• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN VAKSIN ORAL GENIUS MG-1 MEMPERBAIKI GEJALA SESAK NAFAS PARAH PADA PASIEN COVID-19 SEBUAH LAPORAN KASUS

N/A
N/A
Hendro Yulieanto

Academic year: 2024

Membagikan "PEMBERIAN VAKSIN ORAL GENIUS MG-1 MEMPERBAIKI GEJALA SESAK NAFAS PARAH PADA PASIEN COVID-19 SEBUAH LAPORAN KASUS "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

GENIUS MG-1 CASE REPORT-2

PEMBERIAN VAKSIN ORAL GENIUS MG-1 MEMPERBAIKI GEJALA SESAK NAFAS PARAH

PADA PASIEN COVID-19

SEBUAH LAPORAN KASUS

ABSTRAK

Sejak bulan Januari 2020, wabah infeksi novel coronavirus (2019-nCoV) 2019 yang berawal di China telah menyebar secara progresif ke seluruh dunia, sehingga WHO kemudian menyatakannya sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian dunia internasional. Indonesia termasuk salah satu negara di Asia yang terkena wabah ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kemudian pada 11 Februari 2020 mengumumkan nama baru untuk penyakit epidemi yang disebabkan oleh novel coronavirus 2019 sebagai Penyakit Corona Virus (COVID-19). Dan sejak keadaan ini dinyatakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai tanggap darurat bencana sejak 13 April 2020 maka statusnya terus berlanjut hingga sekarang.

Laporan ini menguraikan tentang penggunaan vaksin oral Genius MG-1, yang dinyatakan sebagai kelompok Vaksin Berbasis mRNA-SARS-CoV-2, sebagai pengobatan suportif yang telah diberikan kepada seorang pria berusia 47 tahun yang menderita gejala pernapasan parah akibat Covid-19.

Datang sendiri ke IGD dengan keluhan demam ringan, dan nyeri di sekujur tubuh yang diduga akibat aktivitas olahraga, pasien ternyata mengalami sesak dan kesulitan pernapasan parah yang berkembang sangat progresif beberapa hari kemudian. Pasien yang sebelumnya dirawat di bangsal umum dengan diagnosis sebagai flu biasa, akhirnya dipindahkan ke Ruang Isolasi Covid-19 setelah hasil positif pada Rapid Diagnostic Test (RDT) dan Rt-PCRnya. Pemeriksaan foto sinar-X juga menunjukkan terjadinya bronkopneumonia yang semakin memburuk. Penggunaan High Flow Nasal Cannule (HFNC) yang disesuaikan secara hati-hati untuk mempertahankan SpO2>

95% telah membantu pasien dalam menghadapi gangguan pernafasannya. Sebagai adjuvan untuk perawatan yang telah diberikan, kami memutuskan untuk menggunakan vaksin oral Genius MG-1. Keesokan harinya setelah pemberian Genius MG-1, setting HFNC bisa dengan mudah disesuaikan dan pasien juga menunjukkan perbaikan besar pada gejala sesaknya.

Meskipun dalam kasus ini pemberian Genius MG-1 telah terbukti efektif untuk memperbaiki gejala pasien, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menetapkan dosis yang lebih efektif, alur pengobatan, serta meyakinkan tidak adanya efek samping dari vaksin oral baru ini.

Kata kunci: vaksin oral, mRNA, vaksin Covid-19, antibodi Covid-19

PRAVITNA

GENIUS SEL

(2)

1. PENDAHULUAN

Sebagaimana halnya negara lain di dunia, hingga awal Pebruari 2021, Indonesia juga masih berada dalam situasi darurat pandemi akibat wabah COVID-19.

Status darurat bencana yang ditetapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sejak 13 April 2020 masih terus berlanjut hingga saat ini.1

COVID-19 telah dinyatakan sebagai penyebab pneumonia parah dan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) dengan tingkat kematian yang sangat tinggi.2 Virus ini biasanya menyebar dengan cepat dari satu orang ke orang lain melalui tetesan udara pernapasan yang dihasilkan selama batuk dan bersin. Saat yang dianggap paling menular adalah ketika penderita sudah bergejala, meskipun penularan juga dimungkinkan terjadi bahkan sebelum gejala terlihat pada pasien. Rentang waktu sejak mulai terpapar dan timbulnya gejala umumnya adalah antara 2 dan 14 hari, dengan rata-rata lima hari. Gejala umum yang sering dialami berupa demam, batuk, bersin, dan sesak napas. Komplikasi yang mungkin terjadi termasuk pneumonia, nyeri tenggorokan, dan sindrom gangguan pernapasan akut. Sampai saat ini belum ada pengobatan yang disetujui untuk melawan pandemi virus ini. Bahkan hingga saat ini, tidak ada pengobatan atau vaksin antivirus khusus, melainkan upaya berupa terapi suportif untuk menangani gejala saja.

Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, ada 207.855 kasus yang dikonfirmasi dan 8648 kematian akibat COVID-19 pada 19 Maret 2020 dan telah terus meningkat pesat hingga saat ini.3

Dalam laporan ini kami menyajikan kasus pria paruh baya yang ditemukan positif COVID-19, dengan keluhan demam, batuk, dispnea, dan sesak napas serta membutuhkan bantuan terapi oksigen menggunakan alat High Flow Nasal Cannule (HFNC) dan ternyata mengalami perbaikan setelah pemberian Genius MG-1, sebuah vaksin mRNA oral.

Dalam tulisan ini dilaporkan tentang penggunaan Genius MG-1, vaksin oral berdasarkan teknologi mRNA yang diproduksi oleh Pravitna Genius Sel di Ukraina.

Seperti vaksin lainnya, Genius MG-1 ini melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengenali beberapa protein virus yang disebut antigen. Keunggulan vaksin ini menawarkan kesederhanaan penggunaannya, yaitu melalui asupan oral sebagai kapsul.

2

(3)

2. LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki berumur 47 tahun datang ke IGD RS A dengan keluhan utama demam sejak sehari sebelumnya dan seluruh badannya pegal-pegal, menurut perkiraan pasien keluhannya itu adalah akibat dari aktivitas olahraga berat beberapa hari sebelumnya. Ia mengaku tidak terlibat kontak langsung dengan orang yang mengidap Covid-19. Sehingga saat itu dia dimasukkan ke bangsal untuk menjalani perawatan untuk keluhan demamnya yang tidak spesifik.

Pada 24 Januari 2021, sebagai prosedur standar untuk semua pasien dengan riwayat demam, ia menjalani Rapid Diagnostic Test (RDT) untuk Covid-19, dan hasilnya menunjukkan Ig M reaktif dan antigen positif. Sehari setelah itu, pasien juga dikonfirmasi dengan tes PCR (Polymerase Chain Reaction) yang menunjukkan hasil positif. Pasien selanjutnya ditetapkan sebagai pasien terduga Covid-19 dan kemudian dipindahkan ke Ruang Isolasi. Hingga saat ini, tanda-tanda vitalnya tidak menunjukkan tanda apapun kecuali demam ringan, sesuai keluhan. Hasil pengukuran TD 110/79 mmHg, HR 78 denyut/menit, RR 20 napas/menit, suhu 37,9 C, dan Saturasi Oksigen⁰ Perifer (SpO2) 99% saat menghirup udara biasa. Pemeriksaan radiologi rontgen dada sama sekali tidak menunjukkan adanya gambaran bronkopneumonia (Gambar 1a).

Penatalaksanaan pasien meliputi pemberian O2 3 lpm melalui kanula hidung, infus natrium klorida (Na Cl) 0,9% 500 cc dengan kecepatan 28 tetes per menit, injeksi Heparin 5000 IU, Oseltamivir 2x75 mg per oral, 1x750 mg Levofloxacin per oral, dan 1 gram infus Paracetamol bila perlu. Terapi ini diberikan secara teratur hingga tanggal 26 Januari 2021.

Selama masa perawatan, pasien yang mengalami peningkatan keparahan gejala secara bertahap mulai dari hari ke-4, tanggal 26 Januari 2021, yaitu ketika pasien mulai mengeluh mengalami batuk kering dan sesak napas ringan. Saat ini masih diberikan oksigen melalui kanula hidung 3 liter/menit seperti pengobatan sebelumnya, namun ternyata pada pagi berikutnya, yaitu tanggal 28 Januari 2021 gejala batuk dan dispnea semakin memburuk. Pemberian terapi oksigen menggunakan kanula hidung 3 liter/menit tidak lagi mencukupi dan saturasi oksigen (SpO2) telah menurun hingga 93%. Pasien kemudian diberikan terapi oksigen 8 lpm melalui Non Rebreathing Mask (NRM) untuk memenuhi kebutuhan oksigenasinya agar mencapai SpO2 lebih tinggi dari 95%. Penggunaan alat HFNC dimaksudkan untuk menjaga agar suplai oksigen cukup untuk memasok kebutuhan oksigen seluruh tubuh. Aliran oksigen tinggi diberikan hingga 60 liter per menit (lpm) secara bertahap untuk menghasilkan SpO2 95 - 98%.

Pemeriksaan fisik juga menunjukkan bahwa sejalan dengan munculnya batuk kering, auskultasi bidang paru bilateral mulai menunjukkan gambaran ronki. Foto rontgen dada (Gambar 1b) menunjukkan gambaran opaque dan kekeruhan bilateral di seluruh bidang paru-paru dengan dominasi pada lobus paru-paru bawah dan sangat besar dugaannya adalah kemungkinan pneumonia akibat COVID-19. Terapi low molecular

(4)

weight heparin (LMWH) diberikan secara subkutan dua kali sehari dengan dosis 0,4 ml, bersama dengan nebulizer heparin 3 cc setiap 6 jam sebagai profilaksis untuk kejadian prothrombotik. Namun kondisi pasien ternyata semakin memburuk dan dua hari setelah itu kondisi pasien terus memburuk. Ia mengalami hipoksia hingga saturasi oksigen 85%

saat masih menggunakan HFNC sehingga alirannya terpaksa harus disesuaikan secara progresif hingga mencapai 65 lpm. Uji gas darah arteri saat itu menunjukkan pH 7,43, PCO2: 32, PO2: 69, HCO3: 24, laktat: 1, dan saturasi oksigen 94%.

Ditinjau dari hasil pemeriksaan radiologi rontgen dada, data pasien menunjukkan perkembangan yang signifikan mulai dari saat pasien diperiksa pada hari ke-3 pengobatan, 25 Januari 2021. Dimana pada saat dilakukan pemeriksaan pertama ini gambaran radiologi belum menunjukkan adanya kelainan yang berarti (Gbr. 1a). Namun hanya dalam waktu 3 hari, tepatnya pada tanggal 28 Januari 2021, pada saat pasien mulai mengeluhkan gejala batuk dan sesak, pada pemeriksaan X-ray ternyata sudah terlihat jelas tanda-tanda khas bronkopneumonia (Gambar 1b). Begitu pula pada saat pemeriksaan X-ray dilakukan empat hari kemudian, pada tanggal 1 Februari 2021, tanda-tanda bronkopneumonia masih tergambarkan dengan sangat jelas, sama dengan sebelumnya (Gbr. 1c).

Gb. 1. Hasil pemeriksaan radiologi X-ray dada pasien. 4

(5)

Gejala klinis berupa batuk kering dan sesak yang semakin parah ditunjukkan dengan peningkatan laju pernapasan (RR), bahkan hingga mencapai 32 napas/menit, dan penurunan saturasi oksigen (SpO2). Dengan bantuan terapi oksigen HFNC, SpO2 masih bisa dipertahankan > 95%, tetapi untuk itu membutuhkan aliran oksigen yang sangat tinggi, bahkan hingga 65 lpm. Sehingga pada saat itu diputuskan untuk mencoba modalitas terapi lain diluar terapi standar yang telah diberikan selama dalam masa perawatan.

Tabel 1. Pemeriksaan tanda vital pasien selama perawatan.

(6)

Pada tanggal 4 Januari 2021 mulai diberikan oral Genius MG-1 kepada pasien sebagai terapi suportif, dengan jadwal dua kali sehari pada pagi dan sore hari, 1 jam sebelum makan. Genius MG-1 adalah vaksin oral berdasarkan teknologi mRNA yang diproduksi oleh PT. Pravitna Genius Sel di Ukraina. Seperti halnya cara kerja vaksin lainnya, Genius MG-1 ini melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengenali beberapa protein virus khas yang disebut antigen. Namun demikian, keunggulan vaksin ini menawarkan kesederhanaan penggunaan melalui asupan oral sebagai kapsul.

Pada hari keempat setelah pemberian Genius MG-1, pasien sudah mulai cukup stabil dan hanya memerlukan pengaturan aliran HFNC yang lebih rendah. Untuk hari- hari berikutnya pasien menunjukkan perbaikan lebih besar dalam gambaran kondisi umumnya. Pada hari ke 25 rawat inap, hasil test polymerase chain reaction (PCR) menunjukkan hasil negatif, sehingga pasien dianggap sembuh secara klinis dan dipulangkan dengan perjanjian untuk follow up rawat jalan.

6

Gb. 2. Diagram pemeriksaan tanda vital pasien.

(7)

Tabel 2. Hasil pemeriksaan Lab selama masa perawatan.

Selama masa perawatan, test laboratorium darah khusus juga dilakukan untuk menganalisis dan memperkirakan perkembangan keparahan penyakit Covid-19 pada pasien. Beberapa item yang diperiksa pada hari-hari awal pengobatan mengkonfirmasi terjadinya proses inflamasi umum dalam tubuh pasien, dua di antaranya adalah data peningkatan sel darah putih (leukosit) dan CRP kuantitatif untuk Covid-19. Selain itu, terjadi pula penurunan kadar limfosit dan peningkatan kadar D-Dimer dalam darah.

Semua hasil pemeriksaan laboratorium ini sejalan dengan gejala klinis pasien yang semakin memburuk. Namun, ketika masa kritis mulai berlalu dan pasien akhirnya mengalami kemajuan, semua variabel laboratorium ini juga kembali ke nilai standar untuk orang sehat (Tabel 2).

3. DISKUSI

Dalam laporan ini, kami menguraikan gejala klinis, manajemen, terapi, dan perkembangan kasus pria berusia 47 tahun yang berhasil memasuki fase pemulihan dari serangan COVID-19 yang ganas. Hal ini bermula pada saat masuk rumah sakit, karena tidak ada tanda khusus yang mengarah pada diagnosis Covid-19, kami hanya memberikan perawatan standar kepada pasien ini seperti halnya pasien flu biasa di rumah sakit. Tetapi setelah terjadi perkembangan secara mendadak pada gambaran keparahan gejala, maka penilaian status kritis, dan manajemen klinis dengan oksigen dengan High Flow Nasal Cannule (HFNC) sebagai kasus yang parah mulai disiagakan.

(8)

Dalam laporan kasus ini, dijelaskan bagaimana gagal napas akut yang dipicu oleh COVID-19 akhirnya bisa diatasi.

Virus Covid-19 biasanya menyebar dengan cepat dari satu orang ke orang lain melalui tetesan udara pernapasan yang dihasilkan saat batuk dan bersin. Ini dianggap paling menular ketika orang-orang bergejala, meskipun penularan juga dimungkinkan terjadi bahkan sebelum gejala muncul pada pasien. Orang dengan COVID-19 memiliki berbagai gejala yang dilaporkan mulai dari gejala ringan hingga penyakit parah. Gejala umum termasuk demam, batuk, bersin dan dispnea (sesak napas) atau kesulitan bernapas, kelelahan, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, kehilangan rasa atau bau baru, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, mual atau muntah, dan bahkan diare.

Sedangkan komplikasi dapat berupa pneumonia, nyeri tenggorokan, dan sindrom gangguan pernapasan akut.4,5 Waktu sejak pajanan dan timbulnya gejala umumnya antara 2 dan 14 hari, dengan rata-rata lima hari. Dengan berbagai macam gejala awal, pasien dapat berkisar dari infeksi tanpa gejala hingga penyakit yang parah. Sekitar 14%

(13,8%, n = 44.672) pasien mengalami gejala sangat parah, yang membutuhkan rawat inap dan dukungan oksigen, dan sekitar 5% memerlukan manajemen unit perawatan intensif.6 Meskipun sangat menular, sebagian besar orang yang terinfeksi COVID -19 tidak mengalami gejala apapun. Gejala yang paling sering dialami adalah batuk kering, demam, dan kesulitan bernapas. Namun, ada juga segudang gejala atipikal yang mungkin jarang dilaporkan.7 Gejala atipikal yang paling sering didokumentasikan termasuk malaise, disorientasi dan kelelahan. Sebagian besar pasien juga mengalami hilangnya kemampuan membau dan merasa. Sekitar 10 persen pasien COVID-19 mengalami gejala gastrointestinal, seperti diare, muntah, dan sakit perut. Pasien yang kami laporkan ini pertama kali datang di IGD tanpa gejala kritis, kecuali demam dan nyeri tubuh. Selain itu, dia juga menyatakan tidak pernah berhubungan dengan pasien terduga Covid-19 beberapa hari sebelumnya. Sehingga sangat masuk akal untuk memasukkan pasien ke bangsal tanpa menaruh kecurigaan tentang Covid-19.

Hingga perkembangan saat ini, COVID-19 untuk sementara dapat didiagnosis berdasarkan gejala dan dikonfirmasi dengan test Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dari sekret yang terinfeksi atau pemeriksaan CT-Scan dada.8,9 Namun penelitian yang dilakukan oleh Xuanyang et al., lebih menyarankan penggunaan gambar radiologi sinar-X untuk membedakan SARS-CoV dan pneumonia tipikal karena sebab lain, dengan alasan bahwa menggunakan rontgen dada adalah metode yang lebih cepat, lebih mudah, lebih murah, dan tidak terlalu berbahaya dibandingkan CT-Scan.10 Gambaran khas bronkopneumonia COVID-19 ditunjukkan dengan adanya bercak atau infiltrat di basal dan perifer, lobus bawah, dimana gambaran tersebut bersifat multilobar. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan terhadap swab nasofaring, dimana berdasarkan hasil pemeriksaan rRT-PCR swab tersebut digunakan untuk mendapatkan diagnosis pasti COVID-19. Pasien ini telah menjalani Rapid Diagnostic Test (RDT) untuk Covid-19, dan hasilnya menunjukkan Ig M reaktif dan antigen positif dan sehari setelahnya dia juga dikonfirmasi setelah test reverse

8

(9)

transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) menunjukkan hasil positif. Pasien kemudian ditetapkan sebagai tersangka Covid-19 dan dipindahkan ke Ruang Isolasi.

COVID-19 adalah penyebab pneumonia virus parah yang dengan cepat mengarah ke ARDS. Dalam studi yang melibatkan rangkaian kasus sebanyak 135 pasien Covid- 19, Wan et al melaporkan 88,9% pasien mengalami demam dan 76,5% mengalami batuk. Kelelahan dan mialgia (32,5%), sakit kepala (17,7%), dan dispnea (13,3%) lebih jarang dilaporkan.11 Beberapa gejala ini juga ditemukan pada pasien kami. Demam dan mialgia atau nyeri tubuh menghilang tak lama setelah ia dirawat di bangsal, tetapi tiba- tiba berubah dengan gejala batuk kering dan dispnea atau sesak yang sangat progresif.

Sesuai prosedur penanganan yang berdasarkan tingkat keparahan penyakit, maka terapi oksigen, pemberian cairan infus, dan bantuan pernafasan diberikan secara hati- hati disesuaikan dengan gejala, dengan target tercapainya saturasi oksigen > 95%.

Maka ketika terapi oksigen 3 lpm kanula hidung sudah tidak mencukupi lagi, ditingkatkan dengan NRM 8 lpm, dan kemudian naik menjadi menggunakan HFNC yang bahkan mencapai 65 lpm untuk memperoleh SpO2 <95%. Perawatan ini dilakukan dengan sangat hati-hati dan progresif, karena kegagalan untuk segera mengenali dan mengobati pneumonia COVID-19 dapat menyebabkan peningkatan peluang kematian.

Tes laboratorium darah juga dilakukan secara berkala pada pasien. Hasil laboratorium pada hari ke 3 menunjukkan 66% neutrofil dan 24% limfosit, disini terlihat nilai neutrofil tinggi sedangkan nilai limfosit masih tergolong normal. Rasio Neutrofil terhadap Limfosit (NLR) adalah 2,75. Pada hari ke 7 nilai Neutrofil sebesar 70%, limfosit 12% dan NLR 5,83. Peningkatan nilai NLR ini ternyata sejalan dengan tingkat keparahan gejala klinis. Dibandingkan dengan kondisi pada hari ke 19, saat keadaan membaik, tampak bahwa nilai neutrofil menurun menjadi 63% dan limfosit 20%, NLR 3,15, dan jauh lebih baik pada hari ke 22, saat nilai NLR menunjukkan 1,72. NLR dikenal sebagai penanda peradangan dan infeksi sistemik, yaitu bertindak sebagai prediktor infeksi bakteri, termasuk pneumonia. Pada banyak kasus COVID-19 sering ditemukan kadar neutrofil yang tinggi dan kadar limfosit yang rendah (limfopenia).12,13 Parameter ini diperlukan untuk menentukan prognosis infeksi, inflamasi dan beberapa jenis kanker. Neutrofil sendiri berfungsi sebagai pertahanan terhadap invasi mikroba atau fagositosis. Sel-sel ini memiliki peran penting dalam diagnosis peradangan dan infeksi. Sedangkan limfosit merupakan sel kecil yang berpindah ke tempat inflamasi.

Limfosit juga merupakan sumber imunoglobulin yang penting dalam respon imun seluler tubuh. Limfosit memiliki peran untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri. Limfopenia absolut terjadi pada kasus yang parah. Nilai NLR diperoleh dengan membagi nilai diff netrofil dibagi dengan nilai diff limfosit. Untuk diagnosa Covid-19 nilai NLR memiliki cut off limit sebesar 3,13.14,15,16 Selain itu, CRP pasien yang tinggi pada hari ke-3 (1,95 mg / dl) juga menggambarkan tanda-tanda awal fase inflamasi berat.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar CRP yang tinggi berkorelasi positif dengan tingkat keparahan lesi paru dan keparahan penyakit.17 Proses inflamasi berat yang sejalan dengan kadar CRP yang tinggi pada hari ke-3, dalam hal ini juga tercermin dari hasil rontgen dada pada tanggal 28 Januari, dengan infiltrat bilateral yang nyata.

(10)

Sedangkan gambaran lesi dada yang membaik pada hari ke-19, ternyata juga berkorelasi dengan kadar CRP yang lebih rendah (0,10 mg / dl).

Saat ini, masih belum ada pengobatan atau vaksin antivirus khusus yang diberikan kepada pasien Covid-19. Upaya yang dilakukan masih berupa terapi suportif untuk meredakan keparahan gejala. Bergantung pada tingkat keparahan, terapi oksigen, cairan intravena, dan bantuan pernapasan mungkin diperlukan.18 Sebagai tambahan dari perawatan yang telah diberikan di bangsal selama masa perawatan, kami memutuskan untuk menggunakan vaksin oral Genius MG-1, sebuah sediaan berdasarkan teknologi vaksin mRNA yang diproduksi oleh PT. Pravitna Genius Sel Di Ukraina. Keesokan harinya setelah pemberian Genius MG-1 gejala klinis seperti sesak nafas dan SpO2 berangsur-angsur membaik dan ia menunjukkan perbaikan besar sehingga pengaturan aliran oksigen yang diberikan melalui alat HFNC bisa dilakukan dengan lebih mudah, dalam tujuan untuk mencapai SpO2 > 95%.

Dibandingkan jenis vaksin lain yang sudah dipergunakan lebih lama, vaksin mRNA merupakan jenis vaksin baru yang diyakini memiliki kemampuan untuk melindungi dari penyakit infeksi. Cara kerja vaksin mRNA untuk memicu respons imun, bukanlah dengan cara memasukkan kuman yang dilemahkan atau tidak aktif ke dalam tubuh, seperti halnya vaksin konvensional. Sebaliknya, vaksin mRNA, secara teori, dimaksudkan untuk mengajari sel kita cara membuat protein yang memicu respons imun di dalam tubuh kita. Respon imun itulah yang selanjutnya akan menghasilkan antibodi, yang melindungi kita dari infeksi jika virus sebenarnya memasuki tubuh kita.19

Vaksin mRNA COVID-19 memberikan instruksi kepada sel-sel kita untuk membuat bagian yang tidak berbahaya dari apa yang disebut "spike protein". Spike protein ini ditemukan di permukaan virus yang menyebabkan COVID-19. Setelah instruksi (mRNA) berada di dalam sel kekebalan, sel menggunakannya untuk membuat potongan protein. Setelah potongan protein dibuat, sel memecah instruksi dan membuangnya. Selanjutnya, sel menampilkan potongan protein di permukaannya.

Sistem kekebalan kita akan mengenali bahwa protein tersebut bukanlah protein asli milik tubuh, sehingga mulai dibangun respons kekebalan dan pembuatan antibodi, seperti yang terjadi pada infeksi alami terhadap COVID-19. Lebih jauh, di akhir proses, tubuh kita telah belajar bagaimana melindungi dari infeksi di masa depan. Manfaat vaksin mRNA, seperti semua vaksin lainnya, adalah mereka yang divaksinasi mendapatkan perlindungan ini tanpa harus mengambil risiko konsekuensi serius dari penyakit COVID-19.19

Genius MG-1 dirancang sebagai kapsul yang dilindungi dengan selaput khusus vaksin yang dikemas dalam lapisan polimer yang dapat terurai secara biologis dan mencegah kerusakan di dalam lambung.20,21 Kapsul ini terbuat dari polimer yang dapat terurai secara hayati, yang memiliki kecenderungan untuk menjalani hidrolisis non- enzimatik dalam kondisi in vivo, dan sekaligus telah dilaporkan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai sistem pengiriman yang efisien melalui jalur oral, karena struktur kimiawi ini mampu melindungi vaksin saat melewati lambung serta memungkinkan pelepasan secara bertahap di dalam usus.22

10

(11)

Gambaran radiologis pada hari pasien dinyatakan boleh keluar dari perawatan rumah sakit menunjukkan perbaikan yang signifikan, namun kami yakin bahwa kerusakan jaringan yang telah disebabkan oleh virus Covid-19 cukup parah dan memerlukan waktu untuk kesembuhannya. Oleh karena itu, konsumsi vaksin oral Genius MG-1 akan disarankan untuk dilanjutkan hingga mencapai kurang lebih 1 bulan terhitung sejak pemberian awal.

4. KESIMPULAN

COVID-19 adalah infeksi serius yang menyebabkan ribuan kasus pneumonia parah, ARDS, dan bahkan kematian di seluruh dunia. Dikarenakan jumlah kasus dan kematian akibat Covid-19 terus meningkat, maka perlombaan dalam mengembangkan obat pilihan untuk menangani penyakit ini masih menjadi fokus sistem perawatan kesehatan global. Namun demikian, sampai saat ini belum ada pengobatan yang secara resmi disetujui untuk melawan pandemi virus ini. Sementara itu, penggunaan vaksin mRNA sebagai alat pencegahan telah diupgrade menjadi terapi suportif untuk pengobatan dalam bentuk vaksin oral, yaitu berupa produk Genius MG-1. Dalam laporan kasus ini diuraikan tentang efektifitas vaksin oral Genius MG-1 untuk memperbaiki gejala pada pasien yang menderita Covid-19 berat. Namun demikian, meskipun telah terbukti efektif, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menetapkan dosis yang lebih efektif, rangkaian pengobatan, dan meyakinkan tidak adanya efek samping dari sediaan vaksin oral ini.

REFERENSI

1. Maharani T. Gugus Tugas Covid-19: Indonesia Masih Darurat Bencana. Accessed on May 24, 2020 https:// nasional.kompas.com/read/2020/05/22/12443631/gugustugas- covid-19-indonesia-masih-darurat-bencana.

2. Yang X, Yu Y, Xu J, et al. Clinical course and outcomes of critically ill patients with SARS-CoV-2 pneumonia in Wuhan, China: a singlecentered, retrospective,

observational study. Lancet Respir Med 2020;8: e26.

3. World Health Organization. “Coronavirus disease (COVID-19) outbreak.” URL https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavi rus-2019 Accessed March 19, 2020.

4. A. J. Tyrrell and M. L. Bynoe. Cultivation of viruses from a high proportion of patients with colds. The Lancet, vol. 287,no. 7428, pp. 76-77, 1966.

5. www.cdc.gov>2019symptoms-testing.

6. The Novel Coronavirus Pneumonia Emergency Response Epidemiology Team and China CDC Weekly. Vital surveillances: the epidemiological characteristics of an

(12)

outbreak of 2019 novel coronavirus diseases (COVID-19)—China, 2020. China CDC Weekly, vol. 2, no. 8, pp. 113–122, 2020. View at: Publisher Site | Google Scholar.

7. https://www.brighamhealthonamission.org/2020/05/14/understanding-unusual- presentations-ofcovid-19.

8. “CT provides best diagnosis for COVID-19”. Science Daily. Retrieved 14 March 2020. Institute of Allergy and Infectious Diseases. Retrieved 2 May 2020.

9. Ai T, Yang Z, Hou H, Zhan C, Chen C, Lv W, et al.. Correlation of Chest CT and RT-PCR Testing in Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) in China: A Report of 1014 Cases. Radiology. 296 (2): E32– E40. 2020. doi:10.1148/radiol.2020200642. PMC 7233399. PMID 32101510.

10. Xie X, Li X, Wan S and Gong Y. Mining X-ray images of SARS patients. Data Mining: Theory, Methodology, Techniques, and Applications, Williams, Graham J., Simoff, Simeon J. (Eds.), sISBN: 3540325476, Springer-Verlag, Berlin, Heidelberg.

2006, 282-294.

11. Wan S, Xiang Y, Fang W, et al. Clinical features and treatment of COVID-19 patients in northeast Chongqing. J Med Virol. 2020, 1–10. DOI:10.1002/jmv.25783.

12. Curbelo J, Luquero Bueno S, Galvan-Roman JM, et al. Inflammation biomarkers in blood as mortality predictors in community-acquired pneumonia admitted patients:

Importance of comparison with neutrophil count percentage or neutrophil-lymphocyte ratio. PLoS One. 2017,12(3): e0173947.

13. Qin C, Zhou L, Hu Z, Zhang S, Yang S, Tao Y, Xie C, Ma K, Shang K, Wang W, Tian DS. Dysregulation of immune response in patients with COVID-19 in Wuhan, China. Clinical Infectious Diseases. 2020.

14. Forget, Partice. Khalifa, Celine. Dkk. What is the normal value of the neutrophil to lymphocyte ratio ?.2017.NCBI.

15. Liu, Xuan. Shen, Yong. Dkk. Prognostic Significance of Neutrophil to Lymphocyte Ratio in Patients with Sepsis: A Prospective Observational Study. Research article:

Hindawi. 2016.

16. Liu, Jingyuan. Liu, Yao. Dkk. Neutrophil to Lymphocyte Ratio Predicts Severe Illness Patients with 2019 Novel Coronavirus in the Early Stage. Journal: medRxiv.

2020.

17. Wang L. C-reactive protein levels in the early stage of Covid-19. Med et Maladies Infect. 2020, 50: 332-334.

18. The BMJ. Overview of novel coronavirus (2019-nCoV)—Summary of relevant conditions. The BMJ. Archived from the original on 31 January 2020. Retrieved 1 February 2020.

19. Geall AJ, Mandl CW, Ulmer JB RNA: the new revolution in nucleic acid vaccines.

Semin Immunol. 2013, 25: 152–159.

20. Bouvet JP, Decroix N, Pamonsinlapatham P. Stimulation of local antibody production: parenteral or mucosal vaccination? Trends Immunol 23:209–213. 2002.

12

(13)

21. Verdonck F, Cox E, Goddeeris BM. F4 fimbriae expressed by porcine enterotoxigenic Escherichia coli, an example of an eccentric fimbrial system. J Mol Microbiol Biotechnol. 2004, 7:155–169.

22. Shalaby W. Development of oral vaccines to stimulate mucosal and systemic immunity: barriers and novel strategies. Clin Immunol Immunopathol.1995, 74:127–134.

Referensi

Dokumen terkait