami masa transisi dalam pilihan makanan dan kebiasaan makan. Untuk merangsang minat dalam pola makan sehat, ibu dapat menyediakan berbagai makanan dengan warna menarik, tekstur yang berbeda dan rasa baru. Batasi pemberian jus, permen dan makanan tanpa kalori.

Setelah tahun pertama, anak akan tumbuh lebih lambat dan nafsu makan dapat berkurang. Mereka bereksplorasi dengan makanan mereka sendiri, pertama dengan jari, kemudian dengan menggunakan peralatan makan pada usia 15 sampai 18 bulan.

(11)

7

Anak membutuhkan berbagai makanan, seperti nasi, buah, sayuran, daging, lemak, minyak, gula dan garam.

Susu juga penting bagi pola makan balita karena mengandung kalsium dan vitamin D untuk membantu membangun tulang yang kuat. Pada usia satu dan dua tahun, anak dapat minum susu yang mengandung lemak makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal dan perkembangan otak. Setelah usia dua tahun, makanan harus dilengkapi dengan susu dan produk susu agar dapat memenuhi kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan tulang dan gigi.

Dari umur 3 sampai 5 tahun, individualitas anak akan berkembang. Mereka akan memiliki pola makan yang lebih unik dan lebih menyadari preferensi makanan mereka daripada anak-anak yang di bawah usia 3-5 tahun, anak akan lebih sering menikmati makanan sebagai bagian dari kelompok karena mereka dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Susu yang diberikan harus dapat memenuhi kebutuhan kalsium bagi pertumbuhan tulang. Batasi asupan jus dan minuman manis, tetapi berikan buah dan biji-bijian sebagai makanan ringan. Makanan-makanan manis dapat diberikan secara tidak berlebihan karena memiliki kalori yang tinggi dan nilai gizi yang rendah.

Secara umum, makanan-makanan yang harus diberikan pada anak balita, yaitu sayuran, buah-buahan, makanan berkarbohidrat, susu dan prooduk olahanannya, serta makanan yang mengandung protein (daging, ikan, telur, kacang-kacangan, tahu, tempe). Protein diperlukan sebagai zat pembangun, yaitu untuk pertumbuhan dan sumber energi.

2.4 Faktor Penyebab Balita Gizi Kurang Dan Gizi Buruk

Pada umumnya, malnutrisi merupakan hasil kombinasi dari asupan makanan yang tidak cukup dan infeksi. Pada anak kecil, malnutrisi identik dengan kegagalan pertumbuhan, anak yang mengalami malnutrisi akan cenderung lebih pendek, lebih kurus dan lebih ringan dari pada anak yang seusia mereka. (UNICEF, 1998).

Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya masalah gizi.

Tahapan penyebab timbulnya kekurangan gizi adalah sebagai berikut.

1) Penyebab Langsung

Terdapat dua faktor langsung yang mempengaruhi status gizi individu, yaitu faktor makanan dan penyakit infeksi, keduanya saling berpengaruh. Sebagai contoh, bayi dan anak yang tidak mendapat ASI dan makanan pendamping ASI

(12)

infeksi. Penyakit infeksi seperti diare dan infeksi saluran pernafasan atau (ISPA) mengakibatkan asupan zat gizi tidak dapat diserap tubuh dengan baik.

Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang mempengaruhi syarat makanan beragam, bergizi seimbang dan aman. Pada tingkat mikro, konsumsi makanan individu dan keluarga dipengaruhi oleh ketersediaan pangan yang ditujukkan oleh tingkat produksi dan distribusi pangan.

Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang berkaitan dengan tingginya kejadian penyakit menular dan buruknya kesehatan lingkungan.Untuk itu, cakupan universal untuk imunisasi lengkap pada anak sangat mempengaruhi kejadian kesakitan yang perlu ditunjang dengan tersedianya air minum bersih dan higienis sanitasi yang merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung.

2) Penyebab Tidak Langsung

Penyebab tidak langsung digambarkan dengan adanya tiga penyebab tidak langsung gizikurang yakni (Aritonang, 2014):

 Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai, sehingga setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik maupun jumlah mutu gizinya.

 Pola pengasuhan anak kurang memadai, sehingga setiap keluarga dan masyarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang dengan normal baik fisik, mental dan sosial.

 Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai, sehingga sistem pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

(13)

9

(14)

PENUTUP 3.1 Simpulan

Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk yang berada dalam rentan usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan batita (2-3 tahun), dan golongan prasekolah (>3-5 tahun). Balita berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “batita” dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia “prasekolah”(Irianto, 2014).

Kebutuhan gizi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sampal usia 6 bulan cukup dipenuhi hanya dari ASI saja karena ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh kebutuhan gizi. usia 6 sampai 9 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) yang berbentuk lumat halus karena bayi sudah memiliki reflek mengunyah. Pada usia 9 sampai 12 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lembek yaitu berupa nasi tim/bubur saring dengan frekuensi dua kali. Umur 3 sampai 5 tahun, individualitas anak akan berkembang. Mereka akan memiliki pola makan yang lebih unik dan lebih menyadari preferensi makanan mereka daripada anak-anak yang di bawah usia 3-5 tahun, anak akan lebih sering menikmati makanan sebagai bagian dari kelompok karena mereka dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial

3.2 Saran

Pada tingkat mikro, konsumsi makanan individu dan keluarga dipengaruhi oleh ketersediaan pangan yang ditujukkan oleh tingkat produksi dan distribusi pangan.

Pemberian makan pada anak balita harus memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang mempengaruhi syarat makanan beragam, bergizi seimbang dan aman. Pada setiap keluarga dan masyarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang dengan normal baik fisik, mental dan sosial.

10

(15)

DAFTAR RUJUKAN

Adrian, K. 2019. Panduan Memperkenalkan Makanan Pendamping ASI Untuk Bayi.

(Online),(https://www.alodokter.com/inilah-urutan-memperkenalkan-makanan- pendamping-asi-untuk-bayi), diakses 7 Maret 2021.

Depkes RI. 2006. Kebutuhan Energi Pada Balita Umur 6-24 Bulan. Jakarta: Dirjen Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat.

Depkes RI. 2006. Kebutuhan Protein Pada Balita Umur 6-24 Bulan. Jakarta: Dirjen Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat.

Hidayat, A.A. 2011. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Selamba Medika.

Hidayat, S. 2003. Buku Pintar SAINS (Ilmu Pengetahuan Alam) untuk Sekolah Dasar Kelas 3, 4, 5 dan 6. Surabaya: APOLLO.

Marimbi, H. 2010. Tumbuh Kembang Statuts Gizi dan Imunisasi Dasar Pada Balita.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Purwani, E & Mariyam. 2013. Pola Pemberian Makan dengan Status Gizi Anak Usia 1 sampai 5 Tahun di Kabunan Taman Pemalang: Jurnal Keperawatan Anak, 1(1), 30¯

36. Dari https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKA/article/view/903/957.

Sumaiyah, (2008). Hubungan antara pola pemberian nutrisi dan perubahan berat badan pada balita di posyandu, Desa Putat, Tanggulangin. Tanggulangin : Politeknik Kesehatan Surabaya.

Widdaryanti, R. 2019. Pemberian Makan Bayi dan Anak. Yogyakarta: Deepublish.

Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi untuk kesehatan ibu dan anak . Yogyakarta : Graha Ilmu.

Referensi

Dokumen terkait