History:
Re ce ived : 25 Nove mbe r 2023 Re vise d : 10 Januari 2024 Acce pte d : 29 Fe bruari 2024 Publishe d: 1 Mare t 2024
Publisher: LPPM Unive rsitas Darma Agung Licensed: This work is lice nse d unde r Attribution-NonComme rcial-No
De rivative s 4.0 Inte rnational (CC BY-NC-ND 4.0)
PEMBERLAKUAN UNDANG-UNDANG NO. 7 TAHUN 2021 PASCA PERUBAHAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA
Tania Imanuella Pasaka 1)
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia 1) Correspoding Author:
Abstrak
Indonesia perlu memperkuat pertumbuhan ekonomi. Untuk itu salah satu cara untuk memperkuat dan meningkatkan ekonomi Indonesia adalah dengan terus meningkatkan peraturan – peraturan yang mengaturnya salah satunya adalah pengaturan mengenai perpajakan. Perpajakan di Indonesia perlu diperbaiki untuk menjaga iklim bisnis dan invest asi. Penyesuaian pada berbagai sektor perpajakan harus selalu ditingkatkan agar iklim usaha di Indonesia meningkat dan lebih kondusif serta lebih atraktif bagi para investor. Tujuan dari penelitian ini adalah agar kita dapat memahami peran dan mafaat dari diperbahruinya pengaturan mengenai Undang – Undang Perpajakan yang mana dapat memberikan kepastian hukum bagi setiap orang. Dengan terus berkembangnya Undang – Undang Perpajakan ini juga dapat mendorong kepatuhan setiap wajib pajak. Hal ini juga bisa menj adi jalan keluar untuk UMKM mendapatkan perlindungan dan kemudahan dalam berusaha.
Kata Kunci: Undang-Undang Perpajakan, Undang -Undang Cipta Kerja, asas Lex Posterior Derogat Legi Priori
Abstract
Indonesia needs to strengthen economic growth. For this reason, one way to strengthen and improve the Indonesian economy is to continue to improve the regulations that govern it, one of which is the regulation of taxation. Taxation in Indonesia needs to be improved to maintain the business and investment climate. Adjustments to various taxation sectors must always be improved so that the business climate in Indonesia improves and is more conducive and more attractive to investors. The purpose of this study is so that we can understand the role and benefits of th e updated regulation of the Taxation Law which can provide legal certainty for everyone. With the continuous development of the Tax Law, it can also encourage the compliance of each taxpayer. This can also be a way out for MSMEs to get protection and ease of doing business.
Keywords: Tax Law, Omnibus Law, Lex Posterior Derogat Legi Priori
PENDAHULUAN
Pengertian pajak memiliki variasi penjelasan, namun pada dasarnya memiliki kesamaan substansial. Menurut UU No 28 Tahun 2007, pasal 1, pajak adalah kewajiban wajib bagi individu atau badan usaha kepada negara, yang harus dipenuhi sesuai dengan peraturan perundang-undangan, tanpa mendapatkan imbalan secara langsung,
384 dan digunakan untuk kepentingan negara guna kemakmuran rakyat. Dalam buku "The Economics of Taxation", pajak dijelaskan sebagai pungutan wajib yang dikenakan oleh pemerintah tanpa memberikan pengembalian secara langsung kepada pembayar.
Sementara menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah iuran dari rakyat kepada kas Negara sesuai dengan ketentuan hukum, tanpa mendapat imbalan jasa langsung, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. Meskipun perbedaan formulasi, pokoknya pajak adalah kontribusi wajib kepada negara tanpa mendapat imbalan langsung, yang digunakan untuk keperluan umum.
Berdasarkan Pasal 12 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), di Indonesia, pemungutan pajak menggunakan sistem self assessment.
Dalam sistem ini, tanggung jawab untuk melakukan proses perpajakan seperti pendaftaran, penghitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak diberikan kepada pihak wajib pajak. Sebagai akibat dari penerapan sistem self assessment ini, jika terjadi kesalahan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan, wajib pajak dapat dikenai sanksi perpajakan.
Proses pembangunan di Indonesia memerlukan sumber pendapatan yang cukup besar. Oleh karena itu, memiliki sistem pajak di negara tersebut akan membantu proses tersebut. Pajak memainkan peran penting dalam pembangunan setiap negara, memengaruhi pertumbuhan infrastruktur dan sumber daya manusia.
Selain berdampak pada kesejahteraan, ada dampak lain, seperti pada produksi. Pajak mempengaruhi produksi secara keseluruhan melalui pengaruhnya terhadap kerja, tabungan, dan investasi. Kemudian kita dapat melihat dampaknya terhadap kemampuan dan keinginan, yaitu kemampuan dan keinginan untuk bekerja, menabung, dan investasi.
Kemudian, pajak berpengaruh terhadap distribusi pendapatan, sehingga kebijakan harus dipertimbangkan dari berbagai sudut pandang. Pajak digunakan untuk meningkatkan pendapatan negara dengan tujuan meningkatkan kemajuan negara dan menyediakan pelayanan dan perkembangan yang bermanfaat bagi semua warganya. Di Indonesia, pajak sudah diterapkan dengan aturan yang dibuat oleh pemerintah dan sering diubah untuk meningkatkan pendapatan dari pajak. Dampak positif dari peningkatan pajak ini dapat dilihat melalui pembangunan di setiap daerah, yang dapat diamati langsung oleh masyarakat dan digunakan oleh program pemerintah dari hasil pajak. Undang-Undang Cipta Kerja Tahun 2023, yang mengubah undang-undang sebelumnya yang mengatur pajak, mengatur pajak dengan cara yang berbeda.
Mirip dengan konsep Teori Kepentingan, pembagian beban pajak kepada warga negara didasarkan pada tingkat kepentingan individu tersebut terhadap negara, seperti perlindungan dan manfaat yang diterima dari pemerintah. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara, semakin tinggi tingkat pajak yang harus mereka bayarkan.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Cipta Kerja, yang telah disahkan, mengandung sejumlah ketentuan baru terkait pajak penghasilan. Dalam ketentuan baru
385 ini, terdapat perbedaan yang cukup mencolok dari ketentuan sebelumnya yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Perbedaan ini tampak dalam ketentuan mengenai kriteria subjek pajak orang pribadi, pengecualian pajak terhadap beberapa penghasilan dari luar negeri, serta penerapan skema pajak khusus bagi warga negara asing yang telah menjadi subjek pajak dalam negeri.
Dengan mempertimbangkan perubahan-perubahan yang dibuat dalam UU Cipta Kerja yang mengatur perpajakan, muncul pertanyaan tentang bagaimana penerapan undang-undang pajak setelah perubahan tersebut, dan apakah setelah diberlakukan UU Cipta Kerja memberikan dampak positif pada sistem pajak di Indonesia. Karena itu, judul tentang ketentuan pajak pasca UU Cipta Kerja ini menarik bagi penulis karena mereka ingin mempelajari lebih lanjut bagaimana penerapan undang-undang pajak setelah adanya perubahan pajak yang dibuat oleh UU Cipta Kerja yang mengatur tentang perpajakan yang sudah diatur dalam undang-undang pajak sebelumnya, serta keuntungan yang dihasilkan oleh UU Cipta Kerja yang memuat tentang perpajakan.
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum non-doktrinal atau yuridis sosiologis, yang dilakukan secara langsung dengan memeriksa praktik lapangan saat ini dan didasarkan pada studi bagaimana hukum berfungsi di masyarakat. Tingkat efektivitas hukum menentukan bagaimana hukum berfungsi dalam masyarakat.
Penelitian ini akan menyelidiki Undang-Undang No. 6 Tahun 2023 Tentang Cipta Kerja dan bagaimana itu berpengaruh pada perpajakan Indonesia.
B. Sifat Penelitian
Penelitian deskriptif analitis mengambil masalah atau memusatkan perhatian pada masalah saat penelitian dilakukan. Dengan kata lain, jenis penelitian ini adalah deskriptif analisis, yang berarti bahwa jenis penelitian ini mendeskripsikan atau memberi gambaran tentang subjek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah dikumpulkan, dianalisis, dan sampai pada kesimpulan yang dapat diterima secara umum. Studi ini akan menjelaskan Undang-Undang Cipta Kerja No. 6 Tahun 2023 tentang Pajak Indonesia.
C. Pengumpulan Data
Data primer dan sekunder digunakan dalam penelitian ini:
1. Data primer, yang merupakan data yang dikumpulkan langsung dari sumber aslinya, dapat diperoleh melalui:
386 a. Observasi merupakan proses pengamatan sistematis yang dilakukan dengan memperhatikan fenomena-fenomena yang terlihat secara langsung. Dalam konteks ini, observasi dilakukan untuk memahami peran Undang-Undang Cipta Kerja dalam pengembangan sistem perpajakan Indonesia.
b. Wawancara adalah metode pengumpulan data yang digunakan ketika peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi permasalahan yang akan diteliti, serta untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dari responden, terutama dalam situasi di mana responden sedikit atau jumlahnya terbatas. Dalam konteks ini, wawancara digunakan untuk memahami dampak dari berlakunya Undang-Undang Cipta Kerja di Indonesia.
2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak langsung dari objek atau subjek penelitian. Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan. Jenis data sekunder yang digunakan meliputi bahan hukum primer dan sekunder.
a. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2023 Tentang Cipta Kerja.
b. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi buku- buku, literatur-literatur, catatan-catatan, serta laporan-laporan hasil penelitian yang relevan dengan peran Undang-Undang Cipta Kerja setelah diterapkan.
c. Bahan hukum tersier adalah sumber yang memberikan interpretasi, penjelasan, atau panduan terkait bahan hukum primer dan sekunder. Sebagai contoh, Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat dianggap sebagai bahan hukum tersier karena memberikan definisi dan penjelasan tentang istilah-istilah yang ada dalam bahan hukum primer dan sekunder yang berkaitan dengan peran Undang-Undang Cipta Kerja setelah diberlakukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pemberlakuan Undang- Undang No. 7 Tahun 2021 Tentang Harmonisasi Perpajakan Pasca Berlakunya Undang-Undang No. 6 Tahun 2023 Tentang Cipta Kerja
Undang-Undang Perpajakan di Indonesia telah mengalami sejumlah perubahan sejak awal diberlakukannya. Awalnya, regulasi tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang telah mengalami beberapa kali perubahan, termasuk perubahan terakhir yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang. Beberapa pasal yang mengalami perubahan antara lain Pasal 9, Pasal 11, Pasal 13A, Pasal 15, Pasal 17B, Pasal 19, Pasal 27A, Pasal 27B, dan Pasal 38.
Dengan adanya perubahan pada beberapa pasal yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang berlaku secara sah adalah pasal-pasal yang telah diubah atau
387 dimodifikasi oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023. Namun, untuk pasal-pasal yang belum mengalami perubahan oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023, pasal- pasal tersebut masih tetap berlaku selama ketentuannya tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023. Dengan demikian, setiap ketentuan yang belum diamandemen harus dipahami dalam konteks keseluruhan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023.
2. Implementasi Asas Lex Posterior Derogat Legi Priori Terkait Perubahan Undang- Undang No. 6 Tahun 2023 Tentang Cipta Kerja
Dalam peraturan perundang-undangan, terdapat prinsip yang dikenal sebagai asas Lex Posterior Derogat Legi Priori. Asas ini mengandung arti bahwa apabila terdapat Undang-Undang yang mengatur suatu hal, dan kemudian diganti atau diperbarui dengan Undang-Undang yang baru, maka Undang-Undang yang sebelumnya tidak lagi berlaku atau tidak memiliki kekuatan hukum yang sama. Tujuan dari asas ini adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum bagi masyarakat, sehingga hukum yang berlaku menjadi jelas dan konsisten. Dengan demikian, asas Lex Posterior Derogat Legi Priori bertujuan untuk memastikan bahwa tujuan hukum dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Pada asas Lex Posterior Derogat Legi Priori berbeda dengan asas Lex Superior, yang berarti bahwa undang-undang yang baru dapat meniadakan undang-undang yang lama. Tujuannya adalah untuk menghindari ketidakpastian hukum karena dua peraturan berlaku secara bersamaan.
Sebagai contoh, asas Lex Posterior Derogat Legi Priori diterapkan pada Undang- Undang No. 6 Tahun 2023, yang berarti Undang-Undang No. 6 Tahun 2023 menggantikan Undang-Undang No. 7 Tahun 2021. Peraturan lama tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan Undang-Undang yang baru.
SIMPULAN
Undang-undang perpajakan telah mengalami sejumlah perubahan hingga akhirnya diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023. Dalam proses tersebut, beberapa pasal mengalami modifikasi dengan tujuan agar dapat menyesuaikan diri dengan dinamika perekonomian yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa Undang- Undang di Indonesia bersifat fleksibel dan tidak rigid, dimana perubahan-perubahan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.
Dengan diberlakukannya asas Lex Posterior Derogat Legi Priori, tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya tumpang tindih antara peraturan hukum yang satu dengan yang lainnya. Prinsip ini merupakan solusi yang tepat untuk menghindari konflik dan memastikan kejelasan dalam sistem hukum.
388 DAFTAR PUSTAKA
Handoko, C., L. M., & Wahid, M. G. (2021). Pengelolaan Pajak Daerah dalam Prespektif Manajemen Islam. Jurnal Pemikiran Syariah, 1, 49-50.
HS, S., & Nurbani, H. S. (2007). Penerapan Teori Pada Penelitian Tesis da n Disertasi. Jak arta: PT Raja Grafindo Persada.
Mustofa, L. (2022). Efektifitas Pajak Daerah Setelah Pemberlakuan UU Cipta Kerja Dalam Perspektif Maslahah Al Mursalah. Jurnal Pemikiran Ekonomi Syariah, 2, 165.
Prastiwi, Y. D. (2021). Analisis Perubahan Ketentuan Subjek Pajak Orang Pribadi Pada Undang- Undang Cipta Kerja Terhadap Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan Mobilitas Sumber Daya Manusia. Jurnal Pajak dan Keuangan Negara, 1, 99.
Sitepu, D. R. (2022). Potensi Selisih Bunga Pajak Pasca Berlakunya Undang - Undang Cipta Kerja (Studi Kasus: KPP Pratama Medan Petisah Periode 2020 - April 2021). Jurnal Pa jak Indonesia, 6, 153
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta.