• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembimbing II Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat SOCIETY PERCEPTION OBOUT LAKI-LAKI BASUNTIANG IN MARRIAGE TRADITION AT NAGARI SIMPANG LAMA KECAMATAN PANCUNG SOAL

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Pembimbing II Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat SOCIETY PERCEPTION OBOUT LAKI-LAKI BASUNTIANG IN MARRIAGE TRADITION AT NAGARI SIMPANG LAMA KECAMATAN PANCUNG SOAL"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG LAKI-LAKI BASUNTIANG DALAM ADAT PERKAWINAN DI NAGARI SIMPANG LAMA

KECAMATAN PANCUNG SOAL

JURNAL

MELDA WATI 10070280

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG 2014

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG LAKI-LAKI BASUNTIANG DALAM ADAT PERKAWINAN DI NAGARI SIMPANG LAMA

KECAMATAN PANCUNG SOAL

JURNAL

MELDA WATI 10070280

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG 2014

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG LAKI-LAKI BASUNTIANG DALAM ADAT PERKAWINAN DI NAGARI SIMPANG LAMA

KECAMATAN PANCUNG SOAL

JURNAL

MELDA WATI 10070280

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG 2014

(2)

1. Mahasiswa Program Studi Pendidika Sosiologi STKIP PGRI 2. Pembimbing I Dosen UNAND Sumatera Barat

3. Pembimbing II Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

SOCIETY PERCEPTION OBOUT LAKI-LAKI BASUNTIANG IN MARRIAGE TRADITION AT NAGARI SIMPANG LAMA KECAMATAN PANCUNG SOAL.

Meldawati1Dr. Zainal Arifin, M.Hum2Firdaus, M.Si3

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Together with tradition of laki-laki basuntiang in marriage tradition at Nagari Simpang Lama kecamatan Pancung Soal , seen from the different redization process , that this tradition has a difference with Nagari at South Pesisir, at Nagari Simpang Lama the men are use Suntiang as head jewelry at that time of wedding party . As for the question about this research is how to realization of Basuntiang , Marapulai perception , and society about Laki-Laki Basuntiang .

The theory that used in this research is phenomenology theory based on Alfred Schutz. This research approach is qualitative with type descriptive research. technique of taking source with the way purposive sampling with total of source is 12 persons . Type data in this research are primary data and secondary data . Data is gathered by interview , observation and document study with unit of analysis that use is model analysis Miles and Huberman , that consist of four steps are : gathering data , reduction data , presentation data , and take the conclusion .

Based on result of the research that is done, realization process of Basuntiang for Marapulai in marriage tradition at Nagari Simpang Lama is when the bridge groom

delivered to bride’s place ( anak daro ) thathave two steps , are the first step is waiting bako , and the second step Manjapuik Marapulai, is the marapulai itself be shy and homosexual (be a girl) for holding process of Basuntiang. Society perception obout realization of basuntiang at Nagari Simpang Lama is a proud of Nagari Simpang Lama .

(3)

PENDAHULUAN

Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daerah tertentu, yang telah cukup lama, dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka, untuk menuju kepada tujuan yang sama. Dalam masyarakat tersebut manusia selalu memperoleh kecakapan, pengetahuan–pengetahuan baru, sehingga penimbunan itu dalam keadaan sehat dan selalu bertambah isinya. Memang kebudayaan itu bersifat komulatif, bertimbun, dapat diibaratkan manusia adalah sumber kebudayaan, (Ahmadi,2003: 53).

Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daerah tertentu, yang telah cukup lama, dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka, untuk menuju kepada tujuan yang sama. Dalam masyarakat tersebut manusia selalu memperoleh kecakapan, pengetahuan–pengetahuan baru, sehingga penimbunan itu dalam keadaan sehat dan selalu bertambah isinya. Memang kebudayaan itu bersifat komulatif, bertimbun, dapat diibaratkan manusia adalah sumber kebudayaan, (Ahmadi,2003: 53).

Dalam setiap masyarakat dan susunan kekerabatan bagaimana perkawinan memerlukan penyesuaian.

Dalam banyak hal perkawinan

menimbulkan hubungan baru tidak saja antara pribadi yang bersangkutan, antara pengantin laki-laki dan pengantin perempuan tapi juga hubungan antara kedua keluarga. Perkawinan juga menuntut suatu tanggung jawab antara lain menyangkut nafkah lahir dan bathin, jaminan hidup dan pendidikan anak-anak yang akan dilahirkan, ( Amir,2006: 12).

Minangkabau terkenal dengan berbagai macam adat dan tradisi yang beranekaragam, seperti adat perkawinan yang memiliki tata cara yang lama dan panjang, pelaksanan upacara perkawinan di Minangkabau berbeda pada masing- masing daerah karena upacara tersebut dilaksanakan berdasarkan adat istiadat yang dianut masyarakat setempat. Pada upacara perkawinan terdapat tradisi yang dilaksanakan pada Masyarakat tersebut, yang bertujuan untuk memeriahkan pesta perkawinan tersebut, ( Helmi,1995 : 74).

Perkawinan di nagari Simpang Lama sama dengan daerah lain yang ada di Minangkabau, namun ada perbedaan dalam pelaksanaannya. Dalam budaya perkawinan pada masyarakat Simpang Lama terdapat berbagai pelasanaan dilaksanakan pada saat mengadakan upacara perkawinan. Diantaranya adalah:

pencarian jodoh, peminangan ( lamaran), yaitu seorang pria ditemani orang tuanya dan beberapa orang kerabat datang kerumah wanita untuk menyatakan

(4)

maksud tertentu ( melamar), kemudian akan diadakan pernikahan yang biasanya diadakan dirumah wanita. Pada saat pesta perkawinan terdapat pula serangkain kegiatan yang mewarnai pesta perkawinan tersebut seperti pelaksanaan laki-laki basuntiang.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu dari bulan Mei sampai Juni 2014. Penelitian ini dilaksanakan di nagari Simpang Lama kecamatan Pancung Soal.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena berusaha mengungkapkan dan memahami kenyataan yang ada di lapangan sebagaimana adanya, dengan tipe penelitian adalah tipe deskriptif yang mana hasil penelitian dipaparkan dengan menggunakan kata-kata. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data yaitu dengan cara: wawancara, observasi, dan studi dokumen. Unit analisis pada penelitian ini adalah kelompok, dengan analisis data menggunakan analisis model interaktif menurut Miles dan Huberman.

HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Basuntiang Di Nagari Simpang Lama

1.Menunggu Bako

Maksud untuk menunggu bako adalah bahwa pihak bako memberikan

bingkisan atau hadiah untuk marapulai, bingkisan ini biasanya berupa perlengkapan untuk marapulai untuk persiapan tinggal dirumah anak daro nantinya, namun fungsi bako disini juga sebagai untuk memakai suntiang kepada marapulai. Proses ini sebelum marapulai datang ketempat anak daro, dimana marapulai menunggu bako untuk pergi rame-rame ketempat anak daro.

2. Menunggu Jemputan Anak Daro Untuk acara baralek marapulai dijemput oleh pihak anak daro kerumahnya, rombongan penjemput biasanya tiga sampai empat orang.

Rombongan ini membawa baju marapulai untuk yang akan dipakai oleh marapulai disaat duduk basandiang duo. Disini jemputan maksudnya bahwa dari pihak anak daro menghargai orang sumandonya(

marapulai).

B. Persepsi Marapulai Tentang Pelaksanaan Basuntiang

1. Merasa Malu (Penduduk Luar) Pelaksanaan basuntiang merupakan hal yang harus dilakukan oleh seseorang pengantin laki-laki jika pernikahannya di laksanakan di nagari Simpang Lama, walaupun laki-laki ini tidak orang asli Simpang Lama tapi mereka wajib melasanakannya. Basuntiang ini dianggap sebuah kebiasaan oleh marapulai itu

(5)

sendiri dan harus dilaksanakan untuk dilestarikan kebudayaannya. Namun disini ada sebagian bilang bahwa mereka merasa malu memakai suntiang tersebut, walaupun itu sudah menjadi kebiasaan masayarakat Simpang Lama, Namun malu disini bahwa mereka tidak sama dengan yang biasa dipakai oleh laki-laki (marapulai), yang biasanya laki-laki pesisir selatan memakai saluak untuk perhiasan kepalanya.

2. Merasa Menjadi Perempuan ( Penduduk Dalam)

Di nagari Simpang lama, marapulai merasa malu untuk memakai suntiang saat pesta perkawinan, karena menurutnya suntiang dalam Minangkabau hanya dipakai oleh perempuan. Sehingga, ia merasa sama seperti perempuan, atau dianggap banci, karana pakaian tidak jauh beda dengan pakaian perempuan.

3. Persepsi Masyarakat Tentang Laki- Laki Basuntiang

1. Kewajiban

Tradisi basuntiang pada masyarakat Simpang Lama merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan dalam prosesi perkawinan, karena tradisi basuntiang merupakan tradisi yang dilaksanakan secara turun menurun dari nenek moyang dahulu sampai sekarang.

Adapun alasan sebagai kewajiban

pengantin laki-laki yaitu memakai suntiang disaat berhelat. Apabila kewajiban sebagai tradisi tidak dilaksanakan dalam prosesi perkawinan maka janganlah melaksanakan prosesi di nagari Simpang Lama.

2. Kebanggan Nagari

Seperti yang kita ketahui, setiap orang dilahirkan dari kebudayaan yang berbeda satu sama lain. Dimana budaya itu bervariasi dari cara masyarakat berpikir dan bertindak. Oleh karena itu tradisi dan setiap budaya yang ada tentu berbeda juga keunikan dan kerakteristiknya. Dalam suatu kebudayaan biasanya terdapat banyak tradisi. Salah satunya tradisi pernikahan, dalam pernikahan kedua belah pihak akan menjadi beberapa tahap pernikahan sesuai dengan tradsi yang dimiliki, seperti tradisi pelasanaan basuntiang bagi marapulai di Nagari Simpang Lama. Tradisi marapulai basuntiang ini menjadi suatu keunikan yang memebedakan budaya yang satu dengan budaya yang lainya. Kenapa di anggap unik karena tardisi marapulai basuntiang ini hanya ada dinagari Simpang Lama.

KESIMPULAN

1. Proses pelaksanaan basuntiang bagi marapulai dalam adat perkawinan di nagari Simpang Lama yaitu pada saat

(6)

mempelai diantar ketempat istrinya (anak daro), dengan menggunkan tahap menunggu bako dan menunggu jeputan dari pihak anak daro.

2. Persepsi bagi marapulai memiliki arti dan makna tersendiri, yaitu merasa malu menurut penduduk luar dan merasa menjadi perempuan menurut penduduk dalam untuk melaksanakan proses marapulai basuntiang.

3. Persepsi Masyarakat Tentang Pelaksanaan Basuntiang di Nagari Simpang Lama adalah sebagai kewajiban dan kebanggaan nagari Simpang Lama.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar.

Jakarta : Rineka Cipta Amir. 2006. Adat Minangkabau,Jakarta:

PT Sumber Widya

Helmi,Aswan. 1995. Proses Dan Strategi

Adaptasi Warga

Masyarakat Transmigran

Didesa Makarti

Jaya,Sumatra Selatan.

Jakarta: Deplikbud

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat kualitas masyarakat terhadap pelayanan publik khususnya di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Magelang adalah Baik dengan Nilai Indeks Pelayanan sebesar