PEMETAAN DAN RENCANA AKSI PENGEMBANGAN INDUSTRI PERKAPALAN DI JAWA TIMUR
oleh : Ali Azhar; dkk
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR
DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2009
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
GAMBARAN DAN PEMETAAN INDUSTRI PERKAPALAN
ANALISIS DAN RENCANA AKSI
PENGEMBANGAN INDUSTRI PERKAPALAN
PENUTUP
OUT LINE
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau lebih dari 17.500 buah, panjang garis pantai lebih dari 80.000 km dan kurang lebih 2/3 wilayahnya merupakan perairan.
Potensi maritim bagi Indonesia sangat besar untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Inpres No. 5/2005 Inpres ini pada prinsipnya adalah penerapan asas cabotage yaitu suatu ketentuan yang mengatur bahwa angkutan laut domestik harus diangkut oleh kapal berbendera Indonesia dan dioperasikan oleh Perusahaan Indonesia, dimana asas ini sudah umum berlaku di Negara-negara lain
PENDAHULUAN (1)
PENDAHULUAN (2)
Peran transpotasi laut o Aspek Ekonomi
o Aspek Ideologi dan Politik
o Aspek Pertahanan dan Keamanan o Aspek Sosial Budaya
Rendahnya kontribusi pelayaran nasional dalam angkutan laut domestik maupun internasional
Penerapan Inpres No.5 Tahun 2005.
Angkutan laut domestik harus diangkut oleh kapal berbendera
Indonesia dan dioperasikan oleh Perusahaan Indonesia
Gambar 1. Kontribusi Industri Pelayaran Nasional pada Angkutan Laut Domestik
47.0% 50.0% 53.0% 60.0% 52.7% 55.5% 61.3% 65.3% 79.4%
53.0% 50.0% 47.0% 40.0% 47.3% 44.5% 38.7% 34.7% 20.6%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1998 1999 2000 2001 2004 2005 2006 2007 2008
Angkutan Laut Domestik
Armada Nasional Armada Asing
PENDAHULUAN (3)
Gambar 2. Kontribusi Industri Pelayaran Nasional pada Angkutan Laut Ekspor-Impor
3.5% 4.8% 4.6% 5.4% 4.8% 5.1% 5.7% 5.9% 7.1%
96.5% 95.2% 95.4% 94.6% 95.2% 95.0% 94.3% 94.1% 92.9%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
1998 1999 2000 2001 2004 2005 2006 2007 2008
Angkutan Ekspor-Impor
Armada Asing Armada Nasional
PENDAHULUAN (4)
Gambar 3. Sektor terkait dengan Inpres 5/2005
INPRES NOMOR 5
TAHUN 2005
SEKTOR ESDM SEKTOR PENDIDI
KAN NASIO-
NAL
SEKTOR PERDA- GANGAN
SEKTOR KEUANG
AN
SEKTOR PERHU- BUNGAN SEKTOR
PERINDU STRIAN
CABOTAGE PRINCIPLE INPRES
NOMOR 5 TAHUN
2005
SEKTOR ESDM SEKTOR PENDIDI
KAN NASIO-
NAL
SEKTOR PERDA- GANGAN
SEKTOR KEUANG
AN
SEKTOR PERHU- BUNGAN SEKTOR
PERINDU STRIAN
CABOTAGE PRINCIPLE
PENDAHULUAN (5)
PENDAHULUAN (6)
PERMASALAHAN
Bagaimana kondisi industri perkapalan nasional saat ini khususnya di Jawa Timur dan kontribusinya dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan armada kapal nasional sebagai dampak berlakunya Inpres 5/2005 ?
Bagaimana konsep rencana aksi dan pengembangan industri
perkapalan di Jawa Timur guna meningkatkan produktivitas dan daya
saing industri perkapalan nasional?
PENDAHULUAN (7)
MAKSUD DAN TUJUAN STUDI
Maksud pelaksanaan studi ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemetaaan dan rencana aksi pengembangan industri perkapalan di Jawa Timur dalam hubungannya dengan peningkatan produktivitas dan daya saing industri perkapalan nasional secara keseluruhan.
Sedangkan tujuan dari kajian ini secara lebih spesifik adalah sebagai berikut:
Mengambarkan kondisi eksisting industri perkapalan di Jawa Timur;
Mengambarkan prospek pasar industri perkapalan di Jawa Timur yang mungkin dapat diraih;
Menyusun rencana aksi pengembangan industri perkapalan di
Jawa Timur;
METODE PENELITIAN (1)
Telaah Meteri dan Lingkup Pekerjaan
Perumusan Kerangka Kerja dan Langkah Kegiatan
Identifikasi dan Inventarisasi Data
Data Lapangan
Data
Sekunder/Insta nsional
Pengolahan, analisis data dan data base Industri per kapalan
kondisi eksisting, prospek pasar dan konsep rencana aksi pengembangan komoditi
Industri per kapalan di Jawa Timur
Rekomendasi bagi
pemerintah propinsi, kabupaten/
kota, pemilik Industri per kapalan dalam membuat kebijakan untuk
pengembanga n Industri per kapalan di Jawa Timur Kajian /
Telaah Teoritik
Gambar 4. Alur Pikir Pemetaan dan Rencana Aksi Pengembangan Industri Perkapalan di Jawa Timur
METODE PENELITIAN (2)
DESAIN PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan studi community survey di kabupaten/kota pantai utara Jawa Timur
JENIS DATA DAN VARIABEL PENELITIAN
Pengumpulan data dalam kajian ini diperoleh dari dua sumber data, yaitu: (a) data primer, diperoleh langsung responden dengan mengirim angket atau datangi responden dan melakukan wawancara terstruktur. (b) data sekunder, diperoleh dari dokumentasi instansi terkait, data-data penelitian sebelumnya mengenai pengembangan industri galangan kapal di Jawa Timur.
RESPONDEN DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
Responden untuk angket dalam memberikan data kualitatif dan kuatitatif adalah pemilik industri galangan kapal.
Angket Penelitian terdiri dari angket penentuan kriteria pemetaan dan profil industri perkapalan Di Jawa Timur
METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Data primer dan sekunder diolah dengan menggunakan data base My SQL, analisis SWOT (Strength Weakness Opportuniy Threath) dan AHP (Analytical Hierarchy Process
Gambar 5. Distribusi Industri Perkapalan di Indonesia
Batam :
• PT. ASL Shipyard Indonesia
• PT. Nan Indah Mutiara Shipyard
• PT. Pan United Shipyard
• PT. Batamec Shipyard
• PT. Jaya Asiatic Shipyard
• PT. Britoil Offshore Indonesia
• PT. Bandar Victory Shipyard
• PT. Bandar Abadi
• PT. Batam Expresindo Shipyard
• PT. Trikarya Alam
• PT. Karimun Sembawang Shipyard
• PT. Palma Progress Shipyard
• PT. Surya Prima Bahtera
• PT. Hyundai Citra Shipyard
• PT. Bahtera Mutiara Harapan
• PT. Inocin
• PT. Inter Nusa Jaya
• PT. Kacaba Marga Marina
• PT. Sumatra Timur Indonesia
• PT. Dwi Rejeki Jaya Indonesia
Pekanbaru (Dumai) :
• PT. Dok Patra Dumai
• PT. Usda Soraya Jaya Rengat
Jambi :
• PT. Naga Cipta Sentrl
• PT. Pura Gurita Karya
• PT. Cahaya Murni Mega
Palembang :
• PT. Intan Sengkunyit
• PT. Dok&Perkapalan Kodja Bahari
• PT. Mariana Bahagia
• PT. SAC Nusantara
• PT. Dok Karang Sumatera
• PT. Karya Makmur
• PT. Nirwana Indah
• PT. Hidup Sejahtera
• PT. Galpin
Bangka Belitung :
• PT. Dok & Perkapalan Air Kantung
• PT. Timah
• PT. Dwi Jasa Mitra
• PT. Sarana Marindo
Jakarta :
• PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari
• PT. Inggom Shipyard
• PT. Daya Radar Utama
• PT. Marspec
• PT. Wayata Kencana Dockyard
• PT. Indomarine
• PT. Karya Teknik Utama
• PT. Sarana Laut Pawitraz
Semarang/Tegal :
• PT. Jasa Marina Indah
• PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari
• PT. Galkap Tirtamas
• PT. Tegal Shipyard Utama
• PT. Tirta Raya Mina
• PT. Menara Tegal
Surabaya :
• PT. PAL Indonesia
• PT. Dok & Perkapalan Surabaya
• PT. Dumas Tanjung Perak Shipyard
• PT. Najatim Dockyard
• PT. Adiluhung Segara Utama
• PT. Dewa Ruci Agung
• PT. Bayu Samudera Sakti
• PT. Ben Sentosa
Makasar :
• PT. Industri Kapal Indonesia
• PT. Perikanan Samudera Besar
Maluku :
• PT. Dok & Perkapalan Waiame
• PT. Perum Perikani
• PT. Seramu Jaya Prima
Papua/Sorong :
• PT. Pertamina
• PT. Navigasi
• PT. Usaha mina
Menado :
• PT. Industri Kapal Indonesia
Balikpapan :
1. PT. Amerta Marina Perkasa 2. PT. Balikpapan Utama 3. PT. Dua Dua 4. PT. Megah Mulia
5. PT. H&H Utama International 6. PT. Sarana Daya Utama 7. PT. Panrita Shipbuilding 8. PT. Teknik Samudera Ulung 9. PT. Gema Cipta Bahtera
Samarinda :
• PT. Kaltim Shipyard
• PT. Rejeki Abadi Sakti
• PT. Manumbar Kaltim
• PT. Bengkel Merdeka
• PT. Teluk Bajau Kaltim
Pontianak :
• PT. Steadfast Marine
• PT. Inocin
• PT. Kapuas Cahaya Bahari
• PT. Wahana Kapuas
Tabel 1. Kapasitas Industri Perkapalan Bangunan Baru Nasional
No. Kelas Kapasitas (DWT)
Fasilitas Bangunan Baru
Jumlah (unit)
Kapasitas Terpasang / Tahun
(GT) (DWT)
1 < 500 87 13,839 23,065
2 500 - 1.000 16 8,642 14,403
3 1.001 - 3.000 10 14,070 23,450
4 3.001 - 5.000 5 13,404 22,340
5 5001 - 10.000 3 13,500 22,500
6 10.000 - 50.000 5 59,400 99,000
7 > 50.000 1 41,040 68,400
Total 127 163,894.80 273,158.00
GAMBARAN DAN PEMETAAN
INDUSTRI PERKAPALAN (2)
Tabel 2. Kapasitas Industri Perkapalan Reparasi
No. Kelas Kapasitas (DWT)
Fasilitas Reparasi
Jumlah (unit) Kapasitas Terpasang / Tahun
(GT) (DWT)
1 < 500 140 30,574 50,957
2 500 - 1.000 20 9,074 15,123
3 1.001 - 3.000 21 22,859 38,098
4 3.001 - 5.000 5 10,920 18,200
5 5001 - 10.000 8 34,392 57,320
6
10.000 - 50.000 3 29,820 49,700
7 > 50.000 4 214,488 357,480
Total 201 352,126 586,877
GAMBARAN DAN PEMETAAN
INDUSTRI PERKAPALAN (3)
Gambar 6. Pertumbuhan Kapal Register BKI menurut jumlah tahun 2000 - 2007
Gambar 7. Pertumbuhan Kapal Register BKI menurut GT 2000 - 2007
GAMBARAN DAN PEMETAAN INDUSTRI PERKAPALAN (4)
Populasi Kapal di Indonesia
4%
20% 1%
1%
70% 4%
Passenger & Ferry General Cargo Bulk Carrier Container Ship Tanker
Other
Gambar 8. Prosentase Jumlah Kapal yang terdaftar di BKI menurut tipe
GAMBARAN DAN PEMETAAN INDUSTRI PERKAPALAN (5)
Populasi Kapal di Indonesia
GAMBARAN DAN PEMETAAN INDUSTRI PERKAPALAN (6)
11% 10%
13%
11%
8%
47%
0 - 5 5 -10 11 - 15 16 - 20 21 - 25 25 keatas
Gambar. 9. Prosentase Umur Kapal yang terdaftar di BKI
Kapal Baru
Kapal
Bekas Total Kapal Baru
Kapal
Bekas Total
1 General Cargo 60 531 591 100 700 800
2 Container 5 45 50 30 50 80
3 Curah Kering (Bulk) 1 11 12 10 20 30
4 Barge (Tongkang) 4 38 42 100 400 500
5 Tug Boat 0 0 0 100 400 500
6 Tanker 25 214 239 32 100 132
7 Penumpang 23 21 44 50 0 50
8 Ro-ro 4 2 6 10 40 50
122 862 984 432 1710 2142
No
TOTAL
Kajian Ditjen Hubla Kajian Stramindo
Kebutuhan Kapal (Unit) Jenis Kapal
Tabel 3. Potensi Pasar Dalam Negeri Kajian STRAMINDO dan Ditjen Hubla
GAMBARAN DAN PEMETAAN
INDUSTRI PERKAPALAN (7)
No Tipe Kapal Kapasitas (DWT) Jumlah ( Unit) 1 Break Bulk / General Cargo (Domestik) 3.500 - 5.000 DWT 1.200 - 1.700 2 Break Bulk / General Cargo (Ocean Going) 10.000 - 15.000 DWT 10 - 20 3 Coal Carrier (Ocean Going) 60.000 - 70.000 DWT 18 - 20
4 Barging 5.000 - 8.000 DWT 400 - 800
5 Tugage 2.400 HP 500 - 1.000
6 Multipurpose /General Cargo (Ocean Going) 6.500 DWT 10 - 20
7 Palm Oil Carrier (Domestic) 3.000 - 5.000 DWT 250
8 Crude Oil Carrier (Domestic) 35.000 DWT 30
9 Crude Oil Carrier-VLCC (Ocean Going) 300.000 DWT 5 - 6
10 Clean Oil Carrier 3.500 DWT 72
11 Clean Oil Carrier 6.500 DWT 36
12 Clean Oil Carrier 17.500 DWT 12
13 Clean Oil Carrier 35.000 DWT 6
14 Clean Oil Carrier 85.000 DWT 4
Tabel 4. Proyeksi Kebutuhan Pengadaan Kapal Menurut INSA
GAMBARAN DAN PEMETAAN
INDUSTRI PERKAPALAN (8)
1
69
18
10
23
16
6 0
10 20 30 40 50 60 70 80
< 100 GT 100-200 200-300 300-400 400-500 500-600 > 600 GT
Kelas GT - Jumlah Kapal Ikan
Jumlah Kapal / Kelas GT (unit)
GAMBARAN DAN PEMETAAN INDUSTRI PERKAPALAN (8)
Gambar 10. Jumlah Kapal Ikan Terhadap Kelas GT
Populasi Kapal Ikan di Indonesia
Prospective Demand Berdasarkan Depperin 2009
a) Kebutuhan Tambahan Kapal Berbendera Indonesia s/d 2010 (sumber : Departemen Perhubungan)
Tipe Kapal Jumlah Kapal Ukuran Kapal (DWT)
Coal Carrier 10 60.000 (Panamax)
13 45.000 (Handymax)
367 8.000 (Tug & Barge)
Tanker 8 30.000
12 20.000
22 11.500
40 6.000
143 2.500
General Cargo 10 1.500
10 3.000
5 6.000
Container 5 3.000
5 6.000
4 14.000
Total 654 216.500
Pertamina memproyeksikan program pengadaan tanker (crude dan product) hingga tahun 2010 sebanyak :
b) Proyeksi Investasi Tanker PERTAMINA
(sumber : PERTAMINA)
30 unit kapal
Small 1 (3500 dwt) : 4 unit Small 2 (6500 dwt) : 3 unit
GP (15K – 17,5K dwt) : 7 unit + 2 unit LPG 5.000 CuM MR (30K – 35K dwt) : 13 unit
LR (Aframax) : 3 unit
1) Untuk PLTU :
a) Handy size / Handymax - 32 unit
20.000 DWT : 2 unit
40.000 DWT : 8 unit
45.000 DWT : 19 unit
50.000 DWT : 3 unit
b) Sea train (Tug and Barge) – 47 set
7.500 DWT : 4 set
8.000 DWT : 23 set
10.000 DWT : 20 set
2) Untuk ekspor :
Handy size / Handymax : 79 unit
c) Proyeksi Kebutuhan Armada Angkutan BATUBARA
Sumber : Diskusi Terbatas Depperin / PT. Bahtera Adiguna dan PT.PANN
1) Data dari sumber BPMigas, 2008 saat ini kapal-kapal offshore service yang masih dilayani oleh kapal berbendera asing. Nilai charter hire per day-nya mencapai USD 0,446 Juta atau pertahun mencapai USD 168,68 Juta
2) Apabila nilai charter tersebut selama 10 tahun di PV-kan nilainya menjadi sebesar USD 1,124 Milyar. Nilai tersebut cukup potensial untuk pengadaan kapal-kapal offshore services
d) BP MIGAS untuk kapal Offshore Services
1) Data dari PLN tahun 2006/2007, kebutuhan pasokan batu bara pertahun mencapai 30 juta ton, apabila freight angkutan batu bara adalah Rp.150.000,-/MT, maka nilai freight angkutan batu bara pertahun adalah Rp.4.500 Milyar atau USD 391 juta (kurs$1=Rp11.500)
2) Apabila nilai frieght charter tersebut selama 10 tahun di-PV-kan nilainya menjadi sebesar USD 2,737 Milyar. Nilai tersebut cukup potensial untuk pengadaan kapal-kapal angkutan batubara
PEMETAAN INDUSTRI PERKAPALAN
Fungsi J.Prod Uk.kpl L.gal Matr. K.terp. SDM Luas Perl. Tekn. Ketp. Keska Vektor Prioritas
Fungsi 1 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0.153
J.Prod 1/3 1 4 2 4 4 2 2 2 2 2 2 0.147
Uk.kpl 1/3 1/4 1 2 4 2 2 2 2 2 2 1 0.104
L.gal 1/2 1/2 1/2 1 4 4 2 2 3 2 2 2 0.118
Matr. 1/2 1/4 1/4 1/4 1 2 2 2 2 2 2 1 0.071
K.terp. 1/2 1/4 1/2 1/4 1/2 1 2 2 2 2 2 2 0.071
SDM 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1 2 4 2 2 2 0.076
Luas 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1 4 4 3 2 0.074
Perl. 1/2 1/2 1/2 1/3 1/2 1/2 1/4 1/4 1 2 2 2 0.049
Tekn. 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/4 1/2 1 3 2 0.049
Ketp. 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/3 1/2 1/3 1 2 0.042
Keska 1/2 1/2 1 1/2 1 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1 0.046
Tabel 5. Penentuan Prioritas Kriteria Pemetaan Industri Perkapalan.
PERANCANGAN BASIS DATA
Gambar 11. Alir Sistem
Beranda Pribadil Administrasi Data Induk Transaksi Laporan Bantuan
Ubah Sandi Atur Pemakai
Atur Group
User Log
Pemakai
Aplikasi Questionaire Tenaga Kerja About This Kapasitas
Maksimum Jenis Produksi
Luas Lahan Tujuan Pemasaran
IMPLEMENTASI SISTEM
Gambar 12. Struktur Menu
FORM LAPORAN (1)
Gambar 12. Form Laporan Berdasarkan Tenaga Kerja
FORM LAPORAN (2)
Gambar 13. Form Laporan Berdasarkan Tujuan Pemasaran
FORM LAPORAN (3)
Gambar 14. Form Laporan Berdasarkan Kapasitas Maksimum
FORM LAPORAN (4)
Gambar 15. Form Laporan Berdasarkan Tenaga Kerja
FORM LAPORAN (5)
Gambar 16. Form Laporan Berdasarkan Tenaga Kerja
Analisis Tingkat Makro Ekonomi
Analisis STEP (Social Technology Economy Politic) industri perkapalan terdiri dari:
1. Analisis Kondisi Sosial
Analisis kondisi sosial di lingkungan galangan meliputi aspek demografi dan budaya setempat yang mempengaruhi galangan dalam hal kebutuhan konsumen dan besarnya potensi pasar untuk bangunan baru dan reparasi kapal
2. Analisis Kondisi Teknologi
Kondisi teknologi di galangan dapat mempengaruhi tingkat produktivitas galangan. Teknologi dapat menjadikan produksi menjadi lebih efisien dan mempengaruhi keputusan untuk mencari sumber teknologi dari luar galangan.
3. Analisis Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi mempengaruhi daya beli konsumen dan ketertarikan investor dalam bidang galangan.
4. Analisis Kondisi Politik
Kondisi politik meliputi perundang-undangan dan peraturan pemerintah yang berkaitan langsung maupun tak langsung dengan galangan.
Analisis Tingkat Mikro Ekonomi
Tabel 6. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Oportunity and Threat) industri perkapalan
Kondisi
Internal Eksternal
Kekuatan Kelemahan Ancaman kesempatan
Internal
Fasilitas
Kapasitas Building Berth terbatas Kapasitas Floating Dock terbatas
SDM Murah
SDM Ahli Galangan
Pengalaman Bangunan Baru
Suku bunga SBI Tinggi
Margin Keuntungan Bangunan Baru
Modal
Pengembalian Modal
Margin Keuntungan Reparasi
Eksternal Kapasitas di kompetitor Fasilitas besar
Suku bunga SBI Tinggi
Era Perdagangan Bebas
Memaksimalkan penerapan Inpres No. 2 tahun 2009 tentang P3DN
Menggerakkan program standardisasi kapal
Meningkatkan utilisasi/penambahan kapasitas galangan kapal berukuran besar
Pemberian insentif fiskal (BMDTP)
Mendorong pengembangan industri komponen kapal
Rencana Aksi Kebijakan Jangka Pendek
Membentuk konsorsium pendanaan (dalam negeri / luar negeri) untuk pembangunan kapal;
Mendorong perbaikan mesin peralatan galangan kapal;
Meningkatkan kemampuan pusat disain kapal nasional bersama asosiasi industri galangan kapal Indonesia (Iperindo), asosiasi pelayaran (INSA) dan Perguruan Tinggi di Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS);
Mengembangkan standarisasi kapal-kapal yang sesuai dengan perairan Indonesia (kapal ikan, kapal patroli, kapal kargo, kapal penumpang, dll);
Meningkatkan kemampuan industri dalam negeri dalam pembuatan komponen kapal;
Meningkatkan kemampuan galangan kapal rakyat dalam membangun kapal yang memenuhi standar mutu dan kelaikan.
Rencana Aksi Kebijakan Jangka Menengah
Menambah kapasitas fasilitas produksi galangan kapal Building Berth atau Graving Dock 150.000 DWT;
Melakukan kerjasama dengan luar negeri (Korea,
Cina, Negara ex Eropa Timur) dalam pengembangan galangan kapal nasional;
Melatih SDM galangan kapal nasional diluar negeri yang mampu membangun kapal 150.000 DWT;
Mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri untuk membangun kapal 150.000 DWT.
Rencana Aksi Kebijakan Jangka Panjang (1)
Pasar :
Membangun kepercayaan kapal buatan Indonesia di pasar internasional.
Meningkatkan kemampuan pemasaran &
pengutamaan produksi dalam negeri bagi pembelian pemerintah.
Membangun aliansi strategis dan penetrasi pasar ekspor.
Meningkatkan akses dan penetrasi pasar ekspor.
Rencana Aksi Kebijakan Jangka Panjang (2)
SDM :
Meningkatkan peran Lit-bang industri yang bersinergi dengan perguruan tinggi dan BPPT
Membangun kompetensi SDM yang bersinergi dengan perguruan tinggi dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Membangun infrastruktur penunjangnya untuk teknologi dibawah air.
Rencana Aksi Kebijakan Jangka Panjang (3)
Infrastruktur :
Pembangunan sarana pembuatan kapal seperti jalan dan pelabuhan;
Menyediakan insentif bunga yang lebih terjangkau untuk pembangunan kapal baru misal PPN 10 % diturunkan sesuai kemampuan galangan;
Menyediakan kawasan dengan sewa yang lebih
terjangkau kawasan pelabuhan yang kini dikuasai oleh PT PELINDO harus melindungi kepentingan industri galangan.
Rencana Aksi Kebijakan Jangka Panjang (4)
Industri Perkapalan untuk bangunan baru kapal baja dan aluminium dengan ukuran sampai 50.000 DWT di Surabaya.
Industri Perkapalan untuk bangunan baru kapal baja sampai ukuran 7.000 DWT di Surabaya, Gresik dan Lamongan.
Industri Perkapalan untuk reparasi kapal baja sampai ukuran 50.000 DWT di Surabaya dan Lamongan.
Industri Perkapalan untuk reparasi kapal baja sampai ukuran 7.000 DWT di Surabaya, Gresik, Bangkalan dan Lamongan.
Industri Perkapalan untuk kapal kayu tradisional dan fibreglass antara lain: Lamongan, Tuban, Bangkalan, Pasuruan, Probolinggo dan Banyuwangi.
ALTERNATIF LOKASI PENGEMBANGAN INDUSTRI
PERKAPALAN JAWA TIMUR
PENUTUP (1)
Kondisi industri perkapalan Indonesia dan di Jawa Timur pada khususnya masih cukup prospektif dikembangkan.
Prosentase bangunan baru di Indonesia dengan kelas kapasitas < 3000 DWT memiliki prosentase 89% dan pada jasa perbaikan dan reparasi 90%.
Peluang pasar jasa reparasi dan perbaikan untuk kapal – kapal dibawah kelas <
5.000 GT untuk jenis kapal Barge, Peti kemas, tanker, Bulk carrier, kapal penumpang, Ro – Ro Kargo dan Tug Boat sejumlah 4,076 unit sebanding 3,662,605 GT. Sedangkan kapasitas terpasang galangan kapal jasa reparasi dan perbaikan sejumlah 352.126 GT. Galangan kapal nasional hanya mampu melayani 21% dari peluang pasar yang ada.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut diatas, maka peluang pasar bangunan baru yang perlu dipertimbangkan sebagai pasar potensial adalah kapal-kapal General Cargo (3.000 - 5.000 DWT) sebesar 1.200 – 1.700 unit, Barge (5.000 – 8.000 DWT) sebesar 400 – 800 unit dan Tug-boat (2.400 BHP) sebesar 500 - 1.000 unit, serta kapal ikan s/d 300 GRT dan kapal penyeberangan s/d 750 GRT.
PENUTUP (2)
Industri perkapalan di Jawa Timur masih didominasi oleh industri galangan kapal besar BUMN seperti PT Pal Indonesia dan PT Dok Perkapalan Surabaya, namun galangan kapal swasta seperti PT Dumas, PT Adiluhung Sarana Segara Indonesia, PT Indomarina Shipyard sudah mulai menunjukkan kinerja yang cukup membanggakan dengan beberapa prestasi yang diraih.
Political will dari pemerintah dan pihak terkait dalam mewujudkan kawasan khusus industri perkapalan yang bersinergi dengan klaster industri perkapalan sebagai rencana aksi pengembangan jangka pendek, menengah dan panjang sangat diperlukan untuk mempromosikan dan meningkatkan daya saing perekonomian Jawa Timur.