PEMERIKSAAN FISIK
KEPANITERAAN ILMU SARAF RSWN SEMARANG
PERIODE 14 AGUSTUS – 16 SEPTEMBER 2023
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS
N. 1 OLFACTORIUS
•
Sebelum melakukan pemeriksaan : a) cedera kepala
b) kebiasaan merokok
c) riw. Infeksi saluran pernapasan atas
d) pastikan ada/tidak obstruksi dan Kelainan pada sal.hidung e) Asupan makanan
f) Obat-obatan
•
Cara Pemeriksaan :
1. Pejamkan mata dan menutup salah satu lubang hidung dengan menggunakan jari tangan
2. pemeriksa mendekatkan zat yang diuji ke lubang hidung lainnya yangtidak tertutup.
3. Pasien diminita untuk menghdiu bau dan melakukan identifikasi zat yang diuji.
4. Langkah ini dilakukan pula pada lubang hidung lainnya.Sebaiknya pemeriksaan dilakukan terlebih dahulu pada lubang hidung yang dicurigai terdapat kelainan.
Hasil dari pemeriksaan dapat berupa
hilangnya sensasi penghidu total (anosmia)
atauperubahan interpretasi yang bisa berupa
peningkatan (hiperosmia) atau
penurunan(hiposmia). Adapun jenis
abnormalitas lainnya dapat dilihat pada tabel
berikut (Tabel 3).
N.II OPTIKUS
• Pemeriksaan visus
Jika tidak bisa membaca huruf pada baris paling atas dengan jelas bisa dilakukan dengan Teknik menghitung jari (mulai dari 1m-5m) Jika pada jarak 1m tidak bisa menghitung jari dpt dilakukan pemeriksaan lambaian tangan.
Pasien diminta untuk membaca dan menyebutkan huruf-huruf dipapan Snellen pada jarak 6 meter, secara berurutan dari baris paling atas ke bawahhingga akhirnya tidak dapat menyebutkan dengan benar atau tidak terlihat lagi.Setiap baris memiliki nilai visus tertentu, mulai dari 6/60 sampai 6/3 (Gambar4a). Bagi pasien anak atau dengan gangguan mental, huruf- huruf di papan Snelen dapat diganti dengan karakter Epada beberapa posisi (Gambar 4b). Jika hasilnya 6/6, makapasien memiliki visus normal karena mash dapat membaca huruf dengan jelaspada jarak 6m (sama dengan Jika hasilnya 6/6, makapasien memiliki visus normal karena mash dapat membaca huruf dengan jelas pada jarak 6m (sama dengan individu normal).
Setiap hasil visus yang telah dievaluasi dengan cara yang disebutkan di atas harus dilengkapi dengan pemeriksaan pinhole (Gambar 6). Hal ini bertujuan untuk mengoreksi faktor refraksi pasien. Jika terdapat gangguan refraksi, maka visuspasien membaik setelah menggunakan pinhole. Adapun gangguan visus akibat selain gangguan refraksi (misalnya, neuritis optik, papilledema, atrofi papil) tidak akan membaik dengan penggunaan pinhole.
• Lapang pandang
Hasil pemeriksaan konfrontasi dapat menentukan letak lesi/kelainan disepanjang jaras penglihatan dari anterior
hingga ke lobus oksipital. Lesi di nervus optikus menimbulkan kebutaan monookular (buta total)ipsilateral,
sedangkan lesi di kiasma optikus menimbulkan gejala hemianopiabitemporal (jika tepat di tengah kiasma) atau
binasal (jika lesi di sekitar kanandan kiri kiasma). Lesi di traktus optikus menyebabkan hemianopia
homoniminkongruen kontralateral lesi. Lesi di radiasio optika memiliki karakteristikberupa kuadranopia
homonim kontralateral superior (bagian temporalanterior) atau inferior (bagian parietal/oksipital). Adapun lesi
di lobusoksipital memiliki gejala hemianopia homonim kongruen kontralateral lesidisertai macular sparing
• Pemeriksaan buta warna • Pemeriksaan fundus mata
Untuk mengetahui seseorangmengalami buta warna, pertama-tama pemeriksa dapat meminta pasienmenyebutkan warna objek di sekitarnya, misalnya warna baju pemeriksa.Pemeriksaan buta warna yang lebih formal dan kuantitatif adalah denganmenggunakan kartu Ishihara.
Yang dinilai:
1. Papil ( batas,bentuk,warna)
2. diameter arteri dibandingkan dengan vena
3. makula yang berada di sisi temporal papildan berjarak sekitar dua kali diameter papil.