• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survei dan Pemetaan dengan Drone untuk Pengembangan Pelabuhan Feri Simeulue, Kota Sinabang, Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Survei dan Pemetaan dengan Drone untuk Pengembangan Pelabuhan Feri Simeulue, Kota Sinabang, Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Survei dan Pemetaan dengan Drone untuk Pengembangan Pelabuhan Feri Simeulue, Kota Sinabang, Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh

Laila Maharani M.

Mahasiswa S1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Dr. Mansyur Kampus USU Medan 20155 (email: lailamaharaniem@gmail.com)

ABSTRAK

Di Kepulauan Simeulue, sebagian besar kehidupan masyarakatnya bergantung pada kegiatan pelabuhan, terkhusus dalam hal penunjang ekonomi di ibukota Kabupaten Simeulue, Sinabang. Hal ini menjadikan Simelue menggantungkan kegiatan perekonomian, distribusi, industri dan lainnya pada pelabuhan. Rencana pengembangan Pelabuhan Feri Simeulue ini juga dilakukan karena kondisi pelabuhan yang mengalami kerusakan dan adanya rencana pelebaran pelabuhan. Tugas akhir ini menjabarkan tentang survei dan pemetaan yang mencakup pemeruman, dan pemetaan topografi dengan drone. Kemudian, hasil survei dan pemetaan di atas dianalisis kaitannya terhadap rencana pengembangan pelabuhan. Hasil survei dan pemetaan menunjukkan bahwa kedalaman kolam berkisar antara -10 meter sampai dengan -17 meter. Luas lahan daratan yang di survei adalah 400x200 m2 dan masih dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pelabuhan. Peta yang dihasilkan dapat dijadikan pedoman pengembangan Pelabuhan Feri Simeulue.

Kata kunci: pasang surut, teknologi UAV dan Echosounder, batimetri, GCP, ortophoto, digitasi peta, pemetaan pelabuhan.

1. PENDAHULUAN

Pembangunan pelabuhan dapat memajukan ekonomi di suatu daerah, meningkatkan penerimaan negara dan Pendapatan asli Daerah (PAD). Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terdepan sebelah barat Indonesia yang terletak di Samudera Hindia. Terpisah 150 km dari daratan Provinsi Aceh dan Pulau Sumatera dengan luas 2.051,48 km2. Simeulue memiliki pesisir dan perairan dengan biota laut yang sangat potensial. Kondisi geografis dan potensi Pulau Sinabang seperti ini membutuhkan Pelabuhan sebagai prasarana transportasi penyeberangan untuk menghubungkan dari dan ke Pulau Simeulue.

Pekerjaan Perencanaan Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Sinabang, Kabupaten Simeulue secara umum merupakan representasi dari rencana pengembangan jaringan transportasi wilayah dalam pencapaian suatu tujuan untuk melayani kebutuhan mobilitas penduduk dan distribusi barang (produksi dan barang konsumsi) agar dapat mendorong pertumbuhann ekonomi wilayah. Untuk itu sangat diperlukan data dan informasi pemetaan (geospasial) guna mengetahui topografi kawasan di sekitar pelabuhan untuk rencana pengembangan pelabuhan beberapa tahun kedepan.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis kondisi topografi pelabuhan yang dilakukan dengan menerapkan analisis digitasi peta dasar laut yang dihasilkan oleh echosounder dan citra berbasis objek geografis pada ortofoto yang dihasilkan oleh drone. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kepercayaan yang tinggi bahwa survei dan pemetaan pelabuhan dapat dilaksanakan dengan relatif cepat, namun akurat dengan menggunakan teknologi echosounder dan drone secara cermat, sehingga proses monitoring kondisi kawasan pelabuhan dapat dilaksanakan secara lebih teratur dan terukur dari waktu ke waktu.

1.1 Jenis Kapal Penyeberangan

Jenis kapal penyeberangan yang digunakan adalah jenis kapal ro-ro (Roll-on/roll-off), yaitu kapal yang dirancang untuk membawa kargo beroda, seperti mobil, truk, truk semi-trailer, trailer, dan trem yang dapat digerakkan dan dinonaktifkan atau menggunakan plataran yang dapat bergerak seperti alat pengangkut modular (disebut tugmaster).

Kapal ro-ro berbeda dari lo-lo (lift on-lift off) kapal yang menggunakan derek untuk memuat kargo. Ada berbagai jenis kapal ro-ro, seperti kapal feri, kapal feri pesiar, kapal kargo, dan tongkang. Kapal ro-ro yang eksklusif digunakan untuk mengangkut mobil dan truk di seluruh lautan yang dikenal sebagai Pengangkut Mobil (Pure Car Carriers, PCC) dan Pengangkut Mobil dan Truk (Pure Truck & Car Carriers, PCTC). Tidak seperti kargo lainnya

(2)

2

yang diukur dalam metrik ton, kargo ro-ro diukur dalam unit yang disebut jalur dalam meter (lanes in meters, LIMS). LIM dihitung dengan mengalikan panjang kargo dalam meter (dengan jumlah geladak) dan lebar dalam jalur. Lebar lajur akan berbeda dari kapal ke kapal sesuai dengan standar industri. Adapun daftar jenis kap[al penyeberangan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Jenis Kapal yang Berlabuh di Pelabuhan Ferry Sinabang 2. TUJUAN

1. Menghasilkan digitasi peta dan gambar orthophoto yang terkoreksi dalam pembentukan peta batimetri dengan echosounder dan fotogrametri dengan drone.

2. Menggabungkan hasil pengolahan peta batimetri dan orthophoto sebagai peta dasar perencanaan pengembangan Pelabuhan Sinabang.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan berbagai alat pengukuran dan mengkombinasikan berbagai teknik survei dan pemetaan:

1. Tahapan pertama yaitu menentukan topik yang akan dibahas dalam penelitian

2. Tahapan kedua yaitu mengumpulkan berbagai jenis literatur dalam bentuk buku maupun tulisan ilmiah

3. Tahapan ketiga yaitu peninjauan langsung ke lokasi penelitian (identifikasi kondisi lapangan) Pelabuhan Sinabang seperti kondisi daratan dan perairan di sekitar pelabuhan.

4. Tahapan keempat yaitu melakukan pengukuran dan pengambilan data di lapangan. Pengukuran yang dilakukan mengkombinasikan tiga metode pengambilan data yaitu pengukuran batimetri, pengukuran UAV, dan pengukuran topografi. Pengukuran topografi di Pelabuhan Sinabang dilakukan dengan menggunakan GPS Geodetik.

4. Tahapan kelima yaitu analisis pengukuran dilakukan dengan menganalisis hasil dari penguran dan pengambilan data di lapangan sehingga menghasilkan peta kondisi Pelabuhan dalam tiga jenis.

5. Tahapan keenam yaitu menarik kesimpulan dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan serta memberikan saran yang terkait

4. Lokasi Penelitian

Pelabuhan Sinabang terletak di teluk Sinabang Pulau Simeulue di sebuah pulau pantai barat Pulau Sumatra.

Pelabuhan ini terletak ditengah-tengah Samudera Indonesia di pantai Barat Sumatera, berjarak 104 mil laut dari pelabuhan Meulaboh, 69 mil laut dari Pelabuhan Tapaktuan dan 80 mil laut Pelabuhan Susoh pada posisi : 02o28’45” U – 096o22’43” T jarak tempuh lebih kurang 6 km dari ibukota Sinabang.

Jenis Kapal KMP Teluk Sinabang KMP Teluk Singkil Lintasan

Labuhan Haji – Sinabang

Kuala Bubon – Sinabang Singkil - P.Banyak - Sinabang Tempat Pembuatan PT. Radar Jaya Utama Jakarta

PT. DOK Koja Bahari Palembang

Tahun Pembuatan 2006 2003

Tipe Ro-ro Ro-ro

Pemilik PT. ASDP Persero Jakarta PT. ASDP Persero Jakarta

Panjang 54,50 m 42,60 m

Lebar 14 m 10,50 m

Sarat Air (Draft) 2.45 m 1,75 m

GRT 750 GRT 600 GRT

Penumpang 282 orang 278 orang

Kendaraan 22 unit/campuran 18 unit/campuran

Kecepatan Max 7 knott 8 Knott

(3)

3

Adapun gambar Pulau Simeulue dan lokasi perencanaan Pelabuhan Sinabang dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Pulau Simeulue (Sumber: Google Earth, 2021)

Gambar 2. Lokasi Perencanaan Pelabuhan Feri Sinabang (Sumber: Google Earth, 2021)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Survei Batimetri

Perencaaan jalur-jalur sounding (pemeruman) dipersiapkan dengan bantuan komputer sebelum survei batimetri dilaksanakan pada peta petunjuk kerja. Peta preplot disajikan dalam bentuk digital dan memuat informasi dari keseluruhan jalur-jalur sounding (line sounding) maupun jalur cross (line crossing). Untuk jalur sounding

(4)

4

direncanakan tegak lurus terhadap garis pantai dengan interval 25 m dan jalur melintang (cross) diusahakan sejajar dengan garis pantai dengan interval 25 m. Fungsi dari peta Pre-plot digital ini akan digunakan sebagai alat bantu petunjuk arah dan jarak (navigasi) dari perahu saat melakukan pemeruman (sounding) di laut. Cara menjalankan jalur sounding ini harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga bentuk dasar laut dapat digambarkan sebaik- baiknya dan secara efisien.

Pemeruman dilakukan dengan membuat profil (potongan) pengukuran kedalaman. Untuk mengetahui posisi kedalaman titik-titik perum, perlu dilaksanakan pengukuran atau penentuan posisi untuk titik-titik sounding. Lajur- lajur perum didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan pendeteksian perubahan kedalaman yang lebih ekstrim. Penentuan posisi titik-titik fix perum dilakukan dengan menggunakan GPS. Dari pengukuran kedalaman di titik-titik fix perum pada lajur-lajur perum yang telah didesain, akan didapatkan sebaran titik-titik fix perum pada daerah survei yang nilai-nilai pengukuran kedalamannya dapat dipakai untuk menggambarkan bathimetri yang diinginkan. Berdasarkan sebaran angka-angka kedalaman pada titik-titik fix perum itu, batimetri perairan yang di survei dapat diperoleh dengan menarik garis-garis kontur kedalaman. Penarikan garis kontur kedalaman dilakukan dengan membangun grid dari sebaran data kedalaman. Dari grid yang dibangun, dapat ditarik garis-garis yang menunjukkan angka-angka kedalaman yang sama.

Setelah melakukan pengamatan di titik-titik tertentu pada kawasan kajian, maka proses selanjutnya adalah melakukan pengukuran bathimetri. Adapun pada saat proses pengamatan tiitk-titik pemeruman, di lakukan sejalan dengan pengukuran bathimetri karena selain dapat menghemat waktu pekerjaan, juga menghindari naiknya permukaan air laut akibat pasang surut harian. Pada penelitian ini, pengukuran bathimetri yang menggunakan alat Echosounder. Data posisi dan pengamatan kedalaman dicatat secara periodik. Data tersebut meliputi data posisi horisontal (X,Y) dan vertikal (Z), waktu dan kedalaman h.

Selanjutntya adalah melakukan pengolahan komputasi data menggunakan perangkat lunak QGIS 3.16.0 Hannover untuk membuat kontur dan pemberian angka kedalaman. Proses pembuatan peta batimetri di dalam QGIS 3.16.0 Hannover melalui beberapa tahap, yaitu :

1. Import data pemeruman 2. Pembentukan garis kontur 3. Pembangunan titik kedalaman 4. Optimalisasi kontur

Hasil akhir dari pekerjaan ini adalah peta batimetri dengan skala 1:1000 pada kertas A0 atau A1. Garis kontur yang digambarkan mempunyai interval 1,0 meter. Sehingga, hasil pengerjaan peta batimetri pelabuhan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta Batimetri Pelabuhan Feri Sinabang

(5)

5 3.2. Survei Topografi Pelabuhan Sinabang

Sebelum melakukan foto udara harus memperhatikan lokasi yang akan diteliti seperti pohon dan bangunan tertinggi pada daerah yang akan di foto agar terhindar dari kecelakaan pada saat pemotretan. Selain itu identifikasi lapangan bertujuan untuk mengetahui gambaran dan batas-batas area lahan yang akan di identifikasi. Hal ini penting selain untuk mengetahui gambaran lokasi namun juga agar bisa mengatur strategi penerbangan drone.

Dalam pekerjaan pemetaan fotogrametri menggunakan teknologi drone ini satu hal yang paling penting direncanakan adalah jalur terbang. Untuk efektivitas terbang drone, dalam merencanakan jalur terbang harus memperhatikan berbagai aspek seperti kondisi medan, kondisi cuaca, ketinggian terbang, angle kamera, besar pertampalan overlap pada foto udara, waktu dan jarak tempuh. Pada penggambaran dan perencanaan jalur terbang ini dilakukan menggunakan aplikasi android DJI GO 4 Sofware , PIX4D Ctrl+ dan PIX4D Capture yang dapat di kontrol menggunakan perangkat ponsel android.

Selanjutnya dilakukan pengukuran dengan GCP (ground Control Point). Pembuatan GCP bertujuan sebagai tempat titik pengambilan data koordinat pada premark yang diukur menggunakan GPS Geodetic. Untuk memenuhi kebutuhan analisis, pada daerah ini dipasang premark GCP yang bertujuan sebagai tempat titik pengambilan data koordinat. Pengukuran ini dilakukan pada setiap premark yang telah tersebar mewakili topografi di sepanjang area wilayah kajian pengambilan foto udara dengan jumlah persebaran premark. Premark GCP dibuat dengan bentuk silang dan warna yang mencolok sehingga mudah untuk diidentifikasi pada foto udara karena akan tampak tajam dan kontras dengan objek disekitarnya. Oleh karena itu, premark untuk titik kontrol tanah ini ditempatkan pada daerah yang tidak terhalangi objek seperti misalnya pohon maupun rumah warga di sepanjang lahan agar pada saat analisa gambar dapat dengan mudah dilakukan. Pada penelitian ini, jumlah GCP adalah sebanyak sembilan belas titik markers untuk uji akurasi.

Pada pelaksanaan misi penerbangan, pemotretan udara dilakukan pada pukul 08.00-17.00 WIB dengan satu misi penerbangan drone. Konfigurasi waktu ini dipilih dengan beberapa pertimbangan antara lain adalah kondisi cuaca yang cerah agar hasil foto dapat terlihat dengan jelas. Pengambilan foto udara drone dilakukan sebanyak satu kali misi terbang. Hal ini dapat dilakukan karena faktor wilayah lahan yang tidak terlalu luas dan ketinggian terbang yang rendah untuk ketelitian yang baik. Ketinggian terbang yang diatur pada drone adalah 50 meter dengan pertimbangan akurasi gambar agar lebih detail. Dokumentasi pelaksanaan survei topografi dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Pada hasil pengukuran GCP dan drone, maka proses selanjutnya adalah melakukan pengukuran koordinat.

Adapun pada saat proses penyebaran premark GCP di lakukan sejalan dengan pengukuran titik koordinat. Karena, selain dapat menghemat waktu pekerjaan, juga menghindari naiknya permukaan air laut akibat pasang surut harian.

Pada penelitian ini Pengukukuran titik kontrol tanah (GCP) yang menggunakan alat GPS Geodetik dengan jumlah titik kontrol pengamatan sebanyak 19 titik yang tersebar pada bagian garis teluk dan sepanjang pelabuhan. Dalam kajian ini, sistem koordinat yang digunakan pada pengukuran GCP adalah WGS 84 / UTM Zone 47N (E:

208678.85 N: 274021.04).

Setelah data titik-titik kontrol tanah (GCP) dan semua foto udara berhasil di dapat, maka proses selanjutnya adalah pengolahan komputasi data menggunakan perangkat lunak Agisoft Metashape Pro. Agisoft dapat

Gambar 4. Pengukuran Koordinat GCP di Lapangan Menggunakan GPS Geodetik

Gambar 5. Pelaksanaan Penerbangan Drone

(6)

6

digunakan untuk mengolah foto udara yang direkam menggunakan UAV/Drone, sehigga dari hasil perekamannya dapat dihasilkan mosaic orthophoto. Hasil orthophoto inilah yang akan menjadi data kondisi eksisting sebaran objek dan lingkungan. Proses pembuatan orthofoto dan DEM di dalam Agisoft Metashape melalui beberapa tahap yaitu:

1. Import Foto dan Rekonstruksi Jalur Terbang 2. Align Foto

3. Input GCP dan Orthorectifikasi 4. Optimisasi Alignment

5. Pembanguna Titik Tinggi ( Dense Point Cloud) 6. Pembangunan Model 3D (Mesh)

7. Pembangunan Model Texture

8. Pembangunan DEM (Digital Elevation Model) 9. Pembangunan Orthophoto.

Hasil dari pengolahan fotogrametri pada Pelabuhan Feri Sinabang yang diolah pada software Agisoft Metashape Pro pada lembar kerja dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Orthomosaic Pelabuhan Feri Sinabang

Pengerjaan selanjutnya adalah pembuatan peta topografi dan peta digitasi Pelabuhan Feri Sinabang pada perangkat lunak QGIS. Peta topografi dan peta digitasi ini dibuat dengan memasukkan hasil olah peta DEM yang sebelumnya sudah dikerjakan pada perangkat lunak Agisoft Metashape Pro dan memasukkan data titik koordinat GCP. Sehingga, hasil dari pembentukan peta topografi dan peta digitasi dapat dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8.

(7)

7

Gambar 7. Peta Topografi Pelabuhan Feri Sinabang

Gambar 8. Peta Digitasi Pelabuhan Feri Sinabang

(8)

8

Hasil akhir dari pembentukan peta Pelabuhan Sinabang adalah menggabungkan hasil peta batimetri dan peta ortofoto Pelabuhan Ferry Sinabang. Penggabungan peta-peta tersebut dilakukan pada perangkat lunak QGIS.. Hasil akhir dari penggabungan peta-peta di Pelabuhan Feri Sinabang berupa peta ortofoto dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Peta Ortofoto dan Kontur Kedalaman Pelabuhan Ferry Sinabang

3.3 Pengamatan Pasang Surut

Pengamatan pasang surut dilakukan untuk memperoleh data tinggi muka air laut di suatu lokasi. Pengamatan pasut dilakukan dengan mencatat atau merekam data tinggi muka air laut pada setiap interval waktu tertentu.

Rentang pengamatan pasut sebaiknya dilakukan selama selang waktu keseluruhan periodisasi posisi semula. Interval waktu pencatatan atau perekaman tinggi muka laut adalah 15 menit.

Pengamatan pasang surut ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang kondisi pasang surut air laut. Posisi ketinggian Chart Datum/CD akan diikatkan pada pilar/patok beton yang didirikan di pantai. Pengamat pasut dilakukan dengan menggunakan alat ukur jarak untuk mengukur jarak vertikal antara CD dengan permukaan air.

Data pasut tersebut akan dibaca dan dicatat oleh pengamat. Pada pengamatan pasut dilakukan transfer elevasi yaitu untuk mengetahui tinggi (tide guage) muka air pada waktu tertentu yang diikatkan dengan BM terdekat, tujuannya untuk mengetahui beda tinggi dilaut dengan di darat.

Pengambilan data pasang surut dilakukan pada saat pengukuran batimetri. Lokasi pengamatan pasang surut berada di Dermaga Komplek Pelabuhan Ferry Kolok Simeulue. Dimana hasil grafik pasang surut dan grafik regresi linear pengukuran muka air yang dilakukan di Pelabuhan Simeulue dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11.

(9)

9

Gambar 10. Grafik Pasut Pelabuhan Feri Sinabang Tanggal 5 - 6 Oktober 2019

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian survei Pemetaan Pelabuhan Ferry Sinabang ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil dari pemetaan batimetri di Pelabuhan Sinabang, Provinsi Aceh pada daerah penelitian memiliki dasar perairan dengan kedalaman 0 meter sebagai garis pantai hingga kedalaman paling dalam adalah -16.8 meter pada daerah kajian penelitian dengn jarak pengukuran 200 meter dari bibir pantai.

2. Hasil pemotretan foto di sekitar Pelabuhan Ferry Kolok, Simeulue didapatkan foto sebanyak 360 foto dengan cakupan luas daerah sebesar 250 x 200 meter persegi.

3. Penyebaran premark dan Pengukuran GCP (Ground Control Point) dengan alat GPS Geodetik didapat titik kontrol sebanyak 19 titik dengan menggunakan sistem koordinat WGS 84/ UTM zone 47N (EPSG:32647) 4. Rencana pengembangan Pelabuhan Sinabang dibagi atas 3 bagian, yakni; Tahap jangka pendek (2016 –

2020), tahap jangka menengah (2021 – 2025) dan tahap jangka panjang (2026 – 2036).

5. Rencana pengembangan dermaga kapal ferry ro-ro yang dilakukan oleh Kementerian Perhubungan dan Pemerintah Aceh sudah sesuai karena kedalaman perairannya yang lebih dari 5 meter dengan rata-rata draft kapal yang paling tinggi adalah 2.45 meter cukup luas. Hal ini berdasarkan hasil analisis penulis pada pembacaan digitasi peta Pelabuhan Sinabang.

6. Pelabuhan penyeberangan Sinabang tergolong ke dalam Pelabuhan Regional Pengumpan. Pelabuhan Penyeberangan Sinabang adalah pelabuhan pengumpan primer yang berfungsi melayani kegiatan dan alih muat angkutan laut nasional dalam jumlah relatif kecil.

6. SARAN

Penulis memiliki beberapa saran yang mungkin berguna pada penelitian selanjutnya, yaitu :

1. Perlu mengetahui karakteristik gelombang laut untuk mempermudah pelaksanaan pemeruman dan mendapatkan kualitas data yang lebih baik.

2. Sebaiknya menggunakan sofware navigasi yang terintegrasi pada alat, sehingga dapat meminimalisir adanya kesalahan pada saat pelaksanaan posisi titik perum.

3. Pada perencanaan pemotretan dengan UAV sebaiknya menggunakan titik kontrol yang banyak dan menyebar untuk mengurangi kesalahan geometrik.

4. Sebelum melakukan foto udara harus memperhatikan lokasi yang akan diteliti seperti pohon dan bangunan tertinggi pada daerah yang akan di foto

agar terhindar dari kecelakaan pada saat pemotretan.

(10)

10 DAFTAR PUSTAKA

Triatmodjo, Bambang (2010). Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta : Beta Offset Yogyakarta

Pothuganti, K., M. Jariso and Pradeep.K. (2017). A Review on Geo Mapping with Unmanned, International Journal, Ethiopia : Madawalabu University.

Witantono, Adireta D (2014) Survei Batimetri dan Pasang Surut Untuk Perawatan Kolam 1 Pelabuhan Tanjung Priok. Kerja Praktik Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Ahmad Hidayat, Bambang Sudarsono dan Bandi Sasmito (2014) Survei Batimetri Untuk Pengecekan Kedalaman Perairan Wilayah Pelabuhan Kendal. Jurnal Geodesi Undip

EL-Hattab, Ahmad I (2014) Single Beam Bathymetric Data Modelling Techniques For Accurate Maintenance Dredging. The Egyptian Journal of Remote Sensing and Space Science, Volume I7, Issue 2 (pages 189- 195).

Satriadi, Alfi (2012) Studi Batimetri dan Jenis Sedimen Dasar Laut di Perairan Marina, Semarang, Jawa Tengah.

Buletin Oseanografi Marina Vol 1 Hal 53-62

Syatir Syuaib, Ahmad Alieffatur Rusyan dan A. Imran Anshari (2019). Analisis Hasil Survei Batimetri dan Arus Di Pelabuhan jampea Kabupaten Selayar. Jurnal Teknik Hidro Vol 12 Nomor 2

Pratama, Yoga (2016). Perencanaan Dermaga Pelabuhan Marina Boom Kabupaten Banyuwangi. Skripsi Jurusan Teknik Sipil, Universitas Jember

Moreno Navarro J.G and Ismail Hilal (2017). GIS Modelling for Motorways of The Sea. Procedia Engineering 192 page 626-631

Ahmad Luthfi dan Yati Muliati (2015). Desain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Sonit, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional No.x Vol.xx

Melisa D. Syaputri, Heryoso Setyono dan Petrus Subardjo (2016). Kajian Batimetri Untuk Penentuan Alur Pelayaran Di Pelabuhan Teluk Sabang, Nangroe Aceh Darussalam. Jurnal Oseanografi Vol. 5 Nomor 1, Hal. 148-160

Mutiara, Indra, Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar (2018). Pemetaan Batimetri Untuk Penentuan Ujung Dermaga dan Posisi Tiang Pancang Pada Rencana Dermaga PLTMG Selayar. Prosidang Seminar Hasil Penelitian (SNP2M), (pp. 7-12).

Farhad Sakhaee, Fatemeh Khalili (2020). Sediment Pattern and Rate of Bathymetric Changes Due to Construction of Breakwater at Nowshahr Port. Jurnal of Ocean Engineering and Science.

Manalu, Hendra (2018). Identifikasi Zona Garis Pantai dengan Teknologi Drone. Skripsi Sarjana Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.

Anne Hanifah, Hariadi, Petrus Subardjo dan Mukti Trenggono (2016). Pemetaan Batimetri dan Analisis Komponen Pasang Srut Untuk Evaluasi dan Panjang Lantai Dermaga Di Perairan Pulau Lirang, Maluku Barat Daya. Jurnal Oseanografi Vol. 5 Nomor 4, Hal. 573-579.

Tarigan, Perwira (2018). Studi Perairan Belawan dengan GIS. Jurnal Rekayasa Struktur dan Infrastruktur Vol IV, No.3, Nopember 2010, ISSN 1978-449x

Casella, E., Rovere, A., Pedroncini, A., Stark, C.P., Casella, M., Ferrari, M., Firpo, M., 2016. Drones as Tools for Monitoring Beach Topography Changes In The Ligurian Sea (Nw Mediterranean). Geo-Mar. Letters 36 (2), 151-163

Referensi

Dokumen terkait

Analyzing the effect of entrepreneurial orientation on the business performance of melinjo chips processing in Batang Regency; Analyzing the influence of entrepreneurial