• Tidak ada hasil yang ditemukan

pembubaran organisasi kemasyarakatan dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pembubaran organisasi kemasyarakatan dalam"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 10 Juli 2017. Rumusan masalah penelitian adalah pembubaran Ormas seperti apa yang sesuai dengan perspektif hak asasi manusia? Puji syukur kepada Tuhan dan alam semesta beserta isinya, dengan segala simpang siurnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai rencana.

Lindra Darnela, S.Ag., M.Hum, selaku Ketua Program Studi Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; Tim pembimbing terdiri dari Ibu Nurainun Mangunsong, S.H., M.Hum., dan Bapak. Udiyo Basuki, S.H., M.Hum., selaku pembimbing skripsi yang banyak memberikan bimbingan, masukan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini; Seluruh dosen Fakultas Hukum Syariah khususnya pada Program Studi Hukum yang banyak memberikan ilmu dan sangat membantu selama penulis menempuh studi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta;

Seluruh civitas UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah membantu permasalahan administrasi penulis selama ini; Maman Suratman dan Andi Undu Mappatunru yang menjadi pemicu para sastrawan untuk mendalami dunia tulis menulis dan senantiasa menimba ilmu. Teman-teman Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Angkatan 2013 yang telah berbagi suka dan duka selama menjalani proses perkuliahan, semoga silaturahmi tetap terjaga;

Semoga Allah Subhanahu Wata'ala memberikan ganjaran yang setimpal atas segala kebaikan dan pertolongan yang diberikan kepada penyusun.

Latar Belakang Masalah

Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Hak Asasi Manusia Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No. Dasar hukum penerbitan Perpu terdapat dalam Pasal 22 ayat (1) UUD 1945 “Dalam keadaan terpaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah, bukan undang-undang”. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang menyatakan: “Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal mendesak.”

Dari kedua pasal tersebut terlihat jelas bahwa syarat Presiden mengeluarkan Perp adalah adanya kebutuhan yang mendesak. Dalam praktiknya, Perpu ini digunakan pemerintah untuk membubarkan ormas Hizbut Tahrir Indonesia yang dianggap menyimpang dari Pancasila sebagai dasar negara kesatuan Republik Indonesia. Pihak Pro menilai keluarnya Perpu ini merupakan langkah tepat dalam melawan segala gerakan radikal dan ancaman disintegrasi keutuhan NKRI.

Salah satunya, Ketua Harian Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Robikin Emhas dalam siaran persnya menyatakan, “Perpu akan mempercepat proses hukum penanganan ormas radikal, tanpa menghilangkan hak konstitusional ormas. Menariknya, berbagai keberatan terhadap Perpu ini juga datang dari sebagian masyarakat dan para ahli hukum di Indonesia. Di sisi lain, terbitnya Perpu ini merupakan bentuk represi pemerintah yang mengganggu proses peradilan dalam pembubaran menghilangkan Perpu tersebut. Perpu.

2 Kumparan, Kesadaran Matahari Dukungan Berbagai Komponen Bangsa Terhadap Perppu No 2 Tahun 2017, diakses dari https://kumparan.com/kesadaran-indah-sun/dukungan-berbagai-kompon-bangsa-terhadap-perppu -no-2- tahun 2017. Hingga saat ini, terdapat delapan permohonan yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi, antara lain permohonan nomor 38/PUU-XV/2017 yang diajukan oleh Afriady Putra; Permohonan nomor 39/PUU-XV/2017 diajukan oleh Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Ismail Yusanto; Perkara Permohonan Nomor 41/PUU-XV/2017 diajukan oleh Aliansi Nusantara; Permohonan nomor 48/PUU-XV/2017 diajukan oleh Yayasan Alqonuni Hukum Syariah; Permohonan nomor 50/PUU-XV/2017 diajukan oleh Juru Bicara Front Pembela Islam (FPI) Munarman bersama empat organisasi keagamaan, yakni Dewan Dakwah Islam Indonesia, Yayasan Forum Persahabatan Antar Umat Beragama Indonesia, Ikatan Hidayatullah, dan Persatuan Umat Islam Indonesia. asosiasi pemuda; Permohonan perkara nomor 52/PUU-XV/2017 diajukan oleh Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) yakni Herdiansyah dan Ali Hakim Lubis; Permohonan perkara nomor 58/PUU-XV/2017 telah diajukan oleh Dr.

3 Ihsanuddin, Kritik Yusril terhadap Ketentuan Pidana Perpu Ormas, ditulis pada 14 Juli 2017, diakses melalui http://nasional.kompas.com/read kritik-yusril-terhadap-ketentuan-penjahat-dalam-perppu - cacing. 5 Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk mengkaji persoalan Perpu dari sudut pandang konsentrasi keilmuan hukum tata negara. Peneliti ingin mengkaji lebih dekat bagaimana proses hukum penghapusan pembubaran ormas dalam Perpu no.

Rumusan Masalah

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Pada kesempatan kali ini peneliti mengangkat judul penelitian “Implikasi Penghapusan Pasal 70 UU Ormas terhadap Kebebasan Berserikat”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi jawaban atas polemik proses pembubaran ormas dalam Perpu no.

Telaah Pustaka

  • Demokrasi
  • Hak Asasi Manusia
  • Jenis Penelitian
  • Sifat Penelitian
  • Pendekatan Masalah
  • Analisis Penelitian

Penelitian Najib Ibrahim Tahun 2011 tentang “Hak Berserikat (Studi Tentang Pemberhentian dan Pembubaran Organisasi Kemasyarakatan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan)”. 5 Biky Uthbek Mubarok, “Permasalahan Undang-Undang No. (Studi Kasus Di Kabupaten Sleman )", Skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Syariat dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015). Kaitannya dengan Konflik Agama di Kota Makassar", Skripsi, (Makassar: Bagian Hukum dan Bina Masyarakat, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin , Makasar, 2014).

Majalah “Studi Kasus Organisasi Kemasyarakatan pada Pilgub Bali Tahun 2013” ​​yang ditulis oleh Putu Indah Prameswari. Penelitian ini mendeskripsikan keterlibatan organisasi masyarakat Laskar Bali pada Pilgub Bali tahun 2013 yang mengakibatkan organisasi masyarakat tersebut tidak berjalan. 7 Ibrahim Najib, “Hak Berserikat (Kajian Pembubaran dan Pembubaran Organisasi Kemasyarakatan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan), Tesis, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2011).

Menurut Stahl, setidaknya ada empat unsur penting dalam negara hukum (rechtstat): Perlindungan hak asasi manusia; pemisahan kekuasaan; Oleh karena itu, merupakan konsekuensi logis bahwa dalam suatu negara hukum harus menghormati: persamaan di depan hukum, perlindungan hak asasi manusia, peradilan yang adil, pembatasan kekuasaan untuk mencegah kekuasaan sewenang-wenang. Hak-hak kodrati ini dimiliki secara terpisah dan dimiliki sebelum terbentuknya komunitas politik mana pun.

Di Indonesia sendiri, instrumen hukum yang berkaitan dengan hak asasi manusia adalah Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Undang-undang tersebut memuat pengakuan secara luas terhadap bentuk-bentuk hak asasi manusia mulai dari pengakuan hak sipil dan politik, hak ekonomi, sosial dan budaya, hingga pengakuan terhadap hak kelompok seperti anak, perempuan dan masyarakat adat. Lebih khusus lagi, hak-hak yang diatur dan dijamin dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 antara lain; Hak untuk hidup, hak untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak untuk mengembangkan diri, hak untuk memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak-hak perempuan dan hak anak. Dari berbagai hak yang terkandung dalam undang-undang ini, sebenarnya telah diamanatkan oleh UUD 1945.

Metode penelitian ini merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian karena metode penelitian inilah yang akan menjadi arah dan pedoman dalam suatu penelitian.18 Oleh karena itu penulis memaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan hal tersebut. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Library Research, yaitu melihat sumber data tertulis dari buku, peraturan perundang-undangan dan data tertulis lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan data kepustakaan untuk menganalisis hubungannya dengan fenomena penghapusan keadilan dalam Perpu no.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hukum-normatif19 dimana metode penelitian hukum dilakukan dengan cara mengkaji bahan pustaka dalam penelitian ini dengan menggunakan peraturan perundang-undangan. Sebagai penelitian kepustakaan, pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji literatur yang berkaitan dengan subjek penelitian Perpu no.

Sistematika Pembahasan

18 Bab Pertama, berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, kerangka teori, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penelitian. Bab kedua berisi tentang gambaran umum demokrasi dan hak asasi manusia.Penulisan akan fokus pada gambaran umum tentang prinsip dan model demokrasi di Indonesia serta prinsip hak asasi manusia dan perkembangannya di Indonesia. Dalam pembahasan kali ini kami akan menjabarkan undang-undang yang mengatur tentang organisasi kemasyarakatan, khususnya mengenai tata cara pembentukan dan pembubarannya.

Bab keempat berisi tentang analisis proses pembubaran ormas dalam kaitannya dengan prinsip dan nilai hak asasi manusia serta usulan pembubaran ormas sesuai dengan hak asasi manusia di Indonesia. Bab kelima berisi bagian penutup yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, dan juga jawaban terhadap rumusan masalah yang diajukan. Selain itu, dalam bab ini juga terdapat saran-saran yang diberikan oleh penulis yang diambil berdasarkan pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini.

Merujuk pada pembahasan sebelumnya, dan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa organisasi kemasyarakatan merupakan wujud kebebasan berserikat yang dilindungi oleh konstitusi dan salah satu pilar demokrasi. Demi menjaga keselamatan dan kebebasan orang lain, kebebasan berserikat bukanlah kebebasan yang sepenuhnya bebas, melainkan ada pembatasan yang diatur dengan undang-undang untuk menjamin keadaan yang aman, damai dan menguntungkan. Dalam keadaan terdapat ormas yang tidak berjalan sesuai dengan ketentuan undang-undang, maka perlu dilakukan upaya negara untuk mengawasi, membina atau bahkan mencabut status badan hukum/bubaran guna menjamin kebebasan orang lain. rakyat dan keamanan negara.

Namun mekanisme yang digunakan dalam pemberian sanksi pembubaran atau pencabutan status badan hukum ormas harus tetap memperhatikan nilai dan prinsip hak asasi manusia. Mekanisme pembubaran ormas yang sesuai dengan prinsip hak asasi manusia dilaksanakan melalui mekanisme tiga tahap yang substansial. Legislatif hendaknya melakukan peninjauan dan revisi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan dalam peraturan perundang-undangan, khususnya yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan. prinsip-prinsip tata kelola supremasi hukum dan hak asasi manusia.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah. Penggantian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 dengan perubahan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Tinjauan sosiologis hukum terhadap tindakan Ormas Front Pembela Islam (FPI) terkait konflik agama di Kota Makassar.

Najib, Ibrahim., “Hak Berserikat (Kajian Pembekuan dan Pembubaran Organisasi Kemasyarakatan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan”, Skripsi, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2011).

Referensi

Dokumen terkait