• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemetaan Tingkat Kebisingan pada Lingkungan Universitas Syiah Kuala menggunakan Aplikasi ArcGIS

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Pemetaan Tingkat Kebisingan pada Lingkungan Universitas Syiah Kuala menggunakan Aplikasi ArcGIS "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 2 No. 1 Maret 2022 Hal. 1 - 8

Copyright © Karya Ilmiah Fakultas Teknik (KIFT)

Pemetaan Tingkat Kebisingan pada Lingkungan Universitas Syiah Kuala menggunakan Aplikasi ArcGIS

Zulfadli1), Muhammad Nizar2), Irda Yunita3)*

Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Serambi Mekkah Jalan Tengku Imum Lueng Bata Batoh, Banda Aceh, Indonesia

* email: irda.yunita@serambimekkah.ac.id Abstract

Syiah Kuala University has 3 main intersections namely the intersection of the Faculty of Engineering, the intersection of the Faculty of Agriculture, and the intersection of the Graduate School. The noise level in the 3 locations varies due to the density of passing transportation. Disturbance from noise can affect the performance of human nerves and have a negative impact on health. The purpose of this study was to ana- lyze noise levels, produce noise level information maps and determine the effect of noise levels on health at 3 main intersections in Syiah Kuala University. This research was conducted for 12 hours of activity with a measurement range every 3 hours. Noise level measurement was done by placing a sound level meter adjacent to the sound source at the measurement points. Noise level mapping using ArcGIS appli- cation. The results showed that the noise level for location I was 88 dB(A), location II was 82 dB(A), and location III was 81 dB(A). All locations indicate that the noise level exceeds the quality standard set by the government in KEP-48/MENLH/11/1996 concerning the Noise Level Standard, which is 55 dB(A) for educational institutions.

Keywords: Mapping, Noise, Noise Level, ArcGIS, USK Abstrak

Universitas Syiah Kuala memiliki 3 persimpangan utama yaitu persimpangan Fakultas Teknik, persim- pangan Fakultas Pertanian, dan persimpangan Pasca Sarjana. Tingkatan kebisingan di 3 lokasi tersebut bervariasi diakibatkan oleh padatnya transportasi yang melintas. Gangguan dari kebisingan dapat ber- pengaruh pada kinerja syaraf manusia dan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis tingkat kebisingan, menghasilkan peta informasi tingkat kebisingan dan mengetahui pengaruh tingkat kebisingan terhadap kesehatan pada 3 persimpangan utama di lingkungan Universitas Syiah Kuala. Penelitian ini dilakukan selama aktifitas 12 jam dengan range pengukuran se- tiap 3 jam. Pengukuran level kebisingan dilakukan dengan meletakkan sound level meter yang berdekatan dengan sumber suara di titik-titik pengukuran. Pemetaan tingkat kebisingan menggunakan aplikasi ArcGIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kebisingan lokasi I yaitu 88 dB(A), lokasi II yaitu 82 dB(A), dan lokasi III yaitu 81 dB (A). Seluruh lokasi menunjukkan tingkat kebisingan melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah dalam KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Ke- bisingan yaitu 55 dB(A) untuk instansi pendidikan.

Kata Kunci: Pemetaan, Kebisingan, Tingkat Kebisingan, ArcGIS, USK

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Kebisingan adalah suara yang tidak diinginkan yang dihasilkan oleh suatu usaha atau kegiatan pada tingkat dan waktu tertentu yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan kenyamanan ling- kungan (KMNLH No 48, 1996). Tingkat kebisingan di atas ambang batas dapat meningkatkan risiko ket- ulian sementara dan permanen serta kerusakan telinga setelah terpapar untuk jangka waktu tertentu tanpa peralatan pelindung yang memadai (Silviana, N. A. dan Ninny Siregar, 2021). Paparan taraf kebisingan yang mampu ditolerir oleh seseorang tergantung dari aktivitas apa yang dilakukan oleh orang yang terpa- par tersebut (Djalante, 2010). Contohnya seseorang yang sedang melakukan proses belajar mengajar dan seseorang yang sedang beribadah akan merasa terganggu dengan kebisingan yang rendah sekalipun.

Lalu lintas jalan merupakan sumber utama kebisingan yang dianggap mengganggu sebagian be- sar masyarakat. Kebisingan sering terjadi di jalan-jalan yang berdekatan dengan tempat-tempat kegiatan

(2)

sosial masyarakat, seperti sekolah, masjid dan kantor. Kebisingan lalu lintas ini dinilai sangat tidak menyenangkan. Kendaraan bermotor, baik roda dua, roda tiga maupun roda empat menimbulkan kebisingan di jalan raya. Sumber yang menyebabkan kebisingan antara lain yaitu bunyi klakson yang dibunyikan pada saat kendaraan ingin saling mendahului atau yang lainnya dan juga pada saat lampu lalu lintas tidak berfungsi, bunyi knalpot kendaraan bermotor pada saat pengendara menekan pedal dengan berlebihan, gesekan ban dengan jalan beraspal pada saat pengereman dan lain sebagainya (Ikron dkk, 2007).

Beberapa penelitian menjelaskan bahwa tingkat kebisingan mempengaruhi proses belajar mengajar baik di sekolah maupun di universitas. Pada Penelitian (Lumbantobing, S. S. dkk, 2019) dijelaskan bahwa intensitas kebisingan rata-rata yang terjadi pada MTsN 34 Jakarta adalah sebesar 82,48 dB. Tingkat kebisingan tertinggi terjadi di titik pengukuran yang berhadapan langsung dengan landasan pacu Bandara Halim Perdanakusuma. Sesuai dengan KMNLH No. 48 Tahun 1996, baku tingkat kebisingan peruntukan kawasan lingkungan kesehatan/lingkungan kegiatan di sekolah atau sejenisnya, tingkat kebisingan tidak diperbolehkan melebihi 55 dB(A).

Universitas Syiah Kuala (USK) adalah perguruan tinggi negeri tertua di Aceh. Sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi, USK memiliki fungsi yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik untuk kebutuhan lokal, nasional maupun regional. USK yang berpusat di Darussalam memiliki 3 persimpangan utama dengan tingkatan kebisingan bervariasi yang diakibatkan oleh padatnya transportasi yang melintas di lingkungan tersebut. Tiga persimpangan tersebut merupakan jalan akses tembus di setiap fakultas yang ada pada universitas yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya yaitu persimpangan Fakultas Teknik, persimpangan Fakultas Pertanian, dan persimpangan Pasca Sarjana.

Informasi yang memadai tentang kebisingan di lingkungan USK sangat terbatas dan kurang memadai. Penelitian yang menyeluruh tentang tingkat kebisingan menggunakan teknologi peta digital database di lokasi penelitian sangat diperlukan mengingat USK merupakan instansi pendidikan “jantong hate rakyat Aceh” (jantung hati rakyat Aceh) yang merupakan perwujudan dari keinginan rakyat Aceh akan sebuah Perguruan Tinggi Negeri yang menjadi pusat pendidikan di daerah Aceh.

Penelitian tingkat kebisingan suara di lingkungan universitas pernah dilakukan oleh (Nuristian dkk, 2015) di area Universitas Lampung (Unila) dalam bentuk sound topography, menyimpulkan bahwa tingkat kebisingan tergolong tinggi yaitu 71-85 dB di seluruh area kampus. Nilai bising tersebut tergolong tinggi menurut KMNLH No 48, namun menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi masih dalam batas aman yaitu kurang dari 85 dB.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kebisingan, menghasilkan peta informasi tingkat kebisingan dan mengetahui pengaruh tingkat kebisingan terhadap kesehatan pada 3 persimpangan utama di lingkungan Universitas Syiah Kuala (USK).

2 .Metode Penelitian

2.1. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian dilaksanakan pada 3 persimpangan (Persimpangan Fakultas Teknik, Persimpangan Fakultas Pertanian, dan Persimpangan Pasca Sarjana) yang mewakili lingkungan Universitas Syiah Kuala.

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2018. Peta lokasi penelitian seperti ditampilkan pada Gambar 1. Alat dan bahan penelitian terdiri dari:

a) Sound Level Meter digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan suara dalam bentuk tingkat tekanan bunyi efektif dalam desibel (dB);

b) Stopwatch digunakan untuk mengukur lamanya waktu dalam penelitian;

c) GPS digunakan untuk menentukan titik lokasi geografis dari suatu titik pengamatan;

d) Laptop/PC digunakan untuk menyimpan dan mengolah data yang telah didapat dari hasil pengukuran;

e) Alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran;

f) Kamera untuk dokumentasi foto penelitian;

g) Perangkat Lunak ArcGIS versi 10.1, digunakan untuk memetakan tingkat kebisingan hasil pengukuran;

(3)

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi penelitian adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dimana peneliti memilih sendiri sampel sesuai dengan persyaratan yang diperbolehkan. Pada penelitian, terdapat 3 persimpangan lokasi pengambilan data tingkat kebisingan yang berada dalam lingkungan USK. Ketiga titik pengambilan data ditetapkan dengan mempertimbangkan persimpangan yang paling mewakili persimpangan dengan aktivitas transportasi yang paling padat dan bising diperoleh dari survey awal lokasi.

2.2. Metode Pengukuran

Metode Pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pengukuran secara lang- sung di lapangan dengan pendekatan kuantitatif. Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas pengukuran LTM5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan penguku- ran selama 10 (sepuluh) menit.

Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 12 jam (LS) dengan cara pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 9 jam (LS) pada selang waktu 06.00–18.00 dengan range pengukuran setiap 3 jam. Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari (Sumber: KEP-48/MENLH/11/1996), sebagai contoh :

a) L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 – 09.00 b) L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 – 12.00 c) L3 diambil pada jam 13.00 mewakili jam 12.00 – 15.00 d) L4 diambil pada jam 17.00 mewakili jam 15.00 – 18.00 2.3. Analisis Data

Untuk mengetahui tingkat kebisingan ekivalen dengan waktu pengukuran setiap 5 detik selama 10 menit yang terjadi maka 120 data tingkat kebisingan harus diolah menjadi 1 data tingkat kebisingan ekivalen yang diukur tiap 5 detik selama 10 menit. Menurut KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan dimodelkan secara matematis sebagai berikut:

Untuk mengetahui nilai LTMS:

LTMS = 10 log 1/600{5. 100,1 L1+5. 100, 1 L2+….+ 5.100,1 L120 } Untuk data dari waktu pengambilan interval 1-4 (siang hari):

LS = 10 log 1/9 {T1.10

0.1.L1

+ … + T4.100.1.L4} dB(A)

(4)

Keterangan:

Leq= E-quivalent Continuous Noise Level atau Tingkat Kebisingan Sinambung Setara ialah nilai tingkat kebisingan dari kebisingan yang berubah ubah (fluktuatif) selama waktu tertentu, yang setara dengan tingkat kebisingan dari kebisingan ajeg (steady) pada selang waktu yang sama. Satuannya adalah dB (A).

LTM5 = Leq dengan waktu sampling tiap 5 detik LS = Leq selama siang hari

Untuk mengetahui apakah kebisingan sudah melampaui ambang batas, maka data hasil analisis perlu dibandingkan dengan baku mutu tingkat kebisingan. Nilai LS yang dihitung ditabulasikan dan dibandingkan dengan nilai baku tingkat kebisingan berdasarkan KEP-48/MENLH/11/1996 dengan toler- ansi + 3 dB(A). Data hasil analisis diolah dan dimasukkan ke dalam perangkat lunak ArcGIS sebagai media pembuatan peta informasi tingkat kebisingan. Metode analisa data menggunakan metode deskriptif. Analisa dampak tingkat kebisingan terhadap kesehatan dianalisa dengan membandingkan beberapa literature.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Perhitungan Tingkat Kebisingan berdasarkan Perhitungan Ekivalen

Data hasil awal dari pengukuran level kebisingan berdasarkan lokasi dan waktu diolah dengan menggunakan persamaan LTMS = 10 log 1/600{5. 100,1 L1+5. 100, 1 L2+….+ 5.100,1 L120 }. Hasil perhitungan LTMS digunakan untuk mendapatkan intensitas kebisingan berdasarkan interval (LS) pada setiap lokasi dengan menggunakan persamaan LS = 10 log 1/9 {T1.10

0.1.L1

+ … + T4.10

0.1.L4

} dB(A). Adapun hasil perhitungan tingkat kebisingan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

DATA PENELITIAN

NO Lokasi

Pengambilan

Waktu Pengambilan

Level Kebisingan

dB(A)

dB(A)

Interval (1-4) dB(A) 1

Lokasi I (Persimpangan Fakultas Teknik)

L 1(07.00) WIB 82.8463591 83

2 L2(10.00) WIB 71.4386936 71 88

3 L3(13.00) WIB 88.9150283 89

4 L4(17.00) WIB 89.8939529 90

5 Lokasi II

(Persimpangan Fakultas Pertanian)

L 1(07.15) WIB 80.8127174 81

6 L2(10.15) WIB 80.6551082 81 82

7 L3(13.15) WIB 80.4188162 80

8 L4(17.15) WIB 80.4101567 80

9 Lokasi III

(Persimpangan Pasca Sarjana)

L 1(07.30) WIB 80.8767529 81

10 L2 (10.30) WIB 80.2935953 80 81

11 L3(13.30) WIB 80.1257237 80

12 L4(17.30) WIB 80.5564449 80

Tabel 1. Data hasil perhitungan tingkat kebisingan

Berdasarkan tabel 1, hasil perhitungan terlihat bahwa tingkat kebisingan tertinggi pada lokasi I di Persimpangan Fakultas Teknik sebesar 88 dB(A), tingkat kebisingan terendah pada lokasi III Persimpangan Pasca Sarjana sebesar 81 dB (A). Sedangkan pada lokasi II tingkat kebisingan yang didapat sebesar 82 dB(A). Dari hasil intensitas kebisingan interval (1-4) waktu siang hari (LS) dari 3 lokasi semuanya melebihi baku mutu KEP-48/MENLH/11/1996 yaitu sebesar 55 dB(A) sebagai wilayah ling- kungan kegiatan yang melingkupi wilayah pendidikan.

(5)

3.2. Pemetaan Tingkat Kebisingan

Pemetaan tingkat kebisingan dilakukan menggunakan perangkat lunak (software) ArcGIS 10.1 dengan titik survey pada aplikasi Google Earth. Koordinat titik survey dan nilai kebisingan yang di- peroleh dibuatkan kontur untuk mengetahui sebaran tingkat kebisingan di kawasan lingkungan Universitas Syiah Kuala berdasarkan titik lokasi yang telah ditentukan. Pada proses pemetaaan yang menggunakan aplikasi ArcGIS generasi 10.1 ini hanya ada dua data yang dipakai yaitu data input dan output.

Data input merupakan proses memasukkan data spasial dan intensitas kebisingan berdasarkan lokasi pengukuran, sekaligus bertanggung jawab dalam merubah/mengkonversi data atau mentranforma- sikan format data-data intensitas kebisingan ke dalam format yang dapat digunakan untuk ArcGIS. Data output yang merupakan data intensitas kebisingan yang dimasukkkan dalam peta kontur menjadi hasil peta akhir (layout) tingkat kebisingan berdasarkan lokasi di kawasan lingkungan Universitas Syiah Kuala.

Hasil peta tingkat kebisingan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta hasil Tingkat kebisingan Universitas Syiah Kuala

Berdasarkan Gambar 2, tingkat kebisingan sebesar 88 dB(A) terdapat pada lokasi 1 (Persimpangan Fakultas Teknik) merupakan lokasi tingkat kebisingan yang tertinggi karena merupakan simpang pertemuan dua jalur masuk yaitu dari jalur sektor timur dan jalan T.Nyak Arief. Selain dari pengaruh dari transportasi yang melintas, penyebab tingginya intensitas kebisingan yang didapat juga disebabkan oleh pekerjaan pembangunan gedung Fakultas Teknik yang bersumber dari alat-alat berat yang digunakan.

P ada lokasi kedua (Persimpangan Fakultas Pertanian), intensitas kebisingannya berada pada angka 82 dB(A). Kebisingan ini hanya bersumber dari transportasi yang melintas. Pada titik ketiga (Persimpangan Pasca Sarjana), angka kebisingan yang dihasilkan lebih rendah dari dua titik sebelumnya yaitu 81 dB(A). Padahal titik ini merupakan lokasi yang paling rawan karena selain dipergunakan sebaga jalan menuju Pasca Sarjana, persimpangan ini juga merupakan salah satu jalan akses utama dari Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry yang juga penyumbang aktivitas tinggi alat transportasi.

Kerendahan kebisingan dibantu oleh banyaknya tumbuhan yang tumbuh sekitar jalan tersebut sehingga tingkatan kebisingan dapat sedikit teredam.

(6)

Dari ketiga lokasi yang penelitian yang diambil, angka kebisingan yang dihasilkan oleh setiap lokasi semuanya jauh melebihi tingkatan kebisingan yang diperbolehkan dalam KEP- 48/MENLH/11/1996 yaitu 55 dB(A). Itu artinya pada lokasi-lokasi ini perlu mendapatkan perhatian dan perlakuan khusus dalam menanggulangi kebisingan yang menyebabkan hilangnya konsentrasi belajar.

Dampak lain kebisingan yaitu mengakibatkan gangguan kesehatan bagi mahasiswa maupun pekerja yang berada dalam lingkungan Universitas Syiah Kuala.

3.3Dampak Kebisingan terhadap Kesehatan

Dampak yang dirasakan oleh manusia akibat kebisingan diantaranya:

a) Gangguan Fisiologis, berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, kon- striksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disebabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.

b) Gangguan Psikologis, berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.

c) Gangguan Komunikasi, menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan ter- jadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.

d) Gangguan Keseimbangan, dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.

e) Efek pada pendengaran, menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tu- li menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas ke frekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan.

Penanganan kebisingan pada jalur perambatan suara umumnya dilakukan dengan pemasangan peredam bising (PB). PB dapat berupa penghalang alami (natural barrier) dan penghalang buatan (artifi- cial barrier). PB umumnya memiliki karakteristik secara teknis dapat menurunkan tingkat ke- bisingan antara 10 sampai dengan 15 dB, mampu mencapai pengurangan tingkat kebisingan sebesar 5 dB apabila cukup tinggi untuk memotong jalur perambatan gelombang suara dari sumber ke penerima serta setiap penambahan 1 m ketinggian diatas jalur perambatan gelombang dapat menurunkan tingkat kebisingan sebesar 1,5 dB dengan penurunan maksimum secara teoritis sebesar 20 dB (Departemen Pekerjaan Umum, 2005).

Gambar 3. Kondisi dengan Bangunan Peredam Bising

Dalam penangan kebisingan tanaman juga bisa digunakan sebagai media pembantu dalam menghalangi rambatan tingkatan kebisingan yang dihasilkan oleh alat transportasi ataupun penyumbang kebisingan lainnya. Tanaman yang digunakan untuk penghalang kebisingan harus memiliki kerimbunan dan kerapatan daun yang cukup dan merata mulai dari permukaan tanah hingga ketinggian yang diharap- kan. Untuk itu, perlu diatur suatu kombinasi antara tanaman penutup tanah, perdu, dan pohon atau kombinasi dengan bahan lainnya sehingga efek penghalang menjadi optimum. Tanaman-tanaman

(7)

yang dapat digunakan salah satunya adalah tanaman Seba (Heliconia Sp) dapat mereduksi kebisingan sebesar 3,4 dB.

Gambar 4. Seba (Heliconia Sp)

Kebijakan tentang transportasi pada UU Nomor 14 tahun 1992 tentang lalu lintas dan angkutan jalan pada pasal 50, untuk mencegah pencemaran udara dan kebisingan suara kendaraan ber- motor yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan hidup, setiap kendaraan bermotor wajib memenuhi persyaratan ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan. Setiap pemilik, pengusaha angkutan umum dan/atau pengemudi kendaraan bermotor, wajib mencegah terjadinya pencemaran udara dan ke- bisingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yang diakibatkan oleh pengoperasian kendaraannya.

4. Kesimpulan

Tingkat kebisingan di Universitas Syiah Kuala telah melebihi ambang batas kebisingan untuk sekolah dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP.48/MENLH/11/1996 yaitu sebesar 55 dB(A). Tingkat kebisingan tertinggi di lingkungan Universitas Syiah Kuala yaitu sebesar 88 dB(A) terdapat pada lokasi I Persimpangan Fakultas Teknik. Pada lokasi II Persimpangan Fakultas Petanian dan Lokasi III Persimpangan Pasca Sarjana, tingkat kebisingan berturut-turut adalah sebesar 82 dBA dan 81 dB(A). Intensitas kebisingan tinggi yang melebihi baku mutu sangat mengganggu kesehatan.

Gangguan yang timbul bisa berupa gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan gangguan yang paling fatal yaitu efek pada pendengaran hingga terjadi ketulian.

5. Daftar Pustaka

Al Fatta, H. 2009. Analisis dan perancangan Sis- tem Informasi Untuk Keunggulan Bersaing Perusahaan dan Organisasi Modern. Yogya- karta: Andi.

Balirante, M, dkk. 2020. “Analisa Tingkat kebisingan Lalu Lintas di Jalan Raya Ditinjau dari Tingkat Baku Mutu Kebisingan yang Diizinkan” dalam Jurnal Sipil Statik Vol. 8 No.2 (hlm. 249-256).

Budianto. 2010. Sistem Informasi Geografis dengan Arc View GIS. Yogyakarta: Andi Off- set.

Demers dalam Prahasta. 2002. Sistem Informasi Geografis: Konsep-konsep Dasar Informasi Geografis. Bandung: Informatika Bandung.

Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Ruang Terbuka Hi- jau (RTH) Wilayah Perkotaan. Bogor:

Laboratorium Perencanaan Lanskap Depar- temen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian - IPB.

Djalante, S. 2010. “Analisis Tingkat Kebisingan di Jalan Raya yang Menggunakan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) (Studi Kasus:

Simpang Ade Swalayan)” dalam Jurnal SMARTek. Vol. 8 No. 4 (hlm. 280-300).

Hanafi, M. 2011. SIG dan AHP untuk Sistem Pen- dukung Keputusan Perencanaan Wilayah In- dustri dan Pemukiman Kota Medan. Medan:

Universitas Sumatera Utara.

ICA dalam Intan Permanasari. 2007. Aplikasi SIG untuk Penyusunan Basis Data Jaringan Jalan

(8)

di Kota Magelang. Program Survey dan Pemetaan Wilayah Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Ikron, dkk. 2007. “Pengaruh Bising Lalu Lintas Jalan terhadap Gangguan Kesehatan Psikologis Anak SDN Cipinang Muara, Kecamatan Jati Negara Kota Jakarta Timur Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005” dalam Makara Journal of Health Research Vol. 11 No. 1 (hlm. 32-37).

Jogiyanto. 2009. Analisis dan Desain Sistem In- formasi. Yogyakarta: Andi.

KLH. 1996. Keputusan Menteri Negara Ling- kungan Hidup No. Kep 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Sekretariat Negara Jakarta.

Laudon, Kenneth C., & Jane, P. Laudon. 2010.

Management Information System: Managing the Digital Firm. New Jersey: Prentice-Hall.

Lumantobing, S. S., dkk. 2019. “Tingkat Kebisingan Suara di Lingkungan MTS Negeri 34 Jakarta terhadap Kualitas Proses Belajar Mengajar” dalam Jurnal edu Mat Sains Vol. 4 No. 1 (hlm. 51-64)

Nuristian, K, dkk. 2015. “Analisis Tingkat Ke- bisingan Suara di Lingkungan Universitas Lampung” dalam Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 03 No. 01 (hlm. 69-73).

O'Brien, James A. 2005. Introduction to Infor- mation Systems, 12th Edition. New York: Mc Graw Hill Companies Inc

Pahlevi. 2010. Membuat Aplikasi Rental Movie dengan Visual basic 6.0. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Prahasta, E. 2011. Tutorial ArcGIS Desktop untuk Bidang Geodesi dan Geomatika. Bandung: In- formatika Bandung.

Saputra, A, dkk. 2015. “Pemetaan Tingkat Ke- bisingan yang Ditimbulkan oleh Mesin Pen- golah Kelapa Sawit di PT.TASMA PUJA Ka- bupaten Kampar-Riau” dalam Jurnal JOM FMIPA Vol. 2 No.1 (hlm. 138-143).

Satwiko, P. 2005. Fisika Bangunan 2 edisi 1. Yog- yakarta : Andi.

Setiawan, F. M. 2010. “Tingkat Kebisingan pada Perumahan di Perkotaan” dalam Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol. 1 No. 2 (hlm.191-200).

Silviana, N. A. dan Ninny Siregar. 2021.

“Pengukuran dan Pemetaan Tingkat Kebisingan pada Area Produksi” dalam Jour- nal of Industrial and Manufacture Engineering (JIME) vol.5 No.2 (hlm.161-166).

Slamet, Aziz M dan Pujiono. 2006. SIG Berbasis Desktop dan Web. Yogyakarta: Gava Media Suma’mur. 2009. Hiegiene Perusahaan dan

Keselamatan Kerja. Jakarta : CV Sagung Seto.

Suroto, W. 2010. “Dampak Kebisingan Lalu Lintas Terhadap Pemukiman Kota (Kasus Kota Su- rakarta)” dalam Jurnal of Rulan and Devel- opment Vol. 1 No. 1.

Sutabri, T. 2012. Analisis Sistem Informasi. Yog- yakarta: Andi.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta:

Direktorat Jendral Perhubungan Darat.

Wahyu, F. 2015. Menggambar Peta dengan Arc GIS 10.1 Tutorial ArcGIS untuk Pemula.

Yogyakarta : CV Andi Offset.

https://idea.grid.id/read/09692721/mengenali- tanaman-heliconia-untuk-hiasan-taman https://123dok.com/document/q51rkg7y-mitigasi-

dampak-kebisingan-akibat-lalu-l.html

Referensi

Dokumen terkait

MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL IPS TEMPAT KEGIATAN : SMP NEGERI 1 GIRI NO NAMA INSTANSI KET 1 RISTIN SUWITA YUNIAR WARDINI SMP 17 AGUSTUS 1945 CLURING 2 DIMAS PRATITA

Discussion of Implementation Results of colab.research.google Based on the results obtained from the results of the Prediction Data Training test, which totals 240 data, it shows that