• Tidak ada hasil yang ditemukan

pemberlakuan diversi terhadap anak yang berhadapan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pemberlakuan diversi terhadap anak yang berhadapan"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

4Lihat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pada Bab Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat (2) dan ayat (3) tentang Anak yang Berhadapan dengan Hukum. Diversi ini merupakan salah satu konsep dalam Restorative Justice mengenai permasalahan anak yang berhadapan dengan hukum.

Fokus Penelitian

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Diharapkan pula dengan adanya penelitian ini dapat memberikan gambaran atau wawasan mengenai sistem peradilan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum, yaitu bahwa dalam proses sistem peradilan pidana, anak merupakan faktor khusus yang sangat dihormati hak-haknya. dilindungi dan ditegakkan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Penelitian ini juga memberikan sumbangan pemikiran mengenai penerapan diversi dalam konsep keadilan restoratif bagi anak yang berhadapan dengan hukum dalam revisi Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 sebagai perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan dalam revisi fiqh jinayah (hukum pidana Islam).

Definisi Istilah

Kegiatan perlindungan anak mempunyai akibat hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Konsep keadilan restoratif dari UNICEF menitikberatkan pada keadilan yang dapat memulihkan yaitu pemulihan anak pelaku tindak pidana, korban dan masyarakat yang terkena dampak tindak pidana tersebut.23.

Sistematika Pembahasan

KAJIAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu

Bagaimana implementasi penyelesaian kejahatan yang dilakukan anak melalui pendekatan restorative justice di Kabupaten Sinjai?;. 26Budi Setiawan, “Penyelesaian Perkara dengan Pendekatan Restorative Justice Terhadap Kejahatan yang Dilakukan Anak”, (disertasi, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2015).

Kajian Teori

  • Tinjauan Umum tentang Anak sebagai Pelaku Tindak Pidana yang
  • Tinjauan Umum tentang Restorative Justice
  • Tinjauan Umum tentang Suluh atau Perdamaian dalam Fiqh Jinayah

METODE PENELITIAN

Jenis dan Pendekatan Penelitian

Subyek Penelitian

Lokasi Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Guna memperoleh data dan informasi yang konkrit dan faktual untuk membahas penelitian yang dilakukan penulis, maka penulis melakukan penelitian atau wawancara langsung di Pengadilan Negeri (PN) Jember. BAPAS merupakan salah satu pihak yang wajib bekerjasama dalam menyelesaikan permasalahan anak yang berhadapan dengan hukum (ABH), khususnya mengenai upaya perdamaian dengan anak. Selain itu, jika dilihat dari metode atau teknik pengumpulan data, teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui observasi, wawancara, angket, dokumentasi, atau kombinasi keempatnya.

Dalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda untuk memperoleh data dari sumber yang sama. Dengan menggunakan triangulasi sebagai teknik dalam pengumpulan data, maka peneliti benar-benar mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu memeriksa kredibilitas data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda dan sumber data yang berbeda.68. Untuk mencari data terkini dan konkrit, berdasarkan kenyataan yang ada di masyarakat, penulis melakukan wawancara dengan pihak-pihak berkompeten yang terlibat langsung.

Tak hanya itu, penulis juga melakukan penelitian pada pihak Balai Pemasyarakatan sebagai pihak yang wajib mendampingi anak selama proses penyidikan, yaitu ayah.

Teknik Analisis Data

Selain itu juga didasarkan pada buku-buku yang membahas mengenai restorative justice terkait upaya perlindungan anak dalam sistem peradilan pidana terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. Undang-Undang Peradilan Pidana Anak, Hukum Pidana Anak dan buku-buku lain yang berkaitan dengan masalah ini. Perbandingan pembahasan dari tesis sebelumnya yang membahas hal serupa sehingga penulis dapat mengidentifikasi persamaan, perbedaan atau perkembangan penerapan konsep keadilan restoratif melalui diversi.

Dengan menganalisis data-data yang diperoleh dari wawancara, studi literatur, dokumentasi, yang kemudian penulis jadikan acuan dalam menyelesaikan permasalahan yang penulis teliti, sehingga melalui proses tersebut penulis dapat menyajikan data-data yang konkrit, terpercaya, terkini dan diakui secara umum. .

Keabsahan Data

Kemudian analisis tersebut menjadi suatu kesimpulan sehingga tercipta pemahaman baru, namun tetap terjamin kebenarannya. Melalui dokumentasi observasi tersebut, penulis kemudian membandingkan penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pembahasan hal serupa, yang kemudian dibandingkan dengan analisis kasus yang ada saat ini dan kemudian penulis dapat menarik suatu kesimpulan sehingga melalui metode-metode tersebut penulis dapat memperoleh informasi yang paling up-to-date. data dan kebenarannya dapat diuji. .

Tahap-Tahap Penelitian

Pelaksanaan diversi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum di Pengadilan Negeri Jember, dinilai berdasarkan hukum di Pengadilan Negeri Jember, dinilai berdasarkan undang-undang nomor. Revisi hukum Islam (Fiqh Jinayah) tentang pelaksanaan gangguan (Suluh) atau perdamaian terhadap anak yang terganggu (Suluh) atau perdamaian terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di lapangan diperoleh hasil bahwa pelaksanaan diversi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum di Pengadilan Negeri Jember ditinjau dari Undang-undang No.

Diversi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dilihat dari Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2004 dan Fiqh Jinayah (Studi Kasus Pengadilan Negeri Jember). Pelaksanaan diversi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum di Pengadilan Negeri Jember, dilihat dari undang-undang nomor. Perbandingan Hukum Positif dengan Fiqih Jinayah tentang Penerapan Diversi Bagi Anak yang Berhadapan dengan Hukum.

Persamaan dan perbedaan Hukum Islam dan Hukum Positif tentang pelaksanaan diversi bagi anak yang berhadapan dengan hukum.

PEMBAHASAN DAN ANALISIS TEMUAN

Penyajian Data

Berkaitan dengan penyajian data dalam pembahasan ini, telah diusahakan agar data yang disajikan oleh penulis adalah data yang mutakhir, terpercaya dan seakurat mungkin berdasarkan sumber yang autentik dan terpercaya, sehingga tulisan ini merupakan sebuah karya yang dapat dipercaya. tulisan yang runtut dan sesuai/relevan dengan perkembangan – perkembangan di masyarakat. Berdasarkan data yang penulis peroleh melalui observasi di lapangan diperoleh data bahwa sampai dengan bulan Desember 2019 terdapat 42 kasus perkara yang melibatkan anak yang berhadapan dengan hukum yang dapat diadili dan berhasil melakukan diversi tindak pidana berat sehingga diversi tidak dapat diterapkan. diantaranya, seperti kasus pencurian berat sebagaimana tercantum dalam Pasal 363 KUHP, narkotika dan sebagainya.73. Tidak hanya melalui studi kasus/wawancara di lapangan, penulis juga melakukan beberapa tinjauan pustaka untuk memperoleh data pendukung serta penelitian terdahulu dengan tema pembahasan yang sama sebagai pelengkap data yang penulis sajikan.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

  • Profil Pengadilan
  • Dasar Pembentukan Pengadilan
  • Sejarah Pengadilan
  • Tempat Sidang Diluar Gedung (Zitting Plaatzen)
  • Data Penduduk Wilayah Hukum Pengadilan
  • Perekonomian
  • Daerah Wilayah Hukum

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum / Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum. Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum. Seperti beberapa pengadilan negeri lain di Indonesia, kantor Pengadilan Negeri Jember pada mulanya merupakan peninggalan zaman Belanda, terletak di Jalan PB Sudirman, sebelah barat Kantor Lembaga Pemasyarakatan Jember, berhadapan dengan Alun-Alun Kota Jember.

Dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengalihan Organisasi Tata Usaha dan Keuangan Peradilan Biasa dan Peradilan Tata Usaha Negara serta Peradilan Agama kepada Mahkamah Agung, maka pada tanggal 31 Maret 2004 dilakukan peralihan organisasi, administrasi dan urusan keuangan Peradilan Biasa telah selesai, dan peradilan tata usaha negara mulai dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia hingga Mahkamah Agung. Bahasa Madura dan Bahasa Jawa digunakan di banyak tempat, sehingga wajar saja jika masyarakat di Jember bisa menguasai kedua bahasa daerah tersebut dan saling pengaruh inilah yang memunculkan beberapa ungkapan khas Jember. Percampuran dua budaya Madura dan Jawa di Kabupaten Jember melahirkan budaya baru yang disebut budaya Pendalungan.

Masyarakat Pendalungan di Jember mempunyai ciri khas yang unik akibat masuknya kedua budaya tersebut. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, Kabupaten Jember berpenduduk 2.332.726 jiwa dengan kepadatan rata-rata 787,47 jiwa/km². 75 Dengan jumlah penduduk laki-laki – penduduk laki-laki sebanyak 1.146.856 juta jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 1.185.870 juta jiwa 6.

Gambar 2 : Denah Ruangan Lantai 1 Pengadilan Negeri Jember
Gambar 2 : Denah Ruangan Lantai 1 Pengadilan Negeri Jember

Analisis Temuan

  • Pemberlakuan Diversi terhadap Anak yang Berhadapan dengan
  • Tinjauan Hukum Islam (Fiqh Jinayah) terhadap Pemberlakuan Diversi
  • Perbandingan antara Hukum Positif dan Fiqh Jinayah terhadap

PENUTUP

Kesimpulan

Penerapan diversi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum juga dapat dikatakan sebagai alternatif yang sangat tepat dalam penyelesaian kasus anak. Meskipun pada kenyataannya berdasarkan penelitian yang penulis temukan di lapangan, masih terdapat beberapa permasalahan, misalnya saja pada beberapa kasus yang diselesaikan secara inferensial, terdapat beberapa kasus yang tidak dimintakan putusannya kepada Pengadilan dan hanya diselesaikan saja. oleh pihak kepolisian sehingga menimbulkan permasalahan baru, seperti misalnya dalam satu kasus Diversi diselesaikan dengan berbagai syarat, tanpa penetapan. Kemudian tanpa adanya pemidanaan maka pelaku tidak akan mempunyai efek jera karena jika suatu saat ia melakukan kesalahan lagi maka perhatiannya akan teralihkan lagi walaupun ia pernah melakukan tindak pidana sebelumnya, hal ini dikarenakan tidak ada penetapan dalam putusan tersebut. kasus sebelumnya.

Dalam hukum Islam perdamaian disebut juga dengan sulhu, tidak hanya dalam perkara yang melibatkan anak, hukum Islam bahkan menganjurkan agar setiap perselisihan dapat diselesaikan secara kekeluargaan terlebih dahulu, kecuali jika hak salah satu pihak ditekan, barulah dapat diserahkan kepada hakim. Dalam kaitannya dengan perdamaian terhadap anak di sini tentunya harus memperhatikan berbagai syarat sebagaimana batasan bagi anak dalam syariat Islam, seperti umur anak, hubungan anak dan lain sebagainya seperti yang penulis sebutkan. dan dijelaskan pada sub pembahasan sebelumnya. Baik dalam Hukum Positif maupun hukum Islam, penerapan Diversi pada Anak yang Berhadapan dengan Hukum sebenarnya tidak jauh berbeda, baik hukum positif maupun fiqih jinayah keduanya mempunyai kriteria atau ketentuan tersendiri mengenai umur anak, tanggung jawab anak dan alasan-alasannya. penghapusan tanggung jawab atas hukuman terhadap anak-anak.

Dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hukum positif dan fiqh jinayah mengenai perdamaian anak, hal ini bukanlah suatu hal yang mengherankan.

Saran

Sekretariat Negara Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Diversi dan Penanganan Anak di Bawah Umur 12 (Dua Belas) tahun. Sekretariat Negara Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Sebagai Pembaharuan atas Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Sekretariat Negara Republik Indonesia, Undang-undang nomor 16 tahun 2019 sebagai perubahan atas undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.

Sekretariat Negara Republik Indonesia, UU No. 35 Tahun 2014 sebagai pembaharuan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Perbandingan Hukum Positif dan Fiqih Jinayah Terhadap Implementasi Diversi Anak yang Berhadapan dengan Hukum. dengan memperhatikan ketentuan Pasal 12 alinea kelima Pasal 52 UU No. 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana bagi anak di bawah umur dan UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan peraturan perundang-undangan lain yang terkait;

Penerapan diversi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum telah direvisi dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan Fiqih Jinayah (Studi Kasus Pengadilan Negeri Jember) yang diterapkan mulai 16 Januari 2020 hingga 29 Februari 2020.

Gambar. 1  Gambar.2
Gambar. 1 Gambar.2

Referensi

Dokumen terkait