75
PROGRAM HUMAS TERHADAP PEMBENTUKAN CITRA PEMERINTAHAN YANG BAIK DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Risa Dwi Ayuni1 Ade Nur Atika Sari2 Rizki Apriliyanti3 Muhammad Agus Humaidi4
1Universitas Islam Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin
2Universitas Islam Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin
3Universitas Islam Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin
4Universitas Islam Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin
ABSTRAK
Pembentukan citra yang baik pada pemerintahan terletak pada kualitas strategi pemikiran humas.
Humas tidak hanya sebagai corong utama dalam pemerintahan, tetapi ia juga sebagai penjembatan antara pemerintahan dan masyarakat. Humas menciptakan dan mendukung citra baik di mata publik. Teori agenda setting humas dapat menciptakan kesadaran masyarakat dimana media yang digunakan humas dapat menonjolkan isu apa yang paling penting diberitakan. Dengan agenda setting, humas dapat menggiring opini publik yang baik sehingga citra baik pada pemerintahan terletak pada keberhasilan humas dalam menciptakan tanggung jawab dalam menyampaikan informasi, meyakini, mendidik, dan membangkitkan kepentingan publik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan studi kasus wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil yang ditemukan bahwa humas Diskominfo Provinsi Kalimantan Selatan bekerja sama dengan media untuk membangun citra baik pemerintah agar program yang mereka jalannya bisa tersampaikan dengan cepat kepada publik, sehingga dampak dari tersampainya program tersebut tercipta opini positif dari publik tentang pemerintah yaitu Kalsel maju, ekonomi berkelanjutan, dan sejahtara.
Kata Kunci: Humas; citra baik; opini publik; Pemrov Kalsel; agenda setting
76 PENDAHULUAN
Hubungan masyarakat (PR) adalah komponen penting dalam pemerintahan.
Humas bertindak sebagai komunikator yang menunjang keberhasilan dalam pelaksanaan program pembangunannya. Citra yang baik pada pemerintahan terletak pada keberhasilan humas dalam menciptakan tanggung jawab dalam menyampaikan informasi, meyakini, mendidik, dan membangkitkan kepentingan publik (Susanti et al, 2022).
Peran humas dibutuhkan agar dinamika organisasi dapat berkembang dengan baik, persaingan antar organisasi, tuntutan publik akan pelayanan, ekspektasi publik terhadap organisasi, serta masyarakat yang kritis terhadap kebijakan yang dibuat.
Untuk menjaga dan meningkatkan citra tersebut, pemerintah mealui program kebijakannya memadukan kepentingan secara top down (pemerintah) dan bottom up (masyarakat) (Ardianto, 2016). Itu dikarenakan antara pemerintah dengan masyarakat memberikan informasi apa yang diupayakan oleh instansi pemerintah.
Tugas dari humas pemerintah adalah mempelajari aspirasi masyarakat, memberikan nasehat dan saran kepada instasi pemerintah ketika mengambil keputusan yang dapat mengupayakan hubungan yang harmonis. Dalam tugasnya, program humas dapat berupa event, muncul di media, mengadakan gathering atau berkumpul dengan publik internal maupun eksternal. Humas internal adalah bagian humas yang bertanggung jawab mengelola hubungan dengan publik internet seperti relasi dengan pegawai, mahasiswa, dan pimpinan. Sedangkan humas eksternal adalah bagian humas yang bertanggung jawab mengelola hubungan dengan publik eksternal seperti membangun relasi dengan lembaga pemerintah, lembaga keuangan, masyarakat/komunitas, atau media.
Agar aktivitas kehumasan dapat berjalan dengan baik, humas perlu alat kehumasan yang sesuai. Alat kehumasan di era teknologi informasi dan komunikasi sebagai bentuk kegiatan pada bidang PR yaitu cyber PR, net PR, on the net, dan e-PR (electronic PR) (Soemirat dan Ardianto, 2017).
Tidak hanya kepada masyarakat, pemerintah melalui humas mereka juga bekerja sama dengan media agar program yang mereka jalannya bisa tersampaikan dengan cepat kepada masyarakat. Peran media dan hubungan pers dalam kehumasan dapat menjadi saluran penyampaian pesan, peningkatan kesadaran dan informasi dari publikasi kehumasan (Susanti et al, 2022).
Diperlukan hubungan yang baik antara humas dengan media untuk membentuk citra positif pemerintah. Itu dikarenakan, media dapat membuat agenda setting dalam mengolah dan menyampaikan informasi.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apa saja program humas yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan?
2. Bagaimana dampak dari program humas yang dilakukan terhadap citra Pemerintahan Provinsi Kalimantan Selatan ?
Tujuan Dan Target Luaran
Tujuan dan target luaran yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui program humas yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.
2. Mengetahui dampak dari program humas yang dilakukan terhadap citra Pemerintahan Provinsi Kalimantan Selatan
Tinjauan Pustaka Humas
77 Pengertian humas sendiri ada berbagai macam dijabarkan oleh beberapa para ahli.
Menurut Tony Grenner (dalam, Khotimah, 2021) Humas diartikan seabgai presentasi positif organisasi ditujukan untuk seluruh publik. Selain itu, pengertian humas menurut John E. Marston (dalam Khotimah, 2021) mengartikan sebagai kegiatan komunikasi persuasif dan terencana yang didesain untuk mempengaruhi publik. Anne Gregory (dalam Khotimah, 2021) humas adalah disiplin yang menjaga reputasid engan tujuan untuk mendapatkan pemahaman, dukungan, dan pemahaman untuk mempengaruhi opini dan perilaku.
Sedangkan dalam Petarutan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi No. 31 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Tata Kelola Kehumasan di Lingkungan Instansi Pemerintah (Permenpan-RB No. 31 tahun 2011) menjelaskan tentang hubungan masyarakat adalah suatu usaha yang sengaja dilakuakn dan direncakan secara berkesinambungan dalam rangka menciptkan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara sebuah lembaga/institusi dan publiknya.
Dalam kegiatan humas, ada dua peran besar yang secara konsisten muncul dalam kegiatan humas yaitu peran sebagai teknisi dan manajemen (Multi et al, 2019). Peran sebagai teknisi mewakili seni dari humas seperti menulis, mengedit, mengambil foto, menangani produksi komunikasi, membuat event spesial, dan melakukan kontak telepon dengan media. Peran sebagai manajer berfokus pada kegiatan yang membantu organisasi dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah terkait humas.
Dasar humas dalam pemerintahan adalah membantu menjabarkan dan mencapai tujuan program pemerintahan, meningkatkan sikap responsif pemerintah, serta memberi publik informasi yang cukup untuk dapat melakukan pengaturan diri sendiri (Kriyantono, 2021). Berarti humas
pemerintahan bertugas menjalankan kegiatan kebijakan dan pelayanan publik dengan memberikan berbagai informasi tentang kebijakan pemerintahan yang mengikat rakyat atau masyarakat. Selanjutnya memberikan pelayanan publik yang terbaik, dengan birokrasi yang tidak berbelit-belit untuk memberikan kepuasan kepada rakyat atau masyarakat sehingga dunia pemerintahan memperoleh citra positif dari rakyat atau publik.
Dalam melaksanakan perannya, menurut James E. Grunig (dalam Khotimah, 2021) ada empat model humas yang selalu diterapkan.
Model Agensi Pres atau model propaganda; yaitu menggambar kan komunikasi yang bergerak satu arah dari organisasi menuju publik dengan tujuan mencari keuntungan.
Model informasi publik; yaitu model yang menggambarkan menyebarluaskan informasi kepada pulik dan sebagai pengendali informasi atau beritanya.
Model ini selalu dipraktikkan oleh humas pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi nirlaba karena lebih baik dan mengandung lebih banyak kebenaran karena informasinya disebarkan melalui koran, brosur atau direct mail.
Model asimetris dua arah; yaitu memandang humas sebagai kerja persuasi ilmiah yang menggunakan hasil riset untuk mengukur dan menilai publik dengan tujuan untuk membujuk publik agar sesuai dengan harapan organisasi.
Model simetris dua arah; yaitu sebuah model yang menggambarkan sebuah orgnisasi humas dimana organisasi dan publik saling menyesuaikan diri. Model ini berfokus pada penggunaan metode riset ilmu sosial untuk memperoleh rasa
78 saling pengertian serta komunikasi dua arah antara publik dan organisasi.
Tujuan dari humas sendiri yaitu ingin mencapai tujuan organisasi bersama dan tidak melenceng atau salah sasaran.
Tujuan dari humas tersebut kemudian diimplementasikan dalam program- program humas. Agar program tersebut dapat berjalan dengan baik, maka humas perlu media humas (humas tools) seperti, press-release, website, company profile, dan produk-produk tulisan lainnya (Kriyantono, 2021)
Fungsi humas sendiri tidak dapat terlepas dari opini publik, karena salah saru fungsi humas adalah menciptakan opini publik yang memiliki kemauan baik (good will) dan partisipasi. Citra (image) merupakan gambaran dari benak publik tentang organisasi. Citra yang baik pada pemerintahan terletak pada keberhasilan humas dalam menciptakan tanggung jawab dalam menyampaikan informasi, meyakini, mendidik, dan membangkitkan kepentingan publik (Susanti et al, 2022). Persepsi dari publik dapat berasal dari pelayanan, kualitas produk, budaya organisasi, perilaku perusahaan atau kredibilitas perusahaan di mata bulik (Kriyantono, 2021).
Organisasi dapat disebut kredibel ketika memenuhi dua unsur yaitu kemampuan dan kepercayaan.
Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan, harapan, dan kepentingan publik. Sedangkan kepercayaan dapat berupa komitmen menjaga kepentingan bersama (Kriyantono, 2021).
Humas Pemerintah
Humas dalam pemerintahan pada dasarnya juga sama dengan humas yang berada di perusahaan dan organisasi, yaitu sebagai bagian yang bertugas untuk membangun citra baik bagi publiknya
(Khotimah, 2021).
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 35 Tahun 2014 tentang Badan Koordinasi Hubungan Masyarakat tertuang pengertian hubungan masyarat di Unit Kerja Bidang humas adalah lembaga humas dan/atau praktisi humas yang melalkukan fungsi manajemen dalam bidang informasi dan komunikasi yang persuasuf, efektif, dan efisien, untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan publiknya melalui berbagai sarana kehumasan dalam rangka menciptakan citra dan reputasi yang positif instansi pemerintahan. Unit kerja humas adalah unit organisasi dalam instansi pemerintah dan lembaga yang melakukan fungsi manajemen bidang informasi dan komunikasi kepada publiknya.
Agenda Setting dalam Humas Pemerintah Menurut Evert Rogers dan James Dearing (Elfirda, 2015) tentang agenda setting adalah agenda yang mengarahkan perhatian khalayak pada tahap awal proses opini publik. Opini publik tentu saja harus dikeola dengna baik aktivitas lembaga pemerintah sangat terkait dengan isi opini publik. Tahap tersebut bermula dari bagaimana isu-isu yang terjadi bermunculan.
Agenda setting memiliki tiga proses linier yaitu, agenda media, agenda publik, dan agenda kebijakan.
Agenda setting menentukan media melakukan proses seleksi, yaitu proses isu- isu dipilih dan dipandang. Melalui proses seleksi dan pemberitaan media, media massa dapat mempengaruhi persepsi khalayak mengenai isu-isu yang sedang dibicarakan.
Pengaruh ini dapat memberikan peran besar dalam menentukan agenda publik.
Agenda publik muncul ketika isu-isu tersebut terus menerus tanpa henti diliput oleh media. Ketika isu tersebut terus diliput, maka muncul agenda publik berupa pemikiran, kritik dan diskusi. Agenda publik ini yang memunculkan opini publik.
Pemetaan opini publik perlu dilakukan untuk
79 mendeteksi dengan cepat terhadap opini publik negatif yang dapat menjadi kesalahpahaman yang berakibat besar (Kriyantono, 2021).
Penggunaan media sangat berpengaruh bagi citra baik pemerintahan karena dapat memberikan informasi berkala dengan komunikasi dua arah timbal balik yang efektif (Kriyantono, 2021). Opini publik negatif muncul dikarenakan publik kekurangan informasi, informasi didapat hanya sebagian, dan cenderung negatif.
Respon cepat bertujuan untuk mengubah sikap dan opini publik sehingga publik merasa dilayani dengan baik oleh pemerintah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengadopsi metode penelitian kualitatif. Mengusung dari sifat penelitian kualitatif yang dikemukan oleh Nasution dimana penelitian yang dilakukan dengan cara mengamati orang dalam lingkungannya, melakukan interaksi, serta berusaha memahami bahasa yang mereka gunakan. (Rukajat, 2018 : 1) Penelitian kualitatif pada umumnya digunakan untuk
“mengekplorasi”. (Darmalaksana, 2020).
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif studi kasus. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Maxfield studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. (Nazir, 2017) Teknik Pengumpulan Data
Observasi
Secara sederhana Observasi dapat diartikan sebagai sebuah proses pengamatan mendalam yang dilakukan oleh peneliti terhadap objek penelitiannya. Obeservasi menjadi teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik lainnya seperti wawancara dan koesioner. (Sugiyono, 2015 : 203) Penggunaan teknik obeservasi biasanya
diperuntukan untuk mengamati perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dengan catatan objek pengamatan tidak terlalu besar.
Wawancara
Teknik pengumpulan data melalui wawancara merupakan teknik yang paling umum dalam sebuah penelitian kualitatif.
(Jamshed, 2014) Wawancara berarti melakukan interaksi secara langsung terhadap objek penelitian yang disebut juga dengan istilah responden.
Dokumentasi
Dokumentasi menjadi penting dilakukan dalam penelitian ini karena dijadikan sebagai data pendukung dari dua teknik pengumpulan data di atas. Dokumentasi dapat berupa buku, jurnal, jejak digital, dan data lainnya.
TEKNIK ANALISIS DATA
Proses analisis data kualitatif dapat dilakukan selama proses pengumpulan data dilakukan sampai laporan penelitian selesai dikerjakan. Miles dan huberman dalam Lune dan Berg (2017) terdapat tiga tahap analisis data yaitu:
1. Reduksi Data: Data kualitatif perlu direduksi dan diubah (diberi kode) untuk membuatnya lebih mudah diakses, dimengerti, dan untuk menggambarkan berbagai tema dan pola atau disebut dengan penyederhanaan data.
2. Penyajian Data: Data disajikan secara terorganisir, sehingga memungkinkan kesimpulan diambil secara analitis.
Tampilan dapat berupa tabel data;
gambar, konsep, dan ringkasan yang mudah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi:
Peneliti lebih dulu membuat berbagai evaluasi dan keputusan. Setelah data dikumpulkan, dikurangi, dan ditampilkan, kesimpulan mungkin dapat
80 muncul dan makna data akan terlihat.
Namun jika ada hasil diluar dugaan, maka dapat dilakukan verifikasi dengan menelaah kembali data data yang telah dikumpulkan.
Informan Penelitian
Humas Diskominfo Provinsi Kalimantan Selatan sebanyak 2-3 Orang. Dari Masyarakat dan kalangan Akademisi sebanyak 3-5 orang dengan kriteria 30-45 tahun.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan dilakukan di Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Kalimantan Selatan di Banjarbaru, ditemukan bahwa peran humas di kantor pemerintahan tersebut selalu bertujuan untuk membangun citra baik dari pemerintahan Kalsel dengan ekonomi berkelanjutan, maju, dan sebagai gerbang ibu kota negara. Humas di Diskominfo Provinsi Kalsel sadar bahwa menjaga citra pemerintahan itu penting karena mewakili kepercayaan dari masyarakat. Kinerja humas dalam suatu pemerintahan biasanya membantu dalam menjalankan suatu program pemerintahan untuk mencapai tujuan tertentu yang ditargetkan oleh pemerintah.
Tugas dan fungsi kehumasan tentu memerlukan pelayanan yang optimal pada bidang layanan informasi dan komunikasi.
Peran besar bagi Diskominfo Prov. Kalsel sendiri yaitu dapat memberikan informasi yang akurat dan benar mengenai isu, kejadian, hal-hal yang telah dikerjakan oleh Pemerintah Provinsi Kalsel.
Dalam pembagiannya, Diskominfo Provinsi Kalsel ada dua bidang dimana masing- masing bidang memiliki tugasnya sendiri, diantara:
1. Bidang komunikasi publik yang terdiri dari seksi pengelolaan opini publik;
seksi sumber daya komunikasi publik dan kehumasan; kemitraan komunikasi publik dan hubungan media.
2. Bidang informasi publik dan statistik terdiri dari pengelolaan informasi publik dan media; layanan informasi publik;
pengelolaan data statistik.
Bidang komunikasi publik sebagai bagian dari tugas Humas Diskominfo Provinsi Kalimantan
Dasar humas dalam pemerintahan adalah membantu menjabarkan dan mencapai tujuan program pemerintahan, meningkatkan sikap responsif pemerintah, serta memberi publik informasi yang cukup untuk dapat melakukan pengaturan diri sendiri.
Penjelasan ini sejalan dengan apa yang dikerjakan oleh humas Diskominfo dimana mereka mempublikasikan capaian, prestasi, pembangunan yang dilakukan di Kalimantan Selatan.
Pada Bidang komunikasi publik, salah satu peran humas Diskominfo yaitu mengelola opini publik. Sebagaimana penjabaran dari fungsi humas itu sendiri yaitu fungsi yang tidak dapat terlepas dari opini publik, karena salah saru fungsi humas adalah menciptakan opini publik yang memiliki kemauan baik (good will) dan partisipasi. Salah satu program mereka yang sudah berjalan hingga sekarang yaitu Lapor! Paman.
Pengelolaan Opini Publik
Pada bidang ini, humas bertujuan untuk memonitor isu yang terjadi di masyarakat. Lapor! Paman Adalah salah satu program humas dalam agenda setting Diskominfo untuk menjaring aduan-aduan yang disampaikan oleh masyarakat melalui aplikasi tersebut. Tim monitoring akan mengelola agenda setting melalui aplikasi mereka yaitu Intellegence Media Analysis (IMA).
Di dalam IMA ada beberapa kata kunci yang ketat yang menjadi acuan mereka
81 dalam mengelola agenda setting dalam melihat isu di media, isu publik dan isu kebijakan pemerintah. Kata kunci tersebut yaitu:
Pemprov Kalsel;
Kalimantan Selatan;
Perda;
Sahbirin Noor;
Roy Rizali Anwar;
Muhidin.
Enam kata kunci tersebut selalu di monitor oleh tim humas Diskominfo setiap hari dan setiap minggu. Tujuannya agar citra baik pemerintahan Kalsel tetap terjaga. Tiga tokoh penting tersebut sering di monitor oleh Diskominfo karena mereka paling berpengaruh di Kalsel.
Setiap hari seksi yang bertanggungjawab dalam aplikasi akan memonitor tentang isu yang berhubungan dengan kata kunci tersebut. Setelah dilakukan monitoring, tim melakukan pengklasifikasian isu. Klasifikasi isu tersebut akan terbagi menjadi tiga yaitu pemberitaan positif; pemberitaan negatif; pemberitaan netral.
Dalam pemberitaan ini, Diskominfo memprioritaskan pemberitaan negatif dan positif. Pemberitaan tersebut diutamakan untuk kemudian di analisis dan dimasukkan kedalam 14 sektor yaitu Ekonomi, pendidikan, kesehatan, ketahanan bencana, perlindungan perempuan dan anak, dan lain- lainnya. Menurut staf humas Diskominfo, pembagian sektor ini bertujuan agar aktivitas humas di Diskominfo dapat dipetakan berdasarkan sektornya masing-masing.
Selain itu, menurut dia ada dua sektor yang dihindari oleh Diskominfo yaitu Sektor Politik dan Sektor Kriminal.
“Alasan kami menghindari dua sektor tersebut karena kami sebagai instansi pemerintah hanya menjalankan praktik jurnalistik dalam ranah kehumasan, bukan
sebagai jurnalistik murni. Selain itu sektor politik juga kami hindari, agar tidak terjadi gesekan-gesekan antara satu pimpinan dengan yang lain”
Dari paparan tersebut memperlihatkan bahwa meskipun tugas humas bersinggungan juga dengan jurnalistik, tetapi tugas tersebut bukan murni pekerjaan jurnalistik. Alasannya, karena tujuan dan fungsi humas sendiri untuk membangun citra baik pemerintah di mata masyarakat. Apabila mereka bersentuhan dengan politik dan kriminal, itu arti tugas humas tidak sejalan dengan apa yang dijabarkan oleh Kriyantono (2021) yaitu peran humas secara eksternal, biasanya memberikan sanggahan mengenai suatu pemberitaan yang dapat merugikan pemerintah, dan menginformasikan berbagai kebijakan pemerintah kepada masyarakat.
Sikap responsif ini di perlukan agar masyarakat merasakan sendiri bahwa mereka di layani oleh pemerintahan dan aduan yang disampaikan itu tidak sekedar di tampung, tetapi benar-benar diperhatikan dan ditindak secepatnya. Karena pada dasarnya Pemerintahan berbeda dengan Perusahaan Negeri atau Swasta. Perbedaannya, ketika antara perusahaan memiliki hubungan yang satu arah seperti pelanggan atau klien mereka saja, tetapi pemerintahan memiliki tujuan demokratis yaitu melaksanakan kebijakan publik dan mendengarkan suara publik.
Meskipun pada dasarnya sudah disediakan wadah untuk menyampaikan keluhan masyarakat yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah, tetapi di era digital sekarang aduan dan kritik dapat mereka lakukan di media sosial. Hal itu dikarenakan media tersebut lebih mudah digunakan sebagai wadah kritik dibandingkan melalui aplikasi yang disediakan oleh pemerintah.
82
SUMBER KANAL
EFEK
Diagram 1. Proses Humas Diskominfo Prov.Kalsel
Bidang Informasi Publik Dan Statistik Salah satu bagian penting dalam membangun citra baik pemerintahan yaitu penggunaan media sebagai alat publikasi humas. Media yang dikelola oleh Diskominfo Prov. Kalsel akan mampu membangun cara pandang seseorang terhadap pemerintahan. Citra positif adalah citra yang diprioritaskan dalam pemberitaan dan pembuatan konten.
Pembangunan, capaian, dan prestasi adalah beberapa contoh citra yang menggambarkan citra baik pemerintahan akan pengaruhnya terhadap masyarakat. Maka dari itu, agenda setting dalam kehumasan itu penting agar kegiatan atau isu yang di agendakan sesuai dengan tujuan dan capaian yang diinginkan oleh pemerintah.
Gambar 1. Berita tentang literasi media sebagai salah satu program humas pemerintah Sumber: https://diskominfomc.kalselprov.go.id/
Branding Program kehumasan Diskominfo Prov Kalsel
Untuk menyebarkan program humas Diskominfo Prov. Kalsel kepada masyarakat, maka humas akan menggunakan berbagai
Monitoring Isu
Agenda Setting
Agenda pimpinan
1 Diseminasi
Berita dan konten
Portal berita
Diskominfomc.kalselprov.go.id Media sosial
Kalselmc
Radio_abdipersadafm Radio Abdi Persada Videtron
Evaluasi
Sentimen Survei kepuasan
Aduan/aspirasi Masyarakat (Lapor!
Paman)
Data dukung PPID
Satu Data Banua
2 3
83 saluran media. Ada tiga program kehumasan Diskominfo Prov. Kalsel yang dibangun untuk membentuk citra baik pemerintahan.
Program tersebut diantaranya BAPERAN (Beritain Pemerintahan); BERKABAR (Berita Kalsel Terbaru); NGONTEN AJA!
(Ngobrolin Kerjaan).
Program-program tersebut tentu saja akan dipublikasikan ke berbagai media yang dimiliki Diskominfo baik dari website hingga media sosial.
BAPERAN (Beritain Pemerintahan) Menurut humas Diskominfo sendiri program humas Baperan (Beritain Pemerintahan) adalah sinergi dengan media massa untuk pemberitaan Pemprov Kalsel. Beberapa media massa tentu saja dilakukan kerja sama dengan tujuan untuk membentuk citra baik di mata media.
Ini artinya ketika ada pemberitaan penting yang berhubungan dengan pemerintahan Provinsi Kalsel, maka media massa yang ada di Kalsel akan berfokus dan bekerja sama untuk memberitakan hal tersebut. Itu bertujuan agar informasi yang ada di lingkup pemerintahan dapat tersampaikan kepada masyarakat.
BERKABAR (Berita Kalsel Terbaru) Program humas ini memiliki program yang konsisten dalam menyajikan informasi terkait pembangunan, capaian, dan prestasi Pemprov Kalsel melalui media yang dikelola.
Penyajian informasi tersebut memperlihatkan bahwa citra positif lebih ditonjolkan dibandingkan dengan citra negatif. Capaian dan prestasi menjadi cara branding mereka terhadap citra baik pemerintahan.
Kalimantan Selatan Maju, Sejahtera, ekonomi berkelanjutan: Dampak Program Humas dalam membentuk citra baik
Agenda setting selayaknya sangat penting bagi humas Diskominfo karena mereka dapat mengatur citra baik di mata
masyarakat. Meskipun pada dasarnya sudah disediakan wadah untuk menyampaikan keluhan masyarakat yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah, tetapi di era digital sekarang aduan dan kritik dapat mereka lakukan di media sosial. Hal itu dikarenakan media tersebut lebih mudah digunakan sebagai wadah kritik dibandingkan melalui aplikasi yang disediakan oleh pemerintah. Kritikan tersebut kemudian bisa dikategorikan sebagai proses evaluasi yang diterima oleh humas Diskominfo Prov. Kalsel dari publik melalui survei, media monitoring, atau komunikasi langsung.
Program humas Lapor !Paman sebagai salah satu wadah publik dapat dilihat bahwa humas Diskominfo Prov. Kalsel menjalankan fungsinya sebagai Government Public Relation (GPR) yaitu fungsi humas dalam agenda publik khususnya dalam mengatur strategi isu-isu atau kebijakan pemerintahan kepada masyarakat. Selain itu peran dari agenda setting dalam tugas humas Diskominfo sendiri memperlihatkan bahwa pemberitaan yang positif lebih ditajamkan dibandingkan pemberitaan negatif.
Ketika pemberitaan negatif mereka temukan, maka mereka berusaha untuk mengkonstruksi pemberitaan tersebut agar status beritanya mengalami perubahan. Staf Diskominfo bagian pelayanan publik juga mengatakan bagaimana tim humas mengkonstruksi isu negatif menjadi ke arah yang lebih positif.
“Kita tidak bisa pungkiri ketika ada pemberitaan negatif tentang pemerintahan. Misalkan contoh angka pengangguran di Kalimantan Selatan tinggi. Maka kami akan mengcountur peristiwa tersebut menjadi Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan mengentaskan pengangguran dengan sigap dan cepat”
84 Isu tersebut memperlihatkan bahwa humas Diskominfo melakukan framing apabila ada pemberitaan negatif yang muncul ke permukaan. Framing pada dasarnya isu yang diangkat di buat kembali berdasarkan realitas yang ditangkap oleh seorang jurnalis untuk dijadikan berita. Cara melihat ini
berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas.
Gambar 2. Berita tentang Pemprov. Kalsel dalam mengatasi pengangguran Sumber: https://diskominfomc.kalselprov.go.id/
Contoh yang dijelaskan oleh staf Diskominfo tadi memperlihatkan gambaran humas dalam mengangkat isu tentang pengangguran di Kalimantan Selatan. Ketika berita negatif tentang pengangguran Kalimantan Selatan tersebut naik kepermukaan dimana kata kunci ketat
“Kalimantan Selatan” digunakan, maka tim humas dalam media monitoring akan memframing isu tersebut yang awalnya pengangguran di Kalimantan Selatan meningkat menjadi pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan mengentaskan penangguran dengan sigap dan cepat melalui pelatihan.
Ini memperlihatkan pula apa yang ditekankan dan dilihat penting oleh humas akan menjadi penting bagi khalayaknya. Itu karena proses kedua dari agenda setting yaitu framing sendiri akan mempengaruhi dan menentukan proses pembentukan opini.
Beberapa aktivitas humas dalam membangun citra baik pemerintah Provinsi Kalimantan selanjutnya dipublikasi di media mereka seperti Media Center, media sosial, hingga media massa seperti radio.
Aktivitas yang terpantau dari program humas dalam membangun citra baik pemerintahan diantara:
Melakukan peliputan dan mempublikasikan melalui media internal seperti website diskominfomc.
Kalselprov.go.id dan media sosial Pemprov Kalsel. Sedangkan untuk media luar seperti videotron.
Melalukan sosilisasi atau pelatihan tentang program Diskominfo seperti literasi media.
Melalukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk membangun citra baik pemerintah akan capaian, prestasi dan keberhasilan yang dicapai selama ini dengan maksud mengalihkan isu-isu yang berkembang dimana isu tersebut memojokkan pemerintah.
PENUTUP
Penelitian ini membahas tentang program humas dalam membentuk citra baik pemerintahan di Provinsi Kalimantan Selatan. Kajian ini berkontribusi pada studi
85 kehumasan pemerintahan dalam menangani opini publik yang menentukan citra dari lembaga pemerintahan.
Dari hasil yang, diperoleh bahwa untuk membentuk citra baik di mata publik maka humas Diskominfo Prov. Kalsel bekerja sama dengan media agar program yang mereka jalannya bisa tersampaikan dengan cepat kepada publik sehingga dampak dari tersampainya program tersebut tercipta opini positif dari publik tentang pemerintah yang diharapkan yaitu Kalsel maju, ekonomi berkelanjutan, dan sejahtara.
Saran untuk penelitian selanjutnya untuk terfokus pada agenda media yang menjadi media humas (humas tools) yang sangat penting penggunaannya di era teknologi pada saat ini dimana teknologi sangat berperan dalam pembentukan opini publik.
REFERENSI
Elfrida, Santhy Verawati. (2015). Proses Membangung agenda setting kebijakan pada portal berita pemerintah dan kesesuaiannya dengan agenda media online. Jurnal Masyarakat telematika dan informasi. Vol.6 No.1 Hal: 13-16.
Kriyanto, Rachmat. (2021). Best Practice Humas (Public Reations Bisnis dan Pemerintah: Manajemen Humas, Teknik Produksi Media Publisitas dan Public Relations Writing Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.
Khotimah, Novy Khusnul. (2021).
Pemanfaatan Media Sosial oleh Praktisi Humas Pemerintah di Indonesia. Yogyakarta: Jejaka Pustaka.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia. (2011). Pedoman Umum Tata Kelola Kehumasan di Lingkungan Instansi Pemerintah. Di
akses dari :
https://perpus.menpan.go.id/
Berg, H. L. (2017). qualitative research methods for the social sciences.
Pearson. Darmalaksana, W. (2020).
Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka dan Studi Lapangan. Pre- print Digital Library, 1-6.
Jamshed, S. (2014). Qualitative research method-interviewing and observation.
Journal of basic and clinical pharmacy 5(4), 87.
Nazir, M. (2017). Metode Peneltian. Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia Cet.11.
Rukajat. (2018 : 1). Pendekatan Penelitian Kualitatif (Qualitative Research Approach). Yogyakarta: Deepublish.
Sugiyono.(2015: 203). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D Cet.XXI.
Bandung: Alfabeta.
Susanti, D.E., Rahmanto, Andre., Wijaya, Mahendra. (2022). Public Relations Strategy in Maintaining a Positive Reputation in the Digital Age.
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU). Page 477-485.
Ardianto, E. (2016). Handbook of Public Relations Pengantar Konprehensive.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Soemirat S dan Ardianto E.(2017).
Hubungan Publik Dasar-dasar.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya